Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PEMBIAYAAN DAN PENGANGGARAN KESEHATAN


“PERENCANAAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA,
PENGELOLAAN KEUANGAN, ORGANISASI PENGELOLAAN
KEUANGAN”

OLEH :
KELOMPOK 7

KELAS REGULER C 2019

1. NURUL MUTMAINA (J1A119173)


2. GHIANY MELAN AFRILIAN (J1A119254)
3. ARYA BUDI PRATAMA (J1A119233)
4. ALFINA DAMAYANTI (J1A119227)
5. YUNIARTI PATADATU (J1A119218)
KELAS REGULER D 2019
1. LITA PUSPITA S. (J1A119269)
2. RINI FIFI FIVANTRI (J1A119299)
3. SITTI FADHILLAH (J1A119309)
4. ISMALA DEWI (J1A119261)
5. NUR WIDYA OKTAVIANA (J1A119283)
6. SUKRIYANI (J1A119316)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HALUOLEO
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh,


Segala puji bagi Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam yang kita nanti-natikan syafa’atnya
di akhirat nanti.
Ucapan syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah
pembiayaan dan penganggaran kesehatan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Terima kasih. Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Kendari, 23 Mei 2021


Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

A. Latar Belakang................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...........................................................................................6

C. Tujuan.............................................................................................................6

D. Manfaat...........................................................................................................6

BAB II......................................................................................................................7

PEMBAHASAN......................................................................................................7

A. Perencanaan anggaran berbasis kinerja..........................................................7

B. Pengelolaan keuangan....................................................................................9

C. Organisasi pengelolaan keuangan................................................................10

BAB III..................................................................................................................15

PENUTUP..............................................................................................................15

A. Kesimpulan...................................................................................................15

B. Saran.............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perencanaan anggaran sektor publik di Indonesia terus mengalami
perubahan dan perkembangan beriringan dengan usaha yang dilakukan oleh
pemerintah dalam perbaikan tata kelola pemerintahan serta semangat
menjunjung tinggi akuntabilitas publik dalam pengelolaan keuangan negara.
Perbaikan dalam pengelolaan keuangan negara terus dilakukan pasca
diterbitkannya Undang-Undang Keuangan Negara dan Undang-Undang
Perbendaharaan Negara pada tahun 2003 silam. Pada aspek
perencanaan,Undang-Undang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
menjadi panduan bagi pemerintah pusat dan daerah dalam dalam pelaksanaan
proses perencanaan di Indonesia. Menyampaikan bahwa dalam perencanaan
dan penganggaran pada sektor publik, dikenal dua buah pendekatan yang
diterapkan oleh beragam negara, yaitu tradisional dan pendekatan baru dalam
new public management yang berfokus utama pada kinerja atau lebih dikenal
dengan penganggaran berbasis kinerja. Anggaran tradisional meskipun sudah
banyak ditinggalkan oleh negara-negara maju, tapi masih saja diterapkan di
negara-negara dengan status berkembang. Anggaran tradisional dikenali
dengan ciri utama yaitu disusun atas pendekatan incrementalism serta tatanan
dan susunannya yang bersifat line item. Struktur anggaran tradisional
sebagaimana diungkapkan tidak mampu mengungkapkan besaran dana yang
dikeluarkan untuk setiap kegiatan serta belum bisa mengungkap secara
gamblang mengenai rencana serta kegiatan yang akan dilakukan.
Penerapan pendekatan kinerja dalam penganggaran diharapkan mampu
mengatasi kelemahan dalam penganggaran tradisional yang terkadang belum
mempunyai tolak ukur dalam menilai dan mengukur kinerja organisasi sektor
publik dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Pendekatan
ini selain menekankan pada konsep value of money dan pengawasan atas
kinerja output, memberikan penekanan dalam menentukan dan membuat

4
prioritas tujuan serta penggunaan metode yang rapi serta rasional dalam
mengambil sebuah keputusan. Anggaran berbasis kinerja merupakan sebuah
sistem mencakup perencanaan, penganggaran, serta evaluasi dengan tetap
berusaha mengaitkan antara anggaran yang dikeluarkan dengan hasil yang
dikehendaki. Anggaran kinerja berorientasi utama pada tujuan dan sasaran
kinerja, sehingga anggaran yang tersedia digunakan sebagai sarana untuk
mencapai tujuan serta mendasarkan penilaian kinerja dengan mengedepankan
prinsip value for money dan efektifitas dalam penggunaan anggaran.
Implementasi anggaran berbasis kinerja di Indonesia dimulai sejak
diterbitkannya Undang-Undang Keuangan Negara pada 2003 silam. Tahapan
yang harus dilakukan dalam pengimplementasian penganggaran berbasis
kinerja bermula dari dilakukannya perencanaan atas kinerja yang akan dicapai,
dimulai dari tataran jabatan tertinggi sampai dengan terendah yang ada pada
suatu kementerian atau lembaga. Perencanaan kinerja memuat tentang
komitemen kinerja yang hendak dihasilkan serta dipertajam dalam program
serta kegiatan yang akan dilaksanakan dalam satuan waktu tertentu. Selain
pengajuan rencana kinerja, kementerian atau lembaga juga diharuskan untuk
membuat kerangka kebutuhan pendanaan yang diperlukan dalam
melaksnaakan program dan kegiatan yang ada pada organisasi tersebut sesuai
dengan alokasi serta target yang telah ditetapkan sebelumnya dan dituangkan
dalam dokumen Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKAK/L)
yang nantinya dibahas oleh DPR RI sebagai usulan resmi pemerintah atau
RAPBN (Adhi et al., 2019).
Efektivitas pengelolaan keuangan pemerintah akan sangat menentukan
arah pembangunan sosial dan ekonomi. Sumber daya keuangan yang terbatas
dan kebutuhan pembangunan yang tidak terbatas, mengharuskan pemerintah
mengelola keuangannya secara efektif. Seperti yang dinyatakan oleh Schaeffer
(2002), bahwa efektivitas pengelolaan keuangan pemerintah merupakan salah
satu hal yang paling penting dalam menetapkan prioritas pembangunan sosial
dan ekonomi suatu negara dalam ketersediaan sumber daya yang terbatas bagi
pemerintah.

5
Pemerintah dalam melaksanakan pengelolaan keuangan berpedoman
pada UU (Undang-undang) Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
dan UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Selain itu,
pemerintah juga mengeluarkan PP (Peraturan Pemerintah) Nomor 58 Tahun
2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah untuk pelaksanaan pengelolaan
keuangan pemerintah pada level pemerintah daerah. Aspek penting dalam
pelaksanaan otonomi daerah adalah keefektifan pengelolaan keuangan daerah
secara keseluruhan maupun SKPD selaku unit kerja yang berkontribusi pada
keefektifan pengelolaan keuangan daerah. Efektivitas pengelolaan keuangan
daerah akan sangat menentukan arah pembangunan sosial dan ekonomi.
Sumber daya keuangan yang terbatas dan kebutuhan pembangunan yang tidak
terbatas, mengharuskan pemerintah mengelola keuangannya secara efektif.
Pengelolaan keuangan merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban,
dan pengawasan keuangan daerah (Arfan et al., 2016).

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu perencanaan anggaran ?
2. Bagaimana Perencanaan anggaran berbasis kinerja ?
3. Bagaimana proses Pengelolaan keuangan ?
4. Bagaimana Organisasi pengelolaan uang ?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui perencanaan anggaran
2. Dapat mengetahui perencanaan anggara berbasis kinerja
3. Dapat mengetahui proses pengelolaan keuangan
4. Dapat mengetahu organisasi pengelolaan uang

D. Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui
perencanaan anggaran, perencanaan anggaran berbasis kinerja, proses
pengelolaan keuangan dan mengetahui organisasi pengelolaan uang.

6
BAB II

PEMBAHASAN
A. Perencanaan anggaran berbasis kinerja
Anggaran berbasis kinerja adalah “a continuum that involves the
availability and use of performance information at each of the various stages
of the budget process- budget preparation, budget approval, budget execution,
and audit evaluation” (Joyce and Sieg, 2000). Anggaran Berbasis Kinerja atau
disingkat (ABK) merupakan metode penganggaran untuk mengaitkan setiap
biaya yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan manfaat yang
dihasilkan. Manfaat tersebut dideskripsikan pada seperangkat tujuan dan
sasaran yang dituangkan dalam target kinerja pada setiap unit kerja.
Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu
organisasi. Pada dasarnya anggaran merupakan suatu hal yang sangat
dirahasiakan terutama untuk organisasi privat atau swasta, sedangkan untuk
organisasi sektor publik anggaran merupakan suatu hal yang harus diketahui
oleh publik untuk dievaluasi, dikritik, dan diberi masukan dalam rangka
meningkatkan kinerja instansi pemerintah. Pemerintah daerah dituntut tidak
sekedar melakukan akuntabilitas veritkal , yaitu pelaporan kepada pemerintah
atasan, melainkan juga melakukan akuntabilitas horizontal, yaitu pelaporan
kepada DPRD dan masyarakat luas (Mardiasmo, 2002). .
Akuntabilitas melalui anggaran meliputi perencanaan anggaran sampai
dengan pelaporan anggaran. Bentuk reformasi anggaran dalam upaya
memperbaiki proses penganggaran adalah penerapan anggaran berbasis
kinerja. Anggaran Berbasis Kinerja (Performance Based Budgeting)
merupakan sistem penganggaran yang berorientasi pada output organisasi dan
berkaitan sangat erat dengan visi, misi dan rencana strategis organisasi
(Bastian, 2006). Pendekatan anggaran kinerja disusun untuk mencoba

7
mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat dalam anggaran tradisional,
khususnya kelemahan yang disebabkan oleh tidak adanya tolok ukur yang
dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran
pelayanan publik (Mardiasmo, 2002). Penerapan anggaran berbasis kinerja
diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13
Tahun 2006 dan diubah lagi dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007
tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah. Penyusunan anggaran
berbasis kinerja bertujuan untuk dapat meningkatkan efisiensi pengalokasian
sumber daya dan efektivitas penggunaannya sesuai dengan perencanaan yang
telah ditetapkan oleh pemerintah daerah . Anggaran berbasis kinerja menjadi
jawaban untuk digunakan sebagai alat pengukuran akuntabilitas kinerja
pemerintah.
Penganggaran suatu negara dipengaruhi oleh sistem anggaran yang
digunakan. Indonesia menggunakan sistem penganggaran berbasis kinerja
yaitu suatu sistem penganggaran yang menekankan pada pendayagunaan dana
yang tersedia untuk mencapai hasil yang optimal dari pelaksanaan program
dan kegiatan pembangunan Indonesia menggunakan sistem penganggaran
berbasis kinerja sebagai pengganti sistem penganggaran tradisional. Pada
sistem penganggaran tradisional, kinerja diukur dari segi input. Hal ini
menimbulkan perilaku pegawai yang selalu berusaha menghabiskan anggaran
tanpa memperdulikan hasil dan kualitasnya. Kelemahan dalam sistem
penganggaran tradisional ini kemudian ditekan melalui sistem penganggaran
berbasis kinerja. Dengan digunakannya sistem penganggaran berbasis kinerja,
anggaran tidak lagi berorientasi pada penyerapan anggaran (input) tetapi pada
hasil kinerja yaitu output dan outcome anggaran (Friska, 2019).
Sistem penganggaran berbasis kinerja diterapkan pemerintah dalam
upaya merespon tingginya tuntutan kebutuhan peningkatan kualitas layanan
publik, transparansi, dan akuntabilitas publik. Tuntutan ini mendorong
pemerintah untuk dapat menyusun anggaran secara cermat, akurat dan
sistematis. Sistem penganggaran ini mengkaitkan setiap pendanaan yang
dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan keluaran dan hasil yang
diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran tersebut.

8
Melalui penerapan sistem penganggaran ini, dapat diidentifikasi keterkaitan
antara nilai uang dengan hasil program dan kegiatan pembangunan sehingga
dapat ditentukan efektifitas dan efisiensi program dan kegiatan pembangunan
tersebut. Apabila terdapat perbedaan antara rencana dan implementasinya
(realisasinya), maka dapat dilakukan evaluasi terhadap keterkaitan antara input
dengan output dan outcome dari program dan kegiatan tersebut (Wijayanti et
al., 2012).
B. Pengelolaan keuangan
Keuangan adalah istilah untuk hal-hal yang berkaitan dengan
manajemen, penciptaan, dan studi tentang uang dan investasi. Keuangan dapat
secara luas dibagi menjadi tiga kategori, keuangan publik, keuangan
perusahaan, dan keuangan pribadi. Ada banyak kategori spesifik lainnya,
seperti keuangan perilaku, yang berupaya mengidentifikasi alasan kognitif
(mis., Emosional, sosial, dan psikologis) di balik keputusan keuangan.
Menurut Barlian pengertian keuangan adalah ilmu dan seni dalam
mengelola uang yang mempengaruhi kehidupan setiap orang dan setiap
organisasi. Keuangan berhubungan dengan proses, lembaga, pasar dan
instrument yang terlibat dalam transfer uang diantara individu maupun antara
bisnis dan pemerintah (Barlian, 2015).
Menurut Devas pengelolaan keuangan berarti mengurus dan mengatur
keuangan dengan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan sebagai berikut
(Fatah, 2017):
1. Tanggung jawab (accountability)
Organisasi harus mempertanggungjawabkan keuangannya kepada
lembaga atau orang yang berkepentingan yang sah, lembaga atau orang dan
masyarakat umum. Adapun unsur-unsur penting dalam tanggung jawab adalah
mencakup keabsahan yaitu setiap transaksi keuangan harus berpangkal pada
wewenang hukum tertentu dan pengawasan yaitu tata cara yang efektif untuk
menjaga kekayaan uang dan barang serta mencegah terjadinya penghamburan
dan penyelewengan dan memastikan semua pendapatan yang sah benar-benar
terpungut jelas sumbernya dan tepat penggunaannya.
2. Mampu memenuhi kewajiban keuangan

9
Pengelolaan keuangan harus ditata dan dikelola sedemikian rupa
sehingga mampu melunasi semua kewajiban atau ikatan keuangan baik jangka
pendek, jangka panjang maupun pinjaman jangka panjang pada waktu yang
telah ditentukan.
3. Kejujuran
Hal-hal yang menyangkut pengelolaan keuangan pada prinsipnya harus
diserahkan kepada pegawai yang betul-betul jujur dan dapat dipercaya.
4. Hasil guna (efectiveness) dan daya guna (efficiency)
Merupakan tata cara mengurus keuangan harus sedemikian rupa sehingga
memungkinkan program dapat direncanakan dan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan dengan biaya yang serendah-rendahnya dan dalam waktu
yang secepatcepatnya.
5. Pengendalian
Para aparat pengelola keuangan dan petugas pengawasan harus
melakukan pengendalian agar semua tujuan tersebut dapat tercapai. Pada
dasarnya pengelolaan (manajemen) keuangan adalah sebuah proses
memperoleh, mengelola serta menggunakan dana yang ada dalam suatu
organisasi / perusahaan.

C. Organisasi pengelolaan keuangan


1. Pengertian Badan Layanan Umum (BLU)
Badan Layanan Umum / BLU adalah instansi di lingkungan
Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat
berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan
mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada
prinsip efisiensi dan produktivitas”.Pengertian Badan Layanan Umum (BLU)
ini diatur dalam Pasal 1 angka 23 UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, yang kemudian diadopsi kembali dalam peraturan
pelaksanaannya yaitu dalam Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 23
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
2. Tujuan Dibentuknya Badan Layanan Umum (BLU)

10
Dalam PP No.23 tahun 2005 pasal 2 menyebutkan bahwa "BLU
bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
memajukan kesejahteraanumum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan
memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip
ekonomi dan produktifitas dan penerapan praktek bisnis yang sehat.
3. Azas Badan Layanan Umum (BLU)
Azas Badan Layanan Umum (BLU) Menurut pasal 3 PP No.23
Tahun 2005, dapat disimpulkan yaitu :
a. Menyelenggarakan pelayanan umum yang pengelolaannya berdasarkan
kewenangan yang di delegasikan, tidak terpisah secara hukum dari
instansi induknya.
b. Pejabat BLU bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan layanan
umum kepada pimpinan instansi induk.
c. BLU tidak mencari laba.
d. Rencana kerja, anggaran dan laporan BLU dari instansi induk tidak
terpisah.
e. Pengelolaan sejalan dengan praktek bisnis yang sehat.
4. Jenis Badan Layanan Umum (BLU) Apabila dikelompokkan menurut
jenisnya Badan Layanan Umum terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
a. BLU yang kegiatannya menyediakan barang atau jasa meliputi rumah
sakit, lembaga pendidikan, pelayanan lisensi, penyiaran, dan lain-lain;
b. BLU yang kegiatannya mengelola wilayah atau kawasan meliputi
otorita pengembangan wilayah dan kawasan ekonomi terpadu (Kapet);
dan
c. BLU yang kegiatannya mengelola dana khusus meliputi pengelola
dana bergulir, dana UKM, penerusan pinjaman dan tabungan pegawai.
5. Peraturan Direktur Jenderal PerbendaharaanNomor PER-36/PB/2012
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-
36/PB/2012 merupakan peraturan pemerintah yang mengatur tentang
pedoman penilaian kinerja keuangan satuan kerja Badan Layanan Umum
(BLU). Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini mengatur

11
mengenai pedoman penilaian kinerja keuangan Satker BLU, yang meliputi
Aspek Keuangan dan Aspek Kepatuhan Pengelolaan Keuangan BLU.
6. Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLU)
Pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLU)
merupakan pengembangan konsep satuan kerja pemerintah sebagai public
enterprise, yang bertujuan meningkatkan pelayanan terhadap publik.
Saat ini berbagai jenis satuan kerja pemerintah telah menerapkan PPK BLU,
termasuk Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD). Penerapan pola pengelolaan
keuangan BLUD memberikan peluang bagi RSUD untuk bertindak lebih
responsif dan agresif dalam menghadapi tuntutan masyarakat dan
eskalasi perubahan yang cepat di bidang kesehatan dengan cara
melaksanakan prinsip-prinsip ekonomi yang efektif dan efisien, namun
tidak meninggalkan jati diriny dalam mengemban misi sosial untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan publik. Untuk itu salah satu
strategi yang digunakan adalah dengan cara meningkatkan kualitas layanan
kesehatan. Kualitas pelayanan berbanding lurus dengan kinerja keuangan
rumah sakit dan tingkat kepuasan pasien. Dengan bentuk yang lebih otonom,
BLU mempunyai hak mengelola dan memanfaatkan kekayaannya. Sebagai
contoh adalah fleksibilitas rumah sakit BLU dalam pengelolaan pendapatan
dan belanja, pengelolaan hutang, pengelolaan kas dan pengelolaan
barang/jasa. Sedang sebelum BLU, RSUD diwajibkan menyetor seluruh
penerimaannya (Tama, A, 2018).
Dalam Permendagri No. 61 tahun 2007 disebutkan bahwa
BLUD bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan
berdasarkan prinsip ekonomi dan produktifitas dan penerapan praktek bisnis
yang sehat. Yang dimaksud dengan dengan praktek bisnis yang sehat
adalah penyelenggaraan fungsi organisasi berdasarkan kaidah-kaidah
manajemen yang baik dalam rangka pemberian layanan yang bermutu dan
manajemen berkesinambungan (Aditama, 2017).

12
Perubahan status Rumah Sakit menjadi BLUD yang didalamnya
terdapat konsekuensi untuk menyusun Rencana Strategi Bisnis dan Rencana
dan Belanja Anggaran, tentunya membawa perubahan yang besar pula bagi
pola anggaran dan penatausahaankeuangannya. Dimana disini harus
dicermati benar bagaimana kondisi perekonomian makro dan mikro sebagai
asumsi, menerapkan target kinerja dengan output yang terukur dan
membuat prognosa laporan keuangan. Hal ini tentu saja berdampak
kepada salah satu aspek penting dalam manajemen keuangan Rumah Sakit
kearah yang lebih baik lagi. Diharapkan, dengan ditetapkannya sebagai
BLUD rumah sakit dapat meningkatkan kualitas pelayanannya terhadap
pasien yang akan membeikan dampak postif juga terhadap indikator
kinerjakeuangan, yang berarti naik pula kinerjaRumah Sakit (Wijayanati
& Sriyanto, 2018).
Pengukuran terhadap taraf kualitas pelayanan sangatlah penting
terutama untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan mendapatkan pelanggan
yang setia. Keuntungan yang sebenarnya bukan datang dari pelanggan
yang puas saja, melainkan dari pelanggan yang setia. Pemberian kualitas
pelayanan yang buruk dan mengecewakan pelanggan merupakan beberapa
sebab dari kegagalan Sehingga, memenuhi keperluan pasien dan berusaha
menjaga pelanggan merupakan keutamaan dari organisasi kesehatan.
Persepsi kualitas di dalam rumah sakit meliputi faktor-
faktor berikut yaitu, pengawasan berlangsung dengan teratur, efek jangka
panjang yang akan dialami dari penyakit akan diberitahu, terdapat
cara yang segera mungkin dapat mengurangi rasa sakit sakit, karyawan
rumah sakit memberi dukungan dari segi emosi dan keluarga diberi
peluang terlibat dalam pembuatan keputusan. Beberapa kajian telah
menunjukkan bahwa pasien lebih terpengaruh dengan faktor-faktor
interpersonal berbanding dengan faktor teknikal contohnya peralatan
yang canggih, karyawan rumah sakit memberi dukungan dari segi
emosi dan keluarga diberi peluang terlibat dalam pembuatan
keputusan. Beberapa kajian telah menunjukkan bahwa pasien lebih

13
terpengaruh dengan faktor-faktor interpersonal berbanding dengan
faktor teknikal contohnya peralatan yang canggih.
Evaluasi atas kinerja dapat dilakukan dengan
membandingkan antara tingkatkerja yang sesungguhnya dengan target
tingkat kinerja yang diindentifikasi, atau dengan tingkat kinerja
organisasi lain yang sebidang, atau menggunakan benchmark pada bidang
yang sejenis. Pengukuran kinerja berdasarkan aspek pelayanan dan
keuangan secara berimbang dapat bermanfaat untuk perkembangan
pencapaian strategi. Untuk menilai kinerja, tidak ada satupun
pengukuran yang dapat memenuhi keinginan seluruh bagian organisasi.
Keseimbangan yang diharapkan hanya dapat dihubungkan dengan strategi
tertentu yang ingin dicapai organisasi yang bersangkutan, misalnya tingkat
pengelolaan keuangan dan tingkat pelayanan. Salah satu metode yang dapat
dipakai dalam pengukuran kinerja adalah dengan menggunakan analisis
terhadap rasio, baik rasio yang mengukur kinerja pelayanan maupun
kinerja keuangan. Kualitas pelayanan berbanding lurus dengan kinerja
keuangan rumah sakit dan tingkat kepuasan pasien rawat inap dan
instalasi gawat darurat, dan yang tidak kalah penting dalam
pencapaian kinerja pelayanan dan keuangan tersebut harus diimbangi
dengan tingkat efektifitas dan efisiensi operasional rumah sakit (Indra,
2017).
PPK-BLUD dibentuk oleh pemerintah dengan tujuan utama adalah
peningkatan kualitas pelayanan yang membawa dampak kepada kepuasan
masyarakat. Kepuasan masyarakat akan selaras dengan peningkatan kinerja
instansi pemerintah tersebut karena salah satu penilaian dalam kinerja
yaitu kepuasan konsumen atau masyarakat. kualitas pelayanan berbanding
lurus dengan kinerja keuangan rumah sakit dan tingkat kepuasan
pasien rawat inap dan instalasi gawat darurat, dan yang tidak kalah
penting dalam pencapaian kinerja pelayanan dan keuangan tersebut harus
diimbangi dengan tingkat efektifitas dan efisiensi operasional rumah sakit.
Pengukuran terhadap taraf kualitas pelayanan sangatlah penting
terutama untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan meningkatkan kinerja

14
keuangan. Keuntungan yang sebenarnya bukan datang dari pelanggan
yang puas saja, melainkan dari pelanggan yang setia. Pemberian kualitas
pelayanan yang buruk dan mengecewakan pelanggan merupakan
beberapa sebab dari kegagalan. Sehingga memenuhi keperluan pasien
dan berusaha menjaga pelanggan merupakan keutamaan dari organisasi
kesehatan (Tama, A, 2018).

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu


organisasi. Akuntabilitas melalui anggaran meliputi perencanaan anggaran
sampai dengan pelaporan anggaran. Efektivitas pengelolaan keuangan
pemerintah akan sangat menentukan arah pembangunan sosial dan ekonomi.
Penganggaran suatu negara dipengaruhi oleh sistem anggaran yang digunakan.
Indonesia menggunakan sistem penganggaran berbasis kinerja yaitu suatu
sistem penganggaran yang menekankan pada pendayagunaan dana yang
tersedia untuk mencapai hasil yang optimal dari pelaksanaan program dan
kegiatan pembangunan Indonesia menggunakan sistem penganggaran berbasis
kinerja sebagai pengganti sistem penganggaran tradisiona

B. Saran

Penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca untuk


melengkapi makalah kami

15
16
DAFTAR PUSTAKA

Adhi, K., Hakim, A., & Makmur, M. (2019). PROSES PERENCANAAN


ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA POLITEKNIK PEMBANGUNAN
PERTANIAN MALANG. 1, 47–62.

Aditama. (2017). Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Universitas Indonesia


(UI-Press).

Arfan, M., Darwanis, & Afrizal. (2016). Analisis efektivitas pengelolaan


keuangan satuan kerja perangkat daerah di lingkungan pemerintah kota
sabang. 5(3), 1–10.

Barlian, S. (2015). ANALISIS PENGELOLAAN KEUANGAN RURAL


INFRASTUCTURE SUPPORT PROGRAM NASIONAL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT. Jurnal Manajemen & Bisnis
Sriwijaya, 13(4), 1–9.

Fatah, M. (2017). kONSEP MANEJEMEN. In Pustaka Bani Quraisy.

Friska, indriani yulia. (2019). pengaruh anggaran berbasis kinerja terhadap


akuntabilitas kinerja komite organisasi sebagai variabel moderating. 75–81.

Indra, B. (2017). Akuntansi Kesehatan. Erlangga.

Tama, A, I. (2018). Evaluasi kinerja pelayanan dan keuangan rsudyang


menerapkan pola pengelolaan keuangan blud. JORNAL PETA, 3(2), 11–25.

Wijayanati, & Sriyanto. (2018). Evaluasi kinerja pelayanan dan keuangan RSUD
yang menerapkan pola pengelolaan keuangan BLUD di
Subosukowonosraten. Journal Ekonomi Bisnis Dan Perbankan, 1(1).

Wijayanti, A. W., Rahman, M., Muluk, K., & Nurpratiwi, R. (2012).


Perencanaan Anggaran Berbasis Kinerja di Kabupaten Pasuruan. 15(3),
10–17.

17

Anda mungkin juga menyukai