Anda di halaman 1dari 6

JENIS-JENIS DAN SIFAT NORMA

1. Pengertian Norma
Suatu pernyataan tentang realitas dikatakan benar, karena pernyataan tersebut
berhubungan dengan realitas atau pengalaman kita menunjukkan kesesuaian dengan
relitas tersebut. Suatu norma adalah pernyataan tentang realitas sehingga tidak dapat
dikatakan benar atau salah dengan ukuran realitas. Validitas norma bukan karena
keberlakuannya. Pertanyaan mengapa sesuatu yang seharusnya tidak terjadi harus
dijawab dengan penekanan pada akibat bahwa ada sesuatu yang terjadi, tetapi hanya
oleh penekanan bahwa sesuatu yang seharusnya terjadi.
Norma adalah suatu ukuran yang harus dipatuhi oleh seseorang dalam
hubungannnya dengan sesamanya atau dengan lingkungannya. Istilah norma berasal
dari bahasa latin, atau kaidah dalam bahasa arab, dan sering juga disebut pedoman,
patokan, atau aturan dalam bahasa Indonesia.
Suatu norma itu baru ada apabila terdapat lebih dari satu orang, karena norma itu
pada dasarnya mengatur tatacara bertingkah laku seseorang terhadap orang lain, atau
terhadap lingkungannya. Setiap norma itu mengandung suruhan-suruhan yang didalam
bahasa asing disebut dengan das Sollen ( ought to be/ought to do ).
Norma hukum itu dapat dibentuk secara tertulis ataupun tidak tertulis oleh
lembaga-lembaga yang membentuknya, sedangkan norma moral. adat, agama, dan
lainnya yang terjadi secara tidak tertulis, tumbuh dan berkembang dari kebiasaan-
kebiasaan yang ada dalam masyarakat.
2. Norma Superior Dan Norma Inferior
Analisis hukum yang menyingkap karakter dinamis dari sistem normatif dan fungsi
norma dasar, juga menunjukkan kekhususan lebih lanjut dari hukum, yaitu: Hukum
mengatur kriterianya sendiri sepanjang suatu norma hukum menentukan cara norma
lain yang dibuat, dan juga isi dari norma tersebut. Sejak suatu norma hukum adalah
valid karena dibuat dengan cara yang ditentukan oleh norma hukum lain, maka norma
terakhir merupakan alasan validitas yang pertama.
Hubungan antara norma yang mengatur pembuatan norma lain dan norma lain
tersebut dapat disebut sebagai hubungan super dan subordinasi dalam konteks spasial.
Norma yang menentukan pembuatan norma lain adalah superior, sedangkan norma
yang dibuat adalah inferior. Tata Hukum, khususnya sebagai personifikasi negara bukan
merupakan sistem norma yang dikoordinasikan satu dengan yang lainnya, tetapi suatu
hierarki dari norma-norma yang memiliki level berbeda. Kesatuan norma ini disusun
oleh fakta bahwa pembuatan norma, yang lebih rendah, ditentukan oleh norma lain,
yang lebih tinggi. Pembuatan yang ditentukan oleh norma yang paling tinggi menjadi
alasan utama validitas keseluruhan tata hukum yang membentuk kesatuan.
3. Norma Statis Dan Dinamis
Terkait dengan subtansi norma dasar, Hans Kalsen membedakan dua jenis norma atau
sistem norma. Keduanya adalah sistem norma statis (the static system of norm) dan
sistem norma dinamis (the dinamic system of norm).
a. Sistem norma statis adalah sistem yang melihat suatu norma dari segi isi atau materi
muatan norma itu sendiri. Isinya menunjukan kualitas yang terbukti secara lansung
menjamin validitasnya. Contohnya sebagai berikut :
1. Dari suatu umum yang menyatakan 'hendaknya engkau menghormati orang tua'
dapat ditarik/dirinci menjadi norma-norma khusus seperti kewajiban membantu
orang tua kalau ia dalam kesusahan, atau kewajiban merawatnya kalau orang
tua itu sedang sakit dan sebagainya.

2. Dari suatu norma umum yang menyatakan 'hendaknya engkau menjalankan


perintah agama' dapat ditarik/dirinci menjadi normanorma khusus seperti
kewajiban menjalankan sholat lima waktu, menjalankan puasa pada waktunya,
membayar zakat-fitrah, dan lain sebagainya.
b. Sistem norma yang dinamis adalah suatu sistem norma yang melihat pada
penerapan suatu norma dari cara pembentukannya dan penghapusannya. Menurut
hans kelsen, norma itu berjenjang jenjang dan berlapis-lapis dalam susunan yang
hierarkis, dimana norma yang lebih tinggi berlaku, bersumber, dan berdasarkan
pada norma yang lebih tinggi lagi, demikian seterusnya pada akhirnya ' regressus' ini
berhenti pada norma yang paling tinggi yang disebut norma dasar ( grundnorm )
yang tidak dapat lagi mencari siapa pun pembuatnya atau dari mana asalnya. Norma
dasar atau biasa yang disebut grundnorm , basicnorm , atau fundamentalnormini
merupakan norma yang tertinggi yang berlakunya tidak berdasar dan tidak
bersumber pada norma yang lebih tinggi lagi, tetapi berlaku berdasarkan praduga ,
yaitu lebih dahulu ditetapkan oleh masyarakat.

Nampaknya dari konsep system norma dinamis yang dikostruksi Hans Kalsen di atas
menunjukan bahwa organ-organ Negara yang mempunyai kewenangan membentuk hukum
dapat ditelusuri validitasnya melalui suatu hubungan kelembagaan yang hirarkis. Konsep ini
dapat dipahami sebagai suatu konsekuensi dari karakter pembentukan norma hukum yang
hirarki.

Hirarki tersebut menurut perspektif system norma dinamis tentu saja disesuaikan
dengan struktur kelembagaan atau ketetanegaraan yang dianut olch suatu Negara yang diatur
dalam konstitusinya. Selain itu, dua konsep norma hukum tersebut dalam perspektif system
norma statis dan norma dinamis dapat menjadi penuntun untuk memahami bahwa suatu
norma selain dapat dilihat atau dipahami segi validitas materi muatannya, juga dapat dilihat
atau dipahami segi validitas dasar dan prosedur pembentukannya serta jika ada validitas materi
muatan dan organ pembentuk norma selanjutnya- lebih rendah alau yang didelegasikan. Lebih
tegasnya, baik aspek materi muatan maupun aspek organ yang membentuk suatu norma tidak
boleh bertentangan dengan norma diatasnya yang menentukannya.
Pernyataan Hans Kalsen diatas menunjukan bahwa tidak ada jaminan norma yang lebih
rendah selalu sesui dengan norma yang lebih tinggi yang menentukan dan materi muatan
norma yang lebih rendah tersebut. Namun menurut kostruksi tata hukum penentuan terhadap
konflik norma tersebut diserahkan kepada lembaga yang berwenang. Hans Kalsen menyebut
organ yang berwenang tersebut adalah pengadilan. Organ pengadilan tersebut diberi hak untuk
memberikan keputusan akhir dari perkara tersebut dan keputusannya itu menjadikan perkara
tersebut res judikata.
Dari paradikma yang dikonstruksi Hans Kalsen di atas dalam hal terjadinya konflik norma
menunjukkan pula bahwa ia mensyaratkan terbentuknya suatu organ yang menentukan
konstitsionalitas atau legalitas suatu norma dengan perkataan lain, harus diadakan
instituonalisasi judicial reviw.
Jadi pada prinsipnya setiap norma hukum selalu valid, tidak batal (null), tetapi ia dapat
dibatalkan oleh suatu lembaga atau organ yang berkompeten dengan alasan tertentu menurut
tata hukum. Konsekwensinya, suatu norma hukum harus selalu dianggap valid sampai ia
dibatalkan manakala lembaga yang berkompoten memutuskan demikian melalui judicial reviw
atau jika norma hukum tersebut adalah undang-undang, maka ia pula lazimnya dibatalkan oleh
undang-undang lain menurut asas Lex posterior derogate priori atau dengan desuetude.

4. Norma Hukum Vertikal Dan Horizontal


a) Dinamika norma hukum yang vertical adalah dinamika yang berjenjang dari atas
ke bawah, atau dari bawah ke atas. Dalam dinamika yang vertikal ini suatu
norma hukum itu berlaku, bersumber dan berdasar pada norma hukum
diatasnya, norma hukum yang berada di atasnya berlaku, bersumber dan
berdasar pada norma hukum yang diatasnya, demikian seterusnya sampai pada
suatu norma hukum yang menjadi dasar dari semua norma hukum yang di
bawahnya.
b) Dinamika norma hukum yang horizontal adalah dinamika yang bergeraknya tidak
ke atas atau ke bawah, tetapi ke samping. Dinamika norma horizontal ini tidak
membentuk norma hukum baru tetapi tapi bergerak ke samping karena adanya
suatu analogi.
Contoh :
misalnya dalam kasus tentang pemerkosaan, seorang hakim telah
mengadakan suatu penarikan secara analogi dari ketentuan tentang
perusakan barang sehingga terhadap suatu pemerkosaan, selain
dikenakan sanksi pidana dapat juga diberikan sanksi pembayaran ganti
rugi.
5. Norma Hukum Umum dan Perorangan
Norma hukum dari segi alamat yang dituju ( addressat ) dapat dibedakan antara
norma hulkum umum dan individu. Norma hukum umum adalah suatu norma hukum
yang ditujukan untuk orang banyak dan tidak tertentu. Norma hukum umum sering
dirumuskan dengan 'Barang siapa, atau 'Setiap orang, ataupun 'Setiap warga negara,
dan sebagainya sesuai dengan alamat yang dituju. Norma hukum individual adalah
norma hukum yang ditujukan atau dialamatkan ( addressatnya ) pada seseorang, atau
banyak orang yang memiliki tertentu sehingga norma hukum yang individual ini
biasanya dirumuskan dengan kalimat berikut.
" Syafei Bin Muhammad Sukri bertempat tinggal di Jl. Pajajaran Raya No. 1 Jakarta."
"Para pengemudi bis lota jurusan Suta yang beroperasi antara jam 07.00 sampai 08.00
pada tangggal 1 Januari 2011."

6. Norma Hukum Abstrak dan Kongkret


Norma hukum abstrak adalah suatu norma hukum yang melihat pada perbuatan
seseorang yang tidak ada batasnya dalam arti tidak kongkret. Norma hukum abstrak
merumuskan suatu perbuaan secara abstrak, misalnya : mencuri, membunuh,
menebang pohon, dan sebagainya.
Sedangkan norma hukum kongkret adalah melihat perbuatan seseorang lebih
nyata.
7. Norma Hukum Einmahlig Dan Dauerhaftig
a) Norma hukum einmahlig adalah norma hukum yang berlakunya hanya satu kali
dan setelah itu selesai, jadi hanya menetapkan saja, sehingga dengan penetapan
ini norma hukum tersebut selesai. Contohnya adalah penetapan seseorang
menjadi pegawai.
b) Norma hukum dauerhaftig adalah norma hukum yang berlaku terus-menerus
sampai peraturan itu dicabut atau diganti dengan peraturan yang baru.
8. Norma Hukum Tunggal Dan Berpasangan
a) Norma hukum tunggal adalah suatu norma hukum yang berdiri sendiri dan tidak
diikuti oleh suatu norma hukum lainnya, jadi isinya hanya suatu suruhan ( das
Sollen ) tentang bagaimana kita harus bertindak atau bertingkah laku.
Contohnya: Presiden memberi grasi, amnesti, abolisi, dan rehabilitasi.
b) Norma hukum pasangan terdiri dari norma hukum primer dan sekunder. Norma
hukum primer adalah suatu norma hukum yang berisi aturan bagaimana cara
kita harus berprilaku dalam masyarakat. Norma hukum primer ini biasa disebut
das Sollen atau disebutkan dengan istilah 'hendaknya'. Contohnya: "hendaknya
kamu tidak mencuri".
c) Norma hukum sekunder adalah norma hukum yang berisi tata cara
penanggulangannya apabila norma hukum primer tidak dipenuhi. Norma hukum
primer ini memberi pedoman bagi penegak hukum untuk bertindak apabila
norma hukum primer tidak dipenuhi. Contohnya: apabila seseorang membunuh
dihukum 15 tahun penjara.

Dari norma-norma-norma tersebut yang membedakan antara norma hukum umum-


individu, norma hukum abstrak dan kongkret, serta norma hukum yang satu kali selesai, berlaku
terus menerus, maka norma hukum yang termasuk dalam suatu peraturan perundang-
undangan adalah suatu norma hukum yang bersifat abstrak umum dan berlaku terus menerus,
sedangkan norma hukum yang bersifat individual kongkret dan sekali selesai merupakan
keputusan yang menetapkan ( beschikking ). Di samping norma hukum yang termasuk dalam
peraturan perundang-undangan yang mengatur ( regeling ), yaitu yang umum-abstrak dan
berlaku terus menerus dan norma hukum yang bersifat menetapkan ( beschikking ) yaitu yang
individual-kongkret dan sekali saja.

Anda mungkin juga menyukai