Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HUKUM INTERNASIONAL

DOSEN PEMBIMBING

Gloria E. Sondakh, S.H., M.Kn

DISUSUN OLEH
Dimas Aditya
NIM : 03200026

UNIVERSITAS JAKARTA
FAKULTAS HUKUM
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat
waktu.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Gloria
E. Sondakh, S.H., M.Kn pada Mata Kuliah Hukum Internasional. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Hukum Internasional.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Gloria Sondakh, selaku dosen pembimbing
Mata Kuliah Hukum Internasional yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Jakarta, 20 Oktober 2022

Dimas Aditya
Daftar Isi

Kata Pengantar………………………………………………………………………….. 2
Daftar Isi………………………………………………………………………………… 3
Bab I Pendahuluan………………………………………………………………………. 4
Bab II Pembahasan……………………………………………………………………… 5
Bab III Kesimpulan………………………………………………………………………9
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………..11
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Hukum Internasional sebagai salah satu cabang ilmu hukum telah mengalami
perkembangan yang sangat maju. Di satu pihak, makna dan cakupan hukum internasional
selalu dihadapkan pada perubahan-perubahan dinamis dalam masyarakat internasional.
Hukum Internasional yang sering dimaknai sebagai Hukum Internasional Publik (public
international law) tesebut memiliki perbedaan dengan pengertian dari Hukum Perdata
Internaional (privat international law).

Hukum Perdata Internasional memiliki arti sebagai kumpulan ketentuan-


ketentuan hukum yang menyelesaikan masalah antar individu-individu yang pada saat yang
sama tunduk pada yurisdiksi dua negara atau lebih yang berbeda. Sedangkan Hukum
Internasional memiliki pengertian sebagai keseluruhan hukum yang untuk sebagian besar
terdiri dari prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah perilaku yang terhadapnya negara-negara
tersebut merasa terikat untuk menaati dan wajib untuk benar-benar ditaati secara umum
dalam melakukan hubungan-hubungan antar negara satu sama lain.

Hukum Internasional (international law) atau Hukum Internasional Publik (public


international law) merupakan istilah yang lebih sering digunakan saat ini dibandingkan istilah
Hukum Bangsa-Bangsa (law of nation) atau Hukum Antarnegara (Inter State Law). Dua
istilah ini sudah tidak lagi digunakan karena telah dianggap kurang sesuai dengan kebutuhan
pada masa kini, dimana hukum internasional pada masa ini tidak sebatas mengatur hubungan
antar bangsa maupun antar negara saja. Seiring perkembangan hukum internasional,
hubungan-hubungan internasional yang terjadi dari dulu hingga sekarang telah mengalami
perubahan yang pesat, dimana subjek-subjek negara tidaklah terbatas pada negara saja, tetapi
organisasi internasional, individu, perusahaan transnasional, vatican, belligerency, merupakan
contoh-contoh subjek non negara.

Mempelajari Hukum Internasioanl tidak cukup dengan hanya mengetahui secara


umum saja, dalam Hukum Internasional terdapat juga bagian- bagian yang kita ketahui,
contohnya seperti Hukum Perdagangan Internasional, Hukum Diplomatik, Hukum
Humaniter, Hukum Udara dan Luar Angkasa, Hukum Laut Internasional, dan lain
sebagainya. Sebagai salah satu bagian dari Hukum Internasional, Hukum Perdagangan
Internasional mengalami banyak perubahan seacara revolusioner selama ini.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis


merumuskan permasalahan yang diteliti sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan Hukum Perdagangan Internasional?


2. Bagaimana penyelesaian sengketa-sengketa Internasional?

BAB II
PEMBAHASAN
Dalam hukum internasional negara dianggap sebagai subjek hukum utama.
Adapun Hukum Internasional diartikan sebagai himpunan dari peraturan-peraturan dan
ketentuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur hubungan antara negara-negara dan
subjek-subjek hukum lainnya dalam kehidupan masyarakat internasional. Hukum
internasional mengatur hak-hak dan kewajiban-kewajiban para subjek hukum internasional.
Tidaklah disangkal bahwa hukum internasional memainkan peranan yang sangat
penting dalam kehidupan masyarakat internasional. Peran hukum internasional sangat
diperlukan dalam era globalisasi sekarang ini guna menjembatani setiap permasalahan yang
ada. Melalui hukum internasional negara-negara merumuskan prinsip-prinsip hubungan dan
kerja sama di berbagai bidang kegiatan untuk mencapai tujuan bersama. Melalui ketentuan-
ketentuan hukum internasional, negara-negara mencegah terjadinya sengketa dan
menyelesaikan sengketa yang telah terjadi.
Hubungan antara Indonesia dengan negara-negara lain di dunia pada abad-abad
sebelum Masehi telah menggunakan dasar-dasar politik dan hukum internasional yang layak
yang pelaksanaannya tidak jauh berbeda dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku sekarang,
hubungan internasional tersebut dimaksudkan untuk:
1) Mempererat hubungan antara negara yang satu dengan lainnya,
2) Mengadakan kerja sama dalam rangka bantu membantu,
3) Menjelaskan dan mengakkan kedaulatan dan batas-batas wilayah,
4) Mengadakan perdamaian, perundingan, pakta non agresi dan lain sebagainya
5) Hubungan dagang dan atau perekonomian sesuai dengan kepentingan masing-
masing.

Tidak ada satu pihak pun didunia ini, termasuk negara, yang mampu memenuhi
semua kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu, pada zaman ini tidak ada satu pihak pun yang
tidak merasa perlu berhubungan dengan pihak lain. Hubungan itu, termasuk dalam rangka
memenuhi kebutuhan barang dan jasa (procurement).
Untuk memenuhi kebutuhan akan barang dan jasa, kegiatan yang dilakukan oleh
manusia salah satunya tidak dapat terlepas dari kepentingan ekonomi masing-masing.
Manusia dan dalam hal ini negara tentu memiliki berbagai motif ekonomi dalam
kepentingannya dalam rangka memenuhi kebutuhannya masing-masing. Untuk itu, negara
tentu melakukan berbagai kegiatan ekonomi dalam hubungan dan interaksinya dengan
negara-negara lainnya. Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh negara memang telah
berlangsung sejak zaman dahulu bahkan dengan barter sebagai cara negara memenuhi
kebutuhannya. Namun, seiring dengan berkembangnya teknologi transportasi, dan
perdagangan internasional mulai dilakukan secara modern dan cepat. Batas-batas negara yang
tadinya sangat terlihat jelas menjadi mulai kabur sehingga lalu lintas perdagangan
internasional menjadi semakin padat dengan kegiatan yang dilakukan oleh negara demi
memenuhi kebutuhan dan memperoleh keuntungan yang besar.
Perdagangan Internasional juga dikenal dengan sebutan perdagangan dunia.
Perdagangan Internasional terbagi menjadi dua bagian yaitu impor dan ekspor, yang biasanya
disebut sebagai perdagangan ekspor impor. Perdagangan internasional terjadi karena
kebutuhan dan kemampuan setiap negara dalam menghasilkan barang dan jasa berbeda-beda.
Perdagangan internasional juga muncul karena sebuah negara ingin melakukan ekspansi
terhadap produk atau jasa yang dihasilkan di dalam negeri. Dengan adanya perdagangan
internasional turut mendorong industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan
kehadiran perusahaan multinasional. Pelembagaan hukum di bidang perdagangan global demi
terciptanya tata perdagangan yang teratur dan telah dimulai pasca perang dunia kedua,
dimana ketika itu telah diupayakan dengan jalan mendirikan organisasi perdagangan
internasional yang terpadu dengan nama International Trade Organization (ITO). Namun,
ITO tidak jadi berdiri karena Amerika Serikat menolak usulan tersebut pada tahun 1950,
karena mempertimbangkan beberapa perusahaan dan pihak-pihak koservatif yang akan
mengarah pada pelanggaran terhadap kedaulatan nasional dan peraturan yang ada. Karena
ITO tidak jadi berdiri maka selama beberapa dekade kemudian perdagangan diatur melalui
General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) yang telah ditandatangani dan disepakati
sejak tahun 1947 dan berlaku efektif mulai sejak 1 Januari 1948.
GATT dibentuk pada tahun 1947, akan tetapi lahirnya WTO tahun 1994
membawa perubahan besar bagi GATT. WTO mengambil alih GATT dan menjadikannya
salah satu aturan WTO dan prinsip-prinsip GATT menjadi kerangka aturan bagi perjanjian
WTO. Ketentuan perdagangan yang membentuk suatu sistem perdagangan multilateral dalam
GATT mempunyai tiga ketentuan utama. Pertama adalah GATT itu sendiri. Ketentuan kedua
yakni perundingan putaran Tokyo (Tokyo Round 1973-1979) yaitu ketentuan yang
mencakup anti-dumping, subsidi, dan ketentuan non-tarif. Ketentuan terakhir dalam
perdagangan internasional adalah multi fibre arrangements.
Apabila dirujuk kepada Indonesia sebagai studi kasus, jelas mempunyai aturan
hukum dagangnya sendiri yang tertuang dalam ketentuan hukum nasionalnya. Hukum
perdagangan internasional di Indonesia masih terdiri dari peraturan hukum yang tertulis yang
telah terkodifikasi dan peraturan tertulis yang belum di kodifikasi. Seperangkat peraturan
hukum perdagangan yang telah terkodifikasi yaitu KUHD (Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang) dan KUHS (Kitab Undang-Undang Hukum Sipil). Sedangkan seperangkat peraturan
yang belum terkodifikasi terdiri dari seperangkat peraturan yang berada diluar dari kedua
kitab perundang-undangan diatas. Patut dipahami bahwa kedua kitab perundang-undangan
tersebut merupakan kitab perundang-undangan peninggalan dari kolonial Belanda yang
dikenal sebagai Bedfrijfsreglementerings Ordonnantie. Indonesia baru memiliki hukum
perdagangan nya sendiri pada tahun 2011, dengan nama Undang-Undang Perdagangan
Indonesia yang disahkan oleh DPR. Undang-undang ini terdiri dari 19 bab, 122 pasal dan
termasuk 9 peraturan pemerintah, 14 peraturan presiden, 20 peraturan menteri, dan 19 butir
peraturan tambahan.
Sengketa Internasional dapat dikatakan merupakan salah satu sisi dalam
hubungan internasional. Hal ini didasarkan atas suatu pemikiran bahwa hubungan-hubungan
internasional yang diadakan antar negara, negara dengan individu, atau negara dengan
organiasasi internasional, acap kali hubungan tersebut menimbulkan sengketa di antara
mereka. Hubungan internasional tersebut, meliputi beberapa aspek kehidupan seperti politik,
social, ekonomi.
Sengketa internasional sering disamakan dengan istilah “sengketa antar negara”.
Pandangan ini merupakan pandangan klasik yang menganggap bahwa negara merupakan
satusatunya subyek hukum internasional, sementara dalam perkembangannya, saat ini bukan
saja negara yang merupakan subyek hukum internasional, tetapi terdapat subyek hukum
internasional yang bukan negara yaitu individu dan organisasi internasional. Dengan
demikian, yang dimaksud dengan sengketa internasional adalah sengketa yang timbul atau
terjadi di antara negara dengan negara, negara dengan subyek hukum lain bukan negara dan
subyek hukum bukan negara satu sama lain.
Dalam studi hukum internasional publik, dikenal dua macam sengketa
internasional, yaitu sengketa hukum (legal or judicial disputes) dan sengketa politik (political
or nonjusticiable disputes). Sengketa hukum adalah sengketa di mana suatu negara atau
subyek hukum lainnya mendasarkan sengketa atau tuntutannya atas ketentuan-ketentuan yang
terdapat dalam suatu perjanjian atau yang telah diakui oleh hukum internasional. Adapun
yang dimaksud dengan sengketa politik adalah sengketa yang tuntutannya didasarkan atas
pertimbangan non yuridis, misalnya atas dasar politik atau kepentingan nasional lainnya.
Meskipun diakui bahwa tidaklah selalu mudah untuk membedakan apakah sengketa itu
bersifat politik atau bersifat hukum.
Setiap sengketa internasional berdasarkan Pasal 2 ayat (3) Piagam Perseikatan
BangsaBangsa (PBB) harus diselesaikan secara damai. Penyelesaian sengketa secara damai
tersebut berdasarkan Pasal 33 Piagam PBB dibedakan menjadi dua, yaitu penyelesaian
sengketa di luar pengadilan dan penyelesaian sengketa melalui pengadilan. Adapun
penyelesaian sengketa melalui pengadilan dapat ditempuh melalui dua cara yaitu melalui
lembaga arbitrase dan melalui lembaga pengadilan yudisial internasional.
Peranan Arbitrase di dalam penyelesaian sengketa-sengketa bisnis di bidang
perdagangan nasional maupun internasional dewasa ini semakin penting. Hal ini disebabkan
oleh semakin banyaknya kontrak nasional maupun internasional maupun internasional yang
telah memuat klausul arbitrase, bahkan di kalangan pengusaha atau kalangan bisnis cara
penyelesaian sengketa melalui badan ini dianggap cukup memberikan keuntungan daripada
penyelesaian melalui peradilan nasional.
Penyelesaian sengketa yang sifatnya efektif merupakan idaman setiap pihak yang
terlibat dalam suatu transaksi bisnis perdagangan nasional maupun internasional. Salah satu
alasan yang menjadi dasar pertimbangan hal demikan adalah bahwa suatu sengketa hampir
mutlak merupakan faktor penghambat perwujudan prediksi-prediksi bisnis. Suatu sengketa
bisnis perdagangan internasional, dapat menghadirkan resiko-resiko merugikan yang tidak
dikehendaki dan dapat mengacaukan prediksi-prediksi bisnis. Hal ini menjadi sangat perlu
diperhatikan terutama dalam kaitan dengan visi bisnis yang mendasari kegiatan demikian itu,
yaitu efisiensi dan profit.
Sengketa dagang Internasional adalah sengketa dagang yang timbul dari
hubungan ekonomi atau dagang internasional berdasarkan kontrak ataupun tidak. Adapun
kontrak dagang internasional merupakan sebuah kontrak dagang yang melibatkan pihak-
pihak yang tunduk pada sistem hukum (negara) yang berbeda. Dalam formulasi pertama,
sengketa dagang internasional dapat menyangkut substansi kontrak ataupun mengenai hukum
yang berlaku terhadap kontrak tersebut.
Sengketa demikian, apapun bentuknya merupakan masalah yang umumnya
diusahakan dihindari oleh para pihak karena betapapun sederhananya, masalah demikian
cenderung merupakan penghambat sirkulasi proses bisnis, yang umumnya berpengaruh
terhadap efisiensi waktu, biaya, dan bonafiditas perusahaan. Istilah sengketa-sengketa
internasional (international disputes) mencakup bukan saja sengketa-sengketa antara negara-
negara, melainkan juga kasus-kasus lain yang berada dalam lingkup pengaturan hukum
internasional yakni beberapa kategori sengketa tertentu antara negara di satu pihak dan
individu-individu, badan-badan korporasi serta badan-badan bukan negara di lain pihak.
Objek bab ini membahas sengketa-sengketa antara negara-negara. Hal ini dikarenakan negara
lebih mempunyai peranan penting dalam menjaga perdamaian dan keamanan internasional.
Peran yang dimainkan hukum internasional dalam penyelesaian sengketa internasional adalah
memberikan cara bagaimana para pihak yang bersengketa menyelesaikan sengketanya
menurut hukum internasional. Dalam perkembangan awalnya, hukum internasional mengenal
dua cara penyelesaian yaitu cara penyelesaian secara damai dan perang (militer). Cara perang
untuk menyelesaikan sengketa merupakan cara yang telah diakui dan dipraktekkan lama.
Bahkan perang telah juga dijadikan sebagai alat atau instrumen dan kebijakan luar negeri
negara-negara di jaman dulu. Sebagai contoh, Napoleon Bonaparte menggunakan perang
untuk menguasai wilayah-wilayah di Eropa di abad XIX.

BAB III
Kesimpulan
Melalui penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perdagangan internasional
merupakan transasksi jual beli lintas negara yang mana subjeknya merupakan pihak-pihak
yang berasal dari negara yang berbeda atau memiliki nasionalitas yang berbeda. Sistem
perdagangan yang berlaku pada awalnya masih berdasarkan sistem barter antara barang
dengan barang. Melalui kemajuan teknologi yang sangat cepat, distribusi barang dan jasa
semakin mudah dan perdagangan internasional pun menunjukan kompleksitasannya.
Ketentuan-ketentuan dalam hukum perdagangan internasional berperan sebagai
aturan pokok yang mengatur jalannya perdagangan pada prakteknya, yang mana dilakukan
oleh para subjek dagang internasional. Perdagangan yang terjadi di Indonesia juga telah
terjadi sejak abad yang lalu dan aturan hukum yang berlaku mengenai dagang telah diatur
sejak Indonesia berada di bawah penjajahan Belanda. Seiring berjalannya waktu sumber
hukum dagang yang dikodifikasikan dari hukum Belanda, lalu kemudian UU setelahnya
dimunculkan dan dikaitkan dengan hukum perdata yang berlaku di Indonesia.
Penyelesaian sengketa secara damai merupakan hukum positif (ketentuan
mengikat yang harus diberlakukan) bahwa penggunaan kekerasan dalam hubungan antar
negara sudah dilarang dan oleh karena itu sengketa-sengketa internasional harus diselesaikan
secara damai. Keharusan ini pada mulanya dicantumkan dalam Pasal 1 Konvensi mengenai
Penyelesaian Sengketa Secara Damai yang ditandatangani di Den Haag pada tanggal 18
Oktober 1907, yang kemudian dikukuhkan oleh Pasal 2 ayat 3 Piagam Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) dan selanjutnya oleh Deklarasi Prinsip-Prinsip Hukum Internasional Mengenai
Hubungan Bersahabat dan Kerjasama Antar Negara yang diterima oleh Majelis Umum PBB
pada tanggal 24 Oktober 1970. Dalam deklarasi tersebut meminta agar semua negara
menyelesaikan sengketa mereka dengan cara damai sedemikian rupa agar perdamaian,
keamanan internasional dan keadilan tidak terganggu.
Hukum internasional publik, mengenal dua macam sengketa internasional:
sengketa hukum (legal or judicialdisputes) dan sengketa politik (political or non-
justiciabledisputes). Sebetulnya tidak ada kriteria yang jelas dan diterima secara umum
mengenai pengertian kedua istilah tersebut. Yang kerapkali dipakai menjadi ukuran suatu
sengketa sebagai sengketa hukum yakni manakala sengketa tersebut bisa atau dapat
diserahkan dan diselesaikan oleh pengadilan internasional. Namun pandangan demikian sulit
diterima. Sengketa-sengketa internasional, secara teoritis pada pokoknya selalu dapat
diselesaikan oleh pengadilan internasional. Sesulit apapun suatu sengketa, meskipun tidak
ada pengaturannya sekalipun, suatu pengadilan internasional tampaknya bisa memutuskannya
dengan bergantung kepada prinsip kepatutan dan kelayakan (ex aequo et bono).
Pada pokoknya, ada banyak sengketa yang bisa diserahkan dan kemungkinan
besar bisa diselesaikan oleh pengadilan internasional. Tetapi karena salah satu atau kedua
negara enggan menyerahkannya kepada pengadilan, pengadilan menjadi tidak berwenang
mengadilinya. Dalam hal ini yang menjadi dasar hukum bagi pengadilan untuk melaksanakan
jurisdiksinya adalah kesepakatan para pihak yang bersengketa.
Daftar Pustaka

J.G. Starke, 1989, Pengantar Hukum Internasional I, Sinar Grafika, Jakarta, Hlm. 12
Boer Mauna, 2011, Hukum Internasional Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era
Dinamika Global, PT. Alumni, Bandung, hlm.1
G. Kartasapoetra R.G Kartasaputra, 1984, Indonesia dalam Lingkaran Hukum
Internasional (dari abad ke abad), Sumur Bandung, Bandung, hlm.1
Huala Adolf, 2005. Hukum Perdagangan Internasional, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
hlm. 57.
https://www.baktinusa.id/hukum-perdagangan-internasional-sejarah-dan-perkembangan-
pokok-aturan-hukum/
Kansil, C.S.T. 1985. Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika
Sudargo Gautama, Capita Selekta Hukum Perdata Internasional, Binacipta, Bandung,
1987, hlm. 72.
J. G. Starke, Introduction to International Law, 10th Ed, Butterworths, London, 1989. hlm.
485.
Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Cetakan Ketiga, Sinar Grafika,
Jakarta, 2008. hlm. 1
Boer Mauna, Hukum Internasional (Pengertian, Peranan, dan Fungsi Dalam Era Dinamika
Global), Edisi ke2, PT. Alumni, Bandung, 2005. hlm. 193.
http://repository.lppm.unila.ac.id/12708/1/HPSI%20Buku%20Ajar_revisi_final.pdf

Anda mungkin juga menyukai