DOSEN PENGAJAR :
NI NYOMAN MARIADI,SH,MH
KELOMPOK 5 :
KOMANG TIO ADI MULIA SASTRAWAN (017.3.0003)
I MADE AGUS BUDIASTRAWAN (017.3.0022)
I KADEK ADITYA WIRA PRIANGGA (017.3.0025)
KOMANG JHONY BAGUS SANJAYA (017.3.0033)
kumpulkan dari berbagai sumber. Makalah ini dibuat dalam rangka menyelesaikan
tugas mata kuliah Hukum Dagang yang diberikan kepada pemakalah dengan judul
mendapat bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu pemakalah mengucapkan
terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. Berikut beberapa pihak
Dagang yang memberikan saran dan judul dalam penyusunan makalah ini.
2) Semua pihak yang membantu secara langsung maupun tidak langsung baik
masukan, saran dan kritik yang membangun sehingga makalah ini menjadi lebih
Pemakalah
DAFTAR ISI
HUKUM DAGANG | i
HUKUM DAGANG | ii
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia dan hukum adalah dua entitas yang tidak bisa dipisahkan, bahkan
dalam ilmu hukum terdapat adagium yang berbunyi: “Ubi societas ibi ius” (di
mana ada masyarakat di situ ada hukum). Artinya bahwa dalam setiap
selalu akan dibutuhkan bahan yang bersifat sebagai “perekat” atas berbagai
komponen pembentuk dari masyarakat itu, dan yang berfungsi sebagai “perekat”
dan bersifat memaksa serta berisi perintah dan larangan yang apabila dilanggar
akan mendapat sanksi. Hukum sangat dibutuhkan dalam pergaulan hidup manusia,
dan menciptakan suatu keadilan. Dalam hubungan hukum dan negara, baik hukum
maupun negara muncul dari kehidupan manusia karena keinginan bathinnya untuk
pasal 1 ayat (3) UUD RI Tahun 1945 yang menyatakan: “ Negara Indonesia
1
Ratna Artha Windari,Pengantar Hukum Indonesia, Rajawali Pers,Depok,2017,hlm. 1
HUKUM DAGANG | 1
itu sendiri adalah terciptanya kegiatan kenegaraan, pemerintahan, dan
perdata dan hukum dagang (KUHD), yang sekarang masih berlaku berdasarkan
dalam dunia perdagangan. Majunya perdagangan dunia ini, di satu sisi memang
adanya salah satu pihak yang melakukan wanprestasi terhadap kontrak dagang
menguntungkan dan memberikan rasa aman serta keadilan bagi para pihak 4.
HUKUM DAGANG | 2
1) Apa saja pranata alternatif penyelesaian sengketa?
1.3 Manfaat
1) Bagi Pemerintah
2) Bagi Masyarakat
3) Bagi Pemakalah
BAB II
HUKUM DAGANG | 3
KAJIAN TEORI
berbagai kajian teori yang bersumber dari beberapa buku yang membahas tentang
Hukum dagang adalah hukum yang mengatur tingkah-laku manusia yang turut
bidang hukum perdata atau dengan perkataan lain selain disebut bahwa hukum
perdata dalam pengertian luas, termasuk hukum dagang. Maka asas-asas hukum
dagang merupakan bagian asas-asas hukum perdata pada umumnya (Sri Redjeki
Hartono,2000:9).
KUHD dapat disebut sebagai perluasan dari KUH Perdata (KMRT. Tltodiningrat,
1963:113).
Hukum dagang dapat dimaknai sebagai suatu norma yang mengatur perilaku
HUKUM DAGANG | 4
keuntungan. Norma yang dipakai untuk menjalankan kegiatan usaha itu
Dari beberapa pengertian menurut para ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa hukum dagang merupakan bagian dari hukum perdata yang mengatur
hakim atau para hakim yang berdasarkan persetujuan bahwa mereka akan tunduk
kepada atau menaati keputusan yang diberikan oleh para hakim yang mereka pilih
peradilan umum yang didasarkan para perjanjian arbitrase yang dibuat secara
tertulis oleh para pihak yang bersengketa. (UU No. 30 Tahun 1999)
Dari beberapa pengertian arbitrase menurut para ahli di atas, maka dapat
diutus oleh hakim-hakim yang mereka tunjuk dan angkat sendiri, dimana
keputusan yang diambil oleh para hakim bersifat final dan mengikat yang
berdasarkan pada kesepakatan dari kedua belah pihak bahwa mereka akan tunduk
pihak tertentu, yang disebut dengan “klien” dengan pihak lain yang merupakan
HUKUM DAGANG | 5
pihak “konsultan”, yang memberikan pendapatnya kepada klien tersebut untuk
hubungan yang sama yang ditandai dengan saling mempercayai dan komunikasi
pembagian tanggung jawab dalam pelaksanaan dan evaluasi program atau strategi
Dari pengertian konsultasi menurut para ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa konsultasi adalah suatu proses yang bersifat “personal” antara pihak
tertentu dimana pihak pertama disebut dengan “klien” dan pihak lain disebut
Negosiasi adalah proses dimana dua pihak dengan tuntutan yang berbeda
Roszkowski, 1997).
penyelesaian sengketa yang sedang mereka hadapi ke aras kesepakatan atas dasar
HUKUM DAGANG | 6
Dari pengertian negosiasi menurut para ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa negosiasi yaitu salah satu bentuk alternatif penyelesaian sengketa dimana
Perdamaian adalah suatu persetujuan dengan mana kedua belah pihak, dengan
yang sedang bergantung ataupun mencegah timbulnya suatu perkara (pasal 1851-
1864 KUHD).
Perdamaian yaitu perjanjian tertulis antara dua pihak atau lebih yang
KBBI)
perdamaian adalah suatu kesepakatan antar dua belah pihak yang bersengketa
yang dituangkan kedalam perjanjian tertulis untuk mengakhiri suatu perkara yang
bersifat pribadi, dimana orang ketiga yang netral atau disebut sebagai mediator
Dictionary).
HUKUM DAGANG | 7
Mediasi adalah penyelesaian sengketa melalui proses perundingan para pihak
dengan dibantu oleh mediator. Mediator adalah pihak yang bersifat netral dan
tidak memihak, yang berfungsi membantu para pihak dalam mencari berbagai
penyelesaian sengketa antara dua pihak yang berselisih dibantu oleh pihak ke tiga
yang netral atau yang disebut dengan mediator untuk mencapai suatu kesepakatan.
berselisih yang dibantu oleh pihak ketiga yang disebut konsiliator untuk mencapai
Konsiliasi adalah suatu cara penyelesaian sengketa yang bersifat lebih formal
daripada mediasi. Putusan yang ditetapkan lewat konsiliasi ini bersifat tidak
konsiliasi adalah suatu proses penyelesaian sengketa yang bersifat lebih formal
pihak-pihak yang bersengketa yang dibantu oleh pihak ketiga yang disebut dengan
konsiliator.
HUKUM DAGANG | 8
BAB III
HUKUM DAGANG
Jika kita baca judul dan tentunya isi dari Undang-Undang tersebut lebih lanjut,
dapat kita ketahui bahwa Undang-Undang ini tidak hanya mengatur mengenai
arbitrase sebagai salah satu alternatif penyelesaian sengketa, yang telah cukup
lainnya. Dalam rumusan yang diberikan dalam Pasal 1 angka 10 dan Alenia ke-9
negosiasi, mediasi, konsiliasi dan penilaian ahli, hal tersebut diatur dalam Bab II
yang terdiri dari satu pasal yaitu pasal 6. Dari pengertian yang dimuat dalam pasal
1 angka 10 dan rumusan pasal 6 ayat (1), secara jelas dapat diketahui bahwa yang
Undang No. 30 Tahun 1999 sebagaimana di atur dalam pasal 6 terdiri dari :
5
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, op.cit, hlm. 26
HUKUM DAGANG | 9
(1) Penyelesaian yang dapat dilaksanakan sendiri oleh para pihak dalam
pihak ketiga yang netral di luar para pihak yaitu dalam bentuk “mediasi”
1. Konsultasi
konsultasi. Jika melihat pada Black’s Law Dictionary dapat kita ketahui
Dari rumusan yang diberikan tersebut dapat kita lihat bahwa pada
antara suatu pihak tertentu, yang disebut dengan “klien” dengan pihak lain
HUKUM DAGANG | 10
walaupun demikian tidak menutup kemungkinan klien akan
diambil sendiri oleh para pihal meskipun adakalanya pihak konsultan juga
2. Negosiasi
hari oleh negosiasi tanpa adanya publisitas atau menarik perhatian publik.
dengan negosiasi ini adalah karena para pihak dapat mengawasi prosedur
7
Ibid, hlm. 28
8
Aulia Muthiah,Hukum Dagang dan Pelaksanaannya di Indonesia, Pustaka Baru
Press,Yogyakarta, 2016, hlm.234
HUKUM DAGANG | 11
“Negotiation is a process by which two parties, with differing
concession”
dan konsesi”
oleh para pihak sendiri. Melalui negosiasi para pihak yang bersengketa
akan hak dan kewajiban para pihak dengan/melalui suatu situasi yang
pasal 1851 sampai pasal 1864 yang dimaksud dengan perdamaian adalah
HUKUM DAGANG | 12
ditandatangi oleh para pihak dan bersifat final dan mengikat. Kesepakatan
tertulis (perdamaian) tesebut menurut ketentuan pasal 6 ayat (7) dan ayat
HIR)10.
layaknya juga jika hasil negosiasi tidak dapat dibantah dengan alasan
kekhilafan mengenai hukum atau dengan alasan bahwa salah satu pihak
penipuan atau paksaan, atau kesepakatan telah diadakan atas dasar surat-
3. Mediasi
9
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, op.cit, hlm. 31
10
Ibid, hlm.30
11
Ibid, hlm.32
HUKUM DAGANG | 13
Pengaturan mengenai mediasi dapat kita temukan dalam ketentuan
pasal 6 ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) Undang-Undang No. 30 Tahun
1999. Ketentuan mengenai mediasi yang diatur dalam pasal 6 ayat (3)
yang dilakukan oleh para pihak menurut ketentuan pasal 6 ayat (2).
Menurut rumusan dari pasal 6 ayat (3) tersebut juga dikatakan bahwa “atas
atau pengertian yang jelas dari mediasi ataupun mediator. Dari literatur
rach an agreement”12.
yang bersifat pribadi, dimana orang ketiga yang netral atau disebut
kesepakatan”.
HUKUM DAGANG | 14
yang lebih cepat dan murah, serta dapat memberikan akses kepada para
dengan mediasi berdasarkan PERMA ini dijelaskan pada pasal 1 ayat (6)
dengan mediator dijelaskan pada pasal 1 ayat (5) yaitu “mediator adalah
pihak yang bersifat netral dan tidak memihak, yang berfungsi membantu
sengketa”13.
lembaga independen) yang bersifat netral dan tidak memihak, yang akan
independen, tidak memihak dan ditunjuk oleh para pihak (secara langsung
kemauan para pihak. Walau demikian ada suatu pola umum yang dapat
HUKUM DAGANG | 15
mediator dapat menentukan duduk perkara, “kekurangan” dan “kelebihan”
kedua belah pihak yang bersengketa untuk memperoleh hasil yang saling
tangani oleh para pihak. Tidak hanya sampai disitu, mediator juga
secara tertulis. Kesepakatan tersebut ditanda tangani oleh para pihak yang
perdamaian15.
4. Konsiliasi
14
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, op.cit, hlm. 34
15
Aulia Muthiah, op.cit. hlm. 236
HUKUM DAGANG | 16
Seperti halnya konsultasi, negosiasi, maupun mediasi, Undang-
eksplisit atas pengertian atau definisi dari konsiliasi ini. Bahkan tidak
dibantu oleh pihak ketiga yang disebut konsiliator untuk mencapai suatu
pada ketentuan pada Bab Kedelapan belas Buku III KUH Perdata, dan
secara khusus tunduk pada pasal 1851 sampai dengan pasal 1864. Ini
HUKUM DAGANG | 17
sengketa konsiliasi inipun harus dibuat secara tertulis dan ditandatangani
bersifat final dan mengikat para pihak (Pasal 6 ayat (7) jo pasal 6 ayat (8)
mediasi mencoba untuk memfasilitasi dialog antara para pihak dalam suatu
HUKUM DAGANG | 18
bahwa ternyata arbitrase dalam suatu bentuk kelembagaan tidak hanya
maupun sengketa yang terjadi diantara para pihak dalam suatu perjanjian
“opini” atau “pendapat hukum” atas permintaan dari setiap pihak yang
masukan bagi para pihak dalam menyusun atau membuat perjanjian yang
satu atau lebih ketentuan dalam perjanjian yang telah dibuat oleh para
rumusan dalam perjanjian yang dihadapi oleh para pihak dalam suatu
sengketa19.
mengikat dari lembaga arbitrase atas hubungan hukum tertentu dari suatu
HUKUM DAGANG | 19
pengertian tentang lembaga arbitrase yang diberikan dalam pasal 1 angka
Menurut ketentuan pasal 52, pendapat hukum yang diberikan oleh lembaga
paham maupun sengketa yang ada atau lahir dari suatu perjanjian, maka
pendapat hukum ini pun bersifat “akhir” (final) bagi para pihak yang
perlawanan dalam bentuk upaya hukum apapun. Jika dilihat dari sifat
HUKUM DAGANG | 20
pendapat hukum yang diberikan, yang secara hukum mengikat dan
No. 30 Tahun 1999, arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di
luar peradilan umum yang didasarkan pada Perjanjian Arbitrase yang dibuat
secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Ada tiga hal yang dapat
1999 tersebut :
Menurut ketentuan pasal 6 ayat (9) Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 dalam hal
perdamaian tidak dapat dicapai, maka para pihak berdasarkan kesepakatan secara
20
Ibid, hlm. 38
21
Ibid, hlm. 42
HUKUM DAGANG | 21
Berdasarkan pada ketentuan pasal 3 Undang-Undang No. 30 Tahun 1999
perjanjian arbitrase yang dibuat oleh para pihak menghapuskan kewenangan dari
timbul dari perjanjian yang memuat klausula arbitrase tersebut atau yang telah
Jika dilihat dari definisi dari perjanjian arbitrase yang diberikan dalam
b. suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat oleh para pihak setelah
timbul sengketa.
KUH Perdata23.
22
Ibid, hlm. 43
Ibid, hlm. 44
23
HUKUM DAGANG | 22
keberadaannya hanya sebagai tambahan pada perjanjian pokok klausula arbitrase
tidak bersifat assesoir oleh karena pelaksanaannya dan sama sekali tidak
perjanjian pokok24.
Proses jalannya tersebut meliputi acara yang dipergunakan, bahasa yang dipakai,
pembuktian yang diterapkan, hak-hak para pihak dalam proses pemeriksaan, serta
alur jalannya pemeriksaan itu sendiri dimulai dari sejak permohonan untuk
tingkat akhir yang mengikat para pihak yang meminta penyelesaian perselisihan
bidang perdagangan dan mengenai hak yang menuntut hukum dan peraturan
BANI merupakan suatu badan yang didirikan atas prakarsa Kamar Dagang dan
Industri (KADIN) yang bertujuan memberikan penyelesaian yang adil dan cepat
dalam sengketa perdata dalam bidang perdagangan yang bersifat nasional dan
24
Ibid, hlm. 47
25
Ibid, hlm. 77
HUKUM DAGANG | 23
lembaga peradilan di dalam menyelesaikan sengketa dalam bidang perdagangan,
yaitu :
administratif.
5. Putusan arbiter merupakan putusan yang mengikat para pihak dan dengan
dilaksanakan26.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
dan Alenia ke-9 dari Penjelasan Umum Undang-Undang No. 30 Tahun 1999,
26
Aulia Muthiah, op.cit. hlm. 237
HUKUM DAGANG | 24
Konsultasi adalah suatu proses yang bersifat “personal” antara pihak
tertentu dimana pihak pertama disebut dengan “klien” dan pihak lain disebut
yaitu salah satu bentuk alternatif penyelesaian sengketa dimana para pihak yang
bersifat informal, di mana penyelesaian sengketa antara dua pihak yang berselisih
dibantu oleh pihak ke tiga yang netral atau yang disebut dengan mediator untuk
yang dilaksanakan oleh pihak-pihak yang bersengketa yang diutus oleh hakim-
hakim yang mereka tunjuk dan angkat sendiri, dimana keputusan yang diambil
oleh para hakim bersifat final dan mengikat yang berdasarkan pada kesepakatan
dari kedua belah pihak bahwa mereka akan tunduk dan menaati putusan tersebut.
Secara umum proses pemeriksaan sengketa dalam arbitrase tidak jauh berbeda
jalannya tersebut meliputi acara yang dipergunakan, bahasa yang dipakai, sistem
yang diterapkan, hak-hak para pihak dalam proses pemeriksaan, serta alur
HUKUM DAGANG | 25
pemeriksaan sengketa diajukan hingga pada akhirnya dijatuhkan putusan pada
tingkat akhir yang mengikat para pihak yang meminta penyelesaian perselisihan
4.2 Saran
arbitrase. Karena selain prosedural dan administratif yang lebih sederhana, biaya
peradilan.
HUKUM DAGANG | 26
DAFTAR PUSTAKA
Widjaja, Gunawan dan Ahmad Yani.2000. Hukum Arbitrase. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada
https://id.esdifferent.com/difference-betwen-conciliation-and-