INDONESIA FA R I D A N U R U N N A Z A H , S . H I . , M H PENGERTIAN
1. Bellefroid, berpendapat bahwa asas hukum adalah norma
dasar yang dijabarkan dari hukum positif dan yang oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan-aturan yang lebih umum. 2. Van Scholten,berpendapat bahwaasas hukum adalah kecenderungan yang disyaratkan oleh pandangan kesusilaan kita pada hukum dan merupakan sifat-sifat umum dengan segala keterbatasannya sebagai pembawaan yang umum itu, tetapi yang tidak boleh tidak harus ada. 3. Van Eikema Hommes,berpendapat asas hukum bukanlah norma-norma hukum konkrit, tetapi ia adalah sebagai dasar- dasar pikiran umum atau petunjuk-petunjuk bagi hukum yang berlaku. 4. Van der Velden, berpendapat asas hukum adalah tipe putusan yang digunakan sebagai tolak ukur untuk menilai situasi atau digunakan sebagai pedoman berperilaku. Dari pengertian-pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa asas hukum bukan merupakan hukum konkrit, melainkan merupakan pikiran dasar yang umum dan abstrak, atau merupakan latar belakang peraturan konkrit yang terdapat di dalam dan di belakang setiap sistem hukum yang terjelma dalam peraturan perundang-undangan dan putusan hakim yang merupakan hukum positif dan dapat diketemukan dengan mencari sifat-sifat umum dalam peraturan konkrit tersebut. Atau lebih ringkasnya, asas hukum merupakan latar belakang dari terbentuknya suatu hukum konkrit Menurut Stammler, harus dibedakan antara “the concept of law” dengan “the idea of law” yang menjabarkan bahwa the idea of law merupakan realisasi keadilan dengan pemahaman sebagai berikut: a. Semua hukum positif merupakan usaha menuju hukum yang adil; b. Hukum alam berusaha membuat suatu metode yang rasional yang dapat digunakan untuk menentukan suatu kebenaran yang relatif dari hukum pada setiap situasi; c. Metode itu diharapkan menjadi pemandu jika hukum itu gagal dalam ujian dan membawanya lebih dekat pada tujuannya; d. Hukum adalah suatu struktur yang demikian itu, kita harus mengabstrasikan tujuan-tujuan tersebut dari kehidupan sosial yang nyata; e. Dengan bantuan analisis yang logis, kita akan menemukan asas-asas penyusunan hukum (juridical organisation) tertentu yang mutlak sah, yang akan menmandu kita dengan aman, dalam memberikan penilaian tentang tujuan manakah yang layak untuk di peroleh pengakuan oleh hukum dan bagaimana kah tujuan itu berhubungan satu sama lain secara hukum (jurally related). ASAS HUKUM SECARA UMUM
Setidaknya, ada 4 asas penting dalam pembentukan hukum di
Indonesia, yaitu: 1. Asas legalitas atau undang-undang tidak berlaku surut atau asas non rectro active, 2. Asas lex specialis derogate legi generalis, 3. Asas lex superior derogate legi inferiori, dan 4. Asas lex posterior derogate legi inferiori. 1. Asas Legalitas, Asas legalitas mengandung makna umum bahwa setiap perbuatan harus didasarkan pada peraturan perundang- undangan yang berlaku. Asas legalitas tidak hanya dikenal dalam Hukum Pidana, tetapi juga dalam bidang hukum lainnya, seperti Hukum Islam, Hukum Internasional, dan juga Hukum Administrasi Negara. Dalam Hukum Pidana asas legalitas ini dikenal juga dengan istilah Nullum Delictum Noela Poena Sine Praevia Legi Poenale yang diatur pada Pasal 1 Ayat (1) KUHP. Yaitu asas yang menentukan bahwa tiap-tiap perbuatan pidana harus ditentukan sedemikian rupa oleh suatu aturan undang-undang. Tidak ada suatu perbuatan dapat dihukum tanpa ada peraturan yang mengatur perbuatan tersebut sebelumnya. 2. Asas Lex Specialis Derogate Legi Generalis, Adalah asas penafsiran hukum yang menyatakan bahwa hukum yang bersifat khusus (lex specialis) mengesampingkan hukum yang bersifat umum (lex generalis). Misalnya, dalam pasal 18 UUD 1945, gubernur, bupati, dan wali kota harus dipilih secara demokratis. Aturan ini bersifat umum (lex generalis), dan ia dikesampingkan apabila ada hukum yang mengatur secara khusus. Contoh konkret: a. Pasal yang sama juga menghormati pemerintahan daerah yang bersifat khusus (lex specialis), sehingga keistimewaan daerah yang gubernurnya tidak dipilih secara demokratis seperti Daerah Istimewa Yogyakarta tetap dipertahankan. b. Di Provinsi DKI Jakarta, wali kota ditunjuk Gubernur sesuai dengan UU Administrasi DKI Jakarta. c. Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam hukum diberlakukan adalah hukum syari’at (qanun) dan para calon kepala daerah diwajibkan tes baca tulis al-Qur’an. d. Di Provinsi Papua, gubernur dan wakilnya adalah orang asli Papua serta terbentuknya Majelis Rakyat Papua yang beranggotakan orang asli Papua yang terdiri atas wakil- wakil adat, wakil-wakil agama, dan wakil-wakil perempuan. 3. Asas Lex Superior Derogate Legi Inferiori, Adalah asas hukum yang menyatakan bahwa hukum yang tinggi (lex superior) mengesampingkan hukum yang rendah (lex inferior). Asas ini biasanya sebagai asas hierarki. Ketentuan peraturan (UU) yang mempunyai derajat lebih tinggi didahulukan pemanfaatannya atau penyebutannya daripada ketentuan yang mempunyai derajat lebih rendah. Jika terjadi pertentangan antara UU yang lebih tinggi dengan yang lebih rendah, maka yang diberlakukan adalah ketentuan yang lebih tinggi. 4. Asas Lex Posterior Derogate Legi Inferiori, Adalah asas penafsiran hukum yang menyatakan bahwa hukum yang terbaru (lex posterior) mengesampingkan hukum yang lama (lex prior). Atau bisa disebutkan bahwa Undang-Undang yang baru dapat mengesampingkan Undang-Undang yang lama. Asas ini biasanya digunakan dalam hukum nasional juga hukum internasional. Contoh: Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman dapat dikesampingkan oleh Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.