Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

“AKUNTANSI PERSEDIAAN”

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Sektor Publik

Dosen Pengampu:

1. Dr. Bestari Dwi Handayani, S.E., M.Si.


2. Primadhani Dyah Larasati Suytno, S.E., M.Ak.

KELOMPOK 7:

1. FATIMAH RAHAYUNING W.P (7211421199)


2. FIRDATUL AENI (7211421337)
3. FERDIANSYAH PUTRA (7211421347)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan
berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Akuntansi
Sektor Publik “Akuntansi Persediaan” ini dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat menambah wawasan dan


memperluas ilmu tentang Akuntansi Sektor Publik yang penulis sajikan khususnya
dari Akuntansi Pemerintahan. Kami berharap makalah ini dapat membantu
mahasiswa dalam mempelajari dan memahami konsep dan implementasi dari
Akuntansi Sektor Publik secara lebih mendalam sehingga dapat memberikan manfaat
dan kontribusi bagi perkembangan ilmu Akuntansi Sektor Publik.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini


masih terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada esuatu yang sempurna tanpa sayan yang
membangun.

Semarang, 10 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG...................................................................................1
1.2. RUMUSAN MASALAH...............................................................................2
1.3. TUJUAN PENULISAN................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3
2.1. DEFINISI PERSEDIAAN............................................................................3
2.2. KLASIFIKASI PERSEDIAAN...................................................................3
2.3. PENGAKUAN PERSEDIAAN....................................................................4
2.4. PENGUKURAN PERSEDIAAN.................................................................5
2.5. BEBAN PERSEDIAAN................................................................................6
2.6. PENGUNGKAPAN PERSEDIAAN............................................................6
BAB III PENUTUP.....................................................................................................8
3.1. KESIMPULAN.............................................................................................8
3.2. SARAN...........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................10
BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, hampir setiap aktivitas
instansi pemerintah pasti membutuhkan persediaan. Oleh karena itu, sebagai
lembaga publik yang berkewajiban untuk menyediakan barang dan jasa
publik, pemerintah harus mengelola persediaannya secara baik dan tepat.
Sebagai aset lancar, persediaan sulit untuk dipertanggungjawabkan pada
akhir tahun anggaran karena dianggap sebagai bahan habis pakai. Oleh
karena itu, pengelolaan persediaan perlu dilakukan dengan baik mengacu
pada PSAP No. 5.

Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi


Pemerintah di dalamnya terdapat Pernyataan No. 05 membahas mengenai
Akuntansi Persediaan. Adapun persediaan yang dimaksudkan yaitu
persediaan berupa barang atau perlengkapan untuk dipakai pada kegiatan
operasiona dalam pemerintahan. Persediaan sebagai aset lancar dianggap
sebagai bahan habis pakai yang bersifat sulit untuk dipertanggungjawabkan.
Persediaan adalah aset lancar yang berupa barang aau perlengkapan untuk
menunjang kegiatan operasional pemerintahan. Dengan menerapkan sistem
pencatatan persediaan yang baik dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku dapat meningkatkan kinerja pelayanan yang dilakukan oleh instansi
pemerintah.

Dalam Akuntansi Pemerintahan, pada umumnya persediaan berupa


barang habis pakai, sehingga pengelolaan dan pertanggungjawabannya masih
kurang mendapat perhatian. Pengelolaan dan pencatatan persediaan selama
ini diberbagai instansi pemerintah belum memiliki acuan yang baku,
sehingga masih beragam antar metode dengan cara pencatatan yang

1
digunakannya. Sejalan dengan hal itu, diharapkan dengan pemulisan makalah
ini dapat menjadi acuan yang baku dalam penyajian persediaan.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana definisi dan klasifikasi persediaan dalam Akuntansi Sektor
Publik?
2. Bagaimana pengakuan dan pengukuran persediaan pada Akuntansi Sektor
Publik?
3. Bagaimana pengakuan beban persediaan dan pencatatannya dalam
Akuntansi Sektor Publik?
4. Bagaimana pengungkapan persediaan di Akuntansi Sektor Publik?

1.3. TUJUAN PENULISAN


1. Untuk mengetahui definisi dan pengklasifikasian persediaan dalam
Akuntansi Sektor Publik.
2. Untuk mengetahui pengakuan dan pengukuran persediaan dalam
Akuntansi Sektor Publik.
3. Untuk mengetahui pengakuan beban persediaan dan pencatatannya dalam
Akuntansi Sektor Publik.
4. Untuk mengetahui pengungkapan persediaan di Akuntansi Sektor Publik.

2
BAB II PEMBAHASAN

1.1. DEFINISI PERSEDIAAN


Dalam Akuntansi Pemerintahan definisi persediaan dipengaruhi oleh
karakteristik organisasi pemerintahan yang hampir sama dengan karakteristik
Akuntansi Sektor Publik lainnya. Dalam PSAP No.5 Paragraf 4 dijelaskan
bahwa persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan
yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah dan
barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam
rangka pelayanan kepada masyarakat.

1.2. KLASIFIKASI PERSEDIAAN


Pada modul Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah yang diterbitkan
oleh Direktorat Jenderal Keuangan Daerah Kementrian Dalam Negeri (2014),
suatu aset dapat diklasifikasikan sebagai persediaan apabila aset tersebut
memenuhi salah satu kriteria berikut ini:

1. Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka


kegiatan operasional pemerintah, yang mana termasuk dalam kelompok
ini adalah barang habis pakai seperti alat tulis kantor, barang tak habis
pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai
seperti komponen bekas.
2. Bahan atau perlengkapan (supplies) yang akan digunakan dalam proses
produksi. Persediaan dalam kelompok ini meliputi bahan yang digunakan
dalam proses produksi seperti bahan baku pembuatan alat0alat pertanian,
dan lain-lain.

3
3. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat. Contohnya seperti alat-alat pertanian
setengah jadi.
4. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat
dalam rangka kegiatan pemerintahan, misalnya hewan atau tanaman.

Menurut PSAP No. 5 Paragraf 10, persediaan dapat meliputi:


a. Barang konsumsi
b. Amunisi
c. Bahan utnuk pemeliharaan
d. Suku cadang
e. Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga
f. Pita cukai dan leges
g. Bahan baku
h. Barang dalam proses/setengah jadi
i. Tanah/bangunan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat
j. Hewan/pemeliharaan, untuk dijual atau diserahkan kepada
masyarakat

Dalam hal pemerintahan menyimpan barang untuk tujuan cadangan


strategis seperti cadangan energi atau untuk tujuan berjaga-jaga, barang-
barang diakui sebagai persediaan. Persediaan dalam kondisi rusak atau usang
tidak dilaporkan kedalam neraca, tetapi diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan (PSAP No. 05 Paragraf 11 dan 13).

1.3. PENGAKUAN PERSEDIAAN


PSAP No. 5 Paragraf 13 mengatur bahwa persediaan diakui:

a. Pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh pemerintah


mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
b. Pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya
berpindah.

4
Pada akhir periode akuntansi, persediaan dicatat berdasarkan hasil
inventarisasi fisik. Pengakuan persediaan menurut PSAP tersebut
menggunakan basis akrual. Dalam penyusunan laporan realisasi anggaran,
pada saat perolehan hanya dicatat sebagai belanja barang dan memengaruhi
perkiraan estimasi perubahan SAL, sementara untuk penyusunan laporan
operasional, pembelian persediaan akan dicatat sebagai beban persediaan dan
pengeluaran kas.

Pada akhir periode perlu dibuat jurnal penyesuaian untuk mengetahui


seberapa besar beban persediaan untuk periode yang bersangkutan.
Pencatatan persediaan dilakukan dengan:

1. Metode Perpetual, untuk jenis persediaan yang sifatnya continues dan


membutuhkan kontrol yang besar, seperti obat-obatan. Dengan metode
perpetual, pencatatan dilakukan setiap ada persediaan yang masuk dan
keluar, sehingga nilai/jumlah persediaan selalu diperbarui.
2. Metode Periodik, untuk persediaan yang penggunaannya sulit
diidentifikasi, seperti alat tulis kantor (ATK). Dengan metode ini,
pencatatan hanya dilakukan pada saat terjadi penambahan, sehingga tidak
memperbarui jumlah persediaan. Jumlah persediaan akhir diketahui
dengan melakukan stock opname pada akhir periode.

Persediaan dinilai dengan metode FIFO (First- in, First-out). Harga


pokok dari barang-barang yang pertama kali dibeli akan menjadi harga
barang yang digunakan/dijual pertama kali, sehingga nilai persediaan akhir
dihitung dimulai dari harga pembelian terakhir.

1.4. PENGUKURAN PERSEDIAAN


Berdasarkan PSAP No. 5 Paragraf 14 dan 15, persediaan disajikan sebesar:

a. Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian.


b. Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri.

5
c. Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/
rampasan.

Biaya perolehan persediaan meliputi harga pembelian, biaya


pengangkutan. biaya penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung
dapat dibebankan pada perolehan persediaan. Potongan harga, rabat, dan
lainnya yang serupa mengurangi biaya perolehan (PSAP No. 5 Paragraf 19).

Biaya standar persediaan meliputi biaya langsung yang terkait dengan


persediaan yang diproduksi dan biaya tidak langsung yang dialokasikan
secara sistematis berdasarkan ukuran-ukuran yang digunakan pada saat
penyusunan rencana kerja dan anggaran (PSAP No. 5 Paragraf 22).

Persediaan hewan dan tanaman yang dikembangbiakkan dinilai


dengan menggunakan nilai wajar. Harga/nilai wajar persediaan meliputi nilai
tukar aset atau penyelesaian kewajiban antarpihak yang memahami dan
berkeinginan melakukan transaksi wajar (PSAP No. 5 Paragraf 23 dan 24)

1.5. BEBAN PERSEDIAAN


Berdasarkan PSAP No.5 Paragraf 22-24 dikaktakan bahwa beban
persediaan dicatat sebesar pemakaian persediaan (Use of Goods).
Perhitungan beban persediaan dilakukan dalam rangka penyajian laporan
operasional. Dalam hal pencacatan persediaan. pemerintah diperbolehkan
menggunakan metode perpetual maupun metode fisik (periodik).

Terdapat dua pendekatan pengakuan beban persediaan, yaitu pendekatan aset


dan pendekatan beban.

1. Dalam pendekatan asset, pengakuan beban persediaan diakui Ketika


persediaan telah dipakai atau dikonsumsi. Pendekatan asset digunakan
untuk persediaan-persediaan yang maksud penggunaannya untuk selama
satu periode akuntansi, atau untuk maksud berjaga-jaga. Contohnya antara
lain adalah persediaan obat di rumah sakit, persediaan disekretariat SKPD.

6
2. Dalam pendekatan beban, setiap pembelian persediaan akan langsung
dicatat sebagai beban persediaan. Pendekatan beban digunakan untuk
persediaan-persediaan yang maksud penggunaannya untuk waktu yang
segera/tidak dimaksudkan untuk sepanjang satu periode. Contohnya
adalah persediaan untuk suatu kegiatan.

1.6. PENGUNGKAPAN PERSEDIAAN


Laporan Keuangan Pemerintah Daerah mengungkapkan:

1. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan;


2. Penjelasan lebih lanjut persediaan seperti barang atau perlengkapan yang
digunakan dalam pelayanan masyarakat, barang atau perlengkapan yang
digunakan dalam proses produksi, barang yang disimpan untuk digual atau
diserahkan kepada masyarakat, dan barang yang masih dalam proses
produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada
masyarakat;
3. Jenis, jumlah, dan nilai persediaan dalam kondisi rusak atau usang.
Persediaan dengan kondisi rusak atau usang tidak dilaporkan dalam
neraca, tetapi diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan.

Persediaan bahan baku dan perlengkapan yang dimiliki proyek swakelola


untuk membangun aset tetap dibebankan keakun Konstruksi Dalam
Pengerjaan apabila sampai dengan tanggal pelaporan konstruksi belum
terselesaikan.

7
BAB III PENUTUP
1.1. KESIMPULAN
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan
yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan
barang-barang yang dimaksudkan untuk diual dan/atau diserahkan dalam
rangka pelayanan kepada masyarakat.

Persediaan diakui pada saat:

1. Potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh pemerintah dan


mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
2. Diterima atau hak kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya
berpindah.

Nilai persediaan meliputi seluruh belanja yang dikeluarkan sampai


suatu barang persediaan tersebut dapat dipergunakan. Dalam PSAP No. 5
paragraf 18 dikatakan bahwa persediaan disajikan sebesar:

1. Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian;


2. Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;
3. Nilai wajar, apabila sudah diperoleh dengan cara lainnya seperti
donasi/rampasan.

8
1.2. SARAN
1. Kepada Pemerintah:
Berdasarkan penjelasan yang duah disampaikan di makalah ini, kita
mengetahui bahwa pentingnya Akuntansi Persediaan dalam Akuntansi
Pemerintahan. Sehingga, pengendalian ini perlu dijalankan dengan baik,
sesuai dengan ketentuan hukum dan pemerintah harus bertanggung jawab
terhadap pengendalian intern yang ada.
2. Kepada Masyarakat:
Masyarakat harus berperan secara aktif untuk mengawasi sistem
pengendalian internal pemerintah, khususnya mengawasi laporan
pertanggungjawaban kepada publik, serta mendukung program kerja yang
dijalankan pemerintah demi mencapai tujuan yang diinginkan bersama.
3. Kepada Mahasiswa:

Sebagai mahasiswa Akuntansi khususnya yang menjadikan Akuntansi


Pemerintahan sebagai konsentrasi, maka harus memahami dasar
karakteristik dan ruang lingkup akuntansi persediaan sehingga mampu
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik.

9
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan PP No.71 Tahun
2010. (2010).

Prof. Erlina, S. M. (2020). Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual. Jakarta:


Salemba Empat.

10

Anda mungkin juga menyukai