TUGAS KELOMPOK 8
DIAJUKAN OLEH :
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari sempurna
dikarenakan karena terbatas nya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki
oleh karena itu kami mengharapkan segala bentuk saran dan masukkan dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis maupun pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam sejarah Indonesia, ketika Indonesia baru saja diakui sebagai negara
oleh Belanda, bentuk dari negara Indonesia berubah menjadi Republik Indonesia
Serikat (RIS) selama tahun 1949-1950. Di dalam Konstitusi RIS ini setidak-
tidaknya terdapat pasal-pasal yang mengatur mengenai HAM secara eksplisit
sebanyak 35 pasal dari 197 pasal yang ada. HAM dalam Konstitusi RIS diatur
dalam Bab V yang berjudul “Hak-hak dan Kebebasan-kebebasan Dasar Manusia”.
Namun hal ini hanya berlaku selama 8,5 bulan karena Indonesia kembali kepada
negara kesatuan dan ditetapkanya UUD Sementara RI.
Setidaknya kemajuan yang sama, secara konstitusional, juga terdapat
dalam-Undang Dasar Sementara RI (UUDSRI) dengan kembalinya Indonesia
menjadi negara kesatuan. Terdapat 38 pasal dalam UUDSRI, 1950 (dari
keseluruhan 146 pasal, atau sekitar 26 persen) yang mengatur HAM. HAM diatur
dalam Bagian V tentang “Hak-hak dan Kebebasan Dasar Manusia”. Namun hal
ini hanya berlansung dari 15 Agustus 1950-4 Juli 1959.[9] Dengan Dekrit
Presiden 1959 yang mengembalikan konstitusi Indonesia kembali kepada UUD
1945 yang berlansung sampai dengan pemerintahan Orde Baru.
Pemerintahan Orde Baru sejak 1993 mulai tampak memperlihatkan
msalah HAM . Diantaranya adalah melalui GBHN maupun pelembagaan HAM
melalui Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang dibentuk berdasarkan
Keputusan Presiden No. 50 tahun 1993. Pada tahun 1998 Rencana Aksi Nasional
Hak Asasi Manusia (RAN HAM) dicanangkan melalui Keputusan Presiden No.
129 tahun 1998, yang kemudian diperbaharui dengan Keputusan Presiden No. 40
tahun 2004. Langkah-langkah ini kemudian diikuti dengan ratifikasi Konvensi
Anti Penyiksaan melalui UU No. 5 tahun 1998 dan Konvensi Anti Diskriminasi
Ras melalui UU No. 29 tahun 1999.
Langkah-langkah yang telah diambil tersebut diperkuat dengan
TAP MPR No. XVII/MPR/1998 tertanggal 13 November 1998, yang
disusul dengan ditetapkannya
UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia oleh Presiden dan
DPR sebagai undang-undang ”payung” bagi semua peraturan perundang-
undangan yang telah ada maupun peraturan perundang-undangan yang
akan dibentuk kemudian. Pemberlakuan beberapa peraturan perundang-
undangan dan pesahkanan beberapa konvensi internasional mengenai
HAM menunjukkan bahwa secara de jure pemerintah telah mengakui
HAM yang bersifat universal.
Perkembangan selanjutnya adalah diundangkannya Undang-undang
Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan Internasional
tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya yang termuat dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 118, dan Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4557, serta
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan
Internasional tentang Hak Sipil dan Politik yang termuat dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 119, dan Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4558. Hal tersebut
memberikan kepastian hukum bagi masyarakat yang mendambakan
penegakan hak-hak asasinya.
Dalam UU No. 39 tahun 1999 Pasal 104 ayat (1) dinyatakan bahwa perlu
dibentuk pengadilan HAM untuk mengadili para pelanggar HAM yang berat. Hal
tersebut diwujudkan dengan ditetapkannya UU No. 26 tahun 2000 tentang
Pengadilan Hak Asasi Manusia oleh Presiden dan DPR untuk mengadili pelanggar
HAM yang berat.
Perubahan kedua UUD 1945 Bab XA juga memuat mengenai HAM yang
terdiri dari 10 pasal (Pasal 28A -28J). Ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam
perubahan kedua UUD 1945 tersebut merangkum ketentuan yang terdapat dalam
106 pasal UU No. 39 tahun 1999, sehingga menjadikan HAM sebagai hak-hak
konstitusional. Namun demikian, berhasil tidaknya penegakan HAM di Indonesia
sangat bergantung pada penegakan hukum, termasuk didalamnya fungsi aparat
penegak hukum
Dari uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul, ”Perbedaan Ham Nasional dan Internasional”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, untuk memudahkan
dalam pencapaian tujuan dalam pembahasan penelitian ini, maka terlebih dahulu
dibuat permasalahan sesuai dengan judul yang telah diajukan. Maka dirumuskan
permasalahan – permasalahannya sebagai berikut :
1. Bagaimana perkembangan pemikiran HAM secara Nasional dan
Internasioanal
2. Bagaimana Hubungan antara Hukum Internasional dan Hukum Nasional
3. Bagaimana Praktik Pengitegrasian Perjanjian Internasional ke dalam
Hukum Nasional di Indonesia
4. Bagaimana Hak Asasi Manusia dalam pandang Hukum Internasional ?
1.3. Tujuan Penelitian
Davidson, Scott . 1993 . Hak Asasi Manusia “Sejarah, Teori, dan Praktek dalam
Pergaulan Internasional”. PT Temprint : Jakarta
Mansyur Effendi, Dimensi dan Dinamika Hak Azasi Manusia dalam Hukum
Nasional dn Internasional (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1994) hlm. 40