Anda di halaman 1dari 16

KONSEP DASAR ILMU NEGARA

Oleh :

Nyoman Noviantini (017.3.0006)

UNIVERSITAS PANJI SAKTI


TAHUN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat TuhanYang Maha Esa, karena atas
rahmat, petunjuk, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Adapun dalam makalah ini penulis mencoba memberikan penjelasan mengenai
konsep dasar ilmu negara yang penulis kumpulkan dari berbagai sumber. Makalah
ini dibuat dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Ilmu Negara yang
diberikan kepada penulis . Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam penulisan
makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu penulis
mengucapkan terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. Berikut
beberapa pihak yang membantu penulis, yaitu :
1. Bapak Saptala Mandala, SH. MH. Selaku dosen pembimbing mata kuliah
Ilmu Negara yang membimbing dan memberikan tema di dalam penulisan
makalah ini.
2. Orang tua yang selalu memberikan dukungan memberikan masukan-
masukan dalam penulisan makalah ini.
3. Semua pihak yang membantu secara langsung maupun tidak langsung baik
berupa material maupun non material demi terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu penulis harapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan, saran
dan kritik yang membangun sehingga makalah ini menjadi lebih baik. Akhir kata
penulis ucapkan terima kasih.

Singaraja, 28 Desember 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 1
1.3 Tujuan................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Negara................................................................................. 2
2.2 Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu Kenegaraan dan Ilmu Politik.... 3
2.3 Obyek Ilmu Negara............................................................................... 4
2.4 Obyek Penyelidikan Ilmu Negara......................................................... 5
2.5 Metode Penyelidikan Ilmu Negara....................................................... 9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................... 12
3.2 Saran..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keberadaan suatu institusi yang bernama negara tidak dapat dielakkan, hal ini
karena kodrat manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan perangkat yang
menjadi ikatan kebersamaan dalam kontrak sosial antar manusia. Perangkat
institusi yang bernama negara diharapkan menjadi wadah agar manusia bisa
menjalankan kehidupannya dengan baik, jauh dari sengketa atau konflik dan
menjaga kedamaian sosial. Dengan alasan tersebut, maka negara memiliki faktor
penting dalam kehidupan manusia.
Disamping banyaknya orang membicarakan tentang negara, tetapi mereka
belum mengenal seluk-beluk atau pengetahuan dan wawasan tentang Negara.
Maka dari itulah penulis berinisiatif untuk membuat makalah mengenai “Konsep
Dasar Ilmu Negara”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan negara?
2. Bagaimana hubungan ilmu negara dengan ilmu kenegaraan dan ilmu politik?
3. Apa yang dimaksud dengan obyek ilmu negara ?
4. Apa yang dimaksud dengan obyek penyelidikan ilmu negara?
5. Apa saja macam-macam metode penyeledikan ilmu negara?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan negara.
2. Untuk mengetahui hubungan ilmu negara dengan ilmu kenegaraan dan ilmu
politik.
3. Untuk mengetahui obyek ilmu negara.
4. Untuk mengetahui obyek penyelidikan ilmu negara.
5. Untuk mengetahui macam-macam metode penyelidikan ilmu negara.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Negara


Istilah negara diterjemahkan dari kata “state” (Inggris), “staat” (Belanda),
“etat” (Prancis), “lo stato” (Italia). Istilah-istilah tersebut sebenarnya sudah
dikenal sejak abad ke-15 dari istilah Latin klasik "status atau statum" yang artinya
keadaan yang tegak dan tetap, atau sesuatu yang memiliki sifat tegak dan tetap.
Berikut pengertian negara menurut para ahli, yaitu :
a) George Jellinek
Negara ialah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah
berkediaman diwilayah tertentu.
b) George Wilhelm Friedrich Hegel
Negara merupakan organisasai kesusilaan yang muncul sebagai sintesis
dari kemerdekaan individual dan kemerdekaan universal.
c) Mr. Kranenburg
Negara adalah suatu organisasai yang timbul karena kehendak dari suatu
golongan atau bangsanya sendiri
d) Roger F. Soltau
Negara adalah alat (agency) atau wewenang (authority) yang mengatur
atau mengendalikan personal bersama atas nama masyarakat.
e) Prof. R. Djokosoetono
Negara ialah suatu organisasi manusia atau kumpulan manusia yang
berada dibawah suatu pemerintahan yang sama.
f) Prof. Mr. Soenarko
Negara ialah organisasi masyarakat yang mempunyai daerah tertentu,
dimana kekuasaan negara berlaku sepenuhnya sebagai souvereign.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa negara merupakan organisasi
manusia yang dapat memaksakan kehendaknya yang timbul karena kehendak dari
suatu golongan atau bangsa itu sendiri dan berlaku pada suatu wilayah tertentu.

2
2.2 Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu Kenegaraan dan Ilmu Politik
Istilah Ilmu Negara diambil dari istilah bahasa Belanda “Staatsleer”.
Istilah Staatsleer itu sendiri berasal dari bahasa Jerman, “Staatslehre”. Dalam
bahasa Inggris disebut Theory of state atau The General theory Of State atau
Political-theory, sedangkan dalam bahasa perancis dinamakan Theorie d’etat.
Ilmu Negara adalah salah satu mata kuliah yang mampu membuat
seseorang yang mempelajarinya mengerti akan hak dan kewajiban warga Negara.
Timbulnya Ilmu Negara pada waktu berkobarnya api Revolusi kemerdekaan sejak
proklamasi pada tanggal 17 agustus 1945. Istilah-istialah mengenai ilmu Negara
ada tiga, yakni:
a) Ilmu Negara (Staatsleer, Staatslehre)
b) Ilmu Kenegaraan (Staatswetenshap, Staatswissenschaft)
c) Ilmu Politik (Politics)
Jika ditinjau dari sejarah perkembangan ketiga istilah yang telah
dikemukakan diatas, maka dapatlah diketahui di negeri Belanda istilah yang
paling tua telah diketahui dikalangan perguruan tinggi adalah Staatswetenschap
yang disalin dalam bahasa kita dengan ilmu kenegaraan atau dalam bahasa inggris
“General State Science”. Kemudian disusul dengan istilah seperti statsleer atau
ilmu Negara dan istilah terbaru dikenal setelah perang dunia II diperguruan tinggi
adalah Wetenschap der politiek atau Ilmu Politik.
Politik secara etimologi berasal dari bahasa Yunani purba yaitu Polis.
Polis adalah kota yang dianggap Negara yang terdapat dalam kebudayaan Yunani
Purba. Pada waktu itu kota dianggap identik dengan Negara. Dengan demikian
polis, stadstaat atau the greek citystate ialah tempat-tempat tinggal bersama dari
orang-orang biasa selaku para warganya (citizens) dengan pemerintah.
Di Eropa-Kontinental-pun Ilmu Politik dikenal dengan berbagai macam
nama seperti Angewandte-Staatswissenschaft yang merupakan cabang dari
Staatswissenschaft (Jerman), les sciencews politiques (Perancis) yang selalu
digandengkan dengan ilmu moral atau ilmu social lainnya.
Ilmu Politik sangat kental akan peristilahan yang tepat dan tidak
meragukan, sehingga adanya ketegasan didalam pemakaian istilah. Lain halnya
dengan Ilmu Negara, pemakaian istilah hampir tidak ada pertentangan

3
dibandingkan dengan Ilmu Negara, seandainya ada itu pun hanya merupakan
persoalan didalam cara penafsiran alih bahasa saja.
Ilmu Negara adalah salah satu mata kuliah penunjang Pendidikan
Kewarganegaran dan Ilmu Negara pun merupakan salah satu mata kuliah wajib di
Fakultas Hukum yang ada diseluruh Indonesia yang dalam penjajahan dahulu
tidak ada mata pelajaran Ilmu Negara.
Dalam ilmu pengetahuan mengenai Negara RI belum dapat dibentuk Ilmu
pengetahuan sendiri. Sehingga masih sangat dipengaruhi oleh Ilmu pengetahuan
yang berasal dari Eropa yang bersumber pada zaman Yunani. Tetapi tidak harus
mengusahakan adanya akulturasi dan mengembangkannya sesuai dengan keadaan
Indonesia. Oleh karena itu kita tidak dapat melaksanakan Ilmu Negara dari Eropa
Barat itu.
Timbulnya Ilnu Negara di Eropa Barat karena adanya keperluan-keperluan
praktek, yaitu sebelum Zaman Bismarck atau dalam pemerintahan Caesar
Wilhelm II di Jerman. Yaitu Ilmu pengetahuan yang mempelajari sendi-sendi
pokok dan pengertian-pengertian pokok tentang Negara. Pada waktu itu timbul
satu mazhab yang disebut Aliran Hukum Publik Jerman (Deutsche publizisten
schule). Mazhab ini khusus menyelidiki sifat-sifat Hukum Publik. Ini
menimbulkan pertanyaan, apakah sebabnya timbul aliran ini? Sebabnya timbul
aliran ini adalah karena dalam Hukum Publik itu belum dijumpai susunan yang
sempurna, seperti Hukum Privat yang sudah berkembang pesat.
2.3 Obyek Ilmu Negara
Ilmu Negara menganggap Negara sebagai obyek-obyek penyelidikannya antara
lain meliputi pertumbuhan, sifat, hakikat dan bentuk-bentuk Negara. Hukum tata
Negara juga mengganggap Negara sebagai obyeknya, terutama tentang hubungan
antara alat-alat perlengkapan Negara. Pembahasan dalam ilmu Negara menitik
beratkan pada hal-hal yang bersifat umum dengan menganggap Negara sebagai
gema (bentuk umum) dan mengesampingkan/mengabaikan sifat-sifat khusus dari
Negara. Perbedaan antara hukum tata Negara dengan ilmu Negara ialah ilmu
Negara menyelidiki atau membahas negara dalam teori-teori yang umum dengan
mengesampingkan sifat-sifat khusus dari setiap Negara-negara sedangkan hukum
Tata Negara (positif) menyelidiki atau membahas suatu system Hukum Tata

4
Negara Indonesia, Hukum Tata Negara Inggris. Hukum Tata Negara Belanda, dan
sebagainya.
Jadi Hukum Tata Negara menguraikan pertumbuhan, perkembangan dan
susunan suatu sistem alat-alat perlengkapan negara tertentu, sedangkan Ilmu
Negara mencurahkan perhatiannya pada hal-hal yang bersifat menyeluruh yaitu
berupa pengertian-pengertian pokok dan sendi-sendi pokok (kranenburg
mempergunakan istilah pengertian-pengertian umum dan sifat-sifat umum) dari
Negara secara umum.
Dengan demikian Ilmu Negara memberikan dasar-dasar teoretis kepada
Hukum Tata Neagara positif. Dan Hukum Tata Negara merupakan kongkretisasi
daripada teori-teori Ilmu Negara. Jika dikatakan Hukum Tata Negara lebih
bersifat praktis maka Ilmu Negara lebih bersifat teoritis. Maka dengan demikian
Ilmu Negara dianggap sebagai Ilmu pengantar untuk mempelajari Hukum Tata
Negara.
2.4 Obyek Penyelidikan Ilmu Negara
Ilmu negara mengarahkan penyelidikannya kepada negara dalam arti umum,
yakni negara sebagai suatu gejala kehidupan bermasyarakat, negara sebagai
phenomena sosial. Jadi disini istilah negara dipakai dalam suatu pengertian
“genus”. Ilmu negara berusaha mencari hal-hal yang bersifat umum dalam bentuk
kehidupan bersama yang berupa negara itu. Karena itu yang diselidiki ilmu
negara, bukanlah suatu negara yang secara positif ada, melainkan negara sebagai
suatu pengertian abstrak, dalam arti bahwa penyelidikan dan pembahasan yang
dilakukan ilmu negara itu tidaklah ditujukan kepada suatu negara secara kongkrit
ada pada sesuatu waktu dan tempat tertentu, melainkan negara terlepas baik dari
waktu maupun dari tempat ruang lingkupnya, tidak terbatas kepada pelajaran
kenegaraan mengenai negara yang ada pada waktu sekarang saja, akan tetapi juga
mengenai pelajaran kenegaraan pada masa yang akan datang, bahkan kadang-
kadang juga membicarakan negara-negara yang hanya ada dalam konsepsi idiil
seorang ahli pikir saja.
Sehubungan dengan itu, maka ilmu negara menyelidiki pengertian-
pengertian pokok dan sendi-sendi pokok saja dari negara yang berlaku untuk dan
terdapat pada setiap negara. Dicarinya hakekat wujud, sifat-sifat, ciri-ciri, syarat-

5
syarat, dan konstruksi-konstruksi dasar dari negara “in abstracto” itu. Oleh sebab
itu hasil penyelidikan ilmu negara itu bersifat umum (ilmu negara umum).Istilah
ini merupakan terjemahaan dari istilah “Allgemeine Staatslehre” dari Georg
Jellinek yang harus dibedakan dari istilah “Staatsslehre” menurut Herman Heller.
Berbeda dengan ilmu hukum tata negara yang mengambil suatu negara
tertentu atau suatu “species” negara sebagai sasaran penyelidikannya.Ilmu negara
itu sebenarnya sudah lama dikenal, yakni sejak jaman Yunani kuno, tetapi sebagai
suatu ilmu yang berdiri sendiri, ilmu negara itu belum lama.
Berkatalah Prof. Rudolf Kranenburg tentang hal ini dalam bukunya yang
berjudul “Algemeene Staatsleer” : De algemeene staatsleer is, wat haar naam
betreft, een jonge tak van wetenschappelijk onderzoek, maar naar haar wezen een
oude” (Periksa R. Kranenburg, “Allgemene Staatsleer”, H. D. Tjennk Willink &
Zoon NV. Haarlem, 1952 Hal 3). Artinya bahwa mengenai namanya ilmu negara
itu merupakan cabang penyelidikan ilmiah yang muda, akan tetapi menurut
hakekatnya merupakan cabang ilmu pengetahuan yang tua. Yang mula-mula
membahas ilmu negara sebagai ilmu kenegaraan tersendiri adalah Georg Jellinek
dalam bukunya “Die Allgemeine Staatslehre” dia membuktikan, bahwa ilmu
negara merupakan ilmu tersendiri yang mempunyai sifat teoritis atau yang
mempunyai sifat ilmiah murni. Ilmu negara ini oleh G. Jellinek disebut
“theoretische staatswissenschaft” atau staatslehre”.
Di negara Belanda, ilmu negara itu baru dijadikan mata kuliah yang berdiri
sendiri sebagai suatu "Leerstoel” pada kira-kira permualaan abad ke 20 di
Universitas Leiden dan Prof. R. Kranenburg sebagai guru besarnya yang pertama.
Di atas telah dijelaskan, bahwa sebenarnya ilmu negara itu hanyalah bagian dari
ilmu kenegaraan (staatswissenscharft) atau politeia (menurut istilah Plato) atau
Politica (menurut istilah Aristoteles). Georg Jellinek membagi staatswissenschaft
menjadi :
a) Theoretische staatswissenschaft atau staatslehre (ilmu negara)
b) Practische staatswissenschaft atau politikolgi (ilmu politik)
Sedangkan staatslehre dibagi menjadi :
a) Aligemeine staatslehre, mengenai negara sebagai pengertian umum (ilmu
negera)

6
b) Bezondere staatslehre, mengenai negara sebagai pengertian khusus (ilmu
negara khusus)
Perumusan tentang ilmu negara, itu telah banyak dikemukakan oleh para
sarjana, namun sebagai pegangan dapat dikatakan “ilmu negara ialah ilmu
pengetahuan yang mempelajari sendi-sendi pokok dan pengertian-pengertian
pokok negara secara umum, yakni mempelajari persoalan-persoalan yang sama
pada negara-negara yang ada atau yang pernah ada di dunia. Adapun persoalan-
persoalan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Asal-usul suatu negara;
b. Perkembangan suatu negara;
c. Unsur-unsur negara;
d. Timbul dan lenyapnya suatu negara;
e. Tujuan negara dan fungsi negara;
f. Jenis-jenis ataupun bentuk-bentuk negara secara umum.
Dari definisi tersebut di atas, kita katakan, bahwa ilmu negara itu bersifat
teoretis dan merupakan ilmu pengetahuan dasar bagi hukum tata negara positif.
Hukum tata negara positif ialah hukum ketatanegaraan dari suatu negara tertentu
pada suatu waktu tertentu. Contoh hukum tata negara Republik Indonesia
berdasarkan UUD 1945 sejak 5 Juli 1959 hingga sekarang.
Sisi tinjauan dari ilmu negara, Ilmu negara sebagai ilmu pengetahuan telah
dikenal sejak zaman Yunani Kuno. Ilmu negara menitikberatkan penyelidikannya
kepada negara sebagai organisasi dalam pengertian umum. Ilmu negara sebagai
ilmu pengetahuan asli dari Eropa Kontinental (Jerman) ilmu negara ini adalah
ilmu pengetahuan mengenai negara yang berasal dari Jerman, kemudian menjalar
mempengaruhi ilmu pengetahuan tentang negara di daratan Eropa, termasuk
negeri Belanda dan Perancis dan daerah pengaruhnya. Disamping itu ada juga
tradisi ilmu pengetahuan An Glo Saxis, ini juga ilmu pengetahuan mengenai
negara yang berkembang di negara negara Inggris dan Amerika serta negara-
negara yang dipengaruhinya.
Ilmu negara sebagai mata kuliah yang prerequisite diberikan di tingkat satu (dulu
tingkat persiapan) dengan menggunakan daftar bacaan dari kedua tersebut di atas,

7
yakni Eropa Kontinental, maupun Anglo Saxis, namun disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan sendiri. Adapun alasannya adalah sebagai berikut :
Negara Republik Indonesia, yang baru lepas dari tangan penjajahan Belanda
(ingat Universitas Gajah Mada pada tanggal 13 Maret 1946 yang pertama kali
mempergunakan istilah ilmu negara).
Di Eropa Kontinental (Jerman) dikenal dengan nama “Staatslehre” atau
“Theoritische staatswissenschaft.” Karena kita pernah (3,5 abad) dijajah oleh
Belanda, dan sampai tahun 1940-an banyak produk-produk sarjana hukum dan
sebagainya dari penjajah ya bahasa pengantar yang dipergunakan baik di kantor-
kantor ataupun di sekolah dan dalam pergaulan digunakan bahasa Belanda dan
Inggris, termasuk daftar buku-buku bacaan di sekolah. Sehingga pada gilirannya,
dalam mengikuti mata kuliah sejak itu dipergunakan kepustakaan Eropa.
Disamping ilmu negara, sebagai ilmu pengetahuan mengenai negara, ada juga
ilmu pengetahuan mengenai negara dan mempunyai hubungan erat dengan ilmu
negara yaitu ilmu politik, hukum tata negara, hukum administrasi dan sebagainya.
Dapat kita buktikan, bahwa disamping ilmu negara dan sebagaimana kita ketahui,
adalah merupakan cabang dari staatswissenschaft dikenal juga Angewandte
staatswissenschaft, sebagai pengetahuan parktis, dan zaman sekarang dikenal
dengan nama ilmu politik ( di lingkungan Anglo Saxis dikenal dengan nama
“political science”. Ilmu negara sebagai pengetahuan asli dari Eropa Kontinental
terutama Jerman. Georg Jellinek melihat ilmu negara itu dari dua sisi tinjauan
(Zweiseiten theorie):
Sisi tinjauan sosiologis, nama negara (istilah dari Nicolo Machiavelli “Estato atau
Lo Stato” (14691527) dalam bukunya antara lain II Principe (The Prince 1513),
“Discorsis opra la prima deca di Tirus le vius).
a. Sifat hakekat atau karakteristik daripada negara
b. Dasar penghalalan (pengesahan) hukum dari negara
c. Tujuan negara
d. Timbul dan lenyapnya negara
e. Sejarah tipe-tipe pokok daripada negara.

8
Demikianlah, jika negara dilhat dari sudut sosiologis (Allgemeine Staatslehre),
yang merupakan gejala-gejala atau peristiwa sosial atau soziale Faktum yang
merupakan masalah-masalah (problematik).

Sisi tinjauan Yuridis, yaitu :


a. Perbedaan hukum publik dengan hukum perdata
b. Anasir-anasir atau syarat-syarat negara
c. Kedaulatan
d. Konstitusi negara
e. Organ-organ negara (pemegang legislatif, eksekutif dan yudikatif)
f. Perwakilan
g. Fungsi negara
h. Susunan negara (negara kesatuan, negara federal)
i. Bentuk-bentuk negara dan bentuk pemerintahan
j. Negara-negara bersusun (konfederasi)
Demikianlah jika negara dilihat dari ssi yuridis (Allgemeine staatsrechtslehre,
dimana negara dilihat dari / yang merupakan bangunan – bangunan atau lembaga
– lembaga negara ataupun rechtsliche Institution, yang terdapat beberapa
problematik atau masalah – masalah.
Negara sebagai obyek tidak hanya pada ilmu negara. Hukum tata negara
dan hukum administrasi negara juga memandang negara sebagai obyeknya.
Walaupun HTN dan hukum administrasi negara, menggunakan negara sebagai
obyeknya, tetapi titik beratnya pada yang pengertian konkrit, artinya obyek negara
itu terikat pada tempat, keadaan, waktu tertentu..
2.5 Metode Penyelidikan Ilmu Negara
Dalam proses penyelidikannya, metode-metode penyelidikan yang sering
dipakai oleh ilmu negara dan para ahli di lapangan kenegaraan antara lain:
a. Metode Deduksi : Yaitu suatu metode penyelidikan atas dasar-dasar yang
bersifat umum yang dipergunakan untuk menerangkan peristiwa-peristiwa
khusus (tertentu) atau penjelasan-penjelasan teoretis yang bersifat umum
terhadap fakta-fakta yang bersifat konkret.

9
b. Metode Induksi : Yaitu suatu metode yang merupakan kesimpulan-
kesimpulan umum yang diperoleh berdasarkan proses pemikiran setelah
mempelajari peristiwa-peristiwa khusus atau peristiwa-peristiwa yang
konkret.
c. Metode Dealektis (dialectische methode): Yaitu suatu metode ”tanya
jawab” atau ”dialog”, proses penyelidikan dilakukan dengan cara tanya
jawab untuk mencoba mencari pengertian-pengertian tertentu.
d. Metode Filosofi : Yaitu suatu metode yang dalam proses penyelidikannya
meninjau serta membahas objek penyelidikannya serta abstrak-idiil. Ide
abstrak itu sifatnya khayal dan lepas atau melampaui kenyataan
(transcendental).
e. Metode Perbandingan (methode van vergelijking) : Yaitu suatu metode
dengan mengadakan perbandingan di antara kedua objek penyelidikan atau
lebih, untuk menambah dan memperdalam pengetahuan tentang objek-
objek yang diselidiki.
f. Metode Sejarah (methode van historische beschouwing) : Yaitu suatu
metode yang didasarkan terhadap analisis dari kenyataan-kenyataan
sejarah, yaitu ditinjau pertumbuhan dan perkembangannya, sebab
akibatnya sebagaimana terwujud dalam sejarah dan penyelidikan disusun
asas-asas umum yang dapat dipergunakan.
g. Metode Sistematik (methode van systematisering) : Yaitu suatu metode
yang berdasarkan secara menghimpun bahan-bahan yang sudah tersedia,
terhadap bahan-bahan itu dilakukan pelukisan, penguraian dan penilaian
kemudian dilakukan klasifikasi atau rubricering ke dalam golongan-
golongan di dalam suatu sistematik.
h. Metode Hukum (Juridische atau Legalistische Methode) : Yaitu suatu
metode yang di dalam proses penyelidikan meninjau serta membahas
objek penyelidikan dengan menitikberatkan kepada segi-segi yuridis,
sehingga faktor-faktor yang bersifat nonyuridis dikesampingkan. Dalam
hal ini negara selaku objek penyelidikan dianggap dan dititikberatkan
kepada kepribadian hukumnya, yaitu selaku badan hukum (rechtspersoon)
di lapangan hukum publik atau selaku susunan tata hukum.

10
i. Metode Sinkretis (syscretisme atau Syncretismus) : Yaitu suatu metode
yang di dalam proses penyelidikannya meninjau serta membahas objek
penyelidikannya dengan cara menggabungkan faktor-faktor baik yang
bersifat yuridis maupun nonyuridis.
j. Metode Fungsional (Funktionele Methode) : Yaitu suatu metode yang
dalam proses penyelidikanya meninjau serta membahas objek
penyelidikannya dengan menggandengkan dengan baik gejala-gejala
dalam dunia ini masing-masing tidak terlepas satu sama lainnya,
melainkan terdapat hubungan yang timbal balik atau interdependent.
Sehingga dengan demikian negara selaku objek dapat mempengaruhi
masyarakat, juga sebaliknya masyarakat itu dapat mempengaruhi negara.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, dapat di simpulkan bahwa Negara merupakan
kesatuan sosial yang diatur secara konstutisional untuk mewujudkan kepentingan
bersama. Bahwa ilmu negara adalah salah satu penunjang Pendidikan
Kewarganegaran dan ilmu negara pun merupakan mata kuliah wajib untuk dapat
mengikuti mata kuliah selajutnya. Bahwa ilmu negara menganggap Negara
sebagai obyek-obyek penyelidikannya.Bahwa ilmu negara mengarahkan
penyelidikannya kepada negara dalam arti umum, yakni negara sebagai suatu
gejala kehidupan bermasyarakat, negara sebagai phenomena sosial. Jadi disini
istilah negara dipakai dalam suatu pengertian “genus”. Bahwa dalam proses
penyeledikannya, metode-metode penyelidikan yang sering dipakai oleh ilmu
negara dan para ahli di lapangan kenegaraan antara lain : Metode Deduksi,
Metode Induksi, Metode Dealektis, Metode Filosopi, Metode Perbandingan,
Metode Sejarah, Metode Sistematik, Metode Hukum, Metode Sinkretis dan
Metode Fungsional.
3.2 Saran
Penulis sadar bahwa isi dari makalah ini masih jauh dari kata sempurna
seperti apa yang diharapkan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran
dari dosen pembimbing atas ketidaksempurnaan penulisan makalah ini agar
kedepannya bisa lebih baik

12
DAFTAR PUSTAKA

Suryani Rima. 2014. Makalah Ilmu Negara. Tersedia pada : http://rima-


suryani.blogspot.co.id/2014/09/makalah-ilmu-negara.html. Diakses pada : 28
Desember 2017

Anda mungkin juga menyukai