Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


Dasar-Dasar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Abdul Rohman, M.Si., Akt., CA.

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 13

1. HANIFA FADHILAH [12030119130185]


2. TRI CAHYO BAGASKARA [12030119130213]
3. IFADA NAYLUFAR [12030119130079]
4. SALSABILA SHAFA TONIA [12030119120019]
5. JEAVEN JUNIAR GUNAWAN [12030119130242]

DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Dasar-Dasar Akuntansi Pemerintah Berbasis
Akrual” ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Sektor Publik.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai sumber yang relevan sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Dan harapan kami, semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, dan juga untuk kami ke
depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah ini agar
menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Semarang, 29 Mei 2021

ii
Kelompok 13
DAFTAR ISI

JUDUL.............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 5
C. Tujuan................................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual.............................................. 6


Sistem Akuntansi Pemerintahan (SAP).............................................. 6
SAP Basis Kas Menuju Berbasis Akrual............................................ 7
SAP Berbasis Akrual.......................................................................... 9
B. Persamaan Akuntansi Pemerintah Berbasis Kas dan Akrual............ . 14
C. Perbedaan Akuntansi Pemerintah Berbasis Kas dan Akrual.............. 17
D. Siklus Akuntansi Pemerintah..............................................................
........................................................................................................22
Siklus Akuntansi Pemerintah Pusat.................................................... 22
Siklus Akuntansi Pemerintah Daerah................................................. 28
E. Laporan Keuangan Pemerintah.......................................................... 32
Komponen Laporan Keuangan Pemerintah........................................ 38
Jenis-Jenis Laporan Keuangan Pemerintah........................................ 39

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 44

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam rangka menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik
(good governance) pemerintah Indonesia terus melakukan berbagai usaha
untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan
negara, salah satunya adalah dengan melakukan pengembangan kebijakan
akuntansi pemerintah berupa Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang
bertujuan memberikan pedoman pokok dalam penyusunan dan penyajian
laporan keuangan baik di pemerintah pusat maupun di pemerintah daerah
(Hasibuan, 2015).
Standar akuntansi pemerintahan merupakan salah satu aspek
penting yang diperlakukan untuk meningkatkan kualitas tata kelola
keuangan negara dan pelaporan keuangan pemerintah. Terdapat pihak
yang berkepentingan dengan standar akuntansi pemerintahan anatara
pengguna laporan keuangan, auditor, masyarakat pengguna laporan
keuangan, organisasi profesi akuntansi, akademisi dan pemerintah. Standar
akuntansi pemerintahan dikembangkan untuk memperbaiki praktik
akuntansi keuangan pada lingkungan organisasi pemerintahan.
Maraknya penggunaan akuntansi akrual pada organisasi sektor
publik antara lain disebabkan karena adanya tekanan reformasi akuntansi
sektor publik yang mendorong dilakukannya pengelolaan keuangan publik
secara transparan, akuntabel, ekonomis, efisien, dan efektif. Selain itu juga
terdapat tekanan dari lembaga-lembaga internasional seperti World Bank,
UNDP, IMF, dan adanya standar akuntansi sektor publik internasional
(IPSAS) yang mendorong penggunaan akuntansi akrual untuk organisasi
sektor publik (Mahmudi, 2011:135).
Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
yang telah diganti dengan Penetapan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang SAP berbasis akrual. SAP
Berbasis Akrual adalah SAP yang mengakui pendapatan, beban, aset,

1
utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta
mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan
pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam
APBN/APBD. Dengan penerapan PP No.71 Tahun 2010, maka penerapan
akuntansi berbasis akrual telah memiliki kekuatan hukum.
Akuntansi berbasis akrual dianggap dapat memberikan informasi
yang lebih berguna untuk pengambilan keputusan dibandingkan akuntansi
berbasis kas (Tickell & Geoffrey, 2010 dalam Hasibuan dan Muda, 2013).
Serta dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih komprehensif,
yaitu transaksi tercatat pada periode tercatat yang dapat dipertanggung
jawabkan. Laporan keuangan dapat dikatakan berkualitas apabila
memenuhi prasyarat yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat
dipahami.
Laporan keuangan dapat dikatakan relevan apabila informasi
didalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu
mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, apabila laporan
keuangan yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar akuntansi
pemerintah, maka laporan keuangan tersebut menjadi kurang berkualitas.
Laporan keuangan yang andal apabila informasi yang dalam laporan
keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material,
menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Dapat
dibandingkan, apabila informasi yang termuat dalam laporan keuangan
akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan
periode sebelumnya atau laporan pada entitas lain. Dapat dipahami,
apabila informasi dalam laporan keuanagn dapat dipahami oleh pengguna
dan dinyatakan dalam bentuk dan dalam istilah yang disesuaikan dengan
batas pemahaman para pengguna.
Penerapan basis akrual pemerintah diwajibkan untuk menyusun
laporan pertanggungjawaban keuangan daerah berupa laporan keuangan
pemerintah daerah (LKPD), yakni Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
adalah laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai realisasi
pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/defisit LRA, dan pembiayaan

2
dari suatu entitas pelaporan yang masing-masing diperbandingkan dengan
anggarannya. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih adalah laporan
keuangan yang menyajikan informasi kenaikan atau penurunan saldo
anggran lebih tahun pelaporan dibandingkan tahun sebelumnya. Neraca
adalah penggambaran posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai
aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. Laporan Arus Kas
(LAK) adalah pemberikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas
perasi, investasi, pendanaan, dan transitoris yang menggambarkan saldo
awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah
pusat/daerah selama satu periode. Laporan Operasional (LO) menyajikan
ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan
penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk
kegiatan penyelenggaraan pemerintah dalam satu periode pelaporan.
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) menyajikan informasi kenaikan atau
penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) berisi penjelasan
naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam LRA, Laporan
Perubahan SAL, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas,
Neraca, dan Laporan Arus Kas.
Untuk menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas maka
selain kemampuan menerapakan aturan-aturan baik undang-undang
mauapun peraturan pemerintah ataupun peraturan lainnya diperlukannya
kualitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi,
komunikasi (Putra, 2015), dan komitmen organisasi (Hasibuan, 2015) agar
laporan keuangan dapat disampaikan kepada publik dengan tepat waktu
dan juga pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK untuk menghasilkan
akuntabilitas yang lebih besar atas setiap kegiatan yang dilakukan dalam
rangka penyediaan layanan publik kepada masyarakat yang maksimal.
Sumber daya manusia adalah kesatuan tenaga manusia dalam satu
organisasi dan untuk mencapai tujuan organisasi yang meliputi latar
belakang pendidikan yang diperoleh responden pemahaman tentang
tugasnya, kesiapan, dalam melakukan perubahan dalam proses

3
penyusunan laporan keuangan (Azhar, 2007 dalam Alfian, 2014). Sumber
daya manusia merupakan pilar penyangga utama sekaligus penggerak roda
organisasi dalam usaha mewujudkan visi dan misi serta tujuan dari
organisasi. Penelitian yang dilakukan oleh Alfian (2014) menunjukan hasil
sumber daya manusia secara parsial berpengaruh terhadap keberhasilan
penerapan akuntansi berbasis akrual berdasarkan standar akuntansi
pemerintah. Putra dan Ariyanto (2015) hasil penelitian bahwa kualitas
sumber daya berpengaruh positif terhadap kesiapan penerapan SAP
berbasis akrual.
Teknologi informasi yang lebih maju mungkin lebih dapat
menerapkan sistem akuntansi manajemen baru daripada organisasi dengan
sistem informasi yang kurang canggih karena biaya pengolahan dan
pengukuran yang lebih rendah (Krumwiede, 1998 dalam Kusuma, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Hasibuan (2015) dan membuktikan bahwa
kualitas teknologi informasi berpengaruh negatif dan terbukti berpengaruh
signifikan secara statistik, hal ini tidak selajalan dengan penelitian Kusuma
(2013) yang menunjukan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
tingkat penerapan akuntansi akrual.
Komitmen organisasi sering diartikan sebagai keinginan kuat
untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu, keinginan untuk berusaha
keras sesuai keinginan organisasi, keyakinan tertentu, dan penerimaan
nilai dan tujuan organisasi (Luthhans, 2006: 249 dalam Hasibuan, 2015).
Komitmen organisasi sebagai suatu keadaan di mana seorang individu
memihak organisasi serta tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan
keanggotaannya dalam organisasi (Robbins dan Judge, 2009). Adanya
komitmen organisasi membuat sikap pegawai menunjukan kepedulian dan
kesetiaan yang tinggi pada organisasi.
Selain itu diperlukan komunikasi yang berkesinambungan dari
pemerintah pusat maupun daerah, meyakini bahwa komunikasi merupakan
kekuatan pembentuk utama organisasi (Bernard, 1983; Luthans 2006: 370
dalam Hasibuan, 2015). Bernard menempatkan komunikasi sebagai tujuan
dan keinginan untuk bertindak, sebagai salah satu dari elemen organisasi.

4
Penelitian yang dilakukan Putra (2015) menunjukan bahwa komunikasi
berpengaruh positif terhadap kesiapan penerapan SAP berbasis akrual.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu akuntansi pemerintah berbasis akrual?
2. Bagaimana perbedaan dan persamaan akuntansi pemerintah berbasis
kas dan berbasis akrual?
3. Bagaimana proses atau siklus akuntansi pemerintah?
4. Apa saja jenis-jenis laporan keuangan pemerintah?
C. TUJUAN
Dari rumusan masalah di atas, maka diperoleh tujuan penyusunan
makalah, yaitu untuk mengetahui dan memaparkan:
 Akuntansi pemerintah berbasis akrual.
 Perbedaan dan persamaan akuntansi pemerintah berbasis kas dan
berbasis akrual.
 Proses atau siklus akuntansi pemerintah.
 Laporan keuangan pemerintah.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL.


Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 sebagai pengganti Peraturan
Pemerintah No. 24 Tahun 2005. SAP dinyatakan dalam bentuk Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP), dilengkapi dengan Pengantar
Standar Akuntansi Pemerintahan dan disusun mengacu kepada Kerangka
Konseptual Akuntansi Pemerintahan.
SAP adalah suatu aturan atau standar yang digunakan sebagai
acuan dalam menyusun laporan keuangan pemerintah, baik pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah.
Basis Akrual
Pengertian Akuntansi Berbasis Akrual adalah basis akuntansi di
mana transaksi ekonomi atau peristiwa akuntansi diakui, dicatat, dan
disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut,
tanpa memperhatikan waktu kas diterima atau dibayarkan. Dalam konteks
daerah, pengakuan dan pencatatan transaksi akuntansi pada basis akrual
adalah sebagai berikut:
 Pendapatan diakui atau dicatat pada saat timbulnya hak dan tidak
semata-mata pada saat kas masuk ke kas daerah.
 Belanja diakui/dicatat pada saat timbulnya kewajiban atau tidak selalu
pada saat kas keluar dari kas daerah.
 Aset diakui pada saat potensi ekonomi masa depan diperoleh dan
mempunyai nilai yang dapat diukur dengan andal.

6
 Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau pada saat
kewajiban timbul. (PP No 71 Tahun 2010)
Maka sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 17 tahun 2003
tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang No. 1 tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, pemerintah harus menerapkan SAP akuntansi
berbasis akrual. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa basis akrual
dapat memberikan informasi keuangan yang lebih lengkap daripada basis
lainnya. Selain itu, laporan keuangan berbasis akrual juga menyediakan
informasi mengenai kegiatan operasional pemerintah, evaluasi, efisiensi,
dan efektivitas serta ketaatan terhadap peraturan.
SAP Basis Kas Menuju Berbasis Akrual
SAP Berbasis Kas Menuju Akrual adalah SAP yang mengakui
pendapatan, belanja dan pembiayaan berbasis kas, serta mengakui aset,
utang dan ekuitas dana berbasis akrual. Basis kas menuju akrual ini
melakukan pencatatan dengan cara menggunakan basis kas pada periode
pelaksanaan anggaran (yaitu pendapatan diakui pada saat kas diterima ke
Kas Negara dan belanja diakui pada saat kas dikeluarkan dari Kas
Negara). Dan pada akhir periode diperlukan penyesuaian-penyesuaian
untuk mencatat belanja harta tetap yang dilakukan pada periode
pelaksanaan (dengan menggunakan metode kolorari), serta mencatat hak
ataupun kewajiban Negara.
Basis kas untuk pendapatan dan belanja yang dilakukan pada
periode anggaran akan menghasilkan penyusunan Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) dan Laporan Arus Kas (LAK), sedangkan pencatatan
pada akhir periode (dengan jurnal kolorari) akan diperoleh Neraca. Aset,
kewajiban, dan ekuitas merupakan unsur neraca, sedangkan pendapatan,
belanja dan pembiayaan merupakan unsur Laporan Realisasi Anggaran.
Dengan kata lain, Neraca disajikan dengan basis akrual dan Laporan
Realisasi Anggaran disajikan dengan basis kas.
Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual
secara bertahap pada pemerintah pusat diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis

7
Akrual secara bertahap pada pemerintah daerah diatur dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri. Perbedaan mendasar SAP berbasis kas menuju
akrual dengan SAP berbasis akrual terletak pada PSAP 12 mengenai
laporan operasional. Entitas melaporkan secara transparan besarnya
sumber daya ekonomi yang didapatkan, dan besarnya beban yang
ditanggung untuk menjalankan kegiatan pemerintahan. Surplus atau defisit
operasional merupakan penambah atau pengurang ekuitas atau kekayaan
bersih entitas pemerintahan bersangkutan (PP Nomor 71 Tahun 2010).
Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran merupakan laporan-
laporan yang saling berhubungan. Pendapatan yang merupakan isi
Laporan Realisasi Anggaran didefinisikan sebagai semua penerimaan
Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang menambah ekuitas dana lancar
dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak
pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Selanjutnya
belanja yang juga menjadi isi Laporan Realisasi Anggaran didefinisikan
sebagai semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah
yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
pemerintah.
Ekuitas dana lancar merupakan unsur neraca sehingga pendapatan
dan belanja seharusnya langsung mempengaruhi ekuitas dana lancar dalam
neraca. Akan tetapi, penerimaan pendapatan dan pengeluaran belanja
berdasarkan basis kas hanya mempengaruhi jumlah kas, tetapi tidak secara
langsung mempengaruhi ekuitas dana lancar. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa akun-akun pendapatan dan belanja merupakan akun
pembantu ekuitas dana lancar. Penerimaan pendapatan dicatat terlebih
dahulu dalam akun pendapatan dan pengeluaran belanja dicatat dalam
akun belanja, kemudian pada akhir tahun ditutup ke akun ekuitas dana
lancar. (bandingkan dengan pengertian pendapatan dan biaya sebagai akun
pembantu modal dalam akuntansi komersial). Seluruh penerimaan dan
pengeluaran pemerintah harus ada dalam anggaran artinya harus melalui
atau tercantum dalam Laporan Realisasi Anggaran. Pendapatan, belanja,

8
dan pembiayaan yang merupakan unsur Laporan Realisasi Anggaran akan
diakui atau dicatat pada saat kas diterima atau dikeluarkan. Pendapatan,
belanja, dan pembiayaan hanya mempengaruhi kas dan tidak
mempengaruhi komponen lainnya dalam pos neraca pada saat penerimaan
dan pengeluaran kas. Akibat perlakuan seperti ini, neraca hanya terdiri dari
sisi debit kas dan sisi kredit ekuitas. Itupun ekuitas muncul pada akhir
periode pada saat pendapatan dan biaya ditutup ke ekuitas dana lancar.
SAP Berbasis Akrual
Peraturan Pemerintah Nomor 71 2010 Pasal 1 ayat (8)
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan SAP Berbasis Akrual, yaitu
SAP yang mengakui pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam
pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja,
dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis
yang ditetapkan dalam APBN/APBD. Basis Akrual untuk neraca berarti
bahwa asset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat
terjadinya transaksi atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan
berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas
atau setara kas diterima atau dibayar (PP No.71 tahun 2010).
SAP berbasis akrual diterapkan dalam lingkungan pemerintah yaitu
pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan satuan organisasi di lingkungan
pemerintah pusat/daerah, jika menurut peraturan perundang-undangan
satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan (PP
No.71 Tahun 2010). SAP Berbasis Akrual tersebut dinyatakan dalam
bentuk PSAP dan dilengkapi dengan Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintah. PSAP dan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan
dalam rangka SAP Berbasis Akrual dimaksud tercantum dalam Lampiran I
Peraturan Pemerintah nomor 71 Tahun 2010.
Penyusunan SAP Berbasis Akrual dilakukan oleh KSAP melalui
proses baku penyusunan (due process). Proses baku penyusunan SAP
tersebut merupakan pertanggungjawaban profesional KSAP yang secara
lengkap terdapat dalam Lampiran III Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010. Penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap dilakukan

9
dengan memperhatikan urutan persiapan dan ruang lingkup laporan. SAP
Berbasis Kas Menuju Akrual dinyatakan dalam bentuk PSAP dan
dilengkapi dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. PSAP
dan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan dalam rangka SAP
Berbasis Kas Menuju Akrual tercantum dalam Lampiran II Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.
Secara rinci pengakuan atas item-item yang ada dalam neraca
dengan penerapan basis akrual adalah:
1. Persediaan diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan
diperoleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat
diukur dengan andal. Persediaan diakui pada saat diterima atau hak
kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah.
2. Investasi, suatu pengeluaran kas atau aset dapat diakui sebagai
investasi apabila memenuhi salah satu kriteria:
a. Kemungkinan manfaat ekonomik dan manfaat sosial atau jasa
pontensial di masa yang akan datang atas suatu investasi tersebut
dapat diperoleh pemerintah.
b. Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara
memadai (reliable). Pengeluaran untuk perolehan investasi jangka
pendek diakui sebagai pengeluaran kas pemerintah dan tidak
dilaporkan sebagai belanja dalam laporan realisasi anggaran,
sedangkan pengeluaran untuk memperoleh investasi jangka
panjang diakui sebagai pengeluaran pembiayaan.
3. Aktiva tetap, untuk dapat diakui sebagai aset tetap, suatu aset harus
berwujud dan memenuhi kriteria:
 Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;
 Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;
 Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan
 Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.
4. Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP), suatu benda berwujud harus
diakui sebagai KD jika:

10
 Besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa yang akan
datang berkaitan dengan aset tersebut akan diperoleh;
 Biaya perolehan tersebut dapat diukur secara andal; dan
 Aset tersebut masih dalam proses pengerjaan.
KDP dipindahkan ke pos aset tetap yang bersangkutan, jika kriteria
berikut ini terpenuhi:
 Konstruksi secara substansi telah selesai dikerjakan; dan
 Dapat memberikan manfaat/jasa sesuai dengan tujuan perolehan.
5. Kewajiban, suatu kewajiban yang diakui jika besar kemungkinan
bahwa pengeluaran sumber daya ekonomi akan dilakukan atau telah
dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai saat ini,
dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian
yang dapat diukur dengan andal.
Kelebihan Akuntansi berbasis akrual:
1. Beban diakui saat terjadi transaksi, sehingga informasi yang diberikan
lebih handal dan terpercaya.
2. Pendapatan diakui saat tejadi transaksi, sehingga informasi yang
diberikan lebih handal dan terpecaya walaupun kas belum diterima.
3. Setiap penerimaan dan pembayaran akan dicatat ke dalam masing-
masing akun sesuai dengan transaksi yang terjadi.
4. Adanya peningkatan pendapatan perusahaan karena kas yang belum
diterima dapat diakui sebagai pendapatan.
5. Laporan keuangan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
menentukan kebijakan di masa datang dengan lebih tepat.
6. Laporan keuangan yang dihasilkan dapat diperbandingkan dengan
entitas lain, baik pemerintah maupun bisnis. Hal ini dimungkinkan
karena kerangka dan ruang lingkup yang sama telah digunakan dengan
menerapkan basis akrual.
Kekurangan akuntansi berbasis akrual :
1. Biaya yang belum dibayarkan secara kas akan dicatat efektif sebagai
biaya sehingga dapat mengurangi pendapatan.

11
2. Adanya resiko pendapatan yang tak tertagih sehingga dapat
mengurangi pendapatan.
3. Tidak ada perkiraan yang tepat kapan kas yang belum dibayarkan oleh
pihak lain dapat diterima.

Tabel – Strategi Penerapan SAP Akrual


Tahun Strategi Penerapan SAP Akrual
Penerbitan Standar Akuntansi Pemerintah berbasis akrual,
2010 mengembangkan framework akuntansi berbasis akrual, dan
BAS sosialisasi SAP berbasis akrual.
Penyiapan aturan pelaksanaan dan kebijakan akuntansi,
pengembangan sistem akuntansi dan TI bagian pertama
2011
(proses bisnis dan requirement), pengembangan kapasitas
SDM.
Pengembangan sistem akuntansi dan TI (lanjutan),
2012
pengembangan kapasitas SDM (lanjutan).
Piloting beberapa KL dan BUN; review, evaluasi, dan
2013 penyempurnaan sistem; pengembangan kapasitas SDM
(lanjutan).
Parallel run dan konsolidasi seluruh LK; review, evaluasi,
2014 dan penyempurnaan sistem; pengembangan kapasitas SDM
(lanjutan).
Implementasi penuh, pengembangan kapasitas SDM
2015
(lanjutan)

4. Perbedaan PP Nomor 24 Tahun 2005 dengan PP Nomor 71 Tahun


2010
Tabel – Perbandingan PP No. 24 Tahun 2005 dengan PP No. 71 Tahun
2010
PP No. 24 Tahun 2005 PP No. 71 Tahun 2010
(Basis Kas Menuju Akrual) (Basis Akrual)
 Laporan Realisasi Anggaran  Laporan Realisasi Anggaran
(LRA) (LRA)
 Neraca  Laporan Perubahan Saldo
 Laporan Arus Kas Anggaran Lebih (LSAL)

12
 Catatan Atas Laporan  Neraca
Keuangan  Laporan Arus Kas
 Laporan Operasional (LO)
 Laporan Perubahan Ekuitas
 Catatan Atas Laporan
Keuangan

Dari uraian di atas, perbedaan yang paling mendasar dari


komponen laporan keuangan antara PP No. 4 Tahun 2005 dengan PP No.
71 Tahun 2010 terletak pada Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
(LSAL) dan Laporan Operasional (LO).
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih sebenarnya bukan hal
yang baru, sebab laporan ini dulunya (ketika akuntansi pemerintahan
masih menggunakan basis kas) merupakan bagian dari Laporan
Surplus/Defisit, khususnya yang terkait dengan pembiayaan.
Sesuai dengan PSAP 02 (2010: hal. 9) yang dimaksud dengan
pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah,
baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan
diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama
dimaksudkan untuk menutup defisit dan/atau memanfaatkan surplus
anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman
dan hasil investasi. Sementara, pengeluaran pembiayaan antara lain
digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian
pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah.
Selisih antara penerimaan pembiayaan dengan pengeluaran pembiayaan
disebut pembiayaan netto. Apabila manajemen keuangan pemerintah
melakukan dengan baik, maka jumlah pembiayaan netto ini seharusnya
mendekati jumlah surplus/defisit anggaran karena pembiayaan
dimaksudkan untuk memanfaatkan surplus atau menutup defisit anggaran.
Perbedaan yang sangat siginifikan dalam basis akuntansi
pemerintahan adalah adanya Laporan Operasional (LO), Laporan
Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah

13
ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah seperti
pendapatan, beban, dan transfer dalam satu periode laporan.
Sekilas antara laporan realisasi anggaran (LRA) sama dengan
laporan operasional (LO). Perbedaan yang paling mencolok dari keduanya
adalah LRA menggunakan basis kas, sedangkan LO menggunakan basis
akrual, hal ini nampak dari perbedaan antara akun belanja (untuk mencatat
pengeluaran biaya/belanja dalam LRA), sedangkan dalam LO
menggunakan akun beban. Tetapi yang paling pokok bukan jenis akunnya
yang berbeda, melainkan konsep atau basis yang digunakan, LRA
menggunakan basis kas sedangkan LO menggunakan basis akrual. Sebagai
contoh ketika terjadi penjualan asset tetap, LRA hanya mencatat jumlah
kas yang diterima (tanpa memperhitungkan surplus/defisit dari penjualan
asset tetap tersebut). Namun karena LO menggunakan basis akrual, setiap
terjadi surplus atau defisit atas penjualan asset tetap diakui sebagai
pendapatan/beban non-operasional. Demikian pula halnya yang terkait
dengan beban non-kas seperti, alokasi atas pengeluaran pada periode
sebelumnya (junk cost), beban penyusutan, beban cadangan penghapusan
pinjaman, amortisasi beban ditangguhkan, dan lainnya. Beban-beban
sejenis ini tidak akan ada di LRA (sebab LRA menggunakan basis kas),
tetapi di LO harus ada.
Dengan adanya Laporan Operasional, maka masyarakat dapat
melihat kinerja pemerintah dalam mengelola keuangan negara dalam
setiap tahun pelaporan, di mana meskipun setiap transaksi pemerintah
akan diakui, dicatat dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat
terjadinya transaksi, tanpa memperhatikan waktu kas diterima atau
dibayarkan, namun baik jumlah beban atau pendapatan yang diterima atau
dibayarkan oleh pemerintah akan disesuaikan sebesar jumlah yang telah
menjadi beban atau pendapatan dalam periode laporan, hal ini akan
membuat pemerintah lebih berhati-hati dalam mengelola keuangan negara.
B. PERSAMAAN AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS KAS DAN
BERBASIS AKRUAL

14
Dalam akuntansi pemerintahan, pengakuan pendapatan, belanja,
dan pembiayaan dalam LRA (Laporan Realisasi Anggaran) menggunakan
basis kas, sedangkan pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas dalam neraca
menggunakan basis akrual. Persamaan dasar akuntansi pemerintah dalam
proses pencatatan, penggolongan dan peringkasan transaksi dalam
akuntansi menggunakan sistem double entry, artinya pencatatan
(penjurnalan) atau transaksi keuangan digolongkan atau melibatkan
minimal ke dalam dua jenis rekening. Sistem pencatatan double entry
berdasarkan pada logika persamaan dasar akuntansi sebagai berikut:
 Persamaan dasar akuntansi untuk neraca.
 Persamaan dasar akuntansi untuk Laporan Realisasi Anggaran
(LRA).
 Dasar pengakuan.
a. Persamaan Akuntansi untuk Neraca
Persamaan struktur Neraca Daerah menunjukkan hubungan antara
Aset (A) disatu sisi dengan Kewajiban (K) dan Ekuitas Dana (E) pada
sisi yang lain, yang dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai
berikut:
ASET = KEWAJIBAN + EKUITAS DANA
b. Persamaan Akuntansi untuk Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Akuntansi Keuangan Daerah pada dasarnya merupakan proses
pencatatan, penggolongan dan peringkasan transaksi dalam rangka
pelaksanaan APBD. Persamaan struktur APBD menunjukkan
hubungan antara Pendapatan Daerah (P) dan Belanja Daerah (B) disatu
sisi, dan Pembiayaan berupa Penerimaan Daerah (PT) serta
Pembiayaan berupa Pengeluaran Daerah (PK) pada sisi lainnya. Dalam
Struktur APBD, selisih antara Pendapatan Daerah dengan Belanja
Daerah (P–B) sama dengan Surplus (S) atau Defisit (D), atau
dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut:
P– B = S atau D
di mana:
P – B = S, jika P lebih besar dari pada B

15
P – B = D, jika P lebih kecil dari pada B
Surplus dialokasikan ke Pembiayaan berupa Pengeluaran Daerah
(PK). Artinya, jika terjadi surplus, dialokasi surplus tersebut
menambah pembiayaan berupa Pengeluaran Daerah (+PK). 
Defisit ditutup dari Pembiayaan berupa Penerimaan Daerah
(PT), artinya penutupan Defisit mengurangi pembiayaan berupa
Penerimaan Daerah (PT). Dengan demikian Persamaan Struktur
APBD:
P– B = S / D
Dapat dikembangkan menjadi :
P– B = - PT + PK
atau
B + PK = P + PT
c. Dasar Pengakuan
Akuntansi Keuangan Daerah pada dasarnya adalah bagian
dari pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Daerah yang mencakup
proses pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi
realisasi APBD dalam satu tahun anggaran, serta pelaporannya
pada akhir tahun anggaran yang bersangkutan.
Dasar Pengakuan dalam Akuntansi, basis pengakuan pada
umumnya ada dua yaitu basis kas (cash basis) dan basis akrual
(accrual basis). Contoh transaksi yang membedakan basis kas dan
basis akrual adalah dalam peristiwa pada saat pemerintah
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD).
 Pengakuan dengan dasar kas tidak akan mengakui pendapatan
pada saat penerbitan SKPD tersebut, karena pemerintah daerah
belum menerima kas.
 Namun,dalam pengakuan dengan dasar akrual, pendapatan
sudah diakui pemerintah daerah pada saat penerbitan SKPD,
walaupun pemerintah belum menerima kas atas pendapatan
pajak tersebut.

16
Pencatatan dalam Akuntansi Keuangan Daerah secara
berpasangan, oleh karena itu, berdasarkan logika persamaan dasar
akuntansi yang merupakan gabungan dari Persamaan Struktur Neraca
Daerah dan Persamaan Struktur APBD sebagai berikut:
 Persamaan Struktur Neraca: A = K + E
 Persamaan Struktur LRA: B + PK = P + PT
Kedua persamaan tersebut mempunyai hubungan (artikulasi)
sebagai berikut: bertambahnya P menyebabkan bertambahnya E,
sebaliknya bertambahnya B menyebabkan berkurangnya E.
Berdasarkan artikulasi tersebut, penggabungan kedua
persamaan tersebut akan menghasilkan formulasi sebagai berikut:
A = K + E + (P + PT) – (B + PK)
atau
A + B + PK = K + E + P + PT
Persamaan dasar akuntansi untuk Laporan Realisasi Anggaran adalah
sebagai berikut:
A (kas) + B + PK = P + PT
Sehingga transaksi-transaksi yang tidak mempengaruhi kas dan, secara
otomatis tidak mempengaruhi rekening-rekening di Laporan Realisasi
Anggaran, akan mempengaruhi neraca langsung dengan persamaan
sebagai berikut:
A=K+E
Aset dalam persamaan diatas merupakan semua jenis Aset yang
berwujud selain kas. Oleh karena itu, persamaan dasar akuntansi untuk
neraca sebagai berikut:
A (selain kas) = K + E
C. PERBEDAAN AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL
DAN BERBASIS KAS
Akuntansi berbasis akrual adalah suatu basis akuntansi di mana
transaksi ekonomi dan peristiwa lainnya diakui, dicatat, dan disajikan
dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa
memperhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau dibayarkan. Dalam

17
akuntansi berbasis akrual, waktu pencatatan sesuai dengan saat terjadinya
arus sumber daya.  Dalam pencatatan menggunakan basis akrual ini tentu
akan lebih akurat, dan dengan menggunakan basis akrual aset, kewajiban
dan ekuitas mudah diukur. Di dalam basis akrual sebuah pendapatan akan
diakui ketika perusahaan/organisasi publik memiliki hak untuk melakukan
penagihan dari hasil transaksi. Dan menggunakan basis akrual ini tidak
memperdulikan kapan kas akan diterima, dan kapan kas dikeluarkan.
Pengakuan biaya di dalam basis akrual ini ketika kewajiban membayar
sudah jatuh tempo. Dan biaya tersebut sudah dapat diakui ketika
kewajiban membayar sudah terjadi, meskipun kas belum dikeluarkan.
Salah satu hasil studi yang dilakukan oleh IFAC Public Sector
Committee (2002) menyatakan bahwa pelaporan berbasis akrual
bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja pemerintah terkait biaya jasa
layanan, efisiensi,dan pencapaian tujuan. Dengan pelaporan berbasis
akrual, pengguna dapat mengidentifikasi posisi keuangan pemerintah dan
perubahannya, bagaimana pemerintah mendanai kegiatannya sesuai
dengan kemampuan pendanaannya sehingga dapat diukur kapasitas
pemerintah yang sebenarnya. Akuntansi pemerintah berbasis akrual juga
memungkinkan pemerintah untuk mengidentifikasi kesempatan dalam
menggunakan sumber daya masa depan dan mewujudkan pengelolaan
yang baik atas sumber daya tersebut.
Basis akrual dengan memiliki dua konsep utama, diantaranya sebagai
berikut:
1. Pengakuan Pendapatan, dalam basis akrual pendapatan dicatat pada
saat terjadinya adanya piutang tak tertagih. Pendapatan perusahaan
sudah diakui dari piutang tak tertagih konsumen walaupun kondisi kas
belum diterima. Hal ini juga disebabkan karena kapan kas benar-benar
menerima pendapatan tidak begitu penting. 
2. Pengakuan Beban, dalam basis akrual beban yang masih harus
dibayarkan akan dicatat menjadi pos hutang bagian hutang lancar pada
neraca. Perusahaan akan mengeluarkan biaya yang belum dibayar dan
menjadi beban dalam laporan laba rugi. Biasanya perusahaan membuat

18
laporan arus kas terpisah secara tidak langsung ini adalah overhead
cost.
Basis kas (cash basis) yakni sebuah metode pencatatan di dalam
akuntansi, yang hanya mencatat transaksi, jika ada penerimaan atau
pengeluaran kas. Pendapatan menurut pencatatan dengan basis kas adalah
semua penerimaan dalam bentuk tunai atau kas yang dicatat di buku bank
perusahaan. Jumlah pendapatan yang dilaporkan adalah sama dengan total
uang yang diterima oleh perusahaan pada suatu periode. Di lain pihak,
pengertian beban adalah seluruh pengeluaran yang dibayar oleh
perusahaan. Dengan demikian, total beban yang dilaporkan pada suatu
periode adalah total pengeluaran yang tercatat pada buku bank perusahaan.
Pada akhirnya, laba atau rugi yang merupakan selisih antara pendapatan
dengan biaya, bila digunakan basis kas dapat diketahui secara cepat
dengan menghitung berapa saldo kas yang ada pada akhir periode.
a) Poin Perbedaan Basis Masing-masing Metode
1. Jangka Waktu
Dalam hal ini untuk akuntansi berbasis akrual pendapatan
dan pengeluaran dicatat segera setelah layanan atau produk
digunakan. Sedangkan untuk akuntansi berbasis kas pendapatan
dan pengeluaran dicatat ketika dana telah didebit atau dikreditkan.
2. Ketepatan Jangka Panjang
Akuntansi berbasis kas kurang efektif digunakan dalam
jangka panjang. Masalahnya adalah kemungkinan hal ini bisa
memberikan waktu yang sangat lama bagi Anda untuk menerima
dana dari penjualan yang telah dilakukan. Dalam pandangan bisnis,
ini sangat merugikan dan tidak ada kontrol pada transaksi non-
tunai yang mungkin lebih kompleks. Sedangkan untuk akuntansi
berbasi akrual memiliki representasi yang lebih akurat dan
memberikan gambaran nyata tentang posisi bisnis secara realtime.
3. Kemudahan Penggunaan
Untuk Akuntansi berbasis kas, lebih mudah dalam
pencatatan dan pengecekan. Hal ini dikarenakan hanya

19
membutuhkan lebih sedikit entri jurnal. Berbeda dengan akuntansi
berbasis akrual yang membutuhkan lebih banyak entri jurnal untuk
setiap transaksi yang terjadi.
4. Arus Kas
Akuntansi berbasis kas memberikan keakuratan pada setiap
kas yang masuk dan keluar dari sistem. Sedangkan untuk akuntansi
berbasis akrual lebih sulit merepresentasikan laporan kas yang
benar. Banyak akuntan perusahaan harus membuat laporan arus
kas terpisah, secara tidak langsung ini adalah overhead cost.
5. Analisis Tren
Karena metode basis akrual mencatat setiap transaksi, maka
representasi yang leboh akurat pada setiap transaksi yang terjadi.
Oleh karenanya analisis untuk pola penjualan dan pengeluaran
lebih mudah dilakukan. Sementara itu, untuk metode basis kas
yang hanya mencatat transaksi saat dana berpindah tangan, ada
kesenjangan atau celah waktu signifikan antara saat terjadinya
transaksi dengan pencatatannya. 
b) Kelebihan dan Kelemahan Masing-Masing Metode
Akuntansi Berbasis Kas
Kelebihan:
 Relatif sederhana;
 Mudah dipahami dan dilaksanakan;
 Proses audit lebih mudah; dan
 Memudahkan dalam pengendalian belanja.
Kelemahan:
 Rentan manipulasi arus kas;
 Mendorong kecenderungan belanja sampai anggaran habis;
 Tidak ada pengendalian aset nonkas secara terkoordinasi
melalui akuntansi;
 Aset terabaikan atau tidak digunakan dengan efektif;
 Pembengkakan utang dan risiko kebangkrutan tidak terdeteksi
melalui akuntansi dan LK;

20
 Hanya memberikan gambaran parsial tentang keuangan
negara;
 Tidak memfasilitasi hubungan antara analisis ekonomis
dengan output organisasi;
 Tidak menggambarkan beban keuangan yang sebenarnya,
terutama beban penyusutan aset tetap;
 Tidak mampu menghasilkan neraca sehingga negara tidak
pernah mengetahui posisi dan risiko keuangan.
Akuntansi Berbasis Akrual
Kelebihan:
 Menghasilkan Laporan Keuangan yang lebih baik untuk
tujuan pengambilan keputusan karena memenuhi azas
‘semakin baik informasi, maka semakin baik keputusan’;
 Pengalokasian sumber daya dapat diketahui lebih akurat;
 Penilaian kinerja yang lebih akurat dalam satu tahun
pelaporan karena penilaian kesehatan keuangan dikaitkan
pada kinerja organisasi pemerintah;
 Dapat menghasilkan nilai aset, kewajiban dan ekuitas yang
lebih baik;
 Pengukuran penilaian biaya suatu program/kegiatan yang
lebih baik;
 Sesuai Reformasi Manajemen Keuangan pemerintah yang
diamanatkan oleh UU;
 Sesuai dengan international best practices, termasuk untuk
kebutuhan Government Finance Statistics (GFS) yang
berbasis akrual;
 Mengakumulasi kewajiban pembayaran pensiun;
 Menyelaraskan/meratakan belanja modal dengan akuntansi
penyusutan;
 Mewaspadai risiko default hutang yang akan jatuh tempo
bersanksi denda;

21
 Memungkinkan perundingan dan penjadwalan utang yang
mungkin tak mampu dibayar di masa depan yang masih jauh,
tanpa tergesa-gesa;
 Permintaan hair cut apabila posisi keuangan terlihat tidak
tertolong lagi menjadi masuk akal di mata negara/lembaga
donor;
 Memberi gambaran keuangan lebih menyeluruh tentang
keuangan negara dari sekadar gambaran kas;
 Mengubah perilaku keuangan para penggunanya menjadi
lebih transparan dan   akuntabel.
Kelemahan:
 Relatif lebih kompleks dibanding basis akuntansi kas maupun
basis kas menuju akrual sehingga membutuhkan SDM dengan
kompetensi akuntansi yang memadai.
D. SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAH
Siklus Akuntansi Pemerintah Pusat
a. Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN)

22
Siklus akuntansi pada sistem akuntansi bendahara umum negara adalah
sebagai berikut:
1. KPPN mengirim semua file data setiap hari dan laporan keuangan
setiap bulan ke Kanwil DJPBN Bidang AKLAP sedangkan KPPN
yang khusus memproses data BLN mengirim semua file data
setiap hari ke DAPK; KPPN setiap hari mengirim data transaksi
ke Dit. APK;
2. Kanwil DJPBN menyampaikan file data dan laporan keuangan
setiap bulan ke DAPK sebagai bahan penyusunan laporan
keuangan pemerintah pusat;
3. Direktorat Pengelolaan Kas Negara (Dit. PKN) menyampaikan
file data dan laporan keuangan BUN setiap bulan ke DAPK
sebagai bahan penyusunan laporan keuangan pemerintah pusat; a.
Dit.PKN melakukan Rekonsiliasi data dengan Dit. APK;
4. Seluruh Unit Akuntansi di bawah Unit Akuntansi Bendahara
Umum Negara menyampaikan:
 Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang selaku UAPBUN-UH
menyampaikan data berupa laporan dan ADK ke Entitas BUN
dalam rangka penyusunan laporan keuangan gabungan Entitas
BUN;
 Direktorat Jenderal Kekayaan Negara selaku UAPBUN-IP
menyampaikan data berupa laporan dan ADK ke Entitas BUN
dalam rangka penyusunan laporan keuangan gabungan Entitas
BUN;
 Direktorat Penerusan Pinjaman selaku UAPBUN-PP
menyampaikan data berupa laporan dan ADK ke Entitas BUN
dalam rangka penyusunan laporan keuangan gabungan Entitas
BUN;
 Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan selaku
UAPBUN-TD menyampaikan data berupa laporan dan ADK
ke Entitas BUN dalam rangka penyusunan laporan keuangan
gabungan Entitas BUN;

23
 Direktorat Jenderal Anggaran selaku UAPBUN-BSBL
menyampaikan data berupa laporan dan ADK ke Entitas BUN
dalam rangka penyusunan laporan keuangan gabungan Entitas
BUN;
 Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan selaku
UAPBUN-BL menyampaikan laporan gabungan Badan
Lainnya ke Entitas BUN dalam rangka penyusunan laporan
keuangan gabungan Entitas BUN;
 Unit Akuntansi yang mengelola Transaksi Khusus selaku
UAPBUN-TK menyampaikan data berupa laporan dan ADK
ke Entitas BUN dalam rangka penyusunan laporan keuangan
gabungan Entitas BUN;
5. Entitas BUN menyampaikan Laporan Keuangan Gabungan dan
ADK seluruh entitas di bawah BUN ke Dit. APK sebagai bahan
penyusunan laporan keuangan pemerintah pusat;
6. Presiden, Menteri Keuangan, Direktur Jenderal Perbendaharaan
menyampaikan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat kepada
BPK tiap semester dan tahunan;
7. BPK melakukan pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat yang disampaikan Presiden.
b. Sistem Akuntansi Instansi (SAI)

24
Siklus akuntansi pada sistem akuntansi instansi adalah sebagai berikut:
1) UAKPA menyampaikan dokumen sumber perolehan Aset Tetap
kepada UAKPB setiap terdapat transaksi perolehan Aset.
2) UAKPB mengirimkan ADK aset setiap bulan ke UAKPA sebagai
bahan penyusunan neraca.
3) UAKPB menyampaikan laporan BMN beserta ADK setiap triwulan ke
KPKNL sebagai bahan pemutakhiran data BMN.
4) UAKPA menyampaikan secara bulanan ke KPPN berupa LRA, Neraca
dan ADK termasuk Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan
dalam rangka melakukan rekonsiliasi data. Untuk laporan semesteran
dilengkapi dengan CALK.
5) BLU menyampaikan secara triwulanan ke KPPN berupa LRA, Neraca
dan ADK dalam rangka melakukan rekonsiliasi data. Untuk laporan
semesteran dilengkapi dengan CALK.
6) KPKNL menyampaikan laporan BMN beserta ADK setiap semester ke
KPPN sebagai bahan rekonsiliasi data BMN.
7) KPKNL menyampaikan laporan BMN beserta ADK setiap semester ke
Kanwil DJKN sebagai bahan penyusunan laporan BMN tingkat
wilayah.
8) KPPN menyampaikan Laporan Keuangan Kuasa BUN termasuk
Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan setiap bulan dan
mengirimkan ADK setiap hari ke Kanwil Ditjen PBN Bidang AKLAP.
9) BLU menyampaikan menyampaikan ADK, LRA dan neraca kepada
UAPPAE1 untuk digabungkan setelah dilakukan rekonsiliasi dengan
KPPN setiap triwulan. Untuk Semesteran dan tahunan disertai dengan
Catatan Atas Laporan.
10) UAKPA menyampaikan ADK, LRA dan neraca termasuk Bagian
Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan secara bulanan kepada
UAPPA-W untuk digabungkan setelah dilakukan rekonsiliasi dengan
KPPN setiap bulan. Untuk Semesteran dan tahunan disertai dengan
Catatan Atas Laporan Keuangan.

25
11) UAKPA Kantor Pusat menyampaikan ADK, LRA dan neraca
termasuk Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan secara
bulanan kepada UAPPA-E1 untuk digabungkan setelah dilakukan
rekonsiliasi dengan KPPN setiap bulan apabila. Untuk Semesteran dan
tahunan disertai dengan Catatan Atas Laporan Keuangan.
12) UAKPB menyampaikan Laporan BMN beserta ADK ke UAPPB-W
untuk digabungkan setiap semester.
13) UAKPB Kantor Pusat menyampaikan Laporan BMN beserta ADK ke
UAPPBE1 untuk digabungkan setiap semester.
14) UAPPB-W menyampaikan laporan BMN kepada UAPPA-W setiap
semester untuk dilakukan pencocokan dengan laporan keuangan pada
UAPPA-W.
15) UAPPB-W melakukan rekonsiliasi data BMN dengan Kanwil DJKN
setiap semester.
16) UAPPA-W menyampaikan ADK termasuk Bagian Anggaran
Pembiayaan dan Perhitungan secara bulanan ke Kanwil Ditjen PBN
Bidang AKLAP, dan menyampaikan LRA dan Neraca beserta ADK
setiap triwulan dalam rangka rekonsiliasi tingkat wilayah. Untuk
laporan semesteran dilengkapi dengan CALK.
17) UAPPA-W menyampaikan LRA, Neraca dan ADK termasuk Bagian
Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan secara triwulanan kepada
UAPPA-E1 untuk digabungkan di tingkat eselon I. Untuk laporan
semesteran dilengkapi dengan CALK.
18) Kanwil DJKN menyampaikan laporan BMN beserta ADK setiap
semester ke Kanwil DJPBN sebagai bahan rekonsiliasi data BMN.
19) UAPPB-W menyampaikan ADK transaksi BMN dan laporan BMN ke
UAPPBE1 untuk digabungkan di tingkat eselon I setiap semester.
20) UAPPB-E1 melakukan rekonsiliasi data BMN UAKPB Kantor Pusat
dengan Kanwil DJKN setiap semester.
21) Kanwil DJKN menyampaikan laporan BMN beserta ADK setiap
semester ke Kantor Pusat DJKN sebagai bahan penyusunan laporan
BMN tingkat pemerintah pusat.

26
22) Kanwil Ditjen PBN mengirim ADK setiap hari dan Laporan Keuangan
Kuasa BUN setiap triwulan termasuk data Bagian Anggaran
Pembiayaan dan Perhitungan ke Kantor Pusat Ditjen PBN cq
Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan sebagai bahan
rekonsiliasi dengan kementerian negara/lembaga di tingkat pusat.
23) UAPPB-E1 menyampaikan laporan BMN kepada UAPPA-E1 setiap
semester untuk dilakukan pencocokan dengan laporan keuangan pada
UAPPA-E1.
24) UAPPB-E1 menyampaikan ADK dan laporan BMN ke UAPB untuk
digabungkan di tingkat kementerian negara/lembaga setiap semester.
25) UAPPA-E1 menyampaikan LRA, Neraca dan ADK termasuk BLU
dan Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan setiap triwulan ke
UAPA sebagai bahan penyusunan laporan keuangan tingkat
kementerian negara/lembaga. Untuk laporan semesteran dilengkapi
dengan CALK.
26) Apabila diperlukan UAPPA-E1 dapat melakukan rekonsiliasi laporan
keuangan tingkat eselon I dengan Ditjen PBN Direktorat Akuntansi
dan Pelaporan Keuangan setiap semester.
27) UAPB menyampaikan laporan BMN kepada UAPA setiap semester
untuk dilakukan pencocokan dengan laporan keuangan pada UAPA.
28) UAPA menyampaikan LRA dan neraca anggaran pembiayaan dan
perhitungan ke Ditjen Anggaran c.q Dit. Anggaran III yang bertindak
sebagai Biro Keuangan Bagian Anggaran Pembiayaan dan
Perhitungan.
29) UAPA menyampaikan laporan keuangan beserta ADK kepada Ditjen
PBN, Dit. APK termasuk BLU, dan Bagian Anggaran Pembiayaan dan
Perhitungan dalam rangka rekonsiliasi dan penyusunan Laporan
Keuangan pemerintah pusat setiap semester.
30) DJA Dit Anggaran III menyampaikan laporan keuangan dan ADK
dalam rangka rekonsiliasi dengan Ditjen PBN cq. Dit.APK setiap
semester.

27
31) UAPB menyampaikan laporan BMN tingkat kementerian
negara/lembaga ke Ditjen KN.
32) Ditjen KN menyampaikan laporan BMN Pemerintah Pusat ke Ditjen
PBN Dit. APK sebagai bahan penyusunan neraca Pemerintah Pusat.
Siklus Akuntansi Pemerintah Daerah
Akuntansi merupakan suatu sistem. Sistem adalah suatu kesatuan
yang terdiri atas subsistem-subsistem atau kesatuan yang lebih kecil, yang
berhubungan satu sama lain dan memiliki tujuan tertentu. Suatu sistem
mengolah input menjadi output. Input sistem akuntansi adalah bukti-bukti
transaksi dalam bentuk dokumen atau formulir. Outputnya adalah laporan
keuangan. 
Sistem akuntansi dapat dijelaskan secara terperinci melalui siklus
akuntansi. Siklus akuntansi adalah serangkaian tahapan yang harus dilalui
untuk mengubah input dalam bentuk dokumen transaksi keuangan
sehingga menghasilkan output berupa laporan keuangan.
Tahapan-tahapan dalam siklus akuntansi pemerintah daerah sebagai
berikut:
a. Analisis Transaksi
Transaksi adalah peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu entitas
yang tercatat. Tujuan dari analisis transaksi adalah untuk
mengidentifikasikan jenis-jenis akun terkait dan untuk menentukan
apakah dibutuhkan debit atau kredit pada akun tersebut. 
Bukti transaksi adalah berupa dokumen-dokumen sumber,
misalnya surat ketetapan pajak/retribusi daerah (SKPD/SKRD), tanda
bukti penerimaan (TBP), dan lain-lain. Bukti transaksi akan dianalisis
untuk menentukan pengaruh transaksi pada akun-akun tertentu. Dalam
menganalisis transaksi juga dilakukan identifikasi dokumen sumber
yang akan digunakan sebagai dasar pencatatan transaksi keuangan ke
dalam jurnal.
b. Tahapan Menjurnal Transaksi

28
Jurnal merupakan catatan kronologis dan sistematis atas seluruh
transaksi keuangan sebuah entitas. Dalam melakukan pencatatan
transaksi ke dalam jurnal digunakan metode double-entry. 
Dalam penulisan jurnal, terdapat beberapa aturan yang telah
menjadi kesepakatan bersama dalam akuntansi, yaitu:
 Jurnal dicatat secara kronologis berdasarkan tanggal terjadinya
kejadian/transaksi keuangan.
 Akun yang berada di sisi debit dicatat terlebih dahulu daripada
akun yang berada di sisi kredit.
 Akun yang berada di sisi kredit dicatat menjorok ke kanan.
 Pencatatan dilakukan pada saat terjadinya kejadian/transaksi
keuangan.
Ada dua basis yang akan digunakan dalam pencatatan akuntansi di
pemerintah daerah, yaitu basis akrual dan basis kas. Terdapat dua jenis
jurnal untuk melakukan pencatatan atas transaksi-transaksi dalam
sistem akuntansi pemerintah daerah, yaitu (1)  jurnal yang akan
mencatat transaksi-transaksi secara akrual khususnya transaksi terkait
akun neraca dan laporan operasional, jurnal jenis ini akan disebut
sebagai jurnal laporan operasional (LO) dan neraca, (2) jurnal yang
akan mencatat transaksi-transaksi yang merupakan realisasi anggaran
berdasarkan basis kas, jurnal ini melengkapi jurnal laporan operasional
(LO) ketika suatu transaksi yang dicatat merupakan transaksi realisasi
anggaran (LRA) dan terdapat aliran kas masuk (pendapatan dan
penerimaan pembiayaan) dan aliran kas keluar (belanja, transfer, dan
pengeluaran pembiayaan), jurnal jenis ini akan disebut jurnal transaksi
realisasi anggaran (LRA).
c. Buku Besar
Proses klasifikasi transaksi dari jurnal ke buku besar dikenal
dengan istilah posting. Buku besar adalah kumpulan catatan transaksi
per akun. Tiap buku besar memuat informasi nama SKPD, nama
rekening, kode rekening, pagu APBD dan pagu perubahan APBD
sebagai kontrol, batas maksimal transaksi untuk masing-masing akun

29
tidak boleh melebihi pagu anggarannya terutama untuk pagu anggaran
belanja dan pengeluaran pembiayaan. 
d. Neraca Saldo
Setelah selesai melakukan proses klasifikasi transaksi ke dalam
buku besar, tahap selanjutnya adalah menyusun neraca saldo. Neraca
saldo merupakan ikhtisar buku besar. PPK-SKPD dan PPK PPKD
(dalam fungsi sebagai SKPD) melakukan rekapitulasi saldo-saldo buku
besar menjadi neraca saldo. Angka-angka saldo dari semua akun buku
besar dipindahkan ke kolom neraca saldo dalam worksheet. Neraca
saldo merupakan sebuah daftar yang memuat nama setiap buku besar
(kode rekening) dan saldonya pada tanggal tertentu.
e. Jurnal Penyesuaian
Jurnal penyesuaian dibuat diakhir periode akuntansi agar
pendapatan dapat dicatat pada saat dihasilkan, dan beban diakui pada
saat terjadinya. Jurnal penyesuaian dibutuhkan untuk memastikan
diterapkannya prinsip pengakuan pendapatan (revenue recognition
principle) dan prinsip penandingan (matching principle). Terdapat dua
kelompok jenis-jenis jurnal penyesuaian, yaitu beban dibayar di muka
(prepayment) dan akrual. Pembayaran di muka (prepayment) terdiri
atas beban dibayar di muka (prepaid expenses) dan pendapatan
diterima di muka atau pendapatan yang belum dihasilkan (unearned
revenue). Pendekatan akrual terdiri dari akrual pendapatan (accrued
revenues) dan akrual beban (accrued expenses). 
f. Menyusun Neraca Saldo Disesuaikan
Setelah semua jurnal penyesuaian dicatat dan diposting, neraca
saldo setelah penyesuaian (adjusted trial balance) disusun berdasarkan
akun-akun buku besar. Tujuan dari neraca saldo setelah penyesuaian
(adjusted trial balance) adalah membuktikan kesamaan saldo total
debit dan saldo total kredit di buku besar setelah seluruh jurnal
penyesuaian dibuat. Akun-akun yang terdapat di neraca saldo setelah
penyesuaian (adjusted trial balance) berisikan seluruh data yang
dibutuhkan untuk menyusun laporan keuangan.

30
g. Langkah Opsional Menyusun Neraca Lajur (Worksheet)
Neraca lajur (worksheet) merupakan alat bantu yang digunakan
dalam menyusun laporan keuangan. Langkah-langkah dalam
penyusunan laporan keuangan sesuai dengan kertas kerja yang dibuat
terdiri atas neraca saldo, jurnal penyesuaian, dan neraca saldo setelah
penyesuaian.
h. Menyusun Laporan Keuangan
Asas penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah terdiri dari
laporan keuangan dapat disusun langsung dari neraca saldo setelah
penyesuaian (adjusted trial balance) dan penyusunan LRA yang
disusun dengan cara memasukkan nilai saldo akun-akun pendapatan-
LRA, belanja, transfer, dan pembiayaan.
i. Menjurnal dan Memosting Ayat Jurnal Penutup
Setelah membuat LRA, langkah selanjutnya adalah membuat jurnal
penutup LRA untuk menutup akun-akun terkait anggaran (opsi bagi
yang mencatat jurnal anggaran) dan realisasinya. Jurnal penutup
berfungsi untuk membuat saldo dari akun-akun terkait anggaran
(opsional) dan realisasinya menjadi nol pada akhir periode setelah
dilakukan penutupan. Cara menutup akun-akun tersebut adalah dengan
mencatatnya pada posisi lawannya (kebalikan dari saldo normalnya).
j. Penyusunan Laporan Operasional (LO)
LO disusun dengan cara memasukkan nilai saldo kelompok akun
pendapatan-LO dan beban ke dalam format LO. Total pendapatan-LO
dikurangi dengan total beban akan menghasilkan surplus/defisit-LO.
Surplus/defisit-LO nantinya akan memengaruhi nilai ekuitas dalam
neraca. LO disajikan dengan menyandingkan nilai pendapatan-LO dan
beban di tahun berjalan dengan tahun sebelumnya.
Setelah membuat LO, langkah selanjutnya adalah membuat jurnal
penutup LO untuk menutup akun-akun terkait dengan pendapatan-LO
dan beban. Jurnal penutup ini berfungsi untuk membuat saldo dari
akun-akun pendapatan-LO dan beban menjadi nol pada akhir periode
setelah dilakukan jurnal penutup.

31
k. Penyusunan Neraca
Neraca disusun dengan cara memasukkan nilai saldo kelompok
akun aset, kewajiban, dan ekuitas ke dalam format neraca. Neraca
disajikan dengan menyandingkan nilai aset, kewajiban, dan ekuitas per
akhir periode berjalan dengan periode sebelumnya. 
Setelah membuat neraca, langkah selanjutnya adalah membuat jurnal
penutup akhir untuk menutup surplus/defisit-LO. Jurnal penutup akhir
ini berfungsi untuk memasukkan unsur surplus/defisit-LO ke dalam
ekuitas. Setelah melakukan penutupan atas surplus/defisit-LO, maka
akan diperoleh neraca saldo akhir di mana tidak terdapat lagi akun
surplus/defisit-LO karena sudah masuk ke dalam nilai ekuitas.
l. Penyusunan Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas (LPE) disusun dengan cara
memasukkan nilai awal ekuitas yang diperoleh dari neraca awal tahun
ke dalam format LPE, diakumulasi dengan surplus/defisit-LO tahun
berjalan, dampak kumulatif perubahan kebijakan/kesalahan mendasar
sehingga menghasilkan ekuitas akhir. LPE disajikan dengan
menyandingkan nilai perubahan ekuitas tahun berjalan dan tahun
sebelumnya. 
m. Menyusun Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL)
Laporan perubahan saldo anggaran lebih (SAL) disusun dengan
cara memasukkan nilai SAL awal tahun yang merupakan nilai SAL
akhir tahun sebelumnya ke dalam format laporan perubahan SAL
dikurangi dengan penggunaan SAL sebagai penerimaan pembiayaan
tahun berjalan. Hasilnya kemudian diakumulasikan dengan
SiLPA/SiKPA tahun berjalan yang diperoleh dari LRA,
diakumulasikan dengan koreksi kesalahan pembukuan tahun
sebelumnya serta lain-lain yang memengaruhi nilai SAL sehingga akan
diperoleh nilai SAL akhir. 
n. Penyusunan Laporan Arus Kas (LAK)
Laporan arus kas (LAK) disusun dengan mengklasifikasikan arus
kas masuk dan arus kas keluar ke dalam kategori aktivitas operasi,

32
aktivitas investasi, aktivitas pendanaan, dan aktivitas transitoris.
Informasi terkait arus kas masuk dan arus kas keluar dapat diperoleh
dari LRA karena LRA disusun berdasarkan arus kas masuk dan keluar.
Selain itu, informasi kas masuk dan keluar bisa juga diambil dari
catatan BKU bendahara.
E. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
1. Tujuan dan Fungsi Laporan Keuangan Pemerintah
Bagi organisasi pemerintah, tujuan umum akuntansi dan laporan
keuangan adalah:
 Memberikan informasi yang digunakan untuk pembuatan
keputusan ekonomi, sosial dan politik serta sebagai bukti
pertanggungjawaban (accountability) dan pengelolaan
(stewardship).
 Untuk memberikan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi
kinerja manajerial dan organisasional. Pemerintah berkewajiban
memberikan informasi keuangan yang akan digunakan untuk
pengambilan keputusan. Laporan keuangan untuk mendukung
pembuatan keputusan ekonomi, sosial, dan politik tersebut
meliputi informasi yang digunakan untuk:
o Membandingkan kinerja keuangan aktual dengan yang
dianggarkan.
o Menilai kondisi keuangan dan hasil-hasil operasi.
o Membantu menentukan tingkat kepatuhan terhadap peraturan
perundangan yang terkait dengan masalah keuangan dan
ketentuan lainnya.
o Membantu dalam mengevaluasi efisien dan efektivitas
Governmental Accounting Standard Board (GASB) dalam
Conseptc Statement NO 1 tentang Objectivives of Financial Reporting
menyatakan bahwa akuntabilitas merupakan dasar dari pelaporan
keuangan di pemerintahan. Akuntabilitas merupakan tujuan tertinggi
pelaporan keuangan pemerintahan.

33
… Accountability requires governments to answer to the citizenry
to justify the raising of public resources and the purposes for which
they are used Governmental accountability is based on the belief that
the citizenery has a "right to know,"a right to receive openly declared
facts that may lead to public debute by the citizens and their elected
representatives. Financial reporting plays a major role in fulfilling
government's duty lo be publicly accountable in a democratic society
(par.56)
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa akuntabilitas termasuk
mempersembahkan infomasi sebagai alat komunikasi ada berbagai
kelompok pembuatan keputusan ekonomi, sosial, dan politik.  Untuk
melakukan pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik yang
diperlukan informasi akuntansi yang salah berupa laporan keuangan. 
Meskipun laporan keuangan pemerintah bukan merupakan satu-
satunya sumber infomasi untuk pembuatan keputusan, akan tetapi
laporan keuangan sebagai sumber informasi finansial yang memiliki
pengaruh terhadap kualitas keputusan yang dihasilkan.  
Laporan keuangan pemerintah merupakan tindakan pragmatis, oleh
karena itu laporan keuangan pemerintah harus dievaluasi dalam hal
manfaat laporan tersebut terhadap kualitas keputusan yang dihasilkan
serta mudah tidaknya laporan keuangan tersebut diimplementasikan
dan dipahami oleh pemakai.
Secara rincian tujuan akuntansi dan laporan keuangan organisasi
pemerintah:
1. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan
memprediksi aliran kas, saldo neraca, dan kebutuhan sumber daya
finansial jangka pendek unit pemerintah.
2. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan
memprediksi kondisi ekonomi suatu unit pemerintah dan
perubahan-perubahan yang terjadi didalamnya

34
3. Memberikan informasi keuangan untuk memonitor kinerja,
kesesuaiannya dengan peraturan perundangundangan, kontrak yang
telah disepakati, dan ketentuan lain yang disyaratkan.
4. Memberikan informasi untuk perencanaan dan penganggaran, serta
untuk memprediksi pengaruh akuisisi dan alokasi sumber daya
terhadap pencapaian tujuan operasional
5. Memberikan informasi untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan
organisasional:
 Untuk menentukan biaya program, fungsi, dan aktivitas
schingga memudahkan analisis dan melakukan perbandingan
dengan kriteria yang telah ditetapkan, membandingkan dengan
kinerja periode-periode sebelumnya, dan dengan kinerja unit
pemerintah lain;
 Untuk mengevaluasi tingkat ekonomi dan efisiensi operasi,
program, aktivitas, dan fungsi tertentu di unit pemerintah;
 Untuk mengevaluasi hasil suatu program, aktivitas, dan fungsi
serta efektivitas ter- hadap pencapaian tujuan dan target;
 Untuk mengevaluasi tingkat pemerataan (equality) dan
keadilan (equity).
2. Pemakai Laporan Pemerintah dan Kepentingannya
Serikat dagang sektor publik mengidentifikasi pemakai laporan
pemerintah menjadi 3 (tiga) kelompok besar, yaitu:
1) Masyarakat yang kepadanya pemerintah bertanggung jawab.
2) Legislatif dan badan pengawas yang secara langsung mewakili
rakyat.
3) Investor dan kreditor yang memberi pinjaman dan/atau
berpartisipasi dalam proses pemberi pinjaman.
3. Hak dan Kebutuhan Pemakai Laporan Keuangan Pemerintah
Ada dasar masyarakat (publik) memiliki hak dasar terhadap
pemerintah, yaitu:
 Hak untuk mengetahui (right to know), yaitu

35
 Mengetahui kebijakan pemerintah.
 Mengetahui keputusan yang diambil pemerintah.
 Mengetahui alasan dilakukannya suatu kebijakan dan
keputusan tertentu.
 Hak untuk didengar aspirasinya (right to be heard and to be
listened to).
 Hak untuk diberi informasi (right to be informed) yang
meliputi hak untuk diberi Penjelasan secara terbuka atas
permasalahanpermasalahan tertentu yang menjadi perdebatan
publik.
Laporan keuangan pemerintah disediakan untuk memberi
informasi kepada berbagai kelompok pemakai laporan keuangan
pemerintah merupakan hak publik yang harus diberikan oleh
pemerintah, baik pusat maupun daerah.
Setiap pemakai laporan memiliki kebutuhan dan kepentingan
yang berbeda-beda terhadap informasi keuangan yang diberikan
oleh pemerintah. Bahkan di antara kelompok pemakai laporan
keuangan pemerintah tersebut dapat timbul konflik kepentingan.
Laporan keuangan pemerintah disediakan untuk memberi
informasi kepada berbagai kelompok pemakai (general
purposive).
Kebutuhan informasi pemakai laporan keuangan pemerintah:
 Masyarakat pengguna pelayanan publik membutuhkan
informasi atas biaya, harga dan kualitas pelayanan yang
diberikan.
 Masyarakat pembayar pajak dan pemberi bantuan ingin
mengetahui keberadaan dan penggunaan dana yang telah
diberikan.
 Kreditor dan investor membutuhkan informasi untuk
menghitung tingkat risiko, likuiditas, dan solvabilitas.
 Parlemen dan kelompok politik memerlukan informasi
keuangan untuk melakukan fungsi Pengawasan, mencegah

36
terjadinya laporan yang bias atas kondisi keuangan
pemerintah, dan penyelewengan keuangan negara
Laporan keuangan pemerintah yang buruk dapat menimbulkan
implikasi negatif, antara lain:
 Menurunkan kepercayaan masyarakat kepada pengelola dana
publik (pemerintah).
 Investor akan takut menanamkan modalnya karena laporan
keuangan tidak dapat diprediksi yang berakibat meningkatnya
resiko investasi.
 Pemberi donor akan mengurangi atau menghentikan
bantuannya.
 Kualitas keputusan menjadi buruk.
 Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan kinerja aktual.
4. Luas Pengungkapan (Disclosure) yang Diperlukan
Pemerintah harus menetapkan kebijakan yang menjelaskan
komponen apa saja yang dapat dikategorikan sebagai pendapatan
atau biaya operasi yang tepat untuk suatu unit kerja yang
dilaporkan, luas pengungkapan (dislosure) dan kebijakan
-kebijakan akuntansi yang di praktikkan secara konsisten.
Pemerintah diharapkan dapat memberikan informasi tambahan
pada laporan keuangan pemerintah untuk hal-hal sebagai berikut:
a. Fokus pengukuran dan dasar akuntansi yang digunakan untuk
pembuatan laporan.
b. Kebijakan menghapuskan/menghentikan aktivitas internal unit
kerja pada laporan aktivitas.
c. Kebijakan kapitalisasi aktiva dan menaksir umur ekonomi
aktiva-aktiva tersebut untuk menentukan biaya depresiasinya.
d. Deskripsi mengenai transaksi yang masuk dalam penerimaan
program dan kebijakan untuk mengalokasikan biaya-biaya
tidak langsung kepada suatu fungsi atau unit kerja dalam
laporan aktivitas.

37
e. Kebijakan pemerintah dalam menentukan pendapatan operasi
dan non operasi.
f. Pemerintah harus mengungkapkan secata detail/lengkap dalam
catatan laporan keuangan mengenai aset, kewajiban dan
ekuitas.

5. Perbandingan Laporan Keuangan Pemerintah dengan Sektor


Swasta
Perbedaan
Laporan Departemen Laporan Keuangan Sektor
Pemerintah Swasta
Fokus Finansial dan Politik
Fokus Finansial
Kinerja diukur secara finansial
Sebagian besar kinerja diukur
dan nonfinansial.
secara finansial.
Pertanggungjawaban kepada
Pertanggungjawaban kepada
parlemen dan masyarakat luas.
pemegang saham dan kreditur.
Berfokus pada bagian
Berfokus pada organisasi
administrasi.
secara keseluruhan.
Melihat ke masa depan secara
Tidak dapat melihat masa
detail.
depan secara detail.
Aturan pelaporan ditentukan
Aturan pelaporan ditentukan
oleh departemen keuangan.
oleh undang-undang, standar
akuntansi, pasar modal, dan
praktik akuntansi.
Laporan diperiksa oleh
Laporan keuangan diperiksa
Treasury
oleh auditor independen.

Laporan keuangan lembaga pemerintah tidak berfokus pada


organisasi secara keseluruhan, akan tetapi berfokus pada unit kerja
pemerintah sebagai suatu bagian organisasi. Unit-unit kerja

38
pemerintah tersebut merupakan entitas akuntansi (accounting
entity) dan entitas anggaran (budgetary entity) yang otonom.
Laporan keuangan pemerintah lebih berorientasi pada jangka
panjang (forward-looking) karena terkait dengan konsep politik
dan kenegaraan. Pada sektor swasta fokus jangka panjang secara
detail tidak dapat dilakukan karena dibatasi oleh adanya
ketidakpastian pasar.
6. Komponen Laporan Keuangan Pemerintah
Perbandingan komponen laporan keuangan pemerintah
antara basis kas menuju akrual dan basis akrual dapat dilihat dalam
tabel berikut:

Komponen laporan keuangan dalam Draft Standar


Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual terdiri dari 7 komponen
laporan dimana terdapat penambahan 3 jenis laporan dalam draft
SAP berbasis akrual yaitu Laporan Perubahan Saldo Anggaran
Lebih, Laporan Operasional dan Laporan Perubahan Ekuitas.
Laporan Kinerja Keuangan pada Lampiran II PP 71/2010 menjadi
Laporan Operasional pada Lampiran I PP 71/2010.
7. Jenis-Jenis Laporan Keuangan Pemerintah
1. Laporan Pelaksanaan Anggaran 
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

39
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber,
alokasi, dan pemakaian sumber daya keuangan yang dikelola
oleh pemerintah pusat/daerah, yang menggambarkan
perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu
periode pelaporan. Laporan Realisasi Anggaran terdiri dari
pendapatan-LRA, belanja, transfer, dan pembiayaan.
b. Laporan Perubahan Sisa Anggaran Lebih (LSAL)
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan
informasi kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih
tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Laporan ini menginformasikan penggunaan dari Sisa lebih
pembiayaan anggaran tahun sebelumnya (SILPA) atau sumber
dana yang digunakan untuk menutup sisa kurang anggaran
tahun lalu (SILKA), sehingga tersaji sisa lebih/kurang
pembiayaan anggaran tahun berjalan.
c. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas
pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal
tertentu. Unsur yang dicakup oleh neraca terdiri dari aset,
kewajiban, dan ekuitas. Masing-masing unsur dapat dijelaskan
sebagai berikut:
 Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau
dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa
lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di
masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh
pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam
satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang
diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum
dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan
sejarah dan budaya.

40
 Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa
lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar
sumber daya ekonomi pemerintah.
 Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang
merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah.
2. Laporan Finansial
a) Laporan Operasional (LO)
Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya
ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang
dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan.
Unsur yang dicakup secara langsung dalam Laporan
Operasional terdiri dari pendapatan-LO, beban, transfer, dan
pos-pos luar biasa. Masing masing unsur dapat dijelaskan
sebagai berikut:
 Pendapatan-LO adalah hak pemerintah yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih.
 Beban adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih.
 Transfer adalah hak penerimaan atau kewajiban
pengeluaran uang dari/oleh suatu entitas pelaporan
dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana
perimbangan dan dana bagi hasil.
 Pos Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban
luar biasa yang terjadi karena kejadian atau transaksi yang
bukan merupakan operasi biasa, tidak diharapkan sering
atau rutin terjadi, dan berada di luar kendali atau pengaruh
entitas bersangkutan
b) Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan
dengan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris
yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran,

41
dan saldo akhir kas pemerintah pusat/daerah selama periode
tertentu. Unsur yang dicakup dalam Laporan Arus Kas terdiri
dari penerimaan dan pengeluaran kas, yang masing-masing
dapat dijelaskan sebagai berikut:
 Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke
Bendahara UmumNegara/Daerah.
 Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari
Bendahara Umum Negara/Daerah.
c) Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan
atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan
tahun sebelumnya.
d) Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif
atau rincian dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Laporan Operasional,
Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus Kas.
Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi
tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas
pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan
untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan
serta ungkapan- ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan
penyajian laporan keuangan secara wajar.

42
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual adalah suatu
aturan/standar yang digunakan sebagai acuan dalam menyusun laporan
keuangan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah,
di mana pada saat penyusunan laporan keuangan, setiap transaksi ekonomi
atau peristiwa akuntansi diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan
keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan
waktu kas diterima atau dibayarkan.
Akuntansi berbasis akrual merupakan international best practice
dalam pengelolaan keuangan modern yang sesuai dengan prinsip New
Public Management (NPM) yang mengedepankan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan.
Penerapan basis akrual di Indonesia dalam penyusunan laporan
keuangan telah diatur bahwa Peraturan Menteri Keuangan Nomor
213/PMK.05/2013, dinyatakan berlaku mulai tanggal 1 Januari 2015.
Artinya pada tahun 2015 setiap entitas pelaporan dan entitas akuntansi

43
pada pemerintah mulai menerapkan basis akrual dalam penyusunan
laporan keuangan pemerintah. Namun masih banyak tantangan yang harus
dihadapi pemerintah dalam penerapan akuntansi berbasis akrual ini, di
samping peluang yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

Nur Afiah, Nunuy, Sri Mulyani, dan Adhi Alfian. 2020. Akuntansi
Pemerintah Daerah Berbasis Akrual pada Entitas Akuntansi. Jakarta:
Prenada Media.
Hasanah, Nuramalia, dan Achmad Fauzi. 2017. Akuntansi Pemerintahan.
Bogor: Penerbit IN MEDIA.
Mardiasmo. 2018. Akuntansi Sektor Publik. Edisi ke- 4. Yogyakarta:
Penerbit Andi Offset.
https://www.academia.edu/7660227/Persamaan_Dasar_Akuntansi_Pemeri
ntahan
https://www.academia.edu/9948349/AKUNTANSI_PEMERINTAH_BER
BASIS_AKRUAL
https://muhariefeffendi.files.wordpress.com/2018/08/gambaran-umum-
akuntansi-berbasis-akrual.pdf

44

Anda mungkin juga menyukai