Anda di halaman 1dari 21

AKUNTANSI PEMERINTAHAN

“ PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA DAN DAERAH”

Oleh:

KELOMPOK 2
Mutiara Adzani Harneli (18230066)
Fonny Kristin Yunita (18230070)
Dede Putri Yani Lase (19230011)
Lathiva Gusna Diva (19230026)
Mia Marselia (19230032)

Dosen Pengampu : Gerry Hamdani Putra, SE, M.Si

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


“KEUANGAN, PERBANKAN DAN PEMBANGUNAN”PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nya, makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Adapun tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah
Akuntansi Pemerintah.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Gerry
Hamdani Putra,SE,M.Si sebagai dosen pengampu mata kuliah Akuntansi Pemerintah.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan-rekan mahasiswa/i,
serta semua pihak yang telah memberikan dukungannya bagi terselesaikannya
makalah ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Kami menyadari betul bahwa baik isi maupun penyajian makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran
sebagai penyempurnaan tulisan ini. Semoga hasil penulisan makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi teman-teman mahasiswa/i dan semua pihak-pihak yang
memerlukan.

Padang, 20 Oktober 2021

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 3
C. Tujuan .................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 4


A. Pengertian keuangan Negara/daerah ................................................... 4
B. Ruang lingkup keuangan Negara/daerah ............................................. 5
C. Pengelolaan keuangan Negara/daerah ................................................. 7
D. Pertanggungjawaban keuangan Negara/daerah .................................. 13
E. Pengawasan keuangan Negara/daerah ................................................. 15

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 17


A. Kesimpulan ......................................................................................... 17
B. Saran .................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengelolaan keuangan daerah merupakan salah satu bagian yang mengalami
perubahan mendasar dengan ditetapkannya Undang-Undang No. 32 tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Kedua
Undang-Undang tersebut telah memberikan wewenang lebih luas kepada pemerintah
daerah. Kewenangan dimaksud diantaranya adalah keleluasaan dalam mobilisasi
sumber dana, menentukan arah, tujuan dan target penggunaan anggaran. Selain itu,
munculnya Undang-Undang Nomor 108 Tahun 2005 tentang Pemerintah Daerah,
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
yang sekarang telah diperbaharui dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, Peraturan Pemerintah Nomor 58
Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, dan mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Tujuan dari
Undang-Undang tersebut dan peraturan pendukungnya ini nantinya akan bermuara
pada pelaksanaan Good Governance. Kepemerintahan yang baik (Good Governance)
setidaknya ditandai dengan tiga elemen yaitu transparansi, partisipasi dan
akuntabilitas. Transparansi dibangun atas dasar 2 kebebasan memperoleh informasi.
Partisipasi maksudnya mengikutsertakan keterlibatan masyarakat dalam pembuatan
keputusan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan
yang dapat menyalurkan aspirasinya.
Sedangkan akuntabilitas adalah pertanggungjawaban kepada publik atas aktivitas
yang dilakukan. Terselenggaranya Good Governance merupakan prasyarat utama
untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam pencapaian tujuan dan cita-cita bangsa.
Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban yang
memenuhi prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi
pemerintah yang berterima umum.
Hal tersebut diatur dalam undangundang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara dan Daerah yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan dengan
Standar Akuntansi Pemerintah yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Selain
itu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
menyebutkan bahwa laporan keuangan harus disusun berdasarkan proses akuntansi,
yang wajib dilaksanakan oleh setiap pengguna anggaran dan kuasa pengguna
anggaran serta pengelola bendahara umum daerah.
Lebih lanjut aturan dalam penyelenggaraan sistem akuntansi pemerintah daerah,
juga ditetapkan oleh menteri dalam negeri. 3 Dalam sistem Pemerintah Daerah
terdapat 2 subsistem, yaitu Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) dan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
merupakan bagian dari pemerintah daerah yang melaksanakan fungsi pemerintah dan
pelayanan publik, baik secara langsung ataupun tidak. Untuk melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya tersebut, SKPD diberikan alokasi dana (anggaran). Oleh karena
itu, SKPD disebut juga Pengguna Anggaran (PA).
Laporan Keuangan SKPD merupakan sumber untuk menyusun Laporan
Keuangan SKPKD, oleh karena itu setiap SKPD harus menyusun Laporan Keuangan
sebaik mungkin. Akuntansi sebagai bidang ilmu memberikan pengetahuan tentang
cara pengelolaan dan pemanfaatan dana yang akan dapat memberikan informasi
kepada pihak tentang pelaksanaan kegiatan ekonomi baik oleh pelaku swasta maupun
pemerintah sendiri. Untuk menghasilkan informasi akuntansi, suatu organisasi atau
lembaga perlu menyelenggarakan proses akuntansi yang formal, maka aktivitas proses
akuntansi merupakan suatu fungsi khusus yang harus terdapat dalam organisasi yang
biasanya dilakukan oleh bagian akuntansi.
Bahwa ilmu yang mencatat kejadian-kejadian ekonomi tersebut adalah ilmu
akuntansi. Salah satu kelompok ilmu akuntansi adalah akuntansi pemerintahan.
Akuntansi pemerintahan mengkhususkan pencatatan dan pelaporan atas
transaksi-transaksi yang terjadi pada badan pemerintah , dimana tujuan kegiatannya
adalah tidak untuk mencari laba atau termasuk dalam organisasi nonprofit. Yang
membedakan antara organisasi non-profit dengan organisasi profit adalah dalam
tujuan organisasi, sumber dana dan peraturan pengendalian barang dan jasa.
Akuntansi pemerintahan menyediakan laporan keuangan yang 4 bermanfaat mengenai
aspek kepengurusan dan administrasi keuangan negara dan membantu untuk
mengadakan control atas pengeluaran meliputi Anggaran Negara agar sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang yang berlaku.
Oleh karna itu dengan adanya standar, undang-undang, dan peraturan yang
mendukung tersebut, pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah diharapkan
telah melakukan proses penyusunan dan penyajian laporan keuangan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan serta sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang
berlaku, sehingga dapat menghasilkan laporan keuangan yang andal dan dapat
dijadikan sebagai pijakan yang tepat dalam proses pengambilan keputusan.
Namun dalam prakteknya, pemerintah masih sering mengalami kendala ataupun
masalah dalam penyajian laporan keuangan yang sesuai dengan peraturan dan undang
undang tersebut, sehingga bisa mengakibatkan banyak hal yang tidak diinginkan
terjadi. Jika kesalahan dalam proses terjadi, maka informasi yang tersaji dalam
laporan keuangan menjadi salah saji sehingga akibatnya informasi tersebut tidak dapat
dipercaya dan laporan keuangan tersebut tidak dapat digunakan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan, ataupun keputusan yang telah diambil dari laporan tersebut
menjadi tidak efektif.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian keuangan Negara/daerah
2. Ruang lingkup keuangan Negara/daerah
3. Pengelolaan keuangan Negara/daerah
4. Pertanggungjawaban keuangan Negara/daerah
5. Pengawasan keuangan Negara/daerah

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian keuangan Negara/daerah
2. Untuk mengetahui Ruang lingkup keuangan Negara/daerah
3. Untuk mengetahui Pengelolaan keuangan Negara/daerah
4. Untuk mengetahui Pertanggungjawaban keuangan Negara/daerah
5. Untuk mengetahui Pengawasan keuangan Negara/daerah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Keuangan Negara dan Daerah


1.) Pengertian Keuangan Negara
Definisi keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat
dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang
yang dapat dijadikan milik Negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut. Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara dinyatakan bahwa pendekatan yang digunakan dalam merumuskan Keuangan
Negara adalah dari sisi objek, subjek, proses, dan tujuan.

Dari sisi objek, yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi semua hak dan
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan
dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta
segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik
negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

Dari sisi subjek, yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi seluruh
subjek yang memiliki/menguasai objek sebagaimana tersebut di atas, yaitu:
pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan negara/daerah, dan badan lain yang
ada kaitannya dengan keuangan negara.

Dari sisi proses, Keuangan Negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang
berkaitan dengan pengelolaan objek sebagaimana tersebut di atas mulai dari
perumusan kebijakan danpengambilan keputusan sampai dengan
pertanggunggjawaban.

Dari sisi tujuan, Keuangan Negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan
hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan objek
sebagaimana tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara.

Berdasarkan pengertian keuangan negara dengan pendekatan objek, terlihat


bahwa hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang diperluas
cakupannya, yaitu termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan
pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan.
2.) Pengertian Keuangan Daerah
Sumber-sumber keuangan yang melekat pada setiap urusan pemerintah yang
diserahkan kepada daerah menjadi sumber keuangan daerah. Dilansir dari situs resmi
Kementerian Keuangan Republik Indonesia, terdapat dua pengertian keunagan daerah,
yaitu:
1). PP Nomor 58 tahun 2005.
Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang
termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak
dan kewajiban daerah tersebut.

2). UU Nomor 23 tahun 2014


Keuangan Daerah merupakan semua hak dan kewajiban daerah yang
dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan barang yang
dapat dijadikan milik daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut. Tujuan diaturnya keuangan daerah oleh pemerintah
daerah adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam
pengelolaan sumber daya keuangan daerah. Selain itu, meningkatkan
kesejahteraan daerah dan mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat.

Adapun pengertian pengelolaan keuangan negara dan daerah adalah kegiatan


secara keseluruhan yang meliputi beberapa tahap dalam prosesnya, meliputi tahap
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pertanggungjawaban, pelaporan hingga
perihal pengawasan keuangan negara atau pun daerah.

B. Ruang Lingkup Keuangan Negara/daerah


1.) Ruang lingkup keuangan Negara meliputi:

a) Hak Negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan
melakukan pinjaman;
b) Kewajiban Negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum
pemerintahan Negara dan membayar tagihan pihak ketiga;
c) Penerimaan negara;
d) Pengeluaran negara;
e) Penerimaan daerah;
f) Pengeluaran daerah;
g) Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain
berupa uang, surat berharga, piutang, barang, sertahak–hak lain yang dapat
dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan
negara/perusahaan daerah;
h) Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;
i) Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang
diberikan pemerintah; dan
j) Kekayaan pihak lain sebagaimana dimaksud meliputi kekayaan yang dikelola
oleh orang atau badan lain berdasarkan kebijakan pemerintah, yayasan-yayasan
di lingkungan kementerian negara/lembaga, atau perusahaan negara/daerah.

Sub bidang pengelolaan fiskal meliputi enam fungsi, yaitu:

a) Fungsi pengelolaan kebijakan ekonomi makro dan fiskal.


b) Fungsi penganggaran.
c) Fungsi ini meliputi penyiapan, perumusan, dan pelaksanaan kebijakan, serta
perumusan standar, norma, pedoman, kriteria, prosedur dan pemberian
bimbingan teknis dan evaluasi di bidangAPBN.
d) Fungsi administrasi perpajakan.
e) Fungsi administrasi kepabeanan

2.) Ruang Lingkup Keuangan Daerah


Ketika membahas tentang pengelolaan kekayaan daerah, pastinya akan
membahas tentang ruang lingkupnya. Adapun ruanglingkup keuangan daerah sebagai
berikut:

a. Pajak daerah dan retribusi, serta memberikan pinjaman


b. Komitmen daerah untuk melakukan kegiatan pemerintah dan membayar hutang
pihak ketiga
c. Pengeluaran daerah
d. Pendapatan daerah
e. Aset daerah, yang meliputi komoditas, piutang, surat berharga, uang dan
hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang juga merupakan aset yang terpisah
dari perusahaan daerah yang dikelola oleh pemerintah daerah atau pihak lain
f. Asetpihaklain yang ada di bawah otoritas pemerintah daerah untuk membantu
pelaksanaan tanggung jawab pemerintah juga terbuka bagi publik.

C. Pengelolaan Keuangan Negara dan Daerah

Tujuan Pengelolaan Keuangaan Negara dan Daerah

1. Tujuan Pengelolaan Keuangaan Negara, yakni ;

a. Mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

b. Menjaga stabilitas ekonomi

c. Merealokasi sumber-sumber ekonomi

d. Mendorong Redistribusi Pendapatan

Tujuan Utama Pengelolaan Keuangaan Daerah, adalah mempertajam esensi


sistem penyelenggaraan pemerintahan Daerah dalam konteks pengelolaan keuangan
daerah. Memperjelas distribusi kewenangan (distribution of authority) dan
memperjelas derajat pertanggungjawaban (clarity of responsibility) pada level
penyelenggaraan pemerintahan Daerah di bidang pengelolaan keuangan daerah.

Asas-asas Pengelolaan Keuagan Negara dan Daerah

a. Asas-asas Pengelolaan Keuagan Negara yang telah lama dikenal adalah :

Tahunan, Universalitas, Kesatuan, Spesialitas, Demi Terwujudnya Good


Governance dalam Penyelenggaraan Negara maka dilakukan perubahan menjadi,
Asas-asas Baru (best practises) :

Akuntabilitas berorientasi hasil Profesionalitas Proporsionalitas Keterbukaan


dalam PKN Pemeriksaan keuangan oleh BP yg bebas & mandiri

b. Asas-asas Pengelolaan Keuagan Daerah, yakni:


Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan,
efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan
asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. Pengelolaan keuangan
daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam
APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah. Kekuasaan Atas
Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah Kekuasaan pengelolaan keuangan negara
dipegang oleh Presiden selaku Kepala Pemerintahan dan sebagai bagian dari
kekuasaan pemerintahan. Kekuasaan Keuangan Daerah dilaksanakan oleh kepala
satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku pejabat pengelola APBD dan kepala
satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah.

Penyusunan dan Penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)/


Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

a. Penyusunan dan Penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN
berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan
pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari – 31 Desember).

Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, meliputi: Belanja Negara,


Belanja terdiri atas dua jenis;

a. Belanja Pemerintah Pusat, adalah belanja yang digunakan untuk membiayai


kegiatan pembangunan Pemerintah Pusat, baik yang dilaksanakan di pusat maupun
didaerah (dekonsentrasi dan tugas pembantuan). Belanja Pemerintah Pusat dapat
dikelompokkan menjadi: Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal,
Pembiayaan Bunga Utang, Subsidi BBM dan Subsidi Non-BBM, Belanja Hibah,
Belanja Sosial (termasuk Penanggulangan Bencana), dan Belanja Lainnya.

b. Belanja Daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke Pemerintah Daerah, untuk


kemudian masuk dalam pendapatan APBD daerah yang bersangkutan. Belanja Daerah
meliputi:

-. Dana Bagi Hasil


- Dana Alokasi Umum

- Dana Alokasi Khusus

- Dana Otonomi Khusus

Pembiayaan Pembiayaan meliputi:

a. Pembiayaan Dalam Negeri, meliputi Pembiayaan Perbankan, Privatisasi, Surat


Utang Negara, serta penyertaan modal negara.

b. Pembiayaan Luar Negeri, meliputi Penarikan Pinjaman Luar Negeri, terdiri


atas Pinjaman Program dan Pinjaman Proyek serta Pembayaran Cicilan Pokok Utang
Luar Negeri, yang terdiri atas Jatuh Tempo dan Moratorium.

Adapun terdapat Fungsi dari APBN itu sendiri yaitu:

Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.

Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman


bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman


untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.

Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk
mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan
efisiensi dan efektifitas perekonomian.

Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran negara harus


memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

Fungsi stabilitasasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi alat


untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian

Penyusunan APBN.
Pemerintah mengajukan Rancangan APBN dalam bentuk RUU tentang APBN
kepada DPR. Setelah melalui pembahasan, DPR menetapkan Undang-Undang tentang
APBN selambat-lambatnya 2 bulan sebelum tahun anggaran dilaksanakan.

Pelaksanaan APBN.

Pelaksanaan APBN diatur lebih lanjut menggunakan peraturan presiden


(alokasianggaran kantor pusat dan kantor daerah,pembayaran tunggakan, alokasi dana
perimbangan,

alokasi subsidi) sebagai pedoman kementrian dan lembaga. Setelah APBN


ditetapkan dengan

Undang-Undang, pelaksanaan APBN dituangkan lebih lanjut dengan Peraturan


Presiden.

Berdasarkan perkembangan, di tengah-tengah berjalannya tahun anggaran, APBN


dapat mengalami revisi/perubahan. Untuk melakukan revisi APBN, Pemerintah harus
mengajukan

RUU Perubahan APBN untuk mendapatkan persetujuan DPR. Perubahan APBN


dilakukan paling lambat akhir Maret, setelah pembahasan dengan Badan anggaran
DPR. Dalam keadaan darurat (misalnya terjadi bencana alam), Pemerintah dapat
melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya.

Pertanggung jawaban Pelaksanaan APBN.

Selambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir, Presiden menyampaikan


RUU tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN kepada DPR berupa Laporan
Keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan.

Prinsip penyusunan APBN.

Berdasarkan aspek pendapatan, prinsip penyusunan APBN ada tiga, yaitu:


Intensifikasi penerimaan anggaran dalam jumlah dan kecepatan penyetoran.

Intensifikasi penagihan dan pemungutan piutang negara.


Penuntutan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh negara dan penuntutan
denda.

Sementara berdasarkan aspek pengeluaran, prinsip penyusunan APBN adalah:

Hemat, efesien, dan sesuai dengan kebutuhan. Terarah, terkendali, sesuai dengan
rencana program atau kegiatan. Semaksimah mungkin menggunakan hasil produksi
dalam negeri dengan memperhatikan kemampuan atau potensi nasional.

Azas penyusunan APBN.

APBN disusun dengan berdasarkan azas-azas:

Kemandirian, yaitu meningkatkan sumber penerimaan dalam negeri.


Penghematan atau peningkatan efesiensi dan produktivitas.

Penajaman prioritas pembangunan Menitik beratkan pad azas-azas dan


undang-undang Negara

b. Penyusunan dan Penetapan Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat APBD adalah


rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama
oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Stuktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari:

Pendapatan Daerah , Pendapatan daerah terdiri dari:

a. Pendapatan asli daerah (PAD)

b. Dana Perimbangan

c. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah

Belanja Daerah , Belanja daerah diklasifikasikan dalam dua kelompok besar,


yaitu:
a. Belanja Langsug

b. Belanja Tidak Langsung

Pembiayaan Daerah, Adapun sumber pembiayaan yaitu sebagai berikut.

a. Sisa lebih perhitungan anggaran daerah.

b. Penerimaan pinjaman daerah.

c. Dana cadangan daerah.

d. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Adapun terdapat Fungsi dari APBD itu sendiri yaitu:

Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.

Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi pedoman


bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi pedoman


untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan

Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran daerah harus diarahkan untuk
menciptakan lapangan kerja/ mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya,
serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.

Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran daerah harus


memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah daerah menjadi


alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian
daerah.

 Penyusunan APBD
Berpedoman kepada RKPD dalam rangka mewujudkan pelayanan kepada
masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara. APBD merupakan dasar pengelolaan
keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun anggaran terhitung mulai tanggal 1
Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.

 Pelaksanaan APBD

Pelaksanaan APBD diatur lebih lanjut menggunakan Perkada (Peraturan


Keuangan Daerah) dengan menjabar melalui : (Anggaran pendapatan dan belanja
daerah) APBD, cash, budget, standar harga.

 Pertanggung jawaban, Akuntansi dan Pelaporan Uang Negara/Daerah

Bendahara Umum Negara/Daerah, menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/


walikota/kepala kantor atau Satuan Kerja di pusat maupun di daerah bertanggung
jawab atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya. Bendahara Umum
Negara/Daerah, kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah dan semua unit kerja
yang berada dibawahnya, yang menguasai Uang Negara/Daerah, melakukan akuntansi
atas pengelolaan Uang Negara/Daerah berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Pelaporan pengelolaan Uang Negara dalam rangka pertanggungjawaban Pemerintah
Pusat dalam bentuk laporan keuangan pemerintah pusat dilakukan secara periodik dan
berjenjang. Pelaporan pengelolaan Uang Daerah dalam rangka pertanggungjawaban
Pemerintah Daerah dalam bentuk laporan keuangan pemerintah daerah dilakukan
secara periodik.

 Pengawasan Keuangan Negara/Daerah

Pengendalian internal terhadap pengelolaan Uang Negara/Daerah dilakukan oleh


menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota/kepala kantor/satuan kerja.
Pengawasan fungsional terhadap pengelolaan Uang Negara/Daerah dilakukan oleh
aparat pengawasan fungsional pusat/daerah dan oleh Badan Pemeriksa Keuangan.

D. Pertanggung Jawaban Keuangan Negara/Daerah

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA


DAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

UNDANG-UNDANG TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN


TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:

1.Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang


dilakukan secara independen, obyektif, dan profesional berdasarkan standar
pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan
informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

2. Badan Pemeriksa Keuangan, yang selanjutnya disebut BPK, adalah Badan


Pemeriksa Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.

3.Pemeriksa adalah orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan dan


tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas nama BPK.

4.Pejabat yang diperiksa dan/atau yang bertanggung jawab, yang selanjutnya


disebut pejabat, adalah satu orang atau lebih yang diserahi tugas untuk mengelola
keuangan negara.

5. Lembaga perwakilan adalah DPR, DPD, DPRD Provinsi dan/atau DPRD


Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945

6. Pengelolaan Keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola


keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban.
7.Tanggung Jawab Keuangan Negara adalah kewajiban Pemerintah untuk
melaksanakan pengelolaan keuangan negara secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, dan transparan, dengan
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

E. Pengawasan Keuangan Negara/daerah

Luwu, Rabu (3 September 2014) – Dalam rangka mendorong optimalisasi


pengawasan pengelolaan keuangan negara (termasuk keuangan daerah), Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK) menyelenggarakan Sosialisasi
dengan tema “Optimalisasi Pengawasan Atas Keuangan Negara dan Keuangan
Daerah” pada hari ini (3/9) di Ruang Pola Andi Kambo, Komplek Perkantoran
Pemerintah Kabupaten Luwu, Jalan Jenderal Sudirman, Kabupaten Luwu, Sulawesi
Selatan dengan Narasumber Auditor Utama Keuangan Negara BPK, Dr. Abdul Latief,
Wakil Ketua Komisi XI DPR, Ir. Hj. A. P. A. Timo Pangerang, dan Inspektur
Provinsi Sulawesi Selatan, Drs. H. Muh. Yusuf Sommeng, M.Si. Kegiatan ini dihadiri
oleh Bupati Luwu, Ir. H. Mudzakkar, Wakil Ketua Bupati, Pimpinan dan Anggota
DPRD Kabupaten Luwu, dan Kepala Perwakilan BPK Provinsi Sulawesi Selatan, Tri
Heriadi, S.H., M.M. Kegiatan ini diikuti oleh para Sekretaris Daerah, Inspektur,
Kepala Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD), Camat, Lurah, dan
Kepala Desa di wilayah Kabupaten Luwu, Kabupaten Luwu Utara, dan Kota Palopo.

Kegiatan ini diselenggarakan dengan tujuan : 1) memberikan pemahaman


mengenai tugas, fungsi dan kewenangan BPK dalam pengelolaan keuangan negara; 2)
membangun kesamaan pandangan mengenai hakikat dan ruang lingkup keuangan
negara/daerah; 3) Menyerap berbagai permasalahan dalam pengelolaan keuangan
Negara/daerah.

Pengertian keuangan negara berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang Undang Nomor
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dinyatakan bahwa keuangan negara adalah
semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu
baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara
berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Kekayaan negara yang
dimaksud dalam pasal 1 ayat (1) tersebut adalah kekayaan negara/kekayaan daerah
yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang
serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang
dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah.

Pengelolaan keuangan negara secara jelas diatur dalam pasal 3 dan pasal 7
Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa keuangan negara
dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis,
efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan. Kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara digunakan untuk mencapai
tujuan bernegara. Dari uraian tersebut maka pengawasan pengelolaan keuangan
negara menjadi suatu keharusan.

Praktek pengawasan pengelolaan keuangan negara secara internal dilakukan oleh


Inspektorat dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), sedangkan
pengawasan eksternal dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Dewan
Perwakilan Rakyat/Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sesuai dengan kewenangan
masing-masing. Pengawasan keuangan negara oleh BPK dilakukan melalui
pemeriksaan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 23 E UUD 1945. Adapun
pengawasan yang dilakukan oleh DPR antara lain dilakukan melalui pengawasan
pelaksanaan APBN dan pembahasan laporan keuangan Pemerintah Pusat yang telah
diaudit oleh BPK.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ruang lingkup pengelolaan keuangan daerah mencakup keseluruhan kegiatan


yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah. Keuangan daerah ialah hak
dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat
dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan
dengan hak dan kewajiban daerah. Pemerintah telah melakukan perubahan atau
reformasi dibidang keuangan pada tahun 2003 yang ditandai dengan berlakunya
Undangundang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Peraturan Menteri
Dalam Negeri nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 55 tahun 2008 tentang Tata Cara
Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Serta Cara
Penyampaiannya.

B. Saran

1. Badan Pemeriksa Keuangan masih perlu untuk meningkatkan transparansi kepada


masyarakat mengenai keterbukaan informasi kepada publik sesuai dengan
undang-undang No.14 tahun 2008 yaitu setiap orang berhak untuk
berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk meningkatkan kualitas
pelibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan publik. Dengan
membuka akses publik terhadap masyarakat diharapkan Badan Pemeriksa
Keuangan untuk bertanggung jawab dan beriorentasi pada pelayanan rakyat yang
sebaik-baiknya.
2. Badan Pemeriksa Keuangan masih perlu untuk meningkatkan akuntabilitasnya
dengan mengetahui mengenai kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan
pertanggungjawaban pekerjaannya sehingga pengelolaan keuangan pemerintah
terlaksana secara efektif yang dikomunikasikan melalui jaringan efektif dan
memberikan pernyataan yang jelas mengenai tujuan dan sasaran dari kebijakan.
DAFTAR PUSTAKA

https://klc.kemenkeu.go.id/wp-content/uploads/2018/08/8.-Pengelolaan-Keuangan-Ne
gara1
1. UU Nomor 17 Tahun 2003
2. PP Nomor 58 Tahun 2005
3. Pasal 23 C Undang-Undang Dasar, Undang-Undang tentang Keuangan Negara

Anda mungkin juga menyukai