SISTEM PEMERINTAHAN
JUDUL
HUBUNGAN KERJASAMA APARATUR KEKUASAAN NEGARA
INDONESIA DI TINGKAT PUSAT DAN DAERAH
DOSEN PEMBIMBING Bpk. Khamim, SHI, SH, MH
Di Susun Oleh:
KELOMPOK
6
NAMA NIM
ARFIAN 4201514085
AWALUDIN 4201514070
NOVIANTI 4201514076
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
Terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Khamim, SHI, SH, MH selaku dosen
mata kuliah Sistem Pemerintahan di Indonesia yang telah membimbing dan
memberikan kuliah demi lancarnya terselesaikan tugas makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Dengan segala
kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif dan membangun sangat kami
harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain
dan pada waktu mendatang.Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca.
Penyusun
( Kel. 6 )
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 4
C. Batasan Masalah .................................................................................... 5
D. Tujuan Masalah ..................................................................................... 5
E. Metode Pembahasan .............................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah dalam
Melakukan Pengelolaan Lingkungan Hidup ......................................... 6
B. Menganalisa Kewenangan Pemerintah Pusat dan Daerah ..................... 8
C. Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah .............................................. 9
D. Konsep Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah ................................. 12
E. Hubungan Kewenangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah dalam
Rangka Pelaksanaan Ekonomi Daerah di Indonesia ............................. 14
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
sekarang ini karena lingkungan hidup sudah menjadi isu internasional yang
mempengaruhi perekonomian suatu negara.
2
diambil langkah menggunakan system desentralisasi, yang mana kepada
masyarakat setempat diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri, atau dengan istilah yang tidak asing lagi yakni diberikan hak
otonomi.
Otonomi daerah sekarang merupakan fenomena yang sudah lazim dan sudah
menjadi tuntutan, sebab sangat dibutuhkan dalam era globalisasi dan demokrasi.
Apalagi bila dikaitkan dengan tantagan masa depan yang memasuki era
perdagangan bebas yang ditandai dengan tumbuhnya berbagai bentuk kerjasama
regional dan perubahan system informasi global. Melalui otonomi diharapkan
daerah lebih mandiri dalam menentukan seluruh kegiatan di daerah dan
pemerintah pusat tidak terlalu ikut mencampuri dan mengatur permasalahan
daerah. Pemerintah daerah diharapkan mampu mengambil peran aktif dalam
melakukan peranannya guna membuat peluang memajukan daerah dengan
melakukan identifikasi potensi sumber pendapatan daerah sehingga mampu
menetapkan belanja daerah secara efisien dan efektif, termasuk kemampuan
perangkat daerah meningkatkan kinerja, mempertanggungjawabkan kepada
pemerintah maupun kepada public. Saat ini otonomi daerah bukan hanya meliputi
kabupaten dan kota di Indonesia, melainkan juga ada otonomi di tingkat desa.
Dalam hal ini, penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan subsistem dari
system penyelenggaraan pemerintahan, sehingga desa memiliki kewenangan
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Secara terminology,
desa merupakan cikal bakal terbentuknya masyarakat politik dan pemerintahan
Indonesia jauh sebelum Negara ini terbentuk. Desa merupakan institusi yang
otonom dengan tradisi dan adat istiadat dan kemandiriannya. Hal tersebut terbukti
dengan tingkat keragaman masyarakat desa yang mampu membaur satu dengan
yang lain, sehingga desa adalah perwujudan bangsa yang paling konkret. Untuk
mendukung implementasi dari Otonomi Daerah tersebut tentu ada aspek-aspek
yang harus dipersiapkan seperti sumber daya manusia, sumber daya keuangan,
sarana dan prasarana, serta organisasi dan manajemennya ( Krishna D. Darumurti
dan Umbu Rauta, 2000 : 68 ). Kesiapan sumber daya manusia aparatur pemerintah
daerah dalam pelaksanaan wewenang dari Daerah merupakan suatu tuntutan
profesionalitas aparatur pemerintah yang berarti memiliki kemampuan
pelaksanaan tugas, adanya komitmen terhadap kualitas kerja, dedikasi terhadap
3
kepentingan masyarakat sebagai pihak yang dilayani oleh pemerintah daerah.
Sebagaimana dinyatakan oleh Dr. M. Irfan Islamy bahwa : Kalau kepentingan
publik adalah sentral, maka menjadikan administrator publik sebagai profesional
yang proaktif adalah mutlak, yaitu administrator publik yang selalu berusaha
meningkatkan responsibilitas obyektif dan subyektifnya serta meningkatkan
aktualisasi dirinya. ( Dr. M. Irfan Islamy, 2000 : 12 ).
Dalam makalah ini akan dibahas masalah lingkungan hidup di era otonomi
daerah dan bagaimana Kewenangan daerah terhadap lingkungan hidup juga akibat
kewenangan yang besar tersebut.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ditujukan untuk merumuskan
permasalahan yang akan dibahas pada pembahasan dalam makalah. Adapun
rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah, sebagai berikut :
4
D. Bagaimana hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah dalam penerapan
Otonomi Daerah ?
E. Bagaimana hubungan Kewenangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah
Dalam Kerangka Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia?
C. Batasan Masalah
D. Tujuan Masalah
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah memberikan masukan dan
informasi yang jelas kepada mahasiswa dan pelajar tentang bagaimana Hubungan
kerjasama aparatur kekuasaan negara Indonesia di tingkat pusat dan daerah.
E. Metode Pembahasan
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
semua daerah kota dan kabupaten di Indonesia akan melakukan eksploitasi
lingkungan hidup secara besar-besaran.
7
B. Menganalisa Kewenangan Pemerintah Pusat dan Daerah
Jika dilihat Kewenangan Pemerintah Pusat juga besar dalam hal ini sehingga
perlu diberdayakan peran pemerintah dalam pengelolaan lingkungan dan juga
fungsi dari pemerintah sebagai suatu instansi pengawas jika terjadi pengelolaan
lingkungan yang tidak baik pad pemerintah daerah. Dalam hal ini perlu dikaji
kembali berbagai kebijakan yang ada pada pemerintah Daerah sehingga tidak ada
kebijkan-kebijakan yang berupa peraturan daerah yang merugikan lingkungan dan
tidak memperhatikan keadaan masyarakat.
Van Kempen juga menulis dalam Inleiding tot het Nederlandsch Indisch
Gemeenterecht bahwa otonomi mempunyai arti lain daripada kedaulatan(
souvereniteit), yang merupakan atribut dari negara, akan tetapi tidak pernah
merupakan atribut dari bagian- bagiannya seperti Gemeente, Provincie dan
sebagainya, yang hanya dapat memiliki hak-hak yang berasal dari negara,
bagaian-bagaian mana justru sebagai bagian-bagian dapat berdiri sendiri(
zelfstandig) akan tetapi tidak mungkin dapat dianggap merdeka( onafhnjelijk),
lepas dari, ataupun sejajar dengan negara.
8
aparat Pemerintahan Daerah sehinggdapat terjalinnya kerjasama yang baik antara
pusat dan daerah dalam pengelolaan lingkungan. Pengawasan oleh Pemerintah
Pusat dapat dibenarkan untuk membangun negara Indonesia karena Pemerintah
Pusat yang bertanggung jawab secara keseluruhan terhadap penyelenggaraan
Pemerintah Negara dan Daerah.
Dan pemerintah Pusat juga harus diawasi oleh lembaga negara yang lain
terutama lembaga perwakilan yang fungsinya berupa pengawasan, karena
Pemrintah Pusat juga mempunyai kebijakan yang menyangkut pengelolaan
lingkungan.
9
Undang-undang No. 5 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintah di Daerah
telah memberikan dasar dan pengarahan yang lebih mantap sesuai dengan
pengembangan dekonsentrasi, desentralisasi dan sertatantra sesuai dengan
Undang-undang Dasar 1945. Demikian pula dengan diterbitkannya berbagai
peraturan pelaksanaan sebagai tindak lanjutnya telah lebih memantapkan
hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah. Dalam hubungan ini dapat
disebutkan pula pembentukan Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah dengan
Keputusan Presiden No. 23 tahun 1975 yang bertugas merumuskan
kebijaksanaan agar segala kegiatan yang terjadi di daerah dapat dilaksanakan
dengan lebih baik
10
untuk mempercepat perbaikan jalan-jalan kabupaten yang penting untuk
menunjang pembangunan daerah-daerah bersangkutan. Disamping itu telah
dimulai program Pengembangan Wilayah dengan tujuan mengisi hal-hal yang
belum ditangani oleh ber berbaagai program/proyek lain, khususnya daerah -
daerah yang tergolong terbelakang dan/ atau miskin.
11
Dengan peningkatan hubungan antara aparatur Pemerintah Pusat dan Daerah
melalui peningkatan koordinasi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, di
samping itu peningkatan koordinasi pengawasan pembangunan seperti
dikemukakan di atas, maka secara terus menerus diusahakan pemecahan
hambatan-hambatan melalui konsultasi dan penyesuaian-penyesuaian yang
diperlukan.
Menurut Clarke dan Stewart model hubungan pemerintah pusat dan daerah
secara teoritis dapat dibedakan menjadi tiga model yaitu :
12
secara horisontal dan vertikal. Pertama, pembatasan dan pembagian kekusaan
secara horizontal yaitu suatu pembagian kekuasaan yang mana kekuasaan dalam
suatu negara dibagi dan diserahkan kepada tiga badan yang mempunyai
kedudukan yang sejajar (trias politika) yakni kekuasaan eksekutif, legislatif dan
yudikatif. Kedua, pembatasan dan pembagian kekuasaan secara vertikal yaitu
pembagian kekuasaan antara pemerintahan nasional (pusat) dengan pemerintahan
yang lebih rendah (daerah). Hal ini dapat dilihat secara jelas dalam konsep negara
kesatuan, federasi dan konfederasi.
Dari kedua cara tersebut diatas dapat dikatakan bahwa pelimpahan melalui
dekonsentrasi merupakan pendelegasian wewenang kepada perangkat aparat
secara vertikal yang berada pada hirarkinya didaerah. Sedangkan, penyerahan
dalam rangka desentralisasi merupakan pendelegasian urusan kepada daerah
otonom.
13
1) Satuan-satuan desentralisasi (otonomi) lebih fleksibel dalam memenuhi
berbagai perubahan yang terjadi dengan cepat.
Seiring dengan pilar Negara hukum yaitu asas legalitas, berdasarkan prinsip ini
tersirat bahwa wewenang pemerintahan berasal dari peraturan perundang-
undangan. Jadi, secara teoritis, kewenangan yang bersumber dari peraturan
perundang-undangan tersebut diperoleh melalui tiga cara yaitu, atribusi, delegasi
dan mandat.
Van Wijk, F.A.M. Stroink dan J.G. Steenbeek mengatakan bahwa hanya ada
dua cara organ pemerintahan memperoleh wewenang, yaitu atribusi dan delegasi.
Mengenai atribusi dan delegasi disebutkan bahwa, Atribusi yaitu berkenaan
dengan penyerahan wewenang yang baru, sedangkan Delegasi yaitu menyangkut
pelimpahan wewenang yang telah ada (oleh organ yang telah memperoleh
wewenang secara atributif kepada organ lain. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
delagsi secara logis selalui didahului oleh atribusi).
14
Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya yang sangat luas, maka alat
administrasi Negara (bestuur) sebagai pelaksana pemerintahan diberi kewenagan
yang bebas (vrije bestuur, freies ermessen) dalam penyelenggaraan pemerintahan
dan kenegaraan. Hal ini dimaksudkan agar pemerintah dapat mengambil tindakan
yang cepat dan tepat serta berfaedah dalam menjalankan tugas pemerintahan dan
kenegaraan. Irfan Fahruddin berpendapat bahwa untuk kepentingan pengurusan
Negara dan masyarakat, pemerintah yang dalam hal ini diwakili oleh alat
administrasi Negara diberi kekuasaan oleh Undang-Undang Dasar dan undang-
undang untuk melaksanakan tugasnya.
15
b. Kedua, negara kesatuan dengan sistem desentralisasi. Bahwa dalam sistem ini
pemerintah pusat memberikan kesempatan, kekuasaan atau kewenangan
kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri yang disebut sebagai daerah otonom.
16
Jika kita melihat dalam pengaturan UUD NRI 1945 hasil amandemen tidak
mengatur pengelompokkan antara desentralisasi dan dekonsentrasi sebagai suatu
asas penyelenggaraan pemerintahan. Dalam UUD NRI 1945 yang merupakan asas
penyelenggaraan pemerintahan adalah asas otonomi dan tugas pembantuan. Hal
ini dapat dilihat dalam Pasal 18 ayat (2) yang menentukan bahwa pemerintah
daerah propinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri
urursan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
17
efektifitas dalam penyelenggaraan pemerintahan dan juga dapat menghindari
terjadinya konflik kepentingan antara pemerintah pusat dan daerah provinsi. Hal
ini juga dimkasudkan agar pemerintah pusat masih dapat mengontrol segala
pelaksanaan pemerintahan sebagai bentuk tugas pembantuan dari pemerinah
pusat. Sedangkan untuk daerah kabupaten diberikan otonomi seluas-luasnya,
karena pemerintah kabupatenlah yang sangat bersentuhan langsung dengan
masyarakat. Sehingga wajar apabila otonomi seluas-luasnya diberikan ke daerah
kabupaten saja. Hal ini dimaksudkan guna percepatan pembangunan, dan dalam
rangka untuk kesejahteraan masyarakat.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemerintah Pusat diharapkan tidak terlalu banyak ikut campur dalam bursa
pemilihan Kepala Daerah. Sesuai peraturan yang berlaku Pemerintah Pusat
dipersilakan ikut menentukan pemenang setelah calon diajukan.
Yang perlu dicermati adalah kewenangan Pemerintah Daerah yang sangat
besar sehingga perlu adanya bentuk pengawasan yang baik yang dilakukan oleh
Pemerintah Pusat sehingga jangan sampai terjadi berbagai kebijakan yang
merusak lingkungan yang terjadi di setiap kabupaten atau kota yang ada di
Indonesia. Pemerintah Pusat harus aktif dalam melakukan pengawasan sehingga
pembangunan yang berwawasan lingkungan dapat dijalankan dengan baik oleh
Pemerintah Indonesia baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.
19
DAFTAR PUSTAKA