Anda di halaman 1dari 17

UPAYA PEMERINTAH DALAM PENGHORMATAN, PEMENUHAN,

PERLINDUNGAN, DAN PENEGAKAN TERHADAP HAM DI INDONESIA

Disusun oleh :

FERRY CHANDRA KUSUMA (D1A020184)

ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan guna
memenuhi tugas untuk mata kuliah Hukum, dengan judul “ Upaya Pemerintah Dalam
Penghormatan, Pemenuhan, Perlindungan, Dan Penegakan Terhadap Ham Di
Indonesia “

Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sambungan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan. Khususnya bagi kami sebagai penyusun makalah, sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai. Aamiin

Mataram, 11 November 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian HAM
Istilah hak asasi manusia menurut bahasa Prancis ”droit de’home”. Menurut bahasa
Inggris adalah ”human rights”. Sedangkan menurut bahasa Belanda ”memen rechten”. Secara
umum hak asasi manusia diartikan sebagai hak-hak  dasar yang dimiliki setiap manusia yang
dibawa sejak lahir sebagai anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Artinya hak asasi ini bukan
diberikan atau pemberian orang lain, golongan, atau negara. Oleh karena itu pula hak asasi
manusia tidak dapat diambil atau dicabut, diabaiakan, dikurangi atau dirampas oleh suatu
kekuasaan melainkan harus dihormati, dipertahankan dan dilindungi.
B. Macam-macam HAM
1. hak asasi pribadi (personal right), misalnya hak kemerdekaan memeluk agama dan
beribadah menurut agama masinng-masing, menyatakan pendapat, berorganisasi dan
sebagainya
2. hak asasi ekonomi (property right), misalnya hak kebebasan memiliki sesuatu,
membeli dan menjual sesuatu mengadakan kontrak atau perjanjian, dan lain
sebagainya.
3. hak asasi politik (political right), misalnya hak untuk diakui dalam kedudukan sebagai
warga negara yang sederajat, ikut serta dalam pemeerintah, hak memilih dan dipilih,
mendirikan partai politik atau organisasi, mengajukan kritik dan sebagainya.
4. hak asasi sosial dan kebudayaan   (social dan cultural right), misalnya hak kebebasan
memilih dan mendapatkan pendidikan, mengembangan kebudayaan dan lain
sebagainya.
5. hak memperoleh perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan (right of legal
equality).
6. hak asasi untuk memperoleh perlakuan tata peradilan dan perlindungan hukum
(procedural right), misalnya hak mendapatkan perlakuan yang wajar dan adil dalam
peradilan, pembelaan hukum, penerapan asas pradga tak bersalah, dan sebagainya.
Hak Asasi Manusia atau akrab didengar dengan sebutan HAM menurut UU Nomer 39
Tahun 1999 merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia berasal dari
anugerah Tuhan Yang Maha Esa, bersifat universal dan langgeng.
Sesuai dengan amanah UU tersebut, HAM wajib hukumnya untuk dijunjung tinggi,
dihormati,  dilindungi, dipertahankan dan tidak boleh diabaikan, dikurangi, atau dirampas
oleh siapapun, maka sebab itu perlu peraturan hukum agar setiap pelanggar HAM  dapat di
hukum secara adil dan benar sesuai dengan mekanisme hukum yang berlaku.HAM memang
penting untuk ditegaskan, mengingat hal tersebut menyangkut hak-hak dasar setiap manusia.
Pelanggaran terhadap HAM berarti sama dengan mencederai kemanusiaan. Tak heran, bila
negara-negara di dunia berkomitmen dalam menjaga HAM supaya pelanggaran terhadapnya
dapat dihindari. Untuk itu peraturan perundang-undangan pun sudah banyak disusun supaya
HAM menjadi terjamin penegakannya, serta siapapun yang melanggar akan dihukum berat
sesuai ketentuan. Selain itu, terdapat segudang alasan perlunya HAM dilindungi oleh
peraturan hukum. Kepentingan tersebut ditelurkan dari perjalanan panjang tentang nilai-nilai
kemanusiaan universal yang sangat didambakan kehadirnya. Impian tersebut pun pada
akhirnya berhasil terwujud dalam konsep Hak Asasi Manusia, konsep itu merupakan gagasan
pokok tentang penghormatan terhadapa manusia secara individu.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Upaya Pemerintah Indonesia dalam Menegakkan HAM

Pemerintah Indonesia telah berupaya memajukan, menghormati, dan menegakkan hak


asasi manusia, meskipun sampai saat ini masih terjadi banyak pelanggaran terhadap hak-hak
asasi manusia di Indonesia. Upaya pemerintah Indonesia ini diwujudkan dalam berbagai
bentuk. Dua di antaranya sebagai berikut :

1. Membentuk Peraturan Perundang-undangan tentang HAM

Pemikiran tentang pemajuan, penghormatan, dan perlindungan hak-hak asasi manusia


telah dimiliki bangsa Indonesia sejak dahulu. Hal ini dapat kita buktikan dengan telah
dirumuskannya ketentuan tentang penghormatan hak asasi manusia dalam Pembukaan UUD
1945 alinea I–IV yang antara lain berbunyi sebagai berikut:
a. Alinea I yang berbunyi: ”kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa” Alinea ini
menunjukkan pengakuan hak asasi manusia berupa hak kebebasan atau hak
kemerdekaan dari segala bentuk penjajahan atau penindasan dari bangsa lain.
b. Alinea II yang berbunyi: ”engantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaan Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur”. Alinea
ini menunjukkan adanya pengakuan atas hak asasi di bidang politik berupa kedaulatan
dan ekonomi.
c. Alinea III yang berbunyi: ”Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan
didorongkan oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas”
Alinea ini menunjukkanadanya pengakuan bahwa kemerdekaan itu berkat anugerah
Tuhan Yang Maha Esa.
d. Alinea IV yang berbunyi: ”melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia” Alinea ini merumuskan
dasar filsafat negara (Pancasila) yang maknanya mengandung pengakuan akan hak-
hak asasi yang bersifat universal.
Selanjutnya, dalam pasal-pasal UUD 1945 sebelum amendemen juga sudah dimuat
tentang jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dalam berbagai bidang seperti berikut.
Secara garis besar hak-hak asasi manusia tercantum dalam pasal 27 sampai 34 dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Hak dalam Bidang Politik
a. Hak persamaan di depan hukum. Hak ini dimuat dalam pasal 27 ayat (1).
b. Hak mengeluarkan pendapat, berkumpul, dan berserikat. Hak ini dimuat dalam pasal
28.
2. Hak dalam Bidang Ekonomi
a. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak. Hak ini dimuat dalam pasal 27 ayat
(2).
b. Hak atas kekayaan alam. Hak ini dimuat dalam pasal 33.
c. Hak fakir miskin dan anak telantar. Hak ini dimuat dalam pasal 34.
3. Hak dalam Bidang Sosial dan Budaya
a. Hak kebebasan beragama. Hak ini dimuat dalam pasal 29 ayat (2).
b. Hak mendapatkan pendidikan. Hak ini dimuat dalam pasal 31 ayat (1).
4. Hak dalam Bidang Pertahanan dan Keamanan
Hak untuk membela negara. Hak ini dimuat dalam pasal 30. Dalam perkembangan
selanjutnya, pemerintah Indonesia membuat peraturan pelaksana dari UUD 1945 yang
mengatur tentang hak asasi manusia. Peraturan perundang-undangan yang dimaksudkan
seperti berikut:
1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
2) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.
Setelah melalui berbagai perdebatan yang seru, pemerintah Indonesia berhasil
mengamendemen UUD 1945 yang salah satu inti perubahannya adalah menambahkan
beberapa pasal khusus mengenai hak asasi manusia. Beberapa pasal tambahan yang khusus
mengatur tentang hak asasi manusia adalah pasal 28A–28J hasil perubahan kedua. Itulah
peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh pemerintah Indonesia dalam upaya
pemajuan, penghormatan, dan penegakan HAM.
Peraturan perundang-undangan tersebut sering disebut sebagai instrumen nasional HAM.
Instrumen nasional HAM adalah dasar hukum yang dijadikan acuan hukum dalam
menegakkan hukum. Contoh instrumen nasional HAM yang lain seperti Keppres Nomor 50
Tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Keppres Nomor 53 Tahun 2001
tentang Pembentukan Pengadilan HAM Ad Hoc pada PN Jakarta Pusat, dan ketetapan MPR,
yaitu TAP MPR Nomor 17 Tahun 1998 tentang Hak Asasi Manusia.

2. Membentuk Kelembagaan HAM di Indonesia


Ada beberapa lembaga HAM yang dibentuk oleh pemerintah. Berikut ini beberapa
contohnya:
1. Komnas HAM
Pada tanggal 7 Juni 1993 Presiden Republik Indonesia saat itu, yaitu Soeharto,
melalui Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993 membentuk sebuah lembaga HAM di
Indonesia. Lembaga HAM yang dimaksud adalah Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
(Komnas HAM). Kedudukan Komnas HAM kemudian mempunyai kekuatan   hukum yang
lebih kuat dengan diundangkannya Undang- Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia.
Dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa Komnas HAM merupakan suatu
lembaga yang mandiri. Komnas HAM mempunyai kedudukan yang setingkat dengan
lembaga negara lainnya. Komnas HAM mempunyai fungsi untuk melaksanakan pengkajian,
penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi hak asasi manusia. Selain itu, mengenai
Komnas HAM juga ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan Hak Asasi Manusia. Komnas HAM merupakan suatu lembaga yang mempunyai
wewenang untuk menyelidiki pelanggaran hak asasi manusia yang berat. Dalam melakukan
penyelidikan ini Komnas HAM dapat membentuk tim ad hoc yang terdiri atas Komisi
Nasional Hak Asasi Manusia dan unsur masyarakat.
Komnas HAM dibentuk dengan tujuan sebagai berikut:
a) Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai
dengan Pancasila, UUD 1945, dan Piagam PBB serta Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia.
b) Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi manusia guna berkembangnya
pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya berpartisipasi dalam
berbagai bidang kehidupan.
Pemeriksaan pelanggaran hak asasi manusia dilakukan secara tertutup, kecuali ditentukan
lain oleh Komnas HAM. Pihak pengadu, korban, saksi, dan atau pihak lainnya yang terkait,
wajib memenuhi permintaan Komnas HAM. Jika seseorang yang dipanggil tidak datang
menghadap atau menolak memberikan keterangannya, Komnas HAM dapat meminta bantuan
ketua pengadilan untuk pemenuhan panggilan secara paksa sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Komnas HAM wajib menyampaikan laporan
tahunan tentang pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenangnya, serta kondisi hak asasi
manusia dan perkara-perkara yang ditanganinya kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia dan presiden dengan tembusan kepada Mahkamah Agung.

2. Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan


Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan ini dibentuk berdasarkan Keppres
Nomor 181 Tahun 1998. Dasar pertimbangan pembentukan komisi ini adalah upaya
mencegah terjadinya dan menghapus segala bentuk kekerasan
terhadap perempuan.
Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan ini bersifat independen dan mempunyai
tujuan sebagai berikut:
a) Menyebarluaskan pemahaman tentang bentuk kekerasanterhadap perempuan.
b) Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi penghapusanbentuk kekerasan terhadap
perempuan.
c) Meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangansegala bentuk kekerasan
terhadap perempuan dan hak asasi perempuan.

3. Lembaga Bantuan Hukum


Bagi warga negara yang tidak mampu membayar dan tidak memiliki biaya untuk
melakukan tuntutan hukum, dapat memanfaatkan jasa lembaga bantuan hukum. Bantuan
hukum bersifat membela kepentingan masyarakat tanpa memandang latar belakang suku,
keturunan, warna kulit, ideologi, keyakinan politik, harta kekayaan, agama, atau kelompok
orang yang membelanya. Tujuan Lembaga Bantuan Hukum adalah mencegah adanya ledakan
gejolak sosial dan keresahan masyarakat. Keberhasilan gerakan bantuan hukum akan dapat
mengembalikan wibawa hukum dan wibawa pengadilan yang selama ini terpuruk di negara
kita.

4. Biro Konsultasi dan Bantuan Hukum Fakultas Hukum


Dalam rangka pengabdian perguruan tinggi kepada masyarakat, beberapa fakultas hukum
mengadakan biro konsultasi dan bantuan hukum. Biro ini ditangani oleh dosen-dosen muda
yang masih dalam proses belajar untuk menjadi advokat profesional.
5. Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia
Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam UUD
1945 dan PBB tentang hak-hak anak. Meskipun Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia telah mencantumkan tentang hak
anak, dalam pelaksanaannya masih memerlukan undang-undang sebagai landasan yuridis
bagi pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab orang tua, keluarga, masyarakat,
pemerintah dan negara. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan efektivitas
penyelenggaraan anak, dibentuk Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang bersifat
independen. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak.
Tugas Komisi Perlindungan Anak Indonesia meliputi hal-hal berikut:
1. Melakukan sosialisasi seluruh ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan perlindungan anak, mengumpulkan data dan informasi, menerima pengaduan
masyarakat, melakukan penelaahan, pemantauan, evaluasi, dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan perlindungan anak.
2. Memberikan laporan, saran, masukan, dan pertimbangan kepada presiden dalam rangka
perlindungan anak.

Komisi Nasional Perlindungan Anak merupakan lembaga yang bergerak di bidang


perlindungan anak. Melalui lembaga ini diharapkan hak-hak yang dimiliki anak Indonesia
dapat terlindungi. Hampir setiap hari kita bisa melihat adanya anak-anak usia sekolah yang
ada di jalanan, bahkan kita bisa melihat anak-anak di bawah umur yang harus bekerja demi
kepentingan orang tua atau pihak lain. Padahal mereka adalah anak-anak yang juga
mempunyai hak untuk sekolah guna mendapatkan pendidikan dan mempunyai hak hidup
layak. Saat ini, praktik eksploitasi anak sedang marak terjadi di Indonesia.
Dengan adanya Komisi Nasional Perlindungan Anak ini diharapkan hak-hak anak tidak
lagi dilanggar oleh para orang tua yang tidak bertanggung jawab ataupun pihak mana pun.
Dengan demikian, hak asasi anak dapat ditegakkan. Pemajuan dan Penegakan HAM di
Indonesia Era Reformasi Pada periode 1998–2005, pemajuan dan penegakan HAM di
Indonesia memasuki tahapan status penentu dan tahap penataan aturan secara konsisten. Pada
tahap ini pemerintah menerima norma internasional HAM, baik melalui ratifikasi maupun
institusionalisasi nilai HAM.
Selanjutnya, pada tahun 2006 pemajuan dan penegakan HAM dilakukan dengan cara
melakukan reformasi kelembagaan HAM. Akan tetapi, proses pemajuan dan penegakan
HAM di Indonesia selama kurun 2006 ini dinilai kurang berhasil. Reformasi kelembagaan
HAM mengalami kemacetan, instrumen HAM yang ada justru lumpuh dan macet dalam
menangani kasus-kasus pelanggaran HAM tingkat berat. Sepanjang tahun 2007, banyak
kemajuan yang dicapai bangsa Indonesia dalam kaitannya dengan upaya penegakan HAM.

Keberhasilan pada tahun 2007 ini tampak pada pembentukan berbagai instrumen HAM
seperti melakukan revisi terhadap KUHP, membentuk Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun
2007 tentang Susunan Catatan HAM Awal Tahun 2008, dan membentuk Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang, serta Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Asing. Selain itu, pada September 2007
pemilihan 11 anggota baru Komisi Nasional HAM dipilih melalui sebuah proses panjang
yang relatif lebih transparan dan mengutamakan kapasitas personal para calon anggota.

Pada tahun 2008 upaya pemajuan dan penegakan HAM dititik beratkan pada kinerja aktor
politik dan pemerintah serta lembaga-lembaga negara. Kinerja para pihak tersebut sangat
menentukan perkembangan demokrasi dan hak asasi manusia. Begitu juga pada tahun 2009.

Menegakkan HAM bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah. Akan tetapi,


tanggung jawab semua komponen masyarakat Indonesia seperti pemerintah dan aparatnya
(Polri dan TNI), lembaga-lembaga HAM, aktivis HAM, dan semua warga negara Indonesia
pada umumnya. Semua komponen masyarakat Indonesia sangat diharapkan keterlibatannya
dalam upaya pemajuan, penghormatan, dan penegakan HAM.

Instrumen HAM di Indonesia


Instrumen Hak Asasi Manusia di Indonesia antara lain :
1. UUD 1945
Dalam UUD 1945 telah termuat secara lengkap tentang Hak Asasi Manusia. Secara garis
besar Hak Asasi Manusia yang tercantum dalam UUD 1945 adalah sebagai berikut :
a. Pembukaan UUD 1945 Alenia I memuat tentang hak asasi manusia sebagai hak segala
bangsa.
b. Batang tubuh UUD 1945 pasal 27, 28, 28D ayat 3, 30, 31 memuat tentang hak asasi
manusia sebagai warga negara.
c. Batang tubuh UUD 1945 pasal 29 ayat 2 memuat tentang Hak asasi manusia tentang
hak tiap-tiap penduduk.
d. Batang tubuh UUD 1945 pasal 28A sampai 28J memuat tentang Hak asasi manusia
sebagai hak individu.
2. Tap MPR No. XVII/MPR/1998 tentang hak asasi manusia.
Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang HAM disyahkan oleh rapat paripurna
Sidang Istimewa MPR pada 13 November 1998. Dalam ketetapan ini menugaskan kepada
lembaga tinggi negara dan seluruh aparatur negara untuk menghormati, menegakkan dan
menyebarluaskan pemahaman mengenai hak asasi manusia kepada seluruh masyarakat.
3. Undang-Undang RI No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Undang-Undang ini memuat 11 bab, 106 pasal. Didalam Bab I Pasal 1 di jelaskan hal hal
berikut:
a. Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan yang maha esa dan merupakan
anugerahNya yang wajib di hormati dan dilindungi oleh Negara, Hukum, Pemerintah
dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
b. Kewajiban dasar manusia adalah seperangkat kewajiban yang apabila tidak
dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak asasi manusia.
c. Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan atau pengecualian yang langsung
maupun tidak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku,
ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status  ekonomi, jenis kelamin, bahasa,
keyakinan politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan atau penghapusan
pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan Hak asasi manusi dan kebebasan dasar
dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi,
Hukum, sosial budaya dan aspek kehidupan lain.

Peran serta pemerintah dalam penegakan HAM di Indonesia
kewajiban dan tanggung jawab pemerintah terhadap HAM sesuai dengan UU No. 39
1999 tentang HAM adalah sebagai berikut:
1. pemerintah wajib bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakkan, dan
memajukan hak asasi manusia, sesuai peraturan perundang-undangan, dan hukum
internasional tentang HAM yang diterima oleh negara Republik Indonesia (pasal 71).
2. Kewajiban dan tanggung jawab pemerintah meliputi langkah implementasi yang efektif
dalam hukum, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan negara, dan bidang
lain (pasal 72).

Peran KOMNAS HAM alat perjuangan penegakkan HAM di Indonesia


1. komnas HAM dibentuk dengan tujuan:
2. mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai
dengan pancasila, UUD 1945, dan piagam PBB, serta deklarasi universal Hak Asasi
Manusia.
3. Meningkatkan perlindungan dan penegakkan hak asasi manusia guna berkembangnya
pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya berpartisipasi dalam
berbagai kehidupan.

Untuk melaksanakan fungsi mediasi, Komnas HAM bertugas dan berwenang melakukan:
1. perdamaian kedua belah pihak.
2. penyelesaian erkara melalui cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi dan
penilaian ahli.
3. pemberian saran kepada para pihak untuk mennyelesaikan sengketa melalui
pengadilan.
4. penyampaian rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran HAM kepada pemerintah
untuk ditindaklanjuti penyelesaiannya.
5. penyampaian rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran HAM kepada dewan
perwakilan rakyat Republik Indonesia untuk ditindaklanjuti.
Tentang partisipasi perlindungan dan penegakan HAM di Indonesia maka Komnas HAM
menekankan:
1. membantu terwujudnya peradilan yang kredibel.
2. memprakarsai dan atau memfasilitasi pembentukan komisi HAM di daerah-daerah.
3. mengatasi pelanggaran HAM berat (groos-violation of human rights).
4. meningkatkan kemampian para penegak hukum dalam menangani kasus-kasus
pelanggaran HAM pada umumnya, hak anak dan hak perempuan pada khususnya.
5. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang perspektif gender dan
hak anak.
6. Menjamin berlanjutnya proses hukum secara tuntas terhadap kasus-kasus pelanggaran
hak asasi manusia.
7. Membuat kriteria dan indikator pelanggaran ha asasi manusia yang jelas bagi penegak
hukum.

Perlindungan Hak Asasi Manusia Universal


Pembukaan PBB mengumandangkan kepercayaan dalam hak-hak asasi manusia,
kemuliaan, dan nilai orang per orang dalam kesamaan hak antara wanita dan pria. Dalam
piagam kemuliaan tersebut berkali-kali diulang bahwa PBB akan mendorong,
mengembangkan, dan mendukung penghormatan secara universal dan efektif hak-hak asasi
manusia dan kebebasan-kebebasan pokok bagi semua tanpa membedakan suku, gender,
bahasa dan agama.

Selanjutnya menjadi tugas dan wewenang Majelis Umum PBB di bantu Dewan
Ekonomi dan Sosial beserta komisi hak asasi manusia dan mekanisme HAM PBB lainnya
menjabarkan lenih lanjut dalam pelaksanaan misinya. Dewan Ekonomi dan Sosial yang
membantu tugas Majelis Umum dalam menangani HAM dapat pula membentuk komisi,
misalnya Komisi Hak Asasi Manusia beranggotakan 53 negara dan mempunyai tugas
menyiapkan rekomendasi dan laporan mengenai perjanjian intrnasional tentang hak-hak
asasi, konvensi-konvensi dan deklarasi internasional tentang kebebasan sipil, informasi,
perlindungan kelompok minoritas, pencegahan diskriminasi atas dasar suku, gender, bahasa,
agama dan masalah lain yang berkaitan dengan HAM.

Khusus mengenai wanita dibentuk komisi mengenai status wanita yang


beranggotakan 45 negara yang bertindak dalam kapasitas pribadi. Komisi ini bertugas
menyiapkan laporan-laporan mengenai promosi hak-hak wanita dibidang politik, ekonomi,
sosial dan pendidikan, sera membuat  rekomendasi kepada dewan ekonomi dan sosial tentang
masalah yang membutuhkan perhatian di bidang HAM.

Disamping itu ada dua badan khusus PBB yang juga menangani masalah HAM, yaitu
oraganisasi buruh sedunia (ILO) yang brtugas memperbaiki syarat-syarat kerja dan hidup
para buruh dan membuat rekomendasi standar minimum dibidang gaji, jam kerja, syarat-
syarat pekerjaan dan jaminan sosial. Badan kedua adalah UNESCO yang mempunyai tugas
meningkatkan kerjasama antar bangsa melalui pendidikan, ilmu pengetahuan, dan
kebudayaan.
Perkembang terakhir hukum pidana internasional adala disepakati
pembentukan International Crime Court (ICC). Dalam suatu sidang United Nations
Diplomatic Conference on Criminal Court 17 Juni 1998 di Roma Italia. Dengan disahkan
ICC sebagai badan baru PBB terwujudlah suatu badan peradilan internasional yang bersifat
tetap. Badan ini memiliki kekuasaan untuk melaksanakan yuridisdiksinya atas seseorang
yang melakukan kejahatan yang serius. Jenis kejahatan yang disepakati ICC, antara lain:

1. Pemusnahan, misal terhadap kelompok etnis atau penganut agama tertentu (The
Crime of Genocide)
2. Kejahatan melawan kemanusiaan (Crime Against humanity)
3. Penyerangan suatu bangsa atau Negara terhadap Negara lain. (The Crime of
Aggression)
4. Kejahatan perang.  (War Crimes)
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Penegakan HAM memiliki makna penghukuman kepada para pelaku pelanggaran


HAM sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di Indonesia sendiri
peraturan tentang HAM sudah jelas, dengan adanya UU Nomer 39 Tahun 1999. Indonesia
juga turut berkomitmen untuk ambil bagian menjadi garda terdepan dalam menjamin
terlaksananya penegakan HAM.

Komitmen tersebut ditunjukkan dengan adanya lembaga Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia atau yang akrab disebut KOMNAS HAM. Tentang peraturan hukum HAM,
Indonesia berpegang teguh kepada hukum tertinggi, kesamaan martabat, dan adanya jaminan
terhadap hak asasi manusia melalui cara-cara demokratis dan konstitusional.

Adanya perlindungan HAM oleh peraturan hukum akan mempermudah penegakan HAM
dalam suatu Negara.

Mengapa HAM perlu dilindungi oleh peraturan hukum, salah satu alasanya yaitu sebagai
jaminan serta pengakuan terhadak Hak Asasi Manusia sesuai pembukaan UUD 1945 pada
alenia 1 sampai 4, yang bunyinya :

 Alenia pertama : “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa..”
kalimat tersebut mengambarkan bahwa setiap bangsa pada dasarnya memiliki kesamaan
hak atas kebebasan untuk hidup.
 Alenia kedua : “…mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan
Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adail dan makmur”. Sesuai buyi
alenia kedua tersebut maka terdapat jaminan dalam hak di bidang ekonomi, keadilan, dan
politik.
 Alenia ketiga : ”Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa…supaya berkehidupan
kebangsaan yang bebas…”. Penyataan diatas memilik makna pengakuan terhadap hak
untuk memiliki hidup merdeka merupakan pemberiaan Yang Maha Kuasa. Maka sebab
itu, tak ada siapapun yang mengingkarinya.
 Alenia keempat : “melindungi segenap bangsa Indonesia dan selutuh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan khidupan bangsa, dan Negara
serta melaksanakan kesejahteraan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial…”. Penyataan tersebut mempunyai arti jika setiap
warga Negara berhak atas jaminan hidup sejahtera, aman, pendidikan, kemerdekaan,
kehidupan damai serta perlakuan adil.
DAFTAR PUSTAKA

Triwahyuningsih, S. (2018). Perlindungan dan penegakan hak asasi manusia (ham) di


indonesia. Legal Standing: Jurnal Ilmu Hukum, 2(2), 113-121.

Nasution, L. A. A., & Harahap, F. Y. (2019). Hak Asasi Manusia.

Kusnadi, S. P. Hakikat dan Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia (HAM).

Roza, D., & Arliman, L. (2018). Peran Pemerintah Daerah Di Dalam Melindungi Hak Anak
Di Indonesia. Masalah-Masalah Hukum, 47(1), 10-21.

RIO, A. (2014). KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH TERHADAP


PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA (Doctoral dissertation, Universitas
Andalas).

Arifin, R., & Lestari, L. E. (2019). Penegakan dan Perlindungan Hak Asasi manusia di
Indonesia dalam konteks implementasi sila kemanusiaan yang adil dan beradab. Jurnal
Komunikasi Hukum (JKH), 5(2), 12-25.

Kusniati, R. (2011). Sejarah Perlindungan Hak Hak Asasi Manusia dalam Kaitannya dengan
Konsepsi Negara Hukum. INOVATIF| Jurnal Ilmu Hukum, 4(5).

Anda mungkin juga menyukai