Anda di halaman 1dari 12

HUKUM INTERNASIONAL DI INDONESIA

Mini Paper
Untuk memenuhi tugas Hukum Internasional
Dosen : Mirsa Astuti

Disusun Oleh;

Ridho Akbar (1906200519)


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih karunia-Nyasehingga
saya dapat menyelesaikan tugas Mini Riset ini tepat pada waktunya yang berjudul
“Analisis Hukum Internasional” . Adapun tujuan dari penulisan kami

ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Ibu Mirsa Astuti pada mata kuliah
Mirsa Astuti Saya selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Mirsa Astuti yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan pengetahuan kami lebih
mendalam lagi mengenai pembelajaran Hukum Internasional Pada kesempatan ini kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kamidapat menyelesaikan tugas Mini Riset ini . Dalam penulisan
saya ini tentu memiliki banyak perbaikan yang mungkin dapat dikatakan jauh dari kata
sempurna.

Oleh karena itu segala jenis bentuk kritik dan saran yang membangun tentu akan sangat
kami nantikan agar penulisan-penulisan yang kami buat di kemudian hari dapat lebih
baik lagi.

Medan, 10 Januari 2021

Penulis

Ridho Akbar
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................

DAFTAR ISI........................................

BAB I ...........................................

PENDAHULUAN ...............

1.1
Latar Belakang.............................

1.2
Tujuan Penulisan...........................

1.3
Manfaat Penulisan...........................

BAB II

LANDASAN TEORI..................................

2.1
KAJIAN TEORI .................................

BAB III .........................................


METODE PENELITIAN......................

BAB IV ........................................

PEMBAHASAN..................

BAB V ........................................

PENUTUP............................

5.1Kesimpulan .................

5.2Saran ............................

DAFTAR PUSTAKA............................
HUKUM INTERNASIONAL

Mochtar Kusumaatmadja memberikan pengertian hukum internasional sebagai


keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur hubungan dan persoalan yang melewati batas negara
antara (1) Negara dengan negara (2) Negara dengan subjek hukum lain bukan negara atau subjek
hukum bukan negara satu sama lain.
Definisi atau Pengertian hukum internasional tersebut di atas dapat dipandang sebagai
rumusan yang sesuai dengan perkembangan hukum internasional dewasa ini. Sebelumnya,
hukum internasional disebutkan dalam beragam istilah dan rumusan pengertian yang berbeda.
Setiap definisi turut dipengaruhi oleh waktu dan pandangan falsafah serta teori-teori yang
berkembang pada waktu definisi tersebut dirumuskan. Definisi hukum internasionl yang
dikeluarkan oleh penulis pada abad XVIII memberi penekanan yang berlainan dengan definisi
yang diberikan oleh penulis-penulis lainnya pada pertengahan dan akhir abad XX yang telah
memasukkan unsur-unsur dalam definisinya, yang pada masa sebelumnya belum mempunyai arti
penting.

A. Pengertian Hukum Internasional

Hukum Internasionalsebagai keselurahan kaidah dan asas yang mengatur hubungan dan
persoalan yang melintas atas negara antara (1) negara dengan negara (2) negara dengan subjek
hukum lain bukan negara atau subjek hukum bukan negara satu sama lain.Definisi atau
pengertian hukum internasional tersebut diatas dapat dipandang sebagai rumusan yang sesuai
dengam perkembangan hukum internasional nasional dewasa ini.

Sebelumnya, hukum internasional di sebutkan dalam beragam istilah dan perumusan, pengertian
yang berbeda.Setiap definisi turut dipengaruhi oleh wakti dan pandangan falsafah serta teori-
teori yang berkembang pada waktu definisi teraebtu di rumuskan. Definisi hukum internasional
yang dikelurkan oleh penulis pada abad XVII memberi penekanan yang berlainan dengan
definisi yang diberikan oleh penulis-penulis lainnya pada pertengahan dan akhir abad XX yang
telah memasukkan unsur-unsur baru dalam definisinya, yang pada masa sebelumnya belum
mempunyai arti penting.
Namun seiring dengan perkembangan zaman mengenai hukum internasional, pendapan
Austin yang demikian, apabila diperhatikan lebih mendalam ternyata kurang didukung ileh
kenyataan yang ada seperti berikut ini.

1. Teori hukum internasional merujuk pada pendapat Austin apabila dihadapkan dengan hukum
kebiasaan internasional atau internasional contumaray law dan prinsip hukum umum atau
general principles of law maka kedudukannya lemah sebab kedua jenis hukum tersebut tidak
dibuat oleh badan yang berwenang namun di taati oleh negara

2. Pada kenyataannya negara menerima dan menghormati hukum internasional sebagai hukum.
Negara menaati atau mematuhi hukum internasional untuk mengatur hubungan dan mencapai
kepentingan mereka bersama

3. Pada kenyataan apabilan negara dituduh melanggar hukum internasional maka mereka tidak
akan membela diri dengan mengeluarkan pe dapat pribadinya, melainkan akan menggunakan
hukum internasional sebagai dasar pembelaanya. Bahkan sering terjadi negara berlindung di
balik hukum internasional sebagai alasan pembenar tindakan politiknya

4. Di dalam sistem hukum internasional dikenal prinsip hukum umum sebagai salah satu sumber
hukun internasional, disamping perjanjian internasional dan hukum kebiasaan internasional

5. Apabaila dikatakan bahwa sistem hukum internasional tidak dikenal atau tidak memiliki
sangsi

B. Perkembangan Hukum Internasional

Sejak awal kemunculan hingga kini hukum internasional mengalami perkembangan struktur
maupun substansi yang meliputi asas dan kaidahnya. Perkembangan tersebut di pengaruhi
beberapa faktor.

1. Meningkatnya jumlah negara baru akibat demokrasi. Sebagai besar negara berkembang yang
lahir pasca perang dunia ke II merasakan bahwa aturan hukum internasional lebih
mengakomodasi kepentingan negara maju hal ini didasarkan pada faktah bahwa hukum
internasional pada awalnya merupakan hukum yang berlaku antar negara di eropa. Merekalah
yang menentukan bentuk dan jalannya hukum internasional
2. Munculnya berbagai organisasi baik dalam skala universal maupun regional sebagai wadah
kerjasama internasional antar negara atau pemerintah dan aktor non pemerintahan. Kemunculan
organisasi internasional tidak saja mendambah deretan subjek internasional juga turut serta
dalam proses pembentukan hukun internasional melalui kaidah-kaidah yang berlaku khusus bagi
para anggotanya.

3. Diakunya individu sebagai individu sebagai objek internasional. Meskipun memberikan


pengakuan secara terbatas pada individu sebagai subjek hukum internasional melalui pengadilan
pejlnjahat perang Nuremberg dan tokyo 1946-1949 tapi pengakuan tersebut banyak membawa
pengaruh dalam perkembangan hukum internasional khususnya di bidang hak asasi manusia

4. Perkembangan teknologi dan komunikasi sangat berpengaruh pada pengguna internasional


pengguna laut, udara, dan ruang angkasa. Perkembangan teknologi pula yang memberikan
inspirasi perlunya pengaturan internasional menangulangi kejahatan lewat internet, lapangan
pengembangan senjatah pemusnah massal, senjata-senjata yang menyengsarakan manusia serta
pengaturan penerbangan sipil internasional

5. Muncul dan mangkin berperannya aktor-aktor selain negra/ pemerintah dalam hubungan
internasional, seperti NGO dan perusahaan trnasional (TNC) , yang membawa warana baru pada
wajah hukum internasional

6. Era globalisasi. Globaypada abad 20-21 ditandai dengan meningkatnya interaksi bisnis yang
dilakukan antar pelaku usaha yang melintasi batas negara

7. Fragementasi masyarakat internasional yang struktur dan tindakan sosial di daoamnya menjadi
otonom dan terspesialisasi perkembangan ini muncul rezim hukum dan lembaga-lembaga baru
dala masyarakat internasional, antara lain hukum perdagangan internasional, hukum
internasional mengenai hak asasi manusia, hukum lingkungan internasional, hukum laut
internasional, hukum eropa. Juga muncul lapangan hukum yang membutuhkan pengetahuan
lebih khusus. Seperti hukum investasi dan hukum pengungsi.

C. Hubungan Hukum Internasional dan Hukum Nasional


Pembahasan tentang tempat atau kedudukan hukum intemasional dalam rangka hukum
secara keseluruhan didasarkan atas anggapan bahwa sebagai suatu jenis atau bidang hukum,
hukum internasional merupakan bagian dari hukum pada umumnya. Hukum Internasional
sebagai suatu perangkat ketentuan dan asas yang efektif yang hidup dimasayarakat dan
karenanya mempunyai hubungan yang efektif dengan ketentuan atau bidang hukum lainnya,
diantaranya yang paling penting ialah ketentuan hukum yang mengatur kehidupan manusia
dalam Kehidupan lingkungan dan kebangsaanmya masing-masing yang dikenal dengan hukum
nasional.

Dari dua teori tersebut, muncullah dua aliran atau sudut pandangan yang membahas tentang hal
tersebut.Aliran yang pertama adalah aliran dualisme.Aliran ini sangat berpengaruh di Jerman dan
Italia dengan tokoh yang sangat terkenal adalah Triepel, seorang pemuka aliran positivisme dari
Jerman yang menulis buku Volkerrecht and Landesrecht (1899) dan Anzilotti, pemuka aliran
positivisme dari Italia yang menulis buku Corso di Dirrito Internazionale (1923). menurut aliran
dualisme yang bersumber dari teori daya ikat hukum intemasional bersumber pada kemauan
negara, maka hukum intemasional dan hukum nasional merupakan dua sistem atau perangkat
hukum yang terpisah satu dengan lainnya. Hal ini di dasarkan pada alasan formal maupun alasan
yang berdasarkan kenyataan. Paham dualisme ini sangat terkait dengan paham positivisme yang
sangat menekankan unsur persetujuan dari negara-negara. Secara historis pandangan dualisme
merupakan cerminan spirit nasionalisme.Diantara alasan-alasan yang dapat dikemukakan sebagai
berikut :
(1) kedua perangkat hukum tersebut yakni hukum nasional dan hukum internasional mempunyai
sumber yang berlainan, hukum nasional bersumber pada kemauan negara, sedangkan hukum
intemasional bersumber pada kemauan bersama masyarakat negara;
(2) perangkat hukum itu berlainan subyek hukumnya Subyek hukum dari hukum nasional ialah
orang perorangan baik dalam hukum perdata maupun hukum publik, sedangkan subyek hukum
internasional ialah Negara dan beberapa entitas lainnya;
(3) sebagai tata hukum, hukum nasional dan hukum internasional menampakkan Pula perbedaan
dalam strukturnya. Lembaga yang diperlukan untuk melaksanakan hukum seperti mahkamah
intemasional dan organ eksekutif, tidak sama bentuknya seperti dalam hukum nasional.
D. Subjek Hukum Internasional Dipandang dari Hukum Nasional
Hukum nasional yang berasal dari setiap negara di dunia memberikan begitu banyak
sumbangsih bagi perkembangan hukum internasional. Sumbangsih itu berupa diakuinya
beberapa produk hukum nasional kemudian diterapkan dan diterima sebagai produk hukum
universal dan digunakan oleh negara-negara di dunia untuk berinteraksi satu sama lain dalam
memenuhi setiap kepentingan negaranya Peranan lembaga sangat penting bagi lahirnya suatu
anggota baru masyarakat internasional. Tanpa mendapatkan pengakuan ini, negara tersebut
sedikit banyak akan mengalami kesulitan dalam mengadakan hubungan dengan negara lainnya.
Suatu negara yang belum diakui dapat memberi kesan kepada negara lain bahwa negara tersebut
tidak mampu menjalankan kewajiban-kewajiban internasional (Adolf, 1991:55).
Adapun pendapat dari Sanusi: (2002:80) mengatakan bahwa, subjek hukum antar-negara itu
dapat dilihat dari terori-teori baru, negara-negara yang merdeka dan berdaulat,Kursi Suci
(Heilige Stole), negara-negara setengah berdaulat, Bondsstaat atau Statenbond dan Dominion-
dominion, berwenang membuat perjanjian antar negara. Adapun badan mana yang bertindak.

Anzilotti : mengatakan bahwa sistem hukum internasional dan hukum nasional masing-masing
dilandasi prinsip dasar yang berbeda, hukum internasional dilandasi prinsip dasar “pacta sun
servanda” yaitu perjanjian antara negara-negara harus dijunjung tinggi. Dengan demikian kedua
sistem itu sama sekali terpisah sedemikian rupa sehingga tidak mungkin akan terjadi
pertentangan diantara keduanya. Sedangkan hukum nasional dilandasi prinsip dasar bahwa
peraturan perundangundangan harus ditaati.

Berdasarkan kutipan-kutipan di atas bahwa hukum internasional dan hukun nasional


memiliki keterkaitan yang kuat karena keduanya merupakan bagian dari satu kesatuan ilmu
hukum. Keduanya juga sama-sama mempunyai kekuatan hukum yang mengikat bagi individu
ataupun negara. Dan perbedaan sumber hukum internasional dan hukum nasional serta
perbedaan prinsip dasar yang melandasi hukum Internasional dan hukum nasional itu sebenarnya
hanya merupakan perbedaan bentuk hukumnya saja. Perbedaan ini hanya mengenai proses
penetapan dua hukum tersebut saja lalu perbedaan itu tidak menyangkut isi dan tujuannya.
E. Prinsip-Prinsip Dasar Hukum Internasional Dalam Islam

Internasional dalam Islam yang mengatur hubungan-hubungan antar bangsa/suku


bangsa atau antar negara kita lihat baik dalam Al-Qur’an, Hadist Nabi maupun dalam sejarah
Islam. Dalam Al-Qur’an Surat 49 (Al-Hujurat), ayat 13 dinyatakan, sebagai berikut:“Wahai umat
manusia, sesungguhnya Kami (Allah) telah menciptakan kamu dari sepasang laki-laki dan
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal".

Islam adalah hukum yang berlaku secara universal atau hukum yang melintasi batas-
batas negara. Prinsip-prinsip dasar dalam hukum Islam tentang hubungan umat manusia dalam
masyarakat antar bangsa atau antar negara, telah menjadi landasan yang sangat kuat bagi
norma hukum internasional. Misalnya seperti norma-norma yang mengandung azas-azas
persaudaraan(brotherhood),equality/egalite, freedom, tolerance and peacefulcoexistence,
friendship, cooperation, humanity dan sebagainya. Prinsip-prinsip dasar hukum Islam yang
terdapat dalam al-Qur’an dan hadis telah dilaksanakan sebagai hukum positif pada zaman Nabi,
para khalifah, dan di zaman pemerintahan-pemerintahan Islam selanjutnya.Kata Kunci : Hukum
Islam, Hukum Internasional PendahuluanAgama Islam atau hukum (syari’at) Islam
diturunkan Allah Swt., bukan hanya untuk bangsa Arab atau hanya berlaku bagi Jazirah
Arab (sekarang: Timur Tengah) saja, melainkan ditujukan untuk seluruh umat manusia di
dunia ini. Jadi hukum Islam berlaku secara universal atau melintasi batas-batas kebangsaan
dan negara. Dalam Al-Qur’an Surat 34 (Saba’), ayat 28 Allah berfirman :“Dan Kami (Allah)
tidak mengutus kamu (Muhammad), melainkan kepada umat manusia seluruhnya, untuk
membawa berita gembira dan berita peringatan. Akan tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahuinya”.Selanjutnya dalam Surat 21 (Al-Anbiya), ayat 107 :“Dan Kami (Allah) tidak
mengutus kamu (Muhammad) kecuali untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam”.

Prinsip-Prinsip Hukum Internasional Dalam Islam. sebagai sumber tertinggi dalam hukum
Islam sejak lebih dari tiga belas abad yang lalu telah menetapkan prinsip-prinsip dasar
(basic principles) norma yang mengatur tentang hubungan-hubungan antar bangsa (inter-
gentes/inter-nations) dan antar negara (inter-states atau international). Norma atau kaidah
yang mengatur hubungan-hubungan antar bangsa atau antar negara tersebut sekarang kita
kenal sebagai hukum internasional.Secara singkat, hukum internasional moderen dapat
didefinisikan sebagai sekumpulan kaidah dan asas yang mengatur hubungan-hubungan
antara negara dengan negara, antara negara dengan subyek hukum lain bukan negara, dan
antara subyek hukum bukan negara yang satu dengan yang lainnya.“International law may
be defined as that body of law which is composed for its greater part of the principles
and rules of conduct which States feel themselves bound to observe, and therefore, do
commonly observe in their relations with each other, and which includes also:(a)the rules
of relating to the functioning of international institutions or organisations, their relations with
States and individuals; and(b)certain rules of law relating to individuals and non-State
entities so far as the rights or duties of such individuals and non-State entities are the
concern of the international community”.1Prinsip-Prinsip Dasar Hukum Internasional Dalam
IslamPrinsip-prinsip dasar hukum internasional dalam Islam yang mengatur hubungan-hubungan
antar bangsa/suku bangsa atau antar negara kita lihat baik dalam Al-Qur’an, Hadist Nabi
maupun dalam sejarah Islam. Dalam Al-Qur’an Surat 49 (Al-Hujurat), ayat 13 dinyatakan,
sebagai berikut:“Wahai umat manusia, sesungguhnya Kami (Allah) telah menciptakan
kamu dari sepasang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.

Diciptakannya umat manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal


satu sama lain. Hal ini mengandung makna bahwa di antara bangsa-bangsa dan suku-
suku tersebut harus saling berhubungan –berinteraksi. Agar hubungan-hubungan tersebut
berjalan secara harmonis dan damai tentu diperlukan aturan-aturan atau norma yang
mendorong agar manusia atau bangsa/suku tersebut bertindak dan bertingkah-laku secara baik
demi kepentingan mereka sendiri dan mencegah dari tindakan-tindakan yang tidak baik yang
akan merugikan. Islam memberikan tuntunan untuk itu, sebagaimana dinyatakan dalam Surat
3 (Ali ‘Imran), ayat 110 :“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma’ruf (baik),dan mencegah dari yang mungkar
(buruk)......”.Demikian juga dalam Surat 5 (Al-Maidah), ayat 2, Allah berfirman:“Bertolong-
tolonglah atas kebajikan dan taqwa dan janganlah kamu tolong-menolong atas (perbuatan) dosa
dan permusuhan”.Amar ma’ruf berarti bahwa pelaksanaan hukum Islam dimaksudkan untuk
mendorong umat manusia ke arah perbuatan-perbuatan yang menuju pada tujuan yang
baik dan benar yang dikehendaki dan diridhoi Allah Swt. atau memiliki fungsi social
engineering. Sedang nahi munkar merupakan social control-nya untuk mencegah perbuatan-
perbuatan yang tidak dikehendaki. Atas dasar prinsip inilah dalam hukum Islam dikenal
adanya perintah dan larangan; wajib dan haram; adanya pilihan antara melakukan dan
tidak melakukan perbuatan yang kemudian dikenal dengan istilahal-Ahkam al-Khamsah
atau hukum yang lima, yaitu: wajib, haram, sunnat, makruh, dan mubah. Semua sistem
hukum, termasuk hukum internasional, sama, terdiri dari ketentuan-ketentuan yang mengatur apa
yang seharusnya dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan, dan disertai dengan reward
and punishment. Reward atau keuntungan bagi mereka yang mentaatinya dan punishment atau
hukuman/kerugian bagi mereka yang melanggarnya.
Refrensi:

Asri Muhammad, dkk, 2002, Hukum Internasional dan Hukum Islam Tenntang Sengketa dan
Perdamaian, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama)

Widagno Setyo, dkk, 2019, Hukum Internasional Dalam Dinamika Hubungan Internasional,
(Malang: UB. Press)

http://jurnalhukumdanperadilan.org/index.php/jurnalhukumperadilan/article/download/125/136

https://jurnal.unsur.ac.id/jpphk/article/download/393/296

https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mimbar/article/view/96/pdf

Anda mungkin juga menyukai