Disusun Oleh:
Kelompok 5
1. Ayu Permata Sari (0502192064)
2. Roslinda (0502193267)
3. Fitria Ratna (0502193192)
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Persediaan .......................................................................................................... 3
B. Pencatatan Persediaan ..................................................................................... 6
C. Pengakuan Persediaan ....................................................................................... 8
D. Pengukuran Persediaan ...................................................................................... 10
E. Penilaian Persediaan ......................................................................................... 12
F. Penyajian dan Pengungkapan ............................................................................. 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengingat hampir setiap aktivitas instansi pemerintah untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan banyak membutuhkan persediaan. Oleh karena itu sebagai lembaga
publik, yang berkewajiban menyediakan barang dan jasa publik, instansi pemerintah
harus mengelola persediaannya secara baik. Sebagai asset lancar, persediaan sulit untuk
dipertanggungjawabkan pada akhir tahun anggaran karena dianggap sebagai bahan
habis pakai. Oleh karena itu, pengelolaan persediaan perlu dilakukan dengan baik
mengacu kepada PSAP nomor 5 ini.
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
di dalamnya terdapat Pernyataan No.05 membahas mengenai Akuntansi Persediaan.
Adapun persediaan yang dimaksud yaitu persediaan berupa barang atau perlengkapan
untuk dipakai pada kegiatan operasional dalam instansi pemerintah. Persediaan sebagai
aset lancar dianggap sebagai bahan habis pakai yang bersifat sulit untuk dipertanggung
jawabkan. Persediaan adalah aset lancar yang berupa barang atau perlengkapan untuk
menunjang kegiatan operasional dalam instansi pemerintahan. Sistem pencatatan
persediaan yang baik dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku dapat
meningkatkan kinerja pelayanan yang dilakukan oleh instansi pemerintah.
Persediaan dalam kegiatan operasional pemerintah pada umumnya merupakan
barang habis pakai, sehingga pengelolaan dan pertanggungjawabannya masih kurang
mendapat perhatian. Pengelolaan dan pencatatan persediaan selama ini diberbagai
instansi pemerintah belum mempunyai acuan yang baku, sehingga masih beragam antar
metode dan cara pencatatan yang digunakan. Sejalan dengan itu diharapkan makalah ini
dapat menjadi acuan yang baku dalam penyajian persediaan.
1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka Rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan persedian ?
2. Apa saja yang diakui dalam pengakuan persediaan dan Bagaimana pengukuran
persediaan ?
3. Bagaimana penyajian dan pengungkapan persediaan dalam laporan keuangan?
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami definisi dan ruang lingkup persediaan
2. Memahami hal-hal yang diakui dalam pengakuan persediaan dan Memahami
pengukuran persediaan
3. Memahami pengungkapan dan penyajian persediaan dalam laporan keuangan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Persediaan
1. Ruang Lingkup Persediaan
PSAP 05 tentang persediaan diterapkan dalam penyajian seluruh persediaan dalam
laporan keuangan yang disusun dan disajikan dengan basis cash towards accrual, di
mana menggunakan basis kas untuk pengakuan pos-pos pendapatan, belanja, transfer,
dan pembiayaan, serta basis akrual untuk pengakuan pos-pos aset, kewajiban, dan
ekuitas. Standar ini diterapkan untuk seluruh entitas pemerintah pusat dan daerah serta
tidak termasuk perusahaan Negara atau daerah. Perusahaan Negara atau daaerah
dipersyaratkan tunduk pada standar Akuntansi keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan
1
Akuntan Indonesia.
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk
persediaan dan informasi lainnya yang dianggap perlu disajikan dalam laporan
keuangan. Akuntansi persediaan bagi pemerintah pusat dan daerah yang diatur meliputi
:Definisi, Pengakuan, Pengukuran, dan Pengungkapan.
2. Definisi
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang
dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang
yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat.
Dalam upaya memberikan pemahaman yang mendalam terhadap persediaan,
maka perlu diberikan batasan yang dapat dipedomani untuk dapat mengklasifikasikan
1
Peraturan pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Pernyataan No.05 Tentang Standar Akuntansi Berbasis
Akrual
3
suatu aset kedalam kelompok persediaan. PSAP nomor 5 menyatakan bahwa suatu
aset digolongkan kedalam persediaan apabila:2
1. Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka kegiatan
operasional pemerintah;
2. Bahan atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam proses produksi;
3. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan
kepada masyarakat.
4. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam
rangka kegiatan pemerintahan;
Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk
digunakan, misalnya barang habis pakai seperti alat tulis kantor, barang tak habis pakai
seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas.
Dalam hal pemerintah memproduksi sendiri, persediaan juga meliputi barang yang
digunakan dalam proses produksi seperti bahan baku pembuatan alat-alat pertanian.
Barang hasil proses produksi yang belum selesai dicatat sebagai persediaan, contohnya
alat-alat pertanian setengah jadi.3 Dari uraian tersebut diatas persediaan dapat meliputi:
1. Barang Konsumsi
2. Amunisi
3. Bahan untuk Pemeliharaan
4. Suku cadang
5. Persediaan untuk tujuan strategi atau berjaga-jaga
6. Pita cukai dan leges
7. Bahan baku
8. Barang dalam proses atau setengah jadi
9. Tanah atau bangunan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat
10. Hewan dan Tanaman, untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat
2
Arnita, Kustandi. 2015. Pengertian Standar Akuntansi Pemerintahan. Edisi Pertama. Jakarta : Salemba
Empat, hlm: 104
3
Alfons, W. M. A. (2016). Analisis Sistem dan prosedur Akuntansi Aset di Dinas Perhubunga Manado.
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 16(4) : 1, hlm: 12
4
Persediaan dengan kondisi rusak atau usang tidak dilaporkan dalam neraca, tetapi
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Secara ringkas, persediaan dapat digambarkan sebagai berikut:
Barang atau perlengkapan Barang habis pakai
A (supplies) yang digunakan sendiri
dalam rangka kegiatan operasional
Barang tak habis pakai
pemerintah
Barang jadi
5
2. Nilai wajar adalah nilai tukar aset atau penyelesaian kewajiban antara pihak
yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar.
3. Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang
dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-
barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka
pelayanan kepada masyarakat.
4. Perusahaan negara/daerah adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian
modalnya dimiliki oleh pemerintah pusat/daerah.
B. Pencatatan Persediaan
Dalam pencatatan persediaan terdapat dua metode pencatatan yang digunakan,
yaitu :4
1. Pencatatan Persediaan dengan Metode Periodik
Pembelian persediaan dapat dilakukan dengan menggunakan UP (Uang
Persediaan) maupun LS (Langsung). Ketika SKPD melakukan pembelian persediaan
dengan menggunakan UP, bendahara pengeluaran SKPD akan menyerahkan bukti
belanja persediaan kepada PPK SKPD. Bukti transaksi ini akan menjadi dasar bagi PPK
SKPD untuk melakukan pengakuan persediaan. PPK SKPD akan mencatat jurnal:
Jurnal LO atau Neraca
Persediaan xxx
Kas di bendahara pengeluaran xxx
Jurnal LRA
Belanja persediaan xxx
Perubahan SAL xxx
4
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2010 Lampiran II Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan Pemerintah Republik Indonesia, 2010
5
A’yun, A. D. Q. (2019). Perlakuan Akuntansi Persediaan Sesuai Dengan Akuntansi Persediaan Pada
Dinas Kota Batu. (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim), hlm: 13
6
Jurnal LO atau Neraca
Persediaan xxx
Utang belanja barang dan jasa xxx
7
Jurnal LRA
Belanja persediaan xxx
Perubahan SAL xxx
Ketika SP2D LS untuk pembayaran persediaan telah terbit, PPK-SKPD akan menjurnal:
Jurnal LO atau Neraca
Utang belanja barang dan jasa xxx
RK PPKD xxx
Jurnal LRA
Belanja persediaan xxx
Perubahan SAL xxx
C. Pengakuan Persediaan
Persediaan diakui :
1. Pada saat potensi manfaat ekonomi masadepan diperoleh pemerintah dan
mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukurdengan andal
8
2. Pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/ ataukepenguasaannya
berpindah.
Setiap pembelian persediaan akan dicatat sebagai aset berupa aset lancar, yakni
“Persediaan”. Berdasarkan bukti belanja persediaan, fungsi akuntansi akan menjurnal
akun “Persediaan” di debit dan akun “Kas” atau akun “Utang” di kredit. Selain itu,
fungsi akuntansi akan mencatat realisasi belanja dengan mendebit akun “Belanja (sesuai
nama persediaan)” dan mengkredit akun “Perubahan SAL”.
Pada akhir periode akuntansi catatan persediaan disesuaikan dengan hasil inventarisasi
fisik.
Jurnal Pengakuan Persediaan
Jurnal LO atau Neraca
Persediaan xxx
Kas di bendahara pengeluaran xxx
Jurnal LRA
Belanja persediaan xxx
Perubahan SAL xxx
9
Jurnal LO atau Neraca
Beban persediaan xxx
Persediaan xxx
2. Pendekatan beban
Dalam pendekatan beban, setiap pembelian persediaan akan langsung dicatat
sebagai beban, yakni “Beban Persediaan”. Berdasarkan bukti belanja persediaan,
fungsi akuntansi akan menjurnal akun “Beban Persediaan” di debit dan akun
“Kas” atau akun “Hutang” di kredit. Pendekatan beban digunakan untuk
persediaan-persediaan yang maksud penggunaannya untuk waktu yang
segera/tidak dimaksudkan sepanjang satu periode. Contohnya adalah persediaan
untuk suatu kegiatan.
Jurnal LO atau Neraca
Persediaan xxx
Kas di bendahara pengeluaran xxx
Jurnal LRA
Belanja persediaan xxx
Perubahan SAL xxx
D. Pengukuran Persediaan
Nilai persediaan meliputi seluruh belanja yang dikeluarkan sampai suatu barang
persediaan tersebut dapat dipergunakan. Dalam PSAP 5 dalam paragraf 18 dikatakan
bahwa persediaan disajikan sebesar:
1. Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian
Biaya perolehan persediaan meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan,
biaya penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat dibebankan
pada perolehan persediaan. Potongan harga, rabat, dan lainnya yang serupa
mengurangi biaya perolehan.
Biaya perolehan = Pembelian + Biaya lelang
2. Harga pokok produksi apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri
10
Harga pokok produksi meliputi biaya langsung (biaya bahan baku dan tenaga
kerja) yang terkait dengan persediaan yang diproduksi; dan biaya tidak langsung
(biaya air, listrik dan depresiasi) yang dialokasikan secara sistematis.
Nilai persediaan = Biaya langsung + Biaya tidak langsung
3. Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan.
Harga/nilai wajar persediaan meliputi nilai tukar aset atau penyelesaian
kewajiban antar pihak yang memahami dan berkeinginan melakukan transaksi
wajar (arm length transaction).
Dari uraian diatas, pengukuran persediaan dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Beban Persediaan
Beban persediaan dicatat sebesar pemakaian persediaan (use of goods). Penghitungan
beban persediaan dilakukan dalam rangka penyajian Laporan Operasional. Dalam hal
persediaan dicatat secara perpetual, maka pengukuran pemakaian persediaan dihitung
berdasarkan catatan jumlah unit yang dipakai dikalikan nilai per unit sesuai metode
penilaian yang digunakan.
11
Dalam hal persediaan dicatat secara periodik, maka pengukuran pemakaian
persediaan dihitung berdasarkan inventarisasi fisik, yaitu dengan cara saldo awal
persediaan ditambah pembelian atau perolehan persediaan dikurangi dengan saldo akhir
persediaan dikalikan nilai per unit sesuai dengan metode penilaian yang digunakan.
E. Penilaian
Persediaan dapat dinilai dengan menggunakan:6
1. Metode sistematis perhitungan persediaan yang digunakan untuk menentukan
nilai persediaan akhir yaitu:
Metode FIFO. Metode ini dihitung dengan cara:
BebanPersediaan = Persediaan Awal + Pembelian – Persediaan Akhir
Metode rata-rata tertimbang. Dihitungndengancara:
Nilai persediaan = Biaya Rata-Rata per Unit x Persediaan Akhir
2. Harga pembelian terakhir apabila setiap unit persediaan nilainya tidak material
dan bermacam-macam jenis.Nilai persediaan dihitung berdasarkan harga
pembelian terakhir. Dapat dihitung dengan cara:
Nilai persediaan = Persediaan Akhir x Harga Pembelian Terakhir
6
Biduri . 2018. Buku Ajar : Akuntansi Sektor Publik,hlm : 84
7
Hasanah, Nuramalia dan Fauzi, Achmad. (2017). Akuntansi Pemerintahan. Jakarta : In Media, hlm : 43
12
Pengungkapan
Laporan keuangan mengungkapkan:
1. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan;
2. Penjelasan lebih lanjut persediaan seperti barang atau perlengkapan yang
digunakan dalam pelayanan masyarakat, barang atau perlengkapan yang
digunakan dalam proses produksi, barang yang disimpan untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat, dan barang yang masih dalam proses produksi
yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat; dan
3. Jenis, jumlah, dan nilai persediaan dalam kondisi rusak atau usang. Persediaan
dengan kondisi rusak atau usang tidak dilaporkan dalam neraca, tetapi
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
13
Ilustrasi Pengungkapan Persediaan pada Neraca SKPD
PERSEDIAAN
Metode pencatatan persediaan menggunakan metode periodik. Pengukuran nilai
persediaan menggunakan metode harga pembelian terakhir.
Persediaan sejumlah Rp900.000, terdiri dari :
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang
dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang
yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat.
Persediaan diakui pada saat :
1. Potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh pemerintah dan mempunyai
nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
2. Diterima atau hak kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah.
Nilai persediaan meliputi seluruh belanja yang dikeluarkan sampai suatu barang
persediaan tersebut dapat dipergunakan. Dalam PSAP 5 dalam paragraf 18 dikatakan
bahwa persediaan disajikan sebesar:
1. Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian;
2. Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;
3. Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan;
B. Saran
Kepada Pemerintah :
Karena pentingnya Akuntansi Persediaan seperti yang telah dijelaskan pada
pembahasan sebelumnya, maka pengendalian ini perlu dijalankan secara baik, sesuai
dengan ketentuan hukum dan pemerintah harus bertanggung jawab terhadap
pengendalian intern yang ada.
Kepada Masyarakat :
Masyarakat harus berperan aktif untuk mengawasi sistem pengendalian internal
pemerintah, khususnya mengawasi laporan pertanggungjawaban kepada publik, serta
mendukung program kerja yang dijalankan pemerintah demi mencapai tujuan yang
diinginkan bersama.
15
Kepada Mahasiswa :
Akuntansi Persediaan pemerintah sangat dibutuhkan karena itu sebagai mahasiswa
yang mendalami profesi ini harus memahami dasar karateristik dan ruang lingkup
akuntansi persediaan sehingga mampu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
baik.
16
DAFTAR PUSTAKA
17