ADE SORAYA, S.H., M.H A. Ilmu hukum Normatif • Menurut D.H.M Meuwissen, dogmatika hukum (rechtsdogmatiek) atau ilmu hukum dogmatik mencakup semua kegiatan ilmiah yang diarahkan untuk mempelajari isi dari sebuah tatanan hukum positif yang konkret. • Ilmu hukum Normatif adalah bagian ilmu hukum yang melihat dan mengkaji hukum dalam perwujudannya sebagai norma-norma hukum, dengan kata lain, ilmu tentang hukum normatif. Titik pusat perhatian dari ilmu hukum normatif adalah pada norma-norma hukum baik yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan maupun dalam putusan-putusan pengadilan. • L.J. Van Apeldoorn, titik pusat perhatian dari ilmu hukum normatif maupun kesenian hukum adalah pada norma-norma hukum. Penamaan kesenian hukum karena pekerjaan pembuatan norma- norma hukum dalam perundang-undangan, penetapan norma hukum melalui putusan pengadilan, dan pemberian pandangan tentang norma hukum dan ajaran hukum merupakan pekerjaan-pekerjaan yang memberi nilai. B. Istilah dan Pengertian Norma Istilah norma dari sudut bahasa: 1. Aturan/ketentuan yang mengikat warga kelompok di masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan, dan pengendali tingkah lakuyang sesuai dan berterima. 2. Aturan, ukuran, atau kaidah yang dipakai sebagai tolak ukur untuk menilai atau memperbandingkan sesuatu. Istilah norma itu sendiri berasal dari bahasa latin, norma yang artinya siku-siku yang fungsinya, yakni: 3. Menentukan bagaimana pergaulan hidup harus berjalan 4. Menilai apakah pergaulan hidup sudah sesuai dengan yang ditentukan itu. Dapat dikatakan bahwa norma adalah patokan atau ukuran untuk bersikap atau bertindak. Norma menjadi dasar untuk menentukan bagaimana orang seharusnya bersikap atau bertindak, dan di lain pihak, norma menjadi dasar untuk menilai apakah orang telah bersikap atau bertindak sesuai dengan yang ditentukan itu. C. Norma Hukum dan Norma-norma lainnya
Dalam kehidupan manusia dan pergaulan antarmanusia dikenal
adanya berbagai penggolongan norma yang paling umum yaitu pembedaan atas empat macam norma, yaitu; 1. Norma hukum, yaitu norma yang berlakunya dapat dipaksakan dengan bantuan alat-alat perlengkapan negara yang ditentukan untuk tugas yang bersangkutan. Hukum terutama memang merupakan norma-norma, yaitu norma-norma hukum. 2. Norma kesopanan, yaitu kaidah tentang tata krama dalam pergaulan masyarakat. Misalnya, kesopanan dalam berpakaian. 3. Norma kesusilaan, yaitu norma mengenai apa yang baik dan buruk berdasarkan pertimbangan hati nurani (akhlak) manusia. 4. Norma agama, yaitu “agama dalam arti sempit adalah hubungan Tuhan dan manusia”. Undang-undang di indonesia juga ada kalanya menyerahkan pengaturan hubungan antar manusia kepada kaidah agama, misalnya untuk sahnya suatu perkawinan. Dalam UU nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan pada pasal 2 ayat (1) ditentukan bahwa "perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaan itu". Menurut hukum Islam, pada saat perkawinan dilangsungkan untuk sahnya perkawinan harus dipenuhi rukun perkawinan Islam yang mewajibkan adanya: 1. Calon pengantin pria dan wanita. 2. Wali. 3. Saksi. 4. Akad nikah. Dua norma yang pertama yaitu norma hukum dan norma kesopanan memiliki kesamaan-kesamaan tertentu, yaitu: 1. Norma hukum dan norma kesopanan bersifat heteronom, yaitu ketaatan terutama disebabkan adanya paksaan dari luar individu itu sendiri yaitu paksaan berasal dari masyarakat. 2. Norma hukum dan norma kesopanan memberi peraturan peraturan untuk perbuatan lahiriah manusia. Oleh karena norma hukum terutama ditujukan kepada perbuatan lahiriyah maka dalam hukum dikenal asas cogitationis poenam nemo patitur, yaitu tidak seorangpun dapat dihukum hanya atas apa yang dipikirkannya. Perbedaan antara norma hukum dan norma kesopanan yaitu: 3. Paksaan (coercion) dalam kaidah hukum bersifat lebih keras dan tegas 4. Paksaan dalam kaidah hukum, umumnya dilaksanakan dengan bantuan pemerintah. Dua kaidah yang terakhir, yaitu kaidah kesusilaan dan kaidah agama bersifat otonom yaitu ketaatan terutama karena tuntutan dari dalam diri individu yang bersangkutan itu sendiri. D. Norma Hukum Imperatif/Memaksa dan Fakultatif/Menambah Berdasarkan sifatnya norma hukum dapat dibedakan atas: 1. Norma hukum yang bersifat imperatif (wajib) atau bersifat memaksa adalah norma terhadap mana orang- orang yang berkepentingan tidak boleh menyimpang dengan jalan perjanjian. 2. Norma hukum yang bersifat fakultatif atau bersifat menambah/melengkapi adalah norma yang tidak mengikat sepanjang para pihak yang berkepentingan tidak menentukan peraturan yang lain dengan perjanjian. E. Perintah dan Larangan Norma hukum yang bersifat perintah (gebod) dan yang bersifat larangan (verbod). 1. Norma yang bersifat perintah adalah norma yang memerintah orang berbuat (handelen) sesuatu dan jika orang tidak berbuat (nalaten) maka ia melanggar norma tersebut. 2. Norma yang bersifat larangan adalah norma yang melarang orang berbuat sesuatu dan jika orang berbuat sesuatu yang dilarang maka ia melanggar norma tersebut. Ada juga yang berpandangan bahwa selain bersifat perintah dan larangan ada pula norma hukum yang bersifat membolehkan, yang tidak mengandung perintah atau larangan, contohnya dispensasi kawin di bawah umur. F. Sollen-Sein Hans Kelsen 1881-1973, dalam teori hukumnya telah menekankan adanya perbedaan antara: 1. Das sollen, yang dapat diungkapkan dalam bahasa Inggris: what ought to be, atau apa yang seharusnya ada, 2. Das sein, yang dapat diungkapkan dalam bahasa Inggrisnya: what is, atau apa yang ada. Norma hukum merupakan das sollen apa yang seharusnya ada (what ought to be). Di pihak lain, sosiologi hukum, merupakan suatu ilmu tentang apa yang ada (what is) karena sosiologi hukum mendeskripsikan apa yang ada atau kenyataan kenyataan dalam masyarakat. Menurut Hans Kelsen, objek ilmu hukum yaitu norma hukum sebagai das sollen, sedangkan das sein merupakan objek dari sosiologi hukum. G. Keberlakuan Norma Hukum Berlakunya norma hukum dari suatu negara memiliki keterbatasan dalam dimensi waktu (time) dan ruang (space). 1. Keberlakuan norma hukum menurut waktu Keberlakuan norma hukum menurut waktu adalah berlakunya norma hukum mulai pada waktu tertentu dan berakhir pada waktu tertentu sekarang ini pada umumnya norma hukum hanya mengikat ke depan dan tidak berlaku surut. Berlakunya suatu norma hukum dapat berakhir pada waktu tertentu. Hal ini terjadi dalam hal: a. Apabila ada norma yang dibuat kemudian di mana dinyatakan bahwa suatu norma sebelumnya tidak berlaku lagi titik jika suatu undang- undang mengatur pokok yang sama dengan suatu undang-undang yang sebelumnya berlaku maka dalam undang-undang yang baru ini umumnya ada ketentuan yang menegaskan bahwa dengan berlakunya undang-undang ini maka undang-undang yang lama tersebut tidak berlaku. b. Norma itu sendiri menentukan waktu berlakunya sampai berakhirnya situasi tertentu. 2. Keberlakuan norma hukum menurut tempat Keberlakuan norma hukum menurut tempat adalah berlakunya norma hukum di tempat tertentu. Sekarang ini, pada umumnya norma hukum berlaku jika peristiwa terjadi di tempat yang merupakan wilayah yurisdiksi atau kewenangan mengadili negara pembuat norma hukum tersebut. Keberlakuan norma hukum menurut tempat ini merupakan suatu asas yang dinamakan asas teritorialitas. Sekarang ini juga terdapat perluasan yurisdiksi, yaitu jika peristiwa terjadi di luar wilayah negara tetapi masih di dalam kapal laut atau pesawat udara yang terdaftar atas nama negara tertentu maka norma-norma hukum dari negara tertentu itu diberlakukan terhadap peristiwa yang bersangkutan.
3. Keberlakuan norma hukum menurut orang
Keberlakuan norma hukum menurut orang adalah berlakunya norma hukum dengan melihat orang yang menjadi pelaku dari peristiwa tersebut. Seseorang mungkin saja berada di luar wilayah negaranya sendiri, tetapi dalam hal tertentu norma-norma hukum negaranya dapat diberlakukan terhadap dirinya jika ia kembali ke wilayah negaranya. Dalam hukum pidana Indonesia keberlakuan hukum menurut orang ini dinamakan asas nasionalitas aktif, yaitu norma hukum pidana Indonesia berlaku bagi warga negara Indonesia yang ketika di luar Indonesia melakukan suatu kejahatan menurut hukum pidana Indonesia dengan syarat bagi perbuatan itu juga merupakan tindak pidana di negara di mana perbuatan itu dilakukan.
4. Keberlakuan norma hukum menurut materi (soal)
Keberlakuan norma hukum menurut soal adalah berlakunya norma hukum dengan melihat soal atau material perkara.Dalam hukum pidana Indonesia, ada dua pokok yang berkenaan dengan hal ini, dan diberlakukan norma hukum pidana Indonesia yaitu: a. Perbuatan-perbuatan tertentu yang dilakukan di luar Indonesia yang merugikan kepentingan nasional Indonesia ini dinamakan asas nasionalitas pasif b. Perbuatan-perbuatan tertentu yang dilakukan di luar Indonesia yang merupakan kejahatan internasional tertentu seperti kejahatan pembajakan, di laut dan di pesawat udara serta kejahatan mengenai mata uang dan uang kertas ini dinamakan asas universalitas. TERIMA KASIH