Oleh:
KELOMPOK 2
Mutiara Adzani Harneli (18230066)
Fonny Kristin Yunita (18230070)
Dede Putri Yani Lase (19230011)
Lathiva Gusna Diva (19230026)
Mia Marselia (19230032)
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nya, makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Adapun tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah
Akuntansi Pemerintah.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Gerry
Hamdani Putra,SE,M.Si sebagai dosen pengampu mata kuliah Akuntansi Pemerintah.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan-rekan mahasiswa/i,
serta semua pihak yang telah memberikan dukungannya bagi terselesaikannya
makalah ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Kami menyadari betul bahwa baik isi maupun penyajian makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran
sebagai penyempurnaan tulisan ini. Semoga hasil penulisan makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi teman-teman mahasiswa/i dan semua pihak-pihak yang
memerlukan.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengelolaan keuangan daerah merupakan salah satu bagian yang mengalami
perubahan mendasar dengan ditetapkannya Undang-Undang No. 32 tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Kedua
Undang-Undang tersebut telah memberikan wewenang lebih luas kepada pemerintah
daerah. Kewenangan dimaksud diantaranya adalah keleluasaan dalam mobilisasi
sumber dana, menentukan arah, tujuan dan target penggunaan anggaran. Selain itu,
munculnya Undang-Undang Nomor 108 Tahun 2005 tentang Pemerintah Daerah,
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
yang sekarang telah diperbaharui dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, Peraturan Pemerintah Nomor 58
Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, dan mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Tujuan dari
Undang-Undang tersebut dan peraturan pendukungnya ini nantinya akan bermuara
pada pelaksanaan Good Governance. Kepemerintahan yang baik (Good Governance)
setidaknya ditandai dengan tiga elemen yaitu transparansi, partisipasi dan
akuntabilitas. Transparansi dibangun atas dasar 2 kebebasan memperoleh informasi.
Partisipasi maksudnya mengikutsertakan keterlibatan masyarakat dalam pembuatan
keputusan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan
yang dapat menyalurkan aspirasinya.
Sedangkan akuntabilitas adalah pertanggungjawaban kepada publik atas aktivitas
yang dilakukan. Terselenggaranya Good Governance merupakan prasyarat utama
untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam pencapaian tujuan dan cita-cita bangsa.
Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban yang
memenuhi prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi
pemerintah yang berterima umum.
Hal tersebut diatur dalam undangundang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara dan Daerah yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan dengan
Standar Akuntansi Pemerintah yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Selain
itu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
menyebutkan bahwa laporan keuangan harus disusun berdasarkan proses akuntansi,
yang wajib dilaksanakan oleh setiap pengguna anggaran dan kuasa pengguna
anggaran serta pengelola bendahara umum daerah.
Lebih lanjut aturan dalam penyelenggaraan sistem akuntansi pemerintah daerah,
juga ditetapkan oleh menteri dalam negeri. 3 Dalam sistem Pemerintah Daerah
terdapat 2 subsistem, yaitu Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) dan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
merupakan bagian dari pemerintah daerah yang melaksanakan fungsi pemerintah dan
pelayanan publik, baik secara langsung ataupun tidak. Untuk melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya tersebut, SKPD diberikan alokasi dana (anggaran). Oleh karena
itu, SKPD disebut juga Pengguna Anggaran (PA).
Laporan Keuangan SKPD merupakan sumber untuk menyusun Laporan
Keuangan SKPKD, oleh karena itu setiap SKPD harus menyusun Laporan Keuangan
sebaik mungkin. Akuntansi sebagai bidang ilmu memberikan pengetahuan tentang
cara pengelolaan dan pemanfaatan dana yang akan dapat memberikan informasi
kepada pihak tentang pelaksanaan kegiatan ekonomi baik oleh pelaku swasta maupun
pemerintah sendiri. Untuk menghasilkan informasi akuntansi, suatu organisasi atau
lembaga perlu menyelenggarakan proses akuntansi yang formal, maka aktivitas proses
akuntansi merupakan suatu fungsi khusus yang harus terdapat dalam organisasi yang
biasanya dilakukan oleh bagian akuntansi.
Bahwa ilmu yang mencatat kejadian-kejadian ekonomi tersebut adalah ilmu
akuntansi. Salah satu kelompok ilmu akuntansi adalah akuntansi pemerintahan.
Akuntansi pemerintahan mengkhususkan pencatatan dan pelaporan atas
transaksi-transaksi yang terjadi pada badan pemerintah , dimana tujuan kegiatannya
adalah tidak untuk mencari laba atau termasuk dalam organisasi nonprofit. Yang
membedakan antara organisasi non-profit dengan organisasi profit adalah dalam
tujuan organisasi, sumber dana dan peraturan pengendalian barang dan jasa.
Akuntansi pemerintahan menyediakan laporan keuangan yang 4 bermanfaat mengenai
aspek kepengurusan dan administrasi keuangan negara dan membantu untuk
mengadakan control atas pengeluaran meliputi Anggaran Negara agar sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang yang berlaku.
Oleh karna itu dengan adanya standar, undang-undang, dan peraturan yang
mendukung tersebut, pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah diharapkan
telah melakukan proses penyusunan dan penyajian laporan keuangan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan serta sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang
berlaku, sehingga dapat menghasilkan laporan keuangan yang andal dan dapat
dijadikan sebagai pijakan yang tepat dalam proses pengambilan keputusan.
Namun dalam prakteknya, pemerintah masih sering mengalami kendala ataupun
masalah dalam penyajian laporan keuangan yang sesuai dengan peraturan dan undang
undang tersebut, sehingga bisa mengakibatkan banyak hal yang tidak diinginkan
terjadi. Jika kesalahan dalam proses terjadi, maka informasi yang tersaji dalam
laporan keuangan menjadi salah saji sehingga akibatnya informasi tersebut tidak dapat
dipercaya dan laporan keuangan tersebut tidak dapat digunakan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan, ataupun keputusan yang telah diambil dari laporan tersebut
menjadi tidak efektif.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian keuangan Negara/daerah
2. Ruang lingkup keuangan Negara/daerah
3. Pengelolaan keuangan Negara/daerah
4. Pertanggungjawaban keuangan Negara/daerah
5. Pengawasan keuangan Negara/daerah
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian keuangan Negara/daerah
2. Untuk mengetahui Ruang lingkup keuangan Negara/daerah
3. Untuk mengetahui Pengelolaan keuangan Negara/daerah
4. Untuk mengetahui Pertanggungjawaban keuangan Negara/daerah
5. Untuk mengetahui Pengawasan keuangan Negara/daerah
BAB II
PEMBAHASAN
Dari sisi objek, yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi semua hak dan
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan
dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta
segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik
negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Dari sisi subjek, yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi seluruh
subjek yang memiliki/menguasai objek sebagaimana tersebut di atas, yaitu:
pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan negara/daerah, dan badan lain yang
ada kaitannya dengan keuangan negara.
Dari sisi proses, Keuangan Negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang
berkaitan dengan pengelolaan objek sebagaimana tersebut di atas mulai dari
perumusan kebijakan danpengambilan keputusan sampai dengan
pertanggunggjawaban.
Dari sisi tujuan, Keuangan Negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan
hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan objek
sebagaimana tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara.
a) Hak Negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan
melakukan pinjaman;
b) Kewajiban Negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum
pemerintahan Negara dan membayar tagihan pihak ketiga;
c) Penerimaan negara;
d) Pengeluaran negara;
e) Penerimaan daerah;
f) Pengeluaran daerah;
g) Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain
berupa uang, surat berharga, piutang, barang, sertahak–hak lain yang dapat
dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan
negara/perusahaan daerah;
h) Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;
i) Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang
diberikan pemerintah; dan
j) Kekayaan pihak lain sebagaimana dimaksud meliputi kekayaan yang dikelola
oleh orang atau badan lain berdasarkan kebijakan pemerintah, yayasan-yayasan
di lingkungan kementerian negara/lembaga, atau perusahaan negara/daerah.
Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk
mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan
efisiensi dan efektifitas perekonomian.
Penyusunan APBN.
Pemerintah mengajukan Rancangan APBN dalam bentuk RUU tentang APBN
kepada DPR. Setelah melalui pembahasan, DPR menetapkan Undang-Undang tentang
APBN selambat-lambatnya 2 bulan sebelum tahun anggaran dilaksanakan.
Pelaksanaan APBN.
Hemat, efesien, dan sesuai dengan kebutuhan. Terarah, terkendali, sesuai dengan
rencana program atau kegiatan. Semaksimah mungkin menggunakan hasil produksi
dalam negeri dengan memperhatikan kemampuan atau potensi nasional.
b. Dana Perimbangan
Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran daerah harus diarahkan untuk
menciptakan lapangan kerja/ mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya,
serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.
Penyusunan APBD
Berpedoman kepada RKPD dalam rangka mewujudkan pelayanan kepada
masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara. APBD merupakan dasar pengelolaan
keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun anggaran terhitung mulai tanggal 1
Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.
Pelaksanaan APBD
Menetapkan :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pengertian keuangan negara berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang Undang Nomor
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dinyatakan bahwa keuangan negara adalah
semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu
baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara
berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Kekayaan negara yang
dimaksud dalam pasal 1 ayat (1) tersebut adalah kekayaan negara/kekayaan daerah
yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang
serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang
dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah.
Pengelolaan keuangan negara secara jelas diatur dalam pasal 3 dan pasal 7
Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa keuangan negara
dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis,
efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan. Kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara digunakan untuk mencapai
tujuan bernegara. Dari uraian tersebut maka pengawasan pengelolaan keuangan
negara menjadi suatu keharusan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
https://klc.kemenkeu.go.id/wp-content/uploads/2018/08/8.-Pengelolaan-Keuangan-Ne
gara1
1. UU Nomor 17 Tahun 2003
2. PP Nomor 58 Tahun 2005
3. Pasal 23 C Undang-Undang Dasar, Undang-Undang tentang Keuangan Negara