Anda di halaman 1dari 121

I.

PENDAHULUAN
1. TINJAUAN UMUM TENTANG FILSAFAT
a. Pengertian.
Filsafat adalah induk pengetahuan dan istilah filsafat sudah
dikenal sejak 2000 tahun yang lalu, yakni pada masa yunani
kuno, filasafat terdiri dari kata filo dan sofia yang berarti cinta
dan kebijaksanaan. Kata cinta disini dalam arti yang seluas-

Prof. H. Abdul Manan


luasnya atau sedalam-dalamnya , karena cinta yang dalam,
kemudian berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meraih
apa yang dicintai tersebut. Bijaksana dapat pula berarti
mengetahui secara sungguh-sungguh atau mengetahui
secara mendalam, secara harfiah filsafat dapat berarti cinta
pada kebijaksanaan. (H. Widi Hidayat dan Hj. Tri Ratnawati
dalam Filsafat Ilmu dan Logika Sains cet: 2 thn 2013 hal 15).
1
Filsafat adalah awal dari disiplin yang sangat terkait dengan
kebijaksanaan yang diambil dalam kehidupan manusia
guna bersikap, bertindak sesuai dengan norma-norma yang
ada untuk mencapai tujuan/maksud dalam memecahkan
suatu masalah atau upaya untuk mencari suatu kebenaran ,
prinsip dan penyebab realita yang ada .

Prof. H. Abdul Manan


Filsafat merupakan sebuah disiplin ilmu yang terkait dengan
perihal kebijaksanaan. Kebijaksanaan merupakan wujud
ideal dalam kehidupan manusia, karena akan menjadikan
manusia, karena akan menjadikan manusia untuk bersikap
dan bertindak atas dasar pertimbangan kemanusiaan yang
tinggi (actus humanus), bukan asal bertindak sebagaimana
yang biasa dilakukan manusia (actus homini).
2
Kata filsafat dalam bahasa indonesia memiliki padanan kata
falsafah (Arab), Philosophy (Inggris) Philosophie (Jerman,
Belanda, dan Perancis). Semua kata itu, berasal dari bahasa
yunani Philosophia sendiri terdiri dari dua suku kata, yaitu
Philien, Philos, dan shopia. Philien berarti mencintai, philos
berati teman dan sophos berati bijaksana, sophia berarti
kebijaksanaan. Dengan demikian, menurut Ali Mudhafir ada

Prof. H. Abdul Manan


dua arti secara etimologi dari kata filsafat yang sedikit
berbeda. Pertama, apabila istilah filsafat mengacu pada asal
kata philien dan sophos, maka ia berarti mencintai hal-hal
yang bersifat bijaksana (ia menjadi sifat). Kedua, apabila
filsafat mengacu pada asal kata philos dan sophia, maka ia
berati teman kebijaksanaan ( filsafat menjadi kata benda).

3
Filsafat berasal dari bahasa yunani yang telah di-Arabkan. Kata
ini berasal dari dua kata “philos” dan “shopia” yang berarti
pecinta pengetahuan. Konon yang pertama kali menggunakan
kata “philoshop ” adalah Socrates (dan masih konon juga) Dia
menggunakan kata ini karena dua alasan, Pertama, kerendah-
hatian dia. Meskipun ia seorang yang pandai dan luas
pengetahuannya, dia tidak mau menyebut dirinya sebagai
orang yang pandai. Tetapi dia memilih untuk disebut pecinta

Prof. H. Abdul Manan


pengetahuan. Kedua, pada waktu itu, di yunani terdapat
beberapa orang yang menganggap diri mereka orang yang
pandai (shopis). Mereka pandai bersilat lidah, sehingga apa
yang mereka anggap benar adalah benar. Jadi kebenaran
tergantung apa yang mereka katakan. Kebenaran yang riil
tidak ada. Akhirnya manusia waktu itu terjangkit skeptis,
artinya mereka ragu-ragu terhadap sesuatu, karena apa yang
mereka anggap benar belum tentu benar dan kebenaran 4
tergantung orang-orang sophis.
Dia berhasil dalam upayanya itu dan mengalahkan kaum
sophis. Meski dia berhasil, ia tidak ingin dikatakan pandai,
tetapi ia memilih kata philoshop sebagai sindiran kepada
mereka yang sok pandai.

Pada mulanya kata filsafat berarti segala ilmu pengetahuan


yang dimiliki manusia. Mereka membagi filsafat kepada dua
bagian yakni, filsafat teoritis dan filsafat praktis. Filsafat

Prof. H. Abdul Manan


teoritis mencakup: (1) Ilmu pengetahuan alam, seperti : fisika,
biologi, ilmu pertambangan dan astronomi ; (2) Ilmu eksakta
dan matematika ; (3) Ilmu tentang ketuhanan dan metafisika.
Filsafat praktis mencakup : (1) Norma-norma (akhlak); (2)
Urusan rumah tangga; (3) Sosial dan politik. Filsuf adalah
orang yang mengetahui semua cabang-cabang ilmu
pengetahuan tadi. (Sumber: Suwardi Endraswara:Filsafat Ilmu
edisi revisi, yogyakarta 2017) 5
Kebijaksanaan tidaklah dapat dicapai dengan jalan biasa, ia
memerlukan langkah-langkah dan kebiasaan tertentu, khusus dan
istimewa. Menurut (Stefanus Supriyanto: filsafat Ilmu 2013)
beberapa kebiasaan tersebut antara lain:
a. Bersifat kritis, dengan merefleksikan (berfikir berulang-ulang,
memantul) secara kritis norma-norma adat, hukum, etis dan
agama. Menghindari kecongkakan mahatahu dan menyadari
keterbatasannya dalam menghasilkan gagasan/ide. Jadi berfikir

Prof. H. Abdul Manan


dengan menggunakan logika (asas, hukum, norma dalam
memperoleh kebenaran) dan mampu menimbang berbagai hal
secara objektif berdasar data dan analisis akal sehat.
b. Berfikir analitik artinya secara kritis mempelajari berbagai
pendapat para filsuf sebagi pisau analisis dalam melakukan
analisis setiap persoalan atau pernyataan, mana yang relevan
dan tidak, yang utama dan tidak.
6
c. Berfikir sintetik, artinya secara kritis melakukan kajian terhadap
pengetahuan baru dan memadukan hasil pengetahuan yang ada
(hasil analisis) menjadi pengetahuan baru yang lebih utuh tentang
alam semesta. Karena itu diperlukan selalu belajar (Intellectual
exercise).
d. Berfikir skeptik, menanyakan bukti atau fakta yang dapat
mendukung setiap pernyataan. Pernyataan benar bila ada fakta

Prof. H. Abdul Manan


pendukungnya.
e. Menelusuri hikmah butir-butir agama sebagai moral dalam berfikir,
menghasilkan pengetahuan baru. Berfilsafat memerlukan sikap
mental berupa kesetiaan pada kebenaran (a loyalty to truth).
Kesetiaan akan kebenaran juga akan melahirkan kejujuran. Socrates
dituduh menghasut generasi muda, kemudian ditahan dan
dihukum mati. Saat itu muridnya bisa melepaskannya, tetapi dia
lebih baik mati demi mempertahankan kebenaran yang dia tekuni.
7
b. Bagaimana asal mula filsafat
1). Ketakjuban (Thaumasia)
Ketakjuban atau kekaguman, keheranan pada objek
disekitarnya. Ketakjuban hanya mungkin dialami oleh
makhluk yang berakal budi. Dari ketakjuban menurut
Aristoteles adalah awal manusia berfikir. Objek ketakjuban
terbatas pada objek yang bisa ditangkap oleh indera

Prof. H. Abdul Manan


manusia termasuk akal budi.
2). Ketidakpuasan
Penjelasan peristiwa serta sifat-sifatnya yang terjadi di alam
pada mulanya didasarkan pada mitos yang irasional.
Kemudian orang mulai tidak puas dan mencari penjelasan
yang lebih pasti dan meyakinkan. Manusia mulai
menggunakan Rasio (akal) untuk bisa menjelaskan peristiwa
dan sifat alam tersebut. Penjelasan dengan rasio/akal budi 8
melahirkan filsafat.
3). Hasrat ingin tahu
Ketakjuban manusia telah melahirkan pertanyaan –
pertanyaan dan ketidakpuasan untuk memahami.
Kesemuanya membuat ingin tau dan mulai melakukan
pengamatan, penyelidikan, penelitian. Keingintahuan
tidak hanya pada wujudnya saja. Tetapi juga terarah pada
dasar dan hakikatnya. Keingintahuan juga lebih luas sampai

Prof. H. Abdul Manan


manusia puas akan apa/objek yang ingin diketahui.
4). Keraguan (Skeptis)
Keraguan adalah awal orang ingin bertanya, kemudian
mencari penjelasan yang benar. Keraguan bila disertai
hasrat ingin tahu, membuat manusia berfikir sampai
akhirnya mendapatkan kejelasan dan memahami objek
alam yang diragukan.
9
5). Berfikir Radikal
Artinya berfikir secara mendalam, untuk mencapai akar
persoalan yang dipermasalahkan. Berfikir radikal justru
hendak memperjelas realitas. Lewat penemuan serta
pemahaman akan keseluruhan realitas itu sendiri
6). Mencari asas
Artinya berusaha menemukan sesuatu yang menjadi

Prof. H. Abdul Manan


esensi realitas. Asas yang paling hakiki dari keseluruhan
realitas. Pemikiran filsafat menyangkut pengalaman umum
manusia dan bersifat universal.
7).Memburu kebenaran
Sifat dasar filsafat adalah memburu kebenaran yang
baru, yang lebih pasti. Kebenaran yang baru ditemukan,
juga terbuka dipersoalkan kembali demi menemukan
kebenaran yang lebih meyakinkan. 10
8). Mencari kejelasan
Salah satu munculnya filsafat karena adanya keraguan.
Untuk menghilangkan keraguan diperlukan kejelasan
tentang realitas. Tanpa kejelasan pengetahuan menjadi hal
yang mistik, serba teka-teki, rahasia, kabur, gelap dan tak
mungkin mencapai kebenaran.
9).Berpikir rasional

Prof. H. Abdul Manan


Berpikir secara radikal, mencari asas, memburu
kebenaran dan mencari kejelasan tidak mungkin terjadi
tanpa berpikir rasional. Berpikir rasional adalah berpikir
secara logis, kritis, koheren dan sistematik.

11
Fenomena

Kegelisahan, keheranan
Masukan
Menyangsikan, meragukan

Keingintahuan

Merenung:
1. Menyadari masalah (menguji prinsip,
menentukan pada objek yang lain)

Prof. H. Abdul Manan


Proses 2. Meragukan dan mengajukan ide.
3. Memeriksa penyelesaian sebelumnya
(berpikir koheren).
4. Menyarankan hipotesa.
5. Menguji konsekuensi (Verifikasi).
6. Menarik Kesimpulan
Berpikir untuk
mendapatkan
kebenaran/ kebajikan
Hasil
Menghasilkan: konsep, 12
Kejelasan obyek dan teori yang koheren,
pemahaman radikal dan
komprehensif
c. Kajian Filsafat
Kajian kefilsafatan meliputi;
 Yang ada (Being) yang ada, yang dapat diterima oleh akal
(ratio) dan budi atau jiwa.
 Kenyataan (Reality) Korespondensi dengan fakta atau
kenyataan sebagai yang dapat dipercaya dan ditangkap

Prof. H. Abdul Manan


indera.
 Eksistensi (Existance) mengandung pengertian ruang dan
waktu apa yang bisa ditangkap pancaindera. Insiden
adalah salah satu kajian dari ilmu Epidemiologi tentang
keberadaan penyakit menurut waktu dan penduduk dalam
periode tertentu. Olahraga maraton adalah contoh
eksistensi olahraga prestasi.
13
 Esensi (Essence) hakikat/makna barang sesuatu.
 Substansi (Substance) wahana bagi sifat-sifat. Setiap
substansi mengandung esensi dan tidak sebaliknya .
 Materi (Matter) Suatu jenis substansi.
 Bentuk (Form) Struktur, sistematika tertentu dari objek.
 Perubahan (Change) sebagai suatu proses, bisa berubah

Prof. H. Abdul Manan


strukturnya.
 Sebab-akibat (Causality) Sebab akibat menunjukkan
hubungan langsung substansi yang satu dengan substansi
yang lain.
 Hubungan (Relation) sebagai koneksi, Hubungan substansi
yang satu dengan yang lain, tetapi sebab hubungan oleh
adanya substansi lain.
14
Filsafat mengkaji banyak hal yang terkait dengan kehidupan
manusia , Bidang kajian tersebut disajikan pada Tabel berikut :
Bidang Kajian Filsafat Pertanyaan yang utama
Logika Apakah hukum penyimpulan yang lurus itu ?
Metodologi Apakah Teknik-teknik penyelidikan itu ?
F
Ontologi Apakah kenyataan itu ?
Epistemologi Apakah Kebenaran itu ?
Axiologi Apakah nilai atau kegunaan dari kebenaran itu?

Prof. H. Abdul Manan


Kosmologi Bagaimanakah keadaannya sehingga kenyataan itu
dapat teratur ?
Biologi Kefilsafatan Apakah hidup itu ?
Psikologi Kefilsafatan Apakah jiwa itu ?
Antropologi Kefilsafatan Apakah manusia itu ?

Sosiologi Kefilsafatan Apakah masyarakat dan negara itu ?


Etika Apakah yang baik itu ?
15
Estetika Apakah yang indah itu ?
d. Cabang Filsafat
Menurut Fuad Ihsan (2015 : hal 26) Para ahli filsafat biasanya
mempunyai pembagian yang berbeda-beda dalam membagi
bidang-bidang filsafat. Disini dikemukakan pendapat para
sarjana filsafat sebagai berikut:
1) H. De Vos menggolongkan filsafat sebagai berikut:
a. Metafisika
b. Logika

Prof. H. Abdul Manan


c. Ajaran tentang ilmu pengetahuan
d. filsafat alam
e. filasafat kebudayaan
f. filsafat sejarah
g. etika
h. estetika, dan
i. antropologi
16
2. Prof. Albuerey Castel membagi masalah-masalah filsafat
menjadi enam bagian :
a. Masalah teologis (theological problem)
b. masalah metafisika (metaphysical Problem)
c. masalah epistemologi (epistemological Problem)
d. masalah etika (ethical Problem)

Prof. H. Abdul Manan


e. masalah politik (political Problem)
f. masalah sejarah (historical Problem)
3. Dr. Richard H. Popkin dan Dr. Avrufn Astroll dalam buku
mereka, Philosophy made simple, membagi pembahasan
mereka ke dalam tujuh bagian (section), yaitu:
a. Section I Ethics (Etika)
b. Section II Political Philosophy
17
c. Section III Metaphysics (metafisika)
d. Section IV Philosophy of Religion (Filsafat Agama)
e. Section V Theory of Knowledge (Teori Pengetahuan)
f. Section VI Logics (Logika)
g. Section VII Contempory Philosophy

Prof. H. Abdul Manan


4. Dr. M.J Langeveld mengatakan: Filsafat adalah ilmu kesatuan
yang terdiri atas tiga lingkungan masalah:
a. lingkungan masalah keadaan (metafisika manusia, alam,
dan seterusnya)
b. lingkungan masalah pengetahuan (teori kebenaran, teori
pengetahuan, dan logika)
c. lingkungan masalah nilai (teori nilai etika, estetika yang
bernilai berdasarkan religi ) 18
5. Aristoteles, murid plato, mengadakan pembagian secara konkret dan
sistematis menjadi empat cabang, yaitu :
a. Logika. Ilmu ini dianggap sebagai ilmu pendahuluan bagi filsafat.
b. Filsafat teoritis cabang ini mencakup :
- Ilmu fisika yang mempersoalkan dunia materi dari alam nyata
ini.
- Ilmu matematika yang mempersoalkan benda-benda alam
dan kuantitasnya.
- Ilmu metafisika yang mempersoalkan hakikat segala sesuatu. Inilah

Prof. H. Abdul Manan


cabang yang paling utama dari filsafat.
c. Filsafat praktis. Cabang ini mencakup :
- Ilmu etika, yang mengatur kesusilaan dan kebahagiaan dalam
hidup perseorangan;
- Ilmu ekonomi yang mengatur kesusilaan dan kemakmuran
dalam keluarga (rumah tangga)
- Ilmu Politik, yang mengatur kesusilaan dan kemakmuran dalam
negara. 19
d - Filsafat poetika (Kesenian).
e. Kegunaan Filsafat
para ahli Filsafat telah memberikan catatan tentang kegunaan
filsafat, dalam kaitan ini fuad Ihsan, 2015.29 mengungkapkan
beberapa pendapat para ahli filsafat sebagai berikut:
a. Menurut Harold H. Titus, Filsafat adalah suatu usaha untuk
memahami alam semesta, maknanya dan nilainya. Apabila
tujuan ilmu adalah kontrol, dan dan tujuan seni adalah
kreativitas, kesempurnaan, bentuk keindahan komunikasi dan

Prof. H. Abdul Manan


ekspresi, maka tujuan filsafat adalah pengertian dan
kebijaksanaan (Understanding and wisdom).
b. Dr. Oemar Husein mengatakan : Ilmu memberi kepada kita
pengetahuan, dan filsafat memberikan hikmah. Filsafat
memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan
pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran.

20
c. S. Takdir Alisyahbana menulis dalam bukunya: Pembimbing ke
Filsafat. Metafisika, filsafat itu dapat memberikan ketenangan pikiran-
pikiran dan kemantapan hati, sekalipun menghadapi maut. Dalam
tujuannya yang tunggal (yaitu kebenaran) itu letaknya kebenaran,
kemuliaan, malahan kebangsawanan filsafat diantara kerja, manusia,
yang lain. Kebenaran dalam arti yang sedalam dalamnya dan seluas-
luasnya baginya, itulah tujuan tertinggi dan satu-satunya. Bagi manusia,
berfilsafat itu berarti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya, senetral-
netralnya degan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab
terhadap dasar hidup yang sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam,

Prof. H. Abdul Manan


ataupun kebenaran.

d. Radhakrisnan dalam bukunya, History of philosophy menyebutkan:


Tugas filsafat bukanlah sekadar mencerminkan semangat masa ketika
kita hadapi, melainkan membimbingnya maju. Fungsi filsafat adalah
kreatif, menerapkan nilai, menerapkan tujuan, menentukan arah dan
menuntun pada jalan baru. (sumber: drs. H.A. Fuad Ihsan : filsafat
ilmu, rineka cipta jakarta : 2015)
21
Menurut Fuad Ihsan : filsafat ilmu, rineka cipta jakarta : 2015. manfaat
mempelajari filsafat ada bermacam-macam. Namun sekurang-
kurangnya ada 4 macam faedah, yaitu:
a. Agar terlatih berfikir serius .
b. Agar mampu memahami filsafat.
c. Agar mungkin menjadi ahli filsafat.
d. agar belajar menjadi warga negara yang baik.
Berfilsafat adalah berusaha menemukan kebenaran tentang segala

Prof. H. Abdul Manan


sesuatu dengan menggunakan pemikiran secara serius. Kemampuan
berfikir serius diperlukan oleh orang biasa, penting bagi orang-orang
penting yang memegang posisi penting dalam membangun dunia.
Plato menghendaki kepala negara seharusnya filsuf. Kemampuan
berfikir serius itu, mendalam adalah salah satu cirinya, tidak akan
dimiliki tanpa melalui latihan. Belajar filsafat merupakan salah satu
bentuk latihan untuk memperoleh kemampuan untuk berfikir serius.
Kemampuan ini akan memberikan kemampuan memecahkan masalah
serius, menemukan akar permasalahan yang terdalam, menemukan 22
sebab, terakhir satu penampakan.
Mengetahui isi filsafat tidak perlu bagi setiap orang. Akan tetapi,
orang-orang ingin berpartisipasi di dalam membangun dunia
perlu mengetahui ajaran-ajaran filsafat. Mengapa ? Sudah
disebut sebelum ini, dunia dibentuk oleh dua kekuatan: agama
dan atau filsafat. Jika kita tahu filsafatnya, kita akan tahu tentang
manusianya . Yang dimiliki oleh manusia dan filsafat. Filasafat itu
sendiri adalah bagian penting atau inti kebudayaan.

Prof. H. Abdul Manan


dengan uraian diatas jelaslah bagi kita bahwa secara konkret
manfaat mempelajari filsafat adalah:
a. Filsafat menolong mendidik, membangun diri kita sendiri:
dengan berfikir lebih mendalam, kita mengalami dan
menyadari kerohanian kita.
b. Filsafat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk
melihat dan memecahkan persoalan-persoalan dalam hidup
sehari-hari. 23
c. Filsafat memberikan pandangan yang luas, membenteng
akuisme dari akusentrisme (dalam segala hal hanya melihat dan
mementingkan kepentingan dan kesenangan si aku).
d. Filsafat merupakan latihan untuk berfikir sendiri, hingga kita
tak hanya ikut-ikutan saja, membuntut pada pandangan umum,
percaya akan setiap semboyan dalam surat-surat kabar,
tetapi secara kritis menyelidiki apa yang dikemukakan orang,
mempunyai pendapat sendiri, berdiri sendiri, dengan cita-cita

Prof. H. Abdul Manan


mencari kebenaran.
e. Filsafat memberikan dasar-dasar, baik untuk hidup kita
sendiri (terutama dalam etika) maupun untuk ilmu-ilmu
pengetahuan lainnya, seperti sosiologi, ilmu jiwa, ilmu
mendidik, dan sebagainya.

24
f. Berfikir Filsafat
Sebagaimana dikutip oleh Widi Hidayat dan Tri Ratnawati dalam
bukunya filsafat ilmu dan logika sains cet: ke-2, 2013 hal 17-24, cara
berfikir filsafat (Kattsoff, 1982) :
1). Filsafat merupakan pemikiran secara sistematis , kegiatan
kefilsafatan adalah merenung dalam arti mencoba menyusun suatu
sistem pengetahuan yang rasional yang memadai untuk memahami
lingkungan dan diri kita sendiri.
2). Kegiatan kefilsafatan adalah pemikiran secara ketat dalam arti

Prof. H. Abdul Manan


filsafat sebagai perenungan mengusahakan kejelasan, keruntutan dan
keadaan memadainya pengetahuan, agar kita dapat memperoleh
pemahaman.
3). Filsafat membawa kita pada pemahaman dan pemahaman
membawa kita kepada tindakan yang lebih layak.
4). Filsafat merupakan pemikiran secara rasional, Perenungan
kefilsafatan berusaha menyusun suatu bagan konsepsional yang bersifat
rasional yaitu pemikiran secara logis berhubungan satu dengan yang lain
berisi kesimpulan yang diperoleh dari premise-premise yang disusun 25
secara baik.
5). Filsafat bersifat komprehensif atau menyeluruh dan tidak ada
sesuatupun yang berada di luar jangkauannya.

Filsafat merupakan usaha mencari kejelasan dan kecermatan secara gigih yang
dilakukan secara terus menerus. Perenungan kefilsafatan tidak berusaha
menemukan fakta-fakta namun filsafat menerimanya dari mereka yang
menemukannya. Filsafat selalu menunjuk fakta-fakta tersebut untuk menguji
apakah penjelasannya sudah memadai. Filsafat membahas fakta-fakta dengan
dua cara yaitu Filsafat mengajukan kritik atas makna yang dikandung fakta-fakta
dan Filsafat menarik kesimpulan yang bersifat umum dari fakta-fakta.

Prof. H. Abdul Manan


Selain cara tersebut di atas sebagian para ahli filsafat ada beberapa ciri lain
dalam pemikiran filsafat antara lain:
1). Merupakan suatu bagan konsepsional.
Konsep rencana rencana kerja merupakan hasil generalisasi serta abstraksi
dari pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses satu demi satu, karena
itu filsafat merupakan pemikiran tentang hal-hal seta proses-proses dalam
hubungan yang umum.
26
2). Adanya saling hubungan antar jawaban-jawaban kefilsafatan
kesukaran yang menyangkut pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan
pemikiran tentang proses pikiran, muncul segera setelah seseorang
berusaha untuk menjawab salah satu diantaranya: karena, usaha untuk
menjawab pertanyaan yang satu menyangkut pertanyaan-pertanyaan
yang lain.
3). Sebuah sistem filsafat harus bersifat koheren .
Perenungan kefilsafatan berusaha untuk menyusun suatu bagan yang
koheren, yang konsepsional. Secara singkat, yang penulis maksudkan
dengan istilah “Koheren” ialah runtut. Bagan konsepsional yang

Prof. H. Abdul Manan


merupakan hasil perenungan kefilsafatan haruslah bersifat “runtut”
(“consistent”), maka saya akan mencoba untuk menjawabnya dengan
pertama-tama memberi batasan terhadap kebalikan runtut. Kebalikannya
ini disebut “tidak runtut” (“inconsistent”) atau “bertentangan”
(“contradictory”)
4). Filsafat merupakan pemikiran secara rasional
perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu bagan konsepsional
yang bersifat rasional. Yang saya maksudkan dengan “ bagan konsepsional
yang bersifat rasional adalah bagan, yang bagian-bagiannya secara logis 27
berhubungan satu dengan yang lain.
5). Filsafat senantiasa bersifat menyeluruh (Komprehensif)
Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu bagan
konsepsional yang memadai untuk dunia tempat kita hidup maupun
diri kita sendiri. Dikatakan bahwa ilmu memberikan penjelasan tentang
kenyataan empiris yang dialami; filsafat berusaha untuk memperoleh
penjelasan mengenai ilmu sendiri. Tetapi sesungguhnya filsafat meliputi
banyak hal lagi. Filsafat berusaha memberikan penjelasan tentang
dunia seluruhnya, termasuk dirinya sendiri. Menurut sudut pandang ini ,
filsafat mencari kebenaran tentang segala sesuatu dan kebenaran ini

Prof. H. Abdul Manan


harus dinyatakan dalam bentuk yang paling umum.
6). merupakan suatu pandangan dunia
Secara singkat, perenungan kefilsafatan berusaha memahami segenap
kenyataan dengan jalan menyusun suatu pandangan dunia (biasanya
dipakai perkataan Jerman Weltanschauung) yang memberikan
keterangan tentang dunia dan semua hal yang ada didalamnya. Lama
berselang seorang filsuf lonia, Democritus (460-370 Sebelum Masehi),
memberikan kepada kita suatu pandangan dunia yang dikenal sebagai
“atomisme” yang dewasa ini masih agak banyak yang menganutnya.
28
7). Merupakan suatu definisi pendahuluan .
Seorang filsuf tidak pernah menerima suatu fakta “secara dangkal”.
Bahkan seorang ilmuwan yang baik tidak hanya berbicara mengenai
fakta-fakta. Ia juga mempunyai pandangan dunia; dan dalam
hubungannya dengan pandangan dunianya itu ia memandang fakta-
fakta yang dimilikinya.
8). Karakteristik berfikir filsafat.
Menurut Ali Mudhofir (1997-18) karakteristik berfikir filsafat
antara lain:

Prof. H. Abdul Manan


a) Radikal artinya berfikir sampai pada hakekat atau substansi yang
dipikirkannya.
b) Universal Artinya pemikiran filsafat menyangkut pengalaman
umum manusia, kekhususan berfikir filsafat menurut Jaspers terletak
pada hakekat atau substansi yg di pikirkannya.
c) Konseptual, artinya merupakan hasil generalisasi dan abstraksi
pengalaman manusia, misalnya apakah kebebasan itu?
d) Koheren dan konsisten, artinya koheren sesuai dengan kaedah 29
kaedah berfikir logis. Konsisten artinya tidak mengandung kontradiksi.
e) Sistematik, artinya pendapat kefilsafatan itu harus saling
berhubungan secara teratur dengan adanya maksud atau
tujuan tertentu.
f) Komprehensif, artinya menyeluruh, berfikir kefilsafatan
merupakan usaha menjelaskan alam semesta secara
keseluruhannya.
g) Bebas , artinya sampai batas-batas yang luas, berfikir

Prof. H. Abdul Manan


filsafat boleh dikatakan merupakan hasil pemikiran yang
bebas , merupakan hasil yakni bebas dari prasangka –
prasangka sosial, historis, kultural bahkan religius.
h) Bertanggung jawab, artinya seseorang yang berfilsafat
adalah orang yang berfikir sekaligus bertanggung jawab
terhadap hasil pemikirannya. Paling tidak terhadap hati
nuraninya sendiri. (Baca Dr. H. Zainal Asikin, SH. SU. Mengenal
Filsafat Hukum Pustaka Reka Cipta, Bandung , 2014. 30
II. FILSAFAT ILMU
1. Konsep Dasar Ilmu
Pengertian Ilmu dapat dirujuk pada kata ‘ilm (Arab), science
(Inggris), Watenchap (Belanda), dan Wissenschaf (Jerman).
Tinjauan ilmu dari sisi asal-usul bahasa ini, menandai bahwa
setiap bangsa memiliki pemahaman atas ilmu. Secara filsufi,
harre (1995:62) menulis ilmu adalah collection of well-
attested theories which explain the patterns regularities and

Prof. H. Abdul Manan


irregularities among carefully studied fenomena, atau
kumpulan teori-teori yang sudah diuji coba yang
menjelaskan tentang pola-pola yang teratur ataupun tidak
diantara fenomena yang dipelajari secara hati-hati.

31
ILMU (Sains)
 Berasal dari kata bahasa latin Scientia yang berarti knowledge.
 Ilmu dipahami sebagai proses penyelidikan yang berdisiplin
tertentu.
 Ilmu bertujuan untuk meramalkan dan memahami gejala-
gejala alam.
 Meramalkan tidak lain daripada sebuah proses melalui

Prof. H. Abdul Manan


penafsiran penafsiran.
 Ilmu sebenarnya juga sebuah pengetahuan, didapatnya telah
memiliki metodologi yang andal sehingga membentuk dunia
ilmiah.
 Gabungan ilmu dan pengetahuan selalu menjadi ranah
penelitian apapun, ilmu tanpa pengetahuan tentu sulit
terjadi, pengetahuan yang disertai ilmu jelas akan lebih
essensial. 32
2. Definisi Filsafat Ilmu menurut para pakar
Ada 4 definisi tentang filsafat ilmu yang diberikan oleh para
pakar filsafat imu sebagai berikut:
a. Robert Ackermann: Filsafat Ilmu adalah sebuah tinjauan kritis
tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini yang
dibandingkan dengan pendapat pendapat terdahulu yang
telah dibuktikan.
b. Lewis White Back: Filsafat Ilmu itu mempertanyakan dan

Prof. H. Abdul Manan


menilai metode-metode pemikiran ilmiah , serta mencoba
menetapkan nilai dan pentingnya usaha ilmiah sebagai suatu
keseluruhan
c. Cornelius Benjamin : Filsafat ilmu merupakan
cabangpengetahuan filsafati yang menelaah sistematis
mengenai sifat dasar ilmu, metode-metodenya, konsep-
konsepnya, dan praanggapan-praanggapannya, serta letaknya
dalam kerangka umum dari cabang pengetahuan intelektual. 33
d. May Brodbeck : Filsafat Ilmu itu sebagai Analisis yang netral
secara etis dan filsafati, pelukisan, dan penjelasan mengenai
landasan-landasan ilmu.
 Keempat definisi tersebut memperlihatkan ruang lingkup atau
cakupan yang dibahas di dalam filsafat ilmu, meliputi antara lain:
1) Komparasi kristis sejarah perkembangan ilmu.

Prof. H. Abdul Manan


2) Sifat dasar ilmu pengetahuan .
3) Metode ilmiah.
4) Praanggapan- Praanggapan Ilmiah.
5) Sikap etis dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan.
Di antara faktor-faktor itu, yang paling banyak dibicarakan
terutama adalah sejarah perkembangan ilmu, metode ilmiah dan
sikap etis dalam pengembangan Ilmu Pengetahuan.
34
3.Definisi Ilmu menurut para ahli Filsafat:
a. M. Hatta. Ilmu adalah pengetahuan yg teratur ttg pekerjaan
hukum kausal dalam suatu golongan masalah yg sama tabiatnya,
maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun
menurut hubungannya dari dalam.
b. Ralp Ross dan Van Den Haag. Ilmu adalah yg empiris, rasional ,
umum dan sistematik, dan keempatnya serentak.
c. Karl Pearson. Mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yg
komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dg istilah

Prof. H. Abdul Manan


sederhana.
d. Ashely Montagu.Menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan
yg disusun dlm suatu sistem yg berasal dari pengamatan, studi
dan percobaan utk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang
sedang dikaji.
e. Harsojo. Ilmu adl merupakan akumulasi pengetahuan yg
disistematisasikan.
f. Afanasyef. Ilmu adalah pengetahuan manusia tentang alam, 35
masyarakat, dan pikiran.
4.Ilmu memiliki ciri khusus, yg membedakan dg bidang non ilmu.
Amsal berpendapat bahwa ciri ilmu utama adalah:
a. Ilmu adalah sebagian pengetahuan bersifat koheren,
empiris, sistematis, dapat diukur, dan dibuktikan.
b. Ilmu tidak pernah mengartikan kepingan pengetahuan
satu putusan tersendiri, sebaliknya ilmu menandakan
seluruh kesatuan ide yg mengacu ke objek yang sama
dan saling berkaitan secara logis.

Prof. H. Abdul Manan


c. Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dg
masing-masing penalaran perorangan, sebab ilmu dapat
memuat didalamnya dirinya sendiri hipotesis-hipotesis
dan teori-teori yg belum sepenuhnya dimantapkan.
d. Ciri hakiki lainnya dari ilmu ialah metodologi, sebab
kaitan logis yg dicari ilmu tidak dicapai dengan
penggabungan tidak teratur dan tidak terarah dari 36
banyak pengamatan ide yg terpisah-pisah.
b) Van Melsen mengemukakan ada delapan ciri yg menandai
ilmu:

1) Ilmu pengetahuan secara metodis harus mencapai suatu


keseluruhan yg logis koheren.
2) Ilmu pengetahuan tanpa pamrih, karena hal itu erat kaitannya dg
tanggungjawab ilmuwan.
3) Universalitas ilmu pengetahuan.

Prof. H. Abdul Manan


4) Objektivitas, artinya setiap ilmu terpimpin oleh objek dan tidak
terdistorsi oleh prasangka-prasangka subjektif.
5) Imu pengetahuan harus dapat diverifikasi oleh semua peneliti
ilmiah yg bersangkutan dan bisa dikomunikasikan.
6) Progresivitas, suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah sungguh-
sungguh bila mengandung pertanyaan baru dan menimbulkan
problem baru lagi.
7) Kritis, tidak ada teori yg definitif, semua teori terbuka bagi suatu
37
peninjauan kritis yg memanfaatkan data-data baru.
8) Ilmu pengetahuan harus dapat digunakan sebagai perwujudan
kebertautan antara teori dengan praktis.
• Kelahiran suatu ilmu berasal dari pengetahuan manusia.
Pengetahuan yg dapat disepakati sehingga menjadi suatu
“ilmu”, apabila dapat diuji dg enam komponen utama yg
disebut dg six kind of science, yg meliputi problems, attitude,
method, activity, conclusions, dan effects. Istilah diuji, dalam
ranah ilmu berarti mampu dibuktikan baik secara empiris di
lapangan maupun dari sisi empiris berupa teks-teks.

Prof. H. Abdul Manan


• Ilmu dapat didefinisikan sebagai rangkaian aktivitas manusia
yg rasional dan kognitif dg berbagai metode berupa aneka
prosedure dan tata langkah shg menghasilkan kumpulan
pengetahuan yg sistematis mengenai gejala-gejala kealaman,
kemasyarakatan atau individu untuk tujuan mencapai
kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan
penjelasan ataupun melakukan penerapan. Ilmu adalah
kadarkeilmiahan suatu fenomena. 38
• Istilah ilmu pengetahuan diambil dari kata bahasa Inggris yg
berarti science, yang berasal dari bahasa latin scientia dari
bentuk kata kerja scire yang berarti mempelajari, mengetahui.
Pertumbuhan selanjutnya pengertian ilmu mengalami
perluasan arti sehingga menunjuk pada segenap pengetahuan
sistematik. Dalam bahasa Jerman wissecschaft.
• The Liang Gie memberikan pengertian ilmu adalah rangkaian

Prof. H. Abdul Manan


aktivitas penelaahan yg mencari penjelasan suatu metode
untuk memperoleh pemahaman secara rasional empiris
mengenai dunia ini dalam berbagai seginya, dan keseluruhan
pengetahuan sistematis yg menjelaskan berbagai gejala yg
ingin dimengerti manusia.
• Disini digambarkan cara tentang memperoleh ilmu:

39
AKTIVITAS

ILMU

Prof. H. Abdul Manan


METODE PENGETAHUAN

40
• Dalam Bagan tsb memperlihatkan bahwa ilmu harus diusahakan
dg aktivitas manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan dg metode
tertentu, dan akhirnya aktivitas metodis itu mendatangkan
pengetahuan yg sistematis.
• Ilmu sbg aktivitas ilmiah dapat berwujud penelaahan,
penyelidikan, usaha menemukan, atau pencarian. Pencarian ini
dilakukan berulangkali, sehingga pada masa kini penelitian juga
disebut dengan research.

Prof. H. Abdul Manan


• Metode ilmiah merupakan prosedur yg mencakup berbagai
tindakan pikiran, pola kerja, tata langkah, dan cara teknis untuk
memperoleh pengetahuan baru atau memperkembangkan
pengetahuan yg ada.
• Metode yg berkaitan dg pola prosedural meliputi pengamatan,
percobaan, pengukuran, survei, deduksi, induksi, analisis, dan
lain-lain.
41
• Ilmu mempelajari alam sebagaimana adanya (das sein) dan
terbatas pada lingkup pemahaman kita.
• Pengetahuan yang bersumber dari ilmu dengan tujuan untuk
menjawab permasalahan kehidupan sehari-hari yang dihadapi
manusia, dan digunakan untuk menawarkan berbagai kemudahan
kepadanya.ilmu dapat diibaratkan sebagai alat bagi manusia untuk
memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya. Ilmu dapat
digunakan untuk menjelaskan, meramal dan mengkontrol gejala

Prof. H. Abdul Manan


alam. Oleh karena itu sering dikatakan bahwa dengan ilmu manusia
mencoba memanipulasi dan menguasai alam.
• Ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang disusun secara konsisten
dan kebenarannya telah teruji secara empiris.perlu disadari bahwa
pembuktian dalam ilmu tidak bersifat absolut. Ilmu membatasi diri
pada pengkajian objek yang berada dalam lingkup pengalaman
manusia. Sedangkan agama memasuki pula daerah penjelajahan
yang bersifat transendental yang berada di luar pengalaman kita.
42
• Hakikat Ilmu bersifat Pragmatis artinya ilmu tidak mencari
kebenaran absolut tetapi kebenaran yang bermanfaat bagi
manusia dalam tahap perkembangan tertentu. Ilmu bersifat
konsisten artinya penemuan yang satu didasarkan kepada
penemuan-penemuan sebelumnya.

Prof. H. Abdul Manan


43
5. Ruang Lingkup Filsafat Ilmu
1. Tentang hal mengerti syarat-syaratnya dan Metode- metodenya.
2. Tentang ada dan tidak ada.
3. Menentukan apa yang baik dan yang buruk.
4. Hakekat manusia dan hubungannya dengan sesama makhluk
lainnya .
5. Tuhan tidak dikecualikan.
Jadi ruang lingkup filsafat ilmu dapat diindikasikan sbb:

Prof. H. Abdul Manan


1. Filsafat Ilmu meliputi persoalan cara-cara mendapatkan ilmu
pengetahuan.
2. Eksistensi tentang ilmu.
3. Siapa yang memanfaatkan Ilmu itu.
4. dan bagaimana keterkaitannya dengan sang sumber ilmu.
Ruang lingkup metode filsafat ilmu dipandang dari sisi tujuan dan tata
kerjanya dapat dibedakan menjadi 2 hal yakni:
Antara filsafat ilmu spekulatif dan filsafat imu kritis. Kedua metode ini saling
melengkapi sehingga menemukan kebenaran yang hakiki dan keduanya 44
dapat dipakai oleh orang-orang yang mempelajari filsafat ilmu
Tentang filsafat ilmu spekulatif bertujuan merefleksi dunia ilmu alam
semesta secara menyeluruh, terutama terhadap makna, tujuan dan nilai
yang meliputi (1) mencari sesuatu yang terkandung dalam sesuatu yang
ada untuk mencapai sesuatu yang ada itu, mencari maknanya, gunanya dan
nilai yang ada pada benda, hal-hal dan kejadian-kejadian yang ada (2) untuk
menjangkau yang ada dibalik fenomena, memahami latar belakang,
maksud dan tujuannya.
Filsafat kritis bertujuan untuk membahas tentang pengertian-pengertian
yang digunakan oleh ilmu pengetahuan terutama menyangkut konsep-

Prof. H. Abdul Manan


konsep yang dipakai oleh ilmu dan membahas lambang-lambang atau
simbol-simbol.
Filsafat kritis juga membahas pengertian-pengertian yang dipergunakan
dalam kehidupan sehari-hari atau hal-hal yang sifatnya kritis antara lain
tentang pengertian baik dan buruk, jujur dan sombong, zalim dan cinta
kasih, senang dan dengki, susah dan bahagia,
Syarat keilmiahan yang harus ada pada ilmu pengetahuan meliputi 4 hal
yaitu berobjek, bermetode, bersistem dan bersifat universal.
45
Seluruh filsafat ilmu, sebenarnya berada pada wilayah pemikiran
, oleh karena itu hanya orang yang mampu berfikir jernih yang
dapat berfilsafat secara proporsional, jadi objek filsafat ilmu tidak
terbatas, terurai di seluruh bagian ilmu apapun. (Filsafat ilmu
siwarti Endrawan, cet ke II, Pascasarjana Univ. Negeri
Yogyakarta.2017)

6. Tentang Ilmu Pengetahuan

Prof. H. Abdul Manan


Istilah ilmu pengetahuan diambil dari kata bahasa inggris yang
berarti science, yang berasal dari bahasa latin scientia dari bentuk
kata kerja scire yang berarti mempelajari, mengetahui.
Pertumbuhan selanjutnya pengertian ilmu mengalami perluasan
arti sehingga menunjuk pada segenap pengetahuan sistematik.
Dalam bahasa jerman wissecschaft.

46
a. Ada 2 jenis pengetahuan, menurut Siradjuddin Zar dalam
filsafat Islam, yaitu:
1) Pengetahuan yg bukan berdasarkan hasil usaha aktif manusia.
Pengetahuan ini diperoleh manusia lewat wahyu Allah swt.
Manusia menerima kebenaran wahyu lewat keimanan dalam
hatinya
2) Pengetahuan yg berdasarkan hasil usaha aktif manusia.
Pengetahuan ini disebut dg pengetahuan Indra, yaitu pengetahuan

Prof. H. Abdul Manan


yg diperoleh berdasar pengalaman sehari-hari, seperti api panas,
air basah, es dingin, dan lain sebagainya.
b. Secara Termonologi, definisi pengetahuan ada:
1) Pengetahuan adalah apa yg diketahui atau hasil pekerjaan
tahu.
2) Pengetahuan adalah proses kehidupan yg diketahui
manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri.
3) Pengetahuan adal segenap apa yg kita ketahui ttg suatu 47
objek tertentu termasuk ilmu, seni dan agama.
c. Cara memperoleh ilmu pengetahuan

1.) Sumber Ilmu Pengetahuan darimana


Imu pengetahuan diperoleh dari pengalaman dan dari akal, sehingga
timbul paham empirisme dan rasionalisme.
2.) Batas-batas Ilmu Pengetahuan
Apa yg dapat kita tangkap dg pancaindra itu terbatas pada gejala atau,
sedangkan apa yg ada didalamnya (nomenon). Pengetahuan itu tak

Prof. H. Abdul Manan


terbatas hanya pada pancaindera.
3.) Strukturnya
Yg ingin mengetahui adalah subjek yang memiliki kesadaran. Yang ingin
kita ketahui adalah objek, diantara kedua hal tsb seakan-akan terdapat
garis demarkasi yg tajam.
4.) Keabsahan
Keabsahan Ilmu Pengetahuan membahas tentang kriteria bahwa ilmu
pengetahuan itu sah berarti membahas kebenaran. Tetapi kebenaran itu
nilai (axiologi), dan kebenaran itu adalah suatu relasi. Kebenaran adalah 48
kesamaan antara gagasan dan kenyataan.
d. Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan

a) Menurut The Liang Gie ada 5 ciri pokok ilmu pengetahuan:

1. Empiris.
Pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan
percobaan
2. Sistematis.

Prof. H. Abdul Manan


Berbagai keterangan dan data yg tersusun sebagai kumpulan
pengetahuan itu mempunyai hubungan ketergantungan dan
teratur
3. Objektif.
Ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan dan
kesukaan pribadi
4. Analitis.Pengetahuanilmiah berusaha membeda-bedakan pokok
soalnya kedalam bagian yg terperinci utk memahami berbagai
49
sifat, hubungan, dan peranan dari bagian-bagian itu.
5. Verifikatif
Dapat diperiksa kebenarannya oleh siapa pun juga.
e. Dimensi dan Struktur Ilmu Pengetahuan
Struktur Ilmu Pengetahuan dibangun oleh beberapa komponen
yang membangunnya. Komponen tersebut terdiri atas 1) Teori, 2)
Konsep, 3) Hukum, 4) Prinsip, 5) Asumsi , 6) Postulat. Komponen
ilmu ini dapat dijabarkan dalam bentuk Limas (Piramida).

Prof. H. Abdul Manan


50
1. Dasar Limas, sebagai sebagai lapisan pertama dikenal dengan
istilah data (Hasil Observasi).
Tanggapan sesorang terhadap rangsangan. Istilah ini berhubungan
langsung dengan pengamatan langsung. Contoh : seseorang saat
masuk Hall diLas Vegas USA, dia menyimpulkan tempat ini adalah
tempat pertandingan tinju. Rangsangan nantinya disebut data dan
informasi.
2. Lapisan Kedua : istilah empiris.
Pengetahuan ini masih berhubungan dengan lapisan pertama

Prof. H. Abdul Manan


(Observasi) dan masih dalam dunia empiris. Seperempat jam
kemudian dia melihat dua petinju diatas ring, yaitu petinju kulit
hitam dan petinju kulit putih. Dia menyimpulkan ada pertandingan
tinju internasional. Petinju bisa orang kulit putih, bisa kulit hitam,
bisa kulit sawo matang. Variasi petinju ini disebut variabel.
3. Lapisan ketiga: istilah terbuat (consruct).
Istilah ini tidak langsung dapat diamati, namun tetap harus terjadi
lantaran observasi. Istilah disini menjelaskan lapisan kedua.
51
Kesimpulan saat itu berdasarkan prinsip, kaidah atau hukum yang
ada, bahwa petinju kulit hitam mempunyai kecepatan dan daya
tahan pukul yang tinggi.
4. Lapisan keempat: istilah perubah timbrung.
Istilah menimbrung dimaksudkan untuk melengkapi apa yang
diamati. Juara dunia tinju umumnya orang berkulit hitam. Karena
itu muncul konsep bahwa juara tinju dunia akan didominasi orang
kulit hitam.
5. Lapisan kelima adalah istilah toeritis.
Teori sebagai lambang. Teori menjadi benar bila data di lapangan,
menurut dimensi waktu dan tempat menunjukkan bahwa banyak
juara tinju pada berbagai kelas di dominasi petinju kulit hitam.

Prof. H. Abdul Manan


52
7. OBJEK MATERIAL dan FORMIL FILSAFAT ILMU
a. OBJEK MATERIAL
yang dimaksud objek material adalah apa yang dipelajari dan dikupas
(materi) pembicaraan yaitu gejala manusia didunia dalam menuju
akhirat, disini ada 3 filsafat yang dilalui yaitu Filsafat Manusia, Filsafat
Alam dan Filsafat Ketuhanan.
Objek material atau pokok bahasan ilmu adalah ilmu pengetahuan.
Pengetahuan lebih bersifat umum sedangkan ilmu pengetahuan lebih
khusus dengan ciri-ciri adalah sistematis metode ilmiah tertentu dan

Prof. H. Abdul Manan


dapat diuji kebenarannya.
Ada perbedaan antara pengetahuan dan ilmu pengetahuan.
Pengetahuan lebih bersifat umum dan didasarkan pada pengetahuan
sehari-hari. Sedangkan ilmu pengetahuan bersifat khusus dengan ciri ciri
sistematis dengan menggunakan metode ilmiah tertentu serta dapat
diuji kebenarannya. Semua manusia terlibat dalam pengetahuan sejauh
dia hidup secara normal dengan perangkat I ndrawi yang dimilikinya
Tidak semua orang dapat terlibat dalam aktifitas ilmiah, Rizal muntasir
dan Misnar munir menjelaskan beberapa syarat yang harus dipenuhi 53
oleh seorang ilmuwan sebagai berikut:
1) Prosedur ilmiah harus dipenuhi oleh seorang ilmuwan agar hasil
2) Metode ilmiah yang dipergunakan harus yang benar
agar kesimpulan atau hasil temuan ilmiah bisa
diterima baik sementara atau seterusnya oleh para
ilmuwan yang lain terutama oleh ilmu pengetahuan
yang sejenis.
3) Diakui secara akademis karena gelar atau pendidikan
formal yang ditempuhnya.

Prof. H. Abdul Manan


4) Ilmuwan harus memiliki kejujuran ilmiah sehingga
tidak mengklaim hasil temuan ilmuan yang lain
sebagai miliknya.
5) Ilmuwan yang baik harus juga mempunyai rasa ingin
tahu yang besar sehingga luar biasa tertarik pada
perkembangan ilmu terbaru dalam rangka mendukung
54
profesionalitas keilmuan.
Ciri-ciri Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan
1) Pengetahuan lebih bersifat umum dan di dasarkan pada
pengetahuan sehari-hari.
2) Ilmu Pengetahuan Bersifat khusus dengan ciri-ciri Sistematis
menggunakan Metode Ilmiah tertentu serta dapat diuji
kebenarannya.
3) Semua manusia terlibat dengan pengetahuan sejauh ia hidup
secara normal dengan perangkat indrawi yang dimilikinya.

Prof. H. Abdul Manan


55
Ilmu Pengetahuan memperolehnya dengan cara-cara tertentu,
antara lain :
1) Prosedur Ilmiah yang harus dipenuhi agar hasil kerja
ilmiah itu dialami oleh ilmuwan lainnya.
2) Metode Ilmiah yang dipakai sehingga kesimpulan atau hasil
temuan ilmiah itu bisa di terima oleh para ilmuwan lain ,
baik sementara ataupun seterusnya.

Prof. H. Abdul Manan


3) Di akui secara akademis karena gelar atau pendidikan
formal yang ditempuhnya.
4) Ilmuwan yang baik juga harus mempunyai rasa ingin tau
(Curiousity) yang besar sehingga tertarik pada
perkembangan ilmu yang baru dalam rangka mendukung
profesionalitas keilmuannya.

56
b. OBJEK FORMAL
Objek Formal Filsafat Ilmu adalah Hakikat (Esensi) Ilmu
Pengetahuan. Filsafat Ilmu lebih menaruh perhatian
terhadap problem-problem mendasar dari pengetahuan
seperti: Apa Hakikat Ilmu itu sesungguhnya ? Bagaimana
cara memperoleh pengetahuan Ilmiah ? Apa Fungsi Ilmu
Pengetahuan itu bagi manusia ? Problem-problem inilah
yang dibicarakan dalam landasan ilmu pengetahuan, yakni

Prof. H. Abdul Manan


Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis.
Objek Formal adalah cara pendekatan atas objek material
yang sedemikian khas sehingga mencirikan atau
mengkhususkan bidang kegiatan yang bersangkutan, jika
pendekatan itu bagus konsisten dan efisien maka
dihasilkanlah sistem filsafat. Objek formal filsafat ilmu akan
menelaah (1) konfirmasi (2) Logika, kedua hal ini menjadi
logika sebagaimana filsafat ilmu akan menghasilkan 57
kebenaran.
Objek Formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek
menelaah objek materialnya, objek formal filsafat ilmu
adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan, artinya filsafat
ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar
ilmu pengetahuan seperti apa hakikat ilmu pengetahuan itu,
bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa
fungsi ilmu bagi manusia. Problem inilah yang dibicarakan
dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan yaitu

Prof. H. Abdul Manan


landasan ontologi, epistemologi dan aksiologi, baca (Filsafat
ilmu Prof. Suwardi hal. 77)

58
8. Landasan Pengembangan Ilmu

Prof. H. Abdul Manan


59
a. Landasan Ontologis Ilmu Pengetahuan sangat tergantung pada
cara pandang Ilmuwan terhadap Realitas.
Manakala Realitas yang dimaksud adalah Materi, maka lebih
terarah pada Ilmu Empiris, manakala Realitas yang dimaksudkan
adalah Spirit atau Roh maka lebih terarah pada ilmu Humaniora.

Prof. H. Abdul Manan


b. Landasan Epistemologis dalam pengembangan Ilmu artinya titik
tolak penelaahan ilmu di dasarkan atas cara dan prosedur dalam
memperoleh kebenaran yaitu dengan jalan metode ilmiah.

c. Aksiologis yakni pengembangan ilmu merupakan sikap etis yang


harus dikembangkan oleh seorang ilmuwan, terutama dalam
kaitannya dengan nilai-nilai yang di yakini kebenarannya. Sehingga
suatu aktivitas ilmiah senantiasa dikaitkan dengan kepercayaan,
ideologi yang dianut oleh masyarakat atau bangsa pada tempat 60
ilmu itu dikembangkan.
a. ONTOLOGI
1) Istilah ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada
tahun 1936.
2) Menurut bahasa, Ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu On/Ontos =
Ada dan Logos = Ilmu, jadi Ontologi adalah Ilmu tentang yang ADA.
3) Menurut Istilah : Ontologi ialah ilmu yang membahas tentang hakekat
yang ADA, yang merupakan Ultimate Reality baik yang bersifat Jasmani
/konkerit ataupun Rohani/Abstrak.
4) Ontologi merupakan masalah ADA dan TIADA, kalau ilmu itu ada maka

Prof. H. Abdul Manan


tentu ada asal muasalnya, dengan berfikir ontologi maka manusia akan
memahami tentang eksistensi sebuah ilmu.
5) Ontologi membahas ilmu dari dasar Keilmuan, tentu ada bentuk Ilmu,
wajah ilmu dan perbandingan ilmu dengan yang lain guna menuntun
manusia berfikir Ontologisme.
6) Ontologi menjadi pijakan manusia untuk berfikir kritis terhadap keadaan
alam semesta ini yang sesungguhnya karena sifatnya yang sangat
misterius, penuh dengan teka-teki.
61
7) Dengan ontologi ini manusia mampu membedakan mana ilmu, mana
pengetahuan, mana ilmu pengetahuan dan mana pula non ilmu.
Dengan Ontologi dapat di ketahui :
 Pengetahuan (Knowledge) adalah sesuatu yang diketahui langsung dari
pengalaman, berdasarkan pancaindera dan dikelola oleh akal budi
secara spontan.
 Pengetahuan biasa yang masih pada tataran indrawi dan spontanitas,

Prof. H. Abdul Manan


belum ditata melalui metode yang jelas.
 Pengetahuan Masih sering bercampur dengan insting.

62
b. EPISTEMOLOGI
 Epistemologi derivasinya dari bahasa Yunani yang berarti teori ilmu
pengetahuan. Epistemologi merupakan gabungan dua kalimat
episteme, Pengetahuan ; dan Logos, Theory. Epistemologi adalah
cabang Ilmu Filsafat yang membicarakan tentang teori ilmu
pengetahuan. Cabang ini berusaha menemukan jawaban atas
pertanyaan bagaimana ada itu berada. Proses ada itu dari sisi ilmu
pengetahuan tentu mengikuti prinsip-prinsip teoritik yang jelas.
Menurut Archie J Bahm :
 Bahm Menegaskan bahwa suatu kegiatan baru dapat dikatakan

Prof. H. Abdul Manan


sebuah ilmu manakala mencakup 6 karakteristik sebagai berikut :
a. Problem (Promblems)
Harus ada persoalan-persoalan tertentu dan tanpa problem tak akan
ada ilmu, jadi ada rasa keingintahuan.
b. Sikap (Attitute)
Orang tertarik pada persoalan tertentu, harus memiliki sikap tertentu
dalam menghadapi persoalan tadi.
63
c. Metode (Methods)
Persoalan yang menarik itu akan diselesaikan menurut cara-cara
tertentu yang dapat dipertanggung jawabkan.
d. Aktivitas (Activity)
Seluruh proses yang terjadi dalam menghadapi persoalan itu tadi
merupakan suatu kegiatan yang jelas dan terncana.
e. Pemecahan (Solutions)
berangkat dari hipotesa atau teori yang dibentuk sebagai prinsip umum
dalam hukum-hukum. Hipotesa harus diuji kebenarannya.

Prof. H. Abdul Manan


f. Pengaruh (Effect)
Pada akhirnya, ini merupakan suatu bagian dari rangkaian ilmiah yang
memperlihatkan sejauh mana pengaruh ilmu terhadap kehidupan
masyarakat.

64
 Disamping itu Archie J. Bahm menyebutkan ada 8 hal penting yang
berfungsi untuk membentuk pikiran manusia sebagai berikut:
1) Mengamati (Observes)
2) Menyelidiki (Inquiris)
3) Percaya (Believes)
4) Hasrat (Desires)

Prof. H. Abdul Manan


5) Maksud (Intens)
6) Mengatur (Organize)
7) Menyesuaikan (Adapt)
8) Menikmati (Enjoy)

65
 Perbincangan penting dalam epistemologi juga terkait dengan jenis-
jenis pengetahuan. Paling tidak ada dua jenis pengetahuan, yaitu
pengetahuan ilmiah dan Non-ilmiah.
 Pengetahuan ilmiah memiliki beberapa ciri pengenal sebagai berikut:
a. Berlaku umum, artinya jawaban atas pertanyaan apakah sesuatu hal
itu layak atau tidak layak, tergantung faktor-faktor subjektif.
b. Mempunyai kedudukan mandiri (Otonomi), artinya meskipun faktor-
faktor diluar ilmu juga ikut berpengaruh, tetapi harus diupayakan

Prof. H. Abdul Manan


agar tidak menghentikan pengembangan ilmu secara mandiri.
c. Mempunyai dasar pembenaran, artinya cara kerja ilmiah diarahkan
untuk memperoleh derajat kepastian yang sebesar mungkin.
d. Sistematik, artinya ada sistem dalam susunan pengetahuan dan
dalam cara memperolehnya.
e. Intersubjektif, artinya kepastian pengetahuan ilmiah tidaklah
didasarkan atas intuisi-intuisi serta pemahaman-pemahaman secara
subjektif, melainkan dijamin oleh sistemnya itu sendiri. 66
c. AKSIOLOGI
 Aksiologi membahas tentang masalah nilai. Istilah axiology
berasal dari kata axios dan logos. Axios Artinya nilai atau
sesuatu yang berharga, logos artinya akal, teori. Axiologi
artinya teori nilai. Penyelidikan mengenai kodrat , kriteria, dan
status metafisik dari nilai.
 Tokoh Zaman pertengahan, Thomas Aquinas, membangun
pemikiran tentang nilai dengan identifikasi filsafat Aristoteles
tentang nilai tertinggi dengan penyebab final (causa prima)

Prof. H. Abdul Manan


dalam diri Tuhan sebagai keberadaan kehidupan, keabadian
dan kebaikan tertinggi.
 Pemikir Zaman Modern Spinoza, memandang nilai
didasarkan pada metafisik, berbagai nilai diselidiki secara
terpisah dari ilmu pengetahuan. Tokoh Aufklarung, Kant,
memperlihatkan hubungan antara pengetahuan dengan moral,
estetik dan religius. Dalam pandangan Hegel, moralitas, seni,
agama dan filsafat dibentuk atas dasar proses dialektik. 67
 Problem utama aksiologi berkaitan dengan empat faktor penting sebagai
berikut:
1. Kodrat nilai berupa problem mengenai apakah nilai itu berasal dari
keinginan (Voluntarisme: Spinoza), kesenangan (Hedonisme: Epicurus,
Bentham, Meinong), kepentingan (Perry), preferensi (Martineau),
keinginan rasio murni (Kant). Pemahaman mengenai kualitas tersier
(Santayana). Pengalaman sinoptik kesatuan kepribadian (Personalisme:
Green), berbagai pengalaman yang mendorong semangat hidup
(Nietzsche), relasi benda-benda sebagai sarana untuk mencapai tujuan
atau konsekuensi yang sungguh-sungguh dapat dijangkau (Pragmatisme:

Prof. H. Abdul Manan


Dewey).
2. Jenis-jenis nilai menyangkut perbedaan pandangan antara nilai intrinsik,
ukuran untuk kebijaksanaan nilai itu sendiri, nilai-nilai instrumental yang
menjadi penyebab (baik barang-barang ekonomis atau peristiwa-
peristiwa alamiah) mengenai nilai-nilai intrinsik.
3. Kriteria nilai artinya ukuran untuk menguji nilai yang dipengaruhi
sekaligus oleh teori psikologi dan logika.
4. Status metafisik nilai mempersoalkan tentang bagaimana hubungan
antara nilai terhadap fakta-fakta yang diselidiki melalui ilmu-ilmu 68
kealaman (Koehler), kenyataan terhadap keharusan (Lotze), pengalaman
manusia tentang nilai pada realitas kebebasan manusia (Hegel).
 Salah satu cabang aksiologi yang banyak membahas masalah
nilai-baik atau-buruk adalah bidang etika. Etika mengandung
tiga pengertian:
a. Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai atau norma-norma
moral yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok
dalam mengatur tingkah lakunya.
b. Etika berarti kumpulan asas atau nilai moral. Misalnya kode

Prof. H. Abdul Manan


etik.
c. Etika merupakan ilmu tentang yang baik atau yang buruk. Etika
baru menjadi menjadi ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis
(asas-asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap baik atau
buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu masyarakat,
seringkali tanpa disadari menjadi bahan refleksi bagi suatu
penelitian sistematis dan metodis. Etika dalam hal ini sama
dengan filsafat moral. 69
 Secara etimologi, etika berasal dari kata yunani Ethos = Watak.
Sedangkan moralberasal dari kata Latin mos, bentuk tunggal,
sedangkan bentuk jamak mores=kebiasaan. Istilah etika atau
moral dalam bahasa indonesia dapat diartikan kesusilaan.
a. Objek material etika adalah tingkah laku atau perbuatan
manusia, suatu perbuatan perbuatan yang dilakukan secara

Prof. H. Abdul Manan


sadar dan bebas.
b. Objek formal etika adalah kebaikan dan keburukan atau
bermoral dan tidak bermoral dari tingkah laku tersebut

70
 Etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tingkah laku moral dapat
dihampiri berdasarkan atas tiga macam pendekatan, yaitu : Etika
Deskriptif, Etika Normatif, dan Metaetika.
1) Etika Deskriptif adalah cara melukiskan tingkah laku moral dalam arti
luas seperti: adat kebiasaan, anggapan tentang baik atau buruk,
tindakan yang diperbolehkan atau tidak.
2) Etika Normatif mendasarkan pendiriannya atas norma. Ia dapat
mempersoalkannorma yang diterima seseorang atau masyarakat

Prof. H. Abdul Manan


secara lebih kritis. Ia bisa mempersoalkan apakah norma itu benar
atau tidak. Etika Normatif berarti sistem-sistem yang dimaksudkan
untuk memberikan petunjuk atau penuntun dalam mengambil
keputusan yang menyangkut baik atau buruk.
3) Bagian lain etika adalah metaetika, yaitu kajian etika yang ditujukan
pada ungkapan-ungkapan etis. Metaetika menganalisis logika
perbuatan dalam kaitan dengan baik atau buruk.
71
III. Tentang Metode dan Metodologi Filsafat Ilmu

1. Metode Dan Metodologi

• Untuk dapat memperoleh ilmu, salah satu yg harus dipahami


oleh seorang ilmuwan adalah mengetahui cara apa yg harus
digunakan? Ilmu dapat digali atau dicari menggunakan

Prof. H. Abdul Manan


prosedur yg disebut dg metode ilmiah. Tidak semua
pengetahuan dapat disebut sebagai ilmu, karena ilmu
merupakan pengetahuan yg cara mendapatkannya harus
memenuhi syarat-syarat tertentu.
• Syarat tersebut adalah metode ilmiah. Metode dapat diartikan
sebagai suatu proses atau cara mengetahui sesuatu, yg
mempunyai langkah-langkah yg sistematik.
72
• Metodologi berasal dari kata metode dan logos. Metodologi bisa
diartikan ilmu yg membicarakan tentang metode-metode. Kata
metode berasal dari kata Yunani methodos, sambungan kata
depan meta (menuju, melalui) dan kata benda hodos (jalan,
cara, arah). Kata methodos sendiri lalu berarti: penelitian,
metode ilmiah, hipotesis ilmiah, uraian ilmiah. Metode ialah cara
bertindak menurut sistem aturan tertentu.
• Metode berbeda dg metodologi. Metode adalah suatu cara,

Prof. H. Abdul Manan


jalan, petunjuk pelaksanaan, sehingga memiliki sifat yg praktis.
• Metodologi disebut juga science of method, yaitu ilmu yg
membicarakan cara, jalan, atau petunjuk praktis dalam
penelitian, sehingga metodologi penelitian membahas konsep
teoritis berbagai metode.
• Metodologi juga dikatakan membahas ttg dasar-dasar filsafat
ilmu dari metode penelitian, karena metodologi belum memiliki
langkah-langkah praktis, adapun derivasinya adalah pada 73
metode penelitian.
• Metode bisa dirumuskan suatu proses atau prosedur yg
sistematik berdasarkan prinsip dan teknik ilmiah yg dipakai
oleh disiplin (bidang studi) untuk mencapai suatu tujuan.
Adapun metodologi adalah pengkajian mengenai model atau
bentuk metode, aturan yg harus dipakai dalam kegiatan ilmu
pengetahuan. Jika dibandingkan antara etode dan metodologi,
maka metodologi lebih bersifat umum dan metode lebih
bersifat khusus.

Prof. H. Abdul Manan


• Metodologi bersangkutan dg jenis, sifat dan bentuk umum
mengenai cara-cara, aturan dan patokan prosedur jalannya
penyelidikan, yg menggambarkan bagaimana ilmu
pengetahuan harus bekerja. Adapun metode adalah cara kerja
dan langkah-langkah khusus penyelidikan secara sistematis
menurut metodologi tsb, agar tercapai suatu tujuan yaitu
kebenaran ilmiah.
74
2. Metode Filsafat Ilmu

Contemplative (perenungan), memikirkan sesuatu


tanpa ada keharusan kontak lgsg dg objeknya. Misalnya
ttg kehidupan, kebenaran, keindahan, dll.

Spekulative merupakan bagian dari perenungan dg


Metode pikiran yg tenang dan kritis, menganalisa dan
Filsafat Ilmu menghubungkan antara sesuatu secara berulang-ulang,
sampai pd tujuan utk kesimpulan.

Deduktive filsafat ilmu memakai metode deduktive


karena berusaha mencari kebenaran yg hakiki.

75

Prof. H. Abdul Manan


3. Metode logico-hypotetico-verifikatif
• Kerangka berpikir ilmiah yg berintikan logico-hypotetico-verifikatif ini
pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah sbb:
a. Rumusan masalah, merupakan langkah pertama dalam metode
ilmiah berisi pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas batas-
batasnya dan dapat diidentifikasi faktor-faktor yg terkait di
dalamnya.
b. Menentukan khasanah pengetahuan ilmiah, merupakan

Prof. H. Abdul Manan


penggalian informasi-informasi ilmiah yang digali melalui berbagai
literatur ilmiah, jurnal ilmiah, diskusi ilmiah, wawancara dengan
narasumber atau pakar bidang keilmuwan terkait.
c. Penyusunan kerangka berpikir dalam penyusunan hipotesis,
merupakan cara membangun argumentasi berdasarkan khasanah
ilmu pengetahuan ilmiah yang diambil sebagai landasan teori.
Kerangka berpikir disusun secara rasional berdasarkan premis-
premis ilmiah yg telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan
faktor-faktor empiris yg relevan dengan permasalahan. 76
d. Penyusunan hipotesis, berisi jawaban sementara atau dugaan
sementara terhadap pertanyaan yg diajukan dalam perumusan
masalah, sedangkan rumusan hipotesis ini materi yang dibuat
berupa kesimpulan dari kerangka berpikir yg dikembangkan.
e. Pengujian Hipotesis, berisi kegiatan pengumpulan fakta atau
data-data empiris yg relevan dg hipotesis yg diajukan,
kemudian dilakukan analisis menggunakan uji statistik,
sedangkan hasilnya dapat dijadikan sebagai data untuk

Prof. H. Abdul Manan


memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yg mendukung
tersebut atau tidak.
f. Penarikan Kesimpulan, berisi penilaian apakah hipotesis yg
diajukan berdasarkan data yang ditemukan dilapangan
diterima atau ditolak. Hipotesis yang diterima kemudian
dianggap menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah sebab telah
memenuhi syarat keilmuan, yaitu mempunyai kerangka
penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah
77
sebelumnya serta telah diuji kebenarannya.
• Keenam langkah tersebut diatas harus ditempuh agar suatu
penelaahan ilmu dapat disebut ilmiah.
• Meskipun langkah-langkah ini secara konseptual tersusun dalam
urutan yg teratur , dimana langkah yg satu merupakan landasan
bagi langkah berikutnya, namun dalam pelaksanaannya sering
terjadi lompatan-lompatan.
• Artinya, hubungan antara langkah yg satu dg langkah yg lainnya
tidak terikat secara statis melainkan bersifat dinamis dg proses

Prof. H. Abdul Manan


pengkajian ilmiah yg tidak semata-mata mengandalkan penalaran,
melainkan juga imajinasi dan kreativitas .
• Sering terjadi bahwa langkah yg satu bukan saja merupakan
landasan bagi langkah yg berikutnya, namun sekaligus juga
landasan koreksi bagi langkah yang lain. Dengan jalan ini
diharapkan dapat ditemukannya pengetahuan baru yg bersifat
konsisten dengan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya, serta
78
teruji kebenarannya secara empiris.
4. Struktur Pengkajian Ilmiah PENGAJUAN MASALAH
 Latar Belakang Masalah
MASALAH  Identifikasi Masalah
 Pembatasan Masalah
 Perumusan Masalah
 Tujuan Penelitian
PENYUSUNAN
 Kegunaan Penelitian
KERANGKA
BERPIKIR PENYUSUNAN KERANGKA TEORI DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
 Pengkajian teori yg dipergunakan
 Pembahasan Penelitian yg relevan
HIPOTESIS
 Penyusunan Kerangka Berpikir
 Perumusan Hipotesis

METODOLOGI PENELITIAN
 Tujuan penelitian (Secara Operasional)

Prof. H. Abdul Manan


Tempat/ Waktu Penelitian
 Metode Penelitian
 Teknik pengambilan contoh
METODOLOGI  Teknik Pengumpuln Data
PENELITIAN  Teknik Analisis Data

HASIL PENELITIAN
 Variabel Yang Diteliti
 Teknik Analisis
 Kesimpulan Analisis Data
 Penafsiran Kesimpulan Analisis Data
 Kesimpulan Pengujian Hipotesis

RINGKASAN DAN KESIMPULAN


PENGUJIAN HIPOTESIS  Deskripsi Singkat mengenai Masalah, hipotesis,
metodologi, dan hasil penelitian
   Kesimpulan Penelitian 79
 Pembahasan Hasil Penelitian dg membandingkan
terhadap penelitian lain yg relevan
KESIMPULAN  Pengkajian Implikasi penelitian
 Pengajuan Saran
 
5. Prinsip Metodologi

a. Rene Descartes
• Bagi descartes sesuatu yg dikerjakan oleh satu orang lebih
sempurna daripada yg dilakukan oleh sekelompok orang secara
patungan . Descartes mengajukan 4 langkah atau aturan yg dapat
mendukung metode yg dimaksud sebagai berikut:

Prof. H. Abdul Manan


1) Janganlah pernah menerima baik apa saja sebagai benar, jika
anda tidak mempunyai pengetahuan yg jelas mengenai
kebenarannya. Artinya, dengan cermat hindari kesimpulan-
kesimpulan dan prakonsepsi yg terburu-buru, dan janganlah
memasukan apa pun ke dalam pertimbangan anda lebih daripada
yg terpapar dengan begitu jelas, sehingga tidak perlu diragukan
lagi.
80
2) Pecahkanlah setiap kesulitan anda menjadi sebanyak mungkin
bagian, dan sebanyak yg dapat dilakukan untuk mempermudah
penyelesaiannya secara lebih baik.
3) Arahkan pemikiran anda secara tertib, mulai dari objek yg paling
sederhana dan paling mudah diketahui, lalu meningkat sedikit
demi sedikit, setahap demi setahap, ke pengetahuan yg paling
kompleks, dan dengan mengandaikan sesuatu urutan bahkan
diantara objek yg sebelum itu tidak mempunyai ketertiban kodrati.

4) Buatlah penomoran untuk seluruh permasalahan selengkap

Prof. H. Abdul Manan


mungkin, dan tinjauan ulang secara menyeluruh sehingga anda
dapat merasa pasti tidak sesuatu pun ketinggalan.

81
b. Alfred Jules Ayer
 Beliau adalah seorang penganut Positivisme Logik, dan sebagai
generasi penerus tradisi Positisme Logik, inti ajaran yang penting
adalah prinsip verifikasi itu merupakan pengandaian untuk
melengkapi suatu kriteria sehingga melalui kriteria tersebut dapat
ditentukan apakah suatu kalimat mengandung makna atau tidak.
 Dengan melalui prinsip Verifikasi ini tidak hanya kalimat yang teruji
secara empirik saja yang dapat di anggap bermakna, tetapi kalimat

Prof. H. Abdul Manan


yang dapat di analisis juga bermakna, jadi semua kalimat
mengandung makna dan dapat di analisis atau dapat di Verifikasi
secara empirik.
 Ayer memperluas prinsip verifikasi dalam pengertian berikut”
Prinsip verifikasi itu merupakan pengandaian untuk melengkapi
suatu kriteria, sehingga melalui kriteria tersebut dapat ditentukan
apakah suatu kalimat mengandung makna atau tidak” melalui
prinsip ini tidak hanya kalimat yang teruji secara empirik saja yang 82
dianggap bermakna, tetapi juga kalimat yang dapat dianalisis.
Penafsiran yang diajukan ayer terhadap prinsif
verifikasi ini mengalami kelemahan yang terdapat yang
terdapat dalam pandangan tokoh positivisme logik
sebelumnya yang mengatakan bahwa suatu proposisi
dapat diterima hanya yang dapat di verifikasi secara
empirik.
menurut pandangan ayer, prinsip verifikasi seperti yang

Prof. H. Abdul Manan


diajukan Schlick itu merupakan verijiable dalam arti
yang ketat, disini Ayer menambahkan pengertian
verifiable dalam arti yang longgar. Kedua macam
pengertian verifiable ini dijelaskan oleh Ayer sebagai
berikut” verifiable dalam arti yang ketat (strong
verifiable) yaitu sejauh kebenaran sejauh posisi itu
didukung pengalaman secara meyakinkan, sedangkan
verifiable dalamarti yang lunak jika suatu 83
pproposisimengandung kemungkinan bagi pengalaman
atau merupakan pengalaman yang memungkinkan”.
melalui kedua macam variabel ini oleh Ayer terutama
dalam arti yang lunak telah membuka kemungkinan
untuk menerima pernyataan dalam bidang sejarah
(masa lampau) dan juga prediksi ilmiah (ramalan masa
depan) sebagai pernyataan yang mengandung makna.
Namun menampik kehadiran metafisika dalam dunia
ilmiah, dalam pernyataan-pernyataan metafisika
(termasuk etika dan teologi) merupakan pernyataan

Prof. H. Abdul Manan


yang tidak bermakna (meaningless) lantaran tidak
dapat dilakukan apapun (baca: filsafat ilmu Rizal
Mustansyir dan misnal munir hal. 115-117)

84
c. Karl Raimund Popper
Popper adalah seorang filsuf kontemporer yang melihat kelemahan
dalam prinsip verifikasi berupa sifat pembenaran (Justification)
terhadap teori yang telah ada. Ia mengajukan prinsip falsifikasi yang
dapat diurai sebagai berikut.

1) Popper menolak anggapan umum bahwa suatu teori


dirumuskan dan dapat dibuktikan kebenarannya melalui

Prof. H. Abdul Manan


prinsip verifikasi, sebagaimana yang dianut oleh kaum
positivistik. Teori-teori ilmiah selalu bersifat hipotesis (Dugaan
sementara), tak ada kebenaran terakhir. Setiap teori selalu
terbuka untuk digantikan oleh teori yang lebih tepat.
2) Cara kerja metode induksi yang secara sistematis dimulai dari
pengamatan (observasi ) secara teliti gejala yang sedang
diselidiki. Pengamatan yang berulang-ulang itu akan
memperlihatkan adanya ciri-ciri umum yang dirumuskan 85
menjadi hipotesa.
Selanjutnya hipotesa itu dikukuhkan dengan cara menemukan
bukti-bukti empiris yang dapat mendukungnya. Hipotesa yang
berhasil dibenarkan (Justifikasi) akan berubah menjadi hukum.
Popper menolak cara kerja diatas, terutama pada asas
verifiabilitas, bahwa sebuah pernyataan itu dapat dibenarkan
berdasarkan bukti-bukti pengamatan empiris.

Prof. H. Abdul Manan


3) Popper menawarkan pemecahan baru dengan mengajukan
prinsip falsibilitas, yaitu sebuah pernyataan dapat dibuktikan
kesalahannya. Maksudnya, sebuah hipotesa, hukum, ataukah
teori kebenarannya hanya bersifat sementara, sejauh belum
ditemukan kesalahan-kesalahan yang ada didalamnya.

86
4). Ia menolak bentuk komunitarisme ia menyerang relativisme
paradigma yang digagas oleh rekannya Thomas kuhn.
5). Daya transendesi nalar menurut Popper adalah saat nalar induksi
digantikan oleh nalar falsifikasi.
6). Popper menolak anggapan umum bahwa suatu teori dirumuskan
dan dapat dibuktikan kebenarannya melalui prinsip verifikasi,
sebagaimana yang dianut kaum positivisme.
Teori ilmiah selalu bersifat hipotesa dan tidak ada kebenaran terakhir,

Prof. H. Abdul Manan


setiap teori selalu terbuka untuk diganti oleh teori yang lain.
7). Cara kerja metode induksi yang secara sistematis dari pengamatan
(observasi) secara teliti gejala yang sedangdiselidikinya. Pengamatan
yang berulang ulang itu akan memperlihatkan adanya ciri-ciri
umum yang dirumuskan menjadi hipotesa. Selanjutnya dengan bukti
empiris hipotesa itu dapat dibenarkan dengan adanya bukti-bukti
empiris yang mendukungnya, selanjutnya berubah menjadi hukum.
Popper menolak tata kerja diatas, terutama pada asas verifiabilitas,
87
bahwa sebuah pernyataan itu dapat dibenarkan berdasarkan bukti-
bukti pengamatan empiris
8). Popper menawarkan pemecahan baru dengan mengajukan
prinsip verifiabilitas yaitu bahwa sebuah pernyataan sebuah
pernyataan dapat dibuktikan kesalahannya. Artinya sebuah
hipotesa hukum ataukah teori kebenarannya hanya bersifat
sementara sebelum ditemukan kesalahan yang ada
didalamnya.
9). Bagi popper, ilmu pengetahuan dapat berkembang maju

Prof. H. Abdul Manan


manakala suatu hipotesa telah dibuktikan salah sehingga
dapat digantikan dengan hipotesa yang baru. Apabila suatu
hipotesa dapat bertahan melawan segala usaha
penyangkalannya maka hipotesa tersebut semakin kokoh.
(Filsafat Ilmu Misnal Munir Hal. 117-118)

88
d. Epistemologi Revolusi Thomas Kuhn.
1). Awalnya Kuhn merespon pendapat popper yang lebih dalam
menguraikan terjadinya ilmu empiris melalui jalan hipotesa
untuk kemudian diberlakukan prinsip falsifikasi. Tetapi
kenyataannya dalam sejarah ilmu pengetahuan pendapat
tersebut hanya digunakan oleh popper sebagai bukti untuk
mempertahankan pendapatnya. Disini Kuhn justru tidak lagi
memakai pendapat popper, ia lebih banyak menggunakan

Prof. H. Abdul Manan


sejarah ilmu sebagai titik tolak penyelidikannya. Filsafat ilmu
harus berguru kepada sejarah ilmu pengetahuan, sehingga
dapat memahami aktivitas ilmiah yang sesungguhnya.
2). Kuhn berpendapat bahwa perkembangan atau kemajuan ilmiah
selalu bersifat revolusioner, bukan kumulatif sebagimana
anggapan para ilmuwan sebelumnya.
3). Revolusi ilmiah itu pertama kali menyentuh wilayah paradigma
yaitu cara pandang terhadap dunia dan contoh-contoh 89
prestasi atau praktek ilmiah yang konkrit.
4). Menurut Kuhn cara kerja paradigma dan terjadinya revolusi
ilmiah dapat digambarkan dalam tahapan-tahapan sebagai
berikut:
1). Paradigma ini membanding dan menggerakkan aktivitas
ilmiah dalam masa ilmu normal, pada tahap ini para ilmuwan
berkesempatan menyebarkan dan mengembangkan paradigma
sebagai model ilmiah yang digelutinya secara rinci dan
mendalam. Dalam tahap ini para ilmuwan tidak bersifat kritis

Prof. H. Abdul Manan


terhadap paradigma yang membimbing aktivitas ilmiahnya .
2). Menumpuknya anomali menimbulkan krisis kepercayaan dari
para ilmuwan terhadap paradigma. Paradigma mulai diperiksa
dan dipertanyakan, para ilmuwan mulai keluar dari jalur normal.
3). Para ilmuwan bisa kembali lagi pada cara-cara ilmiah yang
lama sembari memperluas dan mengembangkan suatu
paradigma tandingan yang dipandang bisa memecahkan
masalah dan membimbing aktivitas ilmiah berikutnya.proses
peralihan dari paradigma lama ke paradigma baru, inilah yang 90
disebut revolusi ilmiah
4). Revolusi ilmiah menurut pandangan Kuhn dapat digambarkan
seperti skema dibawah ini.
Titik pandang baru
ILMU TAHAP II
ILMU PADA Krisis yg Paradigma baru
TAHAP I ditimbulkan Teori baru
Anomali-anomali

UKURAN UMUM

Prof. H. Abdul Manan


1. Consistency
2. Accuracy
3. Scope Diperbandingkan
4. Simplicity
5. Fruitful

NORMAL SCIENCE I REVOLUSI NORMAL SCIENCE II


91
Sumber: Filsafat Ilmu. Rizal Mustansyir/Misnal Munir. Hal.156 cet.1 thn. 2001
e). Epistemologi Teori Kritis
1. Pendahuluan
a) Teori kritis pada awalnya merujuk pada serangkaian pemikiran
yang tergabung dalam sekolah Institute Penelitian di universitas
Frankfurt pada tahun 1920an yang kemudian dikenal sebagai OIE
FRANKFURTER SCHULE atau Frankfurt School.
b) Pemikiran mereka banyak memperoleh aspirasi dari atau atas
dasar pemikiran tokoh-tokoh seperti george Hege, Max Weber,
Immanuel Kan, Sigmund Freud dan juga pikiran-pikiran dari Karl

Prof. H. Abdul Manan


Max.Mazhab Frankfurt ini telah berkembang melalui beberapa
generasi dan telah memproduksi beberapa varian pemikiran, tetapi
sejumlah pemikiran itu bukan suatu kesatuan frankfurt school tadi
yang monolistik.
c) Fakta sejarah telah ada tiga generasi pemikiran yang berkembang
tetapi pemikiran ini sering disimpulkan dalam Label School of
Western Marxism yang dipelopori oleh toko-tokoh seperti Theodore
Adorno, Max Horkeimer dan Herbert Marcuse, juga tokoh ytokoh
ilmuwan dari aliran Psikoanalisis seperti Erich Fromm dan Sigmund
92
Freud yang juga dinilai sebagai bagian dari generasi pertama dari teori
teori kritis.
4). Ada yang berpendapat bahwa kematian Filosof Adorno dan
Horkeimer ini dinilai oleh banyak kalangan ilmuwan
sebagai salah satu faktor berakhirnya era frankfurt school,
sekaligus berakhirnya pemikiran teori kritis ini sebagai suatu
bentuk pemikiran dari Marxisme, sebab setelah kematian
kedua tokoh ini perkembangan pemikiran mazhab ini
menjadi kabur dan semakin terpisah dari gerakan-gerakan
marxisme.

Prof. H. Abdul Manan


5). Generasi kedua mencuat nama-nama seperti Jurgen
Habermass . Pemikiran J Habermass ini sangat jelas adanya
perbedaan epistemologi yang cukup mendasar dibandingkan
konsepsi yang dimiliki oleh para pendahulunya, meskipun
tetap mempertahankan tradisi bagian dari teori kritis.
Konsep pemikiran J Habbermas yang penting adalah
Communicative Rationality yang dinilai sebagai perpecahan
epistemologi dengan konsep Philosophy Consciousnes yang
93
dipergunakan pada generasi awal/pertama.
6). Generasi ketiga, perkembangan teori kritis banyak
merujuk pada pemikiran Axel Hones. Ruang lingkup teori
kritis meluas mencakup Psikoanalisis dari Jarques Lacan,
semiotik and linguistik dari roland barthes, ekonomi politik
dan media dari peter Golding, Noam Chomsky dan tokoh
lainnya. oleh karena itu sering dibedakan pengertian antara

Prof. H. Abdul Manan


critical theories (Teori teori Kritis) dan Critical Theory (Teori
Kritik) pengertian pertama merujuk pada teori-teori Frankfurt
school sedangkan pengertian yang kedua mewakili
pengertian yang lebih umum (Sumber: Drs. Hamdani, Filsafat
Sains,. Pustaka setia, bandung cet.1, 2011 hal 2005-2007)

94
2. Kriteria teori kritis
menurut Horkeimer ini dianggap mencukupi dan benar apabila
memenuhi 3 kriteria sebagai berikut:
a) Explanatory
Harus menjelaskan apa yang salah dengan realitas sosial yang ada.
Pengertian Explanatory berarti adanya unsur muatan menghukum
(Judgements) dalam teori antara lain tentang salah dan benar, yang
seharusnya dan yang tidak seharusnya, yang wajar dan yang tidak
wajar.

Prof. H. Abdul Manan


b) Practical
Antara lain menjelaskan bahwa praktek sosial dan aktor-aktor sosial
yang mampu mengubah dan mengoreksi realita sosial yang ada, dan
yang dinilai tidak seharusnya demikian.
c) Normatif
Terkait dengan uraian sebelumnya suatu teori kritis harus
menyajikan norma-norma yang jelas atau berpegang pada moral
(Moral Consents), baik yang dipergunakan sebagai dasar melakukan
kritik terhadap suatu realita sosial maupun mengetengahkan tujuan- 95
tujuan praktis yang bisa dicapai melalui suatu transformasi sosial.
Baca buku IDEM halaman 209.
3. Struktur dan Tujuan Teori Kritris
a). Berbeda dengan teori teori ilmiah dalam pengertian
tradisional yang cenderung bebas nilai (Value Free), Teori
kritis menonjolkan posisi sebagai panduan bertindak bagi
manusia dalam arti teori-teori itu memproduksi pencerahan
dalam diri pelaku sosial yang mampu memberdayakan
mereka untuk menentukan “ kepentingan sejati mereka”
dan secara inheren bersifat emansipatoris, dengan

Prof. H. Abdul Manan


menpatkan diri sebagai pelaku pembebasan dari berbagai
bentuk dominasi dan hegemoni.
b). Teori-teori kritis seperti halnya teori-teori ilmiah
tradisional memiliki substansi kognitif dalam pengertian
teori-teori tersebut merupakan suatu bentuk pengetahuan.
c). Dari segi epistemologi, menampilkan perbedaan yang
sangat mendasar dengan teori-teori ilmiah tradisional.
Sebab teori-teori kritis bersifat reflektif, sementara teori-teori 96
ilmiah tradisional lebih bersifat objektif.
(Baca IDEM hal 209-210)
4. Karakteristik Teori Kritis
ada 4 teori besar dalam struktur teori kritis, secara sistematis
keempat teori tersebut saling kait mengkait (Hamdani, 2010 :
2011) Menjelaskan secara rinci keempat karakteristik sbb:
a). Theory of False conciousness (teori kesadaran palsu atau
kritik ideologi) terdiri atas teori-teori yang bertujuan:
b). Menunjukkan bahwa kesadaran diri sekelompok individu
sebenarnya merupakan kesadaran palsu (tidak mencerminkan

Prof. H. Abdul Manan


fakta pengalaman hidup individu yang sebenarnya);
c). Menjelaskan proses bagaimana individu sampai memiliki
kesadaran palsu;
d). Mendeskripsikan kesadaran alternatif yang lebih “unggul” atau
yang “seharusnya”:

97
e). Theory of crisis (Teori Krisis), berisi serangkaian teori yang intinya
berupaya:
a). Menguraikan konsepsi tentang krisis sosial;
b).Menunjukkan adanya krisis sosial tersebut dalam masyarakat;
c).Mendeskripsikan perkembangan historis dari krisis tersebut,
khususnya dalam kaitannya dengan kesadaran palsu individu dan basis
struktural masyarakat yang paling bawah
f). Theory of Education (Teori Pendidikan) bertujuan:
a).Menyajikan deskripsi kondisi-kondisi yang diperlukan dan mencukupi

Prof. H. Abdul Manan


(necessary condition dan sufficient condition) bagi penyadaran dan
pencerahan masyarakat;
b). Menunjukkan kondisi-kondisi yang telah terpenuhi.
g). Theory of transformative action (teori tindakan transformatif), yang
bertujuan:
1). Mengisolasi aspek-aspek tertentu dalam masyarakat yang harus
diubah untuk mengatasi krisis sosial dan mengurangi ketidakpuasan
dalam masyarakat;
2). Memberi perincian suatu rencana program aksi, yang antara lain 98
menyangkut seseorang atau kelompok yang diharapkan menjadi pelaku
transformasi sosial, dan menyangkut pula ide-ide umum tentang cara
kelompok tersebut dapat melaksanakan transformasi sosial.
IV. TEORI -TEORI DALAM FILSAFAT ILMU
1). Teori Korespondensi (correspondence theory)
Kebenaran merupakan persesuaian antara fakta dan situasi
nyata. Kebenaran merupakan persesuaian antara pernyataan
dalam pikiran dengan situasi lingkungan. Teori ini paling luas
diakui oleh kaum realis.
Saya berpendapat, bahwa pulau Jawa merupakan pulau

Prof. H. Abdul Manan


yang terpadat penduduknya di Indonesia. Pendapat saya ini
benar bukan karena bersesuaian dg pendapat orang lain, atau
diterima banyak orang, akan tetapi karena bersesuaian dg
kenyataan sebenarnya. Ini merupakan contoh ilmuwan yg
selalu mengecek atau mengontrol pikirannya dg data-data
atau penemuan-penemuan.
Teori Korespondensi yang menyatakan Kebenaran itu
adalah sesuatu sesuai hukum alam (Natural Law) oleh sebab 99
itu ilmu harus mencari atau menemukan hukum alam.
2). Teori Koherensi (coherence theory)
 Kebenaran merupakan kesesuaian secara harmonis antara pendapat/
pikiran kita dengan pengetahuan kita yang telah dimiliki. Teori ini pada
umumnya diakui oleh kaum idealis.
 Pengertian persesuain ini berarti terdapat konsistensi yang merupakan
ciri logis hubungan antara pikiran-pikiran yang telah kita miliki satu
dengan yang lain.
 Teori koherensi menuntut adanya konsistensi formal dalam sistem.
Misalnya dari rumus-rumus dalam matematika orang dapat

Prof. H. Abdul Manan


membangun suatu sistem dalam geometri. Sistem ini dapat diakui
sebagai suatu sistem yg benar, jika yg menjadi dasar kebenaran dalam
sistem adalah adanya konsistensi dengan hukum-hukum berpikir formal
tertentu. Berdasarkan prinsip ini, kebenaran merupakan sistem dalil-
dalil yg konsisten secara timbal balik, dan setiap dalil memperoleh
kebenarannya dalam keseluruhan sistem.
 Teori koherensi menyatakan bahwa kebenaran itu suatu nilai,
intersubjektif, ada nilai yang disepakati bersama antara subjek yang satu
dengan subjek yang lain, termasuk kebenaran yang bermakna 100
humanistik
3). Teori Pragmatisme (pragmatism theory)
 Kebenaran tidak bisa bersesuaian dengan kenyataan, sebab kita hanya bisa
mengetahui dari pengalaman kita saja. Pragmatisme berpendirian, bahwa
mereka tidak mengetahui apapun (agnostik) tentang wujud, esensi,
intelektualitas, rasionalitas. Oleh karena itu, pragmatisme menentang
ototarianisme, intelektualisme, dan rasionalisme. Menurut pragmatisme, tidak
ada kebenaran yang mutlak dan abadi. Kebenaran itu dibuat dalam proses
penyesuaian manusia.
 Schiller mengemukakan bahwa kebenaran merupakan suatu bentuk nilai,
artinya apabila kita menyatakan benar terhadap sesuatu, maka kita

Prof. H. Abdul Manan


memberikan nilai terhadapnya. Dinyatakan benar apabila itu dapat berguna
untuk kepentingannya. Tetapi dalam hal ini tidak berarti benar dan salah
bersifat individual. Kebenaran merupakan hasil sosial. Kebenaran individual
dikoreksi dibawah pengaruh sosial, sampai akhirnya kebenaran itu diterima
secara umum.
 Menurut pragmatisme, kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria
apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis atau
tidak.
 Teori pragmatis menyatakan adalah suatu yang berguna atau bermanfaat
bagi manusia didunia ini atau paham teori utilitarianisme yang benar itu yang 101
memberikan faedah atau keuntungan bagi manusia.
v. ALIRAN-ALIRAN DALAM ILMU PENGETAHUAN
1).Persoalan pengetahuan yang bertalian dengan sumber-
sumber pengetahuan, dijawab oleh aliran berikut ini:
a. Rasionalisme, Semua pengetahuan bersumber pada akal.
Akal mendapat pengetahuan lewat indera untuk kemudian
diolah, sehingga menjadi pengetahuan. Rasioanlisme
mendasarkan pada metode deduksi, yaitu cara memperoleh

Prof. H. Abdul Manan


kepastian melalui langkah-langkah metodis yg bertitik tolak
dari hal-hal yang bersifat umum untuk mendapatkan
kesimpulan bersfat khusus.
b. Empirisme, semua pengetahuan diperoleh lewat indera.
Indera mendapat kesan dari alam nyata, untuk kemudian
berkumpul dalam diri manusia, sehingga menjadi
pengalaman. Pengetahuan yg berupa pengalaman terdiri atas
penyusunan dan pengaturan kesan yg bermacam-macam. 102
c. Realisme, objek-objek pengetahuan yang diketahui adalah
nyata dalam dirinya sendiri. Objek tersebut tidak bergantung
adanya pada yang mengetahui, atau tidak tergantung pada
pikiran. Pikiran dan dunia luar saling berinteraksi, tetapi
interaksi ini tidak mempengaruhi sifat dasar dunia. Dunia
tetap ada sebelum pikiran menyadarinya dan akan tetap ada
setelah pikiran berhenti menyadarinya.
d. Kritisisme, aliran yang mencoba menjawab persoalan

Prof. H. Abdul Manan


pengetahuan dengan tokohnya Immanuel Kant. Titik tolak
Kant adalah ruang dan waktusebagai dua bentuk
pengamatan. Akal menerima bahan-bahan pengetahuan
dari empiri (dari indra sbg empiri ekstern dan dari
pengalaman sbg empiri intern). Bahan-bahan yg berupa
tersebut masih kacau. Kemudian akal mengatur dan
menertibkan dalam bentuk pengamatan, yakni ruang dan
waktu. 103
2). Persoalan pengetahuan yg menekankan pada hakikat
pengetahuan dijawab oleh aliran berikut:
a. Idealisme, pengetahuan adalah proses-proses mental
ataupun psikologis yang sifatnya subjektif. Pengetahuan
merupakan gambaran subjektif tentang kenyataan.
b. Empirisme, hakekat pengetahuan adalah pengalaman.
Pengalaman merupakan ukuran terakhir dari kenyataan.

Prof. H. Abdul Manan


c. Positivisme, Kepercayaan dogmatis harus digantikan dengan
pengetahuan yang faktawi. Apapun yang berada diluar
pengalaman tidak perlu diperhatikan.
d. Pragmatisme, tidak mempersoalkan hakikat pengetahuan
melainkan menanyakan apa guna pengetahuan tersebut.
Daya pengetahuan hendaklah dipandang sebagai sarana
bagi perbuatan.
104
VI. TENTANG KEBENARAN
1) Pengertian Kebenaran
• Hal kebenaran sesungguhnya memang merupakan tema sentral di
dalam filsafat ilmu. Secara umum orang merasa bahwa tujuan
pengetahuan adalah untuk mencapai kebenaran.
• Problematik mengenai kebenaran merupakan masalah-masalah yg
mengacu pada tumbuh dan berkembangnya dalam filsafat ilmu.

Prof. H. Abdul Manan


Apabila orang memberikan prioritas kepada peranan pengetahuan,
dan apabila orang percaya bahwa dengan pengetahuan itu manusia
akan menemukan kebenaran dan kepastian, maka mau tidak mau
orang harus berani menghadapi pertanyaan tersebut, sebagai hal yg
mendasar dan hal yang mendasari sikap dan wawasannya.
• Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ditemukan arti kebenaran,
yakni: 1. Keadaan (hal dan sebagainya) yang benar (cocok dengan hal
atau keadaan yang sesungguhnya); 2. Sesuatu yang benar (sungguh-
sungguh ada betul-betul demikian halnya dan sebagainya); 3.
Kejujuran, kelurusan hati; 4. Selalu izin, perkenana; 5. Jalan 105
kebetulan.
2. Cara Menemukan Kebenaran
a. Penemuan secara kebetulan. Dalam sejarah manusia,
penemuan secara kebetulan itu banyak juga yg berguna
walaupun terjadinya tidak dg cara ilmiah, dan tanpa rencana.
Cara ini tidak dapat diterima dalam metode keilmuan untuk
menggali pengetahuan atau ilmu.
b. Penemuan “coba dan Ralat” (Trial and Eror). Penemuan
dengan cara ini kerap kali memerlukan waktu yang lama,

Prof. H. Abdul Manan


karena memang tidak terarah, dan tidak diketahui tujuannya.
Cara coba dan ralat ini pun tidak dapat diterima sebagai cara
ilmiah dalam usaha untuk mengungkapkan kebenaran.
c. Penemuan Melalui Otoritas atau Kewibawaan. Pendapat
orang yg memiliki kewibawaan, misalnya orang-orang yg
mempunyai kedudukan dan kekuasaan sering diterima sebagai
kebenaranmeskipun pendapat itu tidak didasarkan pada
pembuktian ilmiah. 106
3. Karakteristik Kebenaran

a) Kebenaran bersifat universal, artinya berlaku untuk kapan pun dan


dimana pun.
b) Kebenaran bersifat Mutlak. Tanpa pandangan tersebut, maka
diskusi akan sia-sia. Apapun pengetahuan baru dalam diskusi
tersebut tidak dapat diterima sebagai kebenaran.
c) Kebenaran bersifat manusiawi, artinya bahwa pengetahuan yang

Prof. H. Abdul Manan


disampaikan secara ilmiah dapat dimengerti oleh manusia.
d) Kebenaran bersifat argumentatif. Argumentasi digunakan untuk
menjelaskan proses mendapatkan pengetahuan baru tersebut.
Dalam menilai kebenaran dan keabsahan argumentasi, ada dua
hal yg harus diperhatikan, (1) kebenaran dari isi pengetahuan yg
menjadi pijakan. (2) keabsahan penyusunan pengetahuan-
pengetahuan pijakan menjadi suatu kesimpulan.
e) Kebenaran bersifat ilmiah. Kebenaran dapat dibuktikan oleh orang 107
lain.
Selain hal tersebut diatas terdapat berbagai teori tentang rumusan
kebenaran . Namun secara tradisional terdapat 3 teori kebenaran yaitu
sebagaimana tersebut diatas (Koherensi, Korepondensi dan Pragmatik).
Michel Williem mengemukakan ada lima teori kebenaran dalam ilmu
yaitu kebenaran koherensi, kebenaran korespondensi, kebenaran
performatif, kebenaran pragmatik dan kebenaran proposisi kemudian
Noeng Muhajir menambahkan satu teori lagi yaitu kebenaran
paradigmatik.
Ada beberapa teori kebenaran yang dapat digunakan oleh para

Prof. H. Abdul Manan


pemerhati filsafat ilmu sbb:
a). Teori Kebenaran saling berkesesuaian (Correspondense Theory of
Truth). Teori ini berpandangan bahwa suatu proposisi bernilai
kebenaran apabila berkesesuaian dengan dunia kenyataan . Kebenaran
demikian dapat dibuktikan secara langsung pada dunia kenyataan;
b). Teori kebenaran inherensi (Inherent Theory of Truth). Kadang kadang
teori ini disebut juga dengan teori pragmatis. Pandangannya adalah
suatu proposisi bernilai benar apabila mempunyai konsekuensi yang 108
dapat dipergunakan atau bermanfaat;
c). Teori kebenaran berdasarkan arti ( Semantic Theory of Truth).
Teori kebenaran semantik dianut oleh paham filsafat analitika
bahasa yang dikembangkan paska filsafat Bertrand Russell sebagai
tokoh pemula dari filsafat Analitika Bahasa;
d). Teori kebenaran sintaksis. Teori berkembang diantara filsuf analisis
bahasa, terutama begitu ketat terhadap pemakaian gramatika;
e). Teori kebenaran non deskripsi. Teori ini dikembangkan oleh
penganut filsafat fungsionalisme. Karena pada dasarnya suatu
statement atau pernyataan akan mempunyai nilai benar yang amat

Prof. H. Abdul Manan


tergantung pada peran dan fungsi dari pernyataan itu;
f). Teori kebenaran logik yang berlebihan (logical superfluity of
truth). Teori ini dikembangkan oleh kaum positivistik yang diawali
oleh Ayer. Pada dasarnya menurut teori kebenaran ini, problema
kebenaran hanya merupakan kekacauan saja dan hal ini
mengakibatkan suatu pemborosan, karena pada dasarnya apa yang
hendak dibuktikan kebenarannya memiliki derajat logis yang sama
yang masing-masing saling melingkupinya. 109
4. Kebenaran Ilmiah dan Non Ilmiah
a). Kebenaran Ilmiah
Pengetahuan yang diperoleh melalui pendekatan ilmiah
berupa kegiatan penelitian imiah dan dibangun diatas teori- teori
tertentu. Teori/ pengetahuan yg ditemukan dapat diuji keajekan
dan kejituan internalnya. Artinya, jika penelitian ulang dilakukan
dg langkah-langkah pada kondisi yg sama akan menghasilkan

Prof. H. Abdul Manan


sesuatu yang sama pula.
Dengan pendekatan ilmiah, orang berusaha untuk
memperoleh kebenaran ilmiah, yaitu pengetahuanbenar yang
kebenarannya terbuka untuk diuji oleh siapa saja. Cara ilmiah ini
merupakan cara mutlak untuk menemukan suatu ilmu.

110
Sebagai produk ilmu tidak lain adalah pengetahuan atau
kebenaran ilmiah yang memiliki karakteristik : (a) sistematisasi (b)
keumuman (c) rasionalitas (d) objektivitas (e) verifiabilitas (f)
komunalitas. Pengetahuan dapat digolongkan sebagai ilmu bila
pengetahuan tersebut tersusun secara sistematis. Dan apa yang
tersusun secara sistematis sebagai suatu kesatuan tersebut haruslah
memiliki sifat keumuman (generality), artinya bahwa
kebenaran yang terkandung di dalamnya harus dapat berlaku
secara umum atau luas jangkauannya.

Prof. H. Abdul Manan


Karena kebenaran tidak bisa terlepas begitu saja dari kualitas,
sifat, hubungan, dan nilai itu sendiri, maka setiap subjek yang
memiliki pengetahuan akan memiliki persepsi dan pengertian yang
amat berbeda dengan yang lainnya, dan disitu terlihat sifat- sifat dari
kebenaran. Sifat kebenaran dapat dibedakan menjadi tiga hal,
yaitu:

111
1). Kebenaran berkaitan dengan kualitas pengetahuan,
dimana setiap pengetahuan yang dimiliki ditilik dari jenis
pengetahuan yang dibangun. Pengetahuan itu berupa: (a)
Pengetahuan biasa atau disebut ordinary knowledge atau
common sense knowledge. (b) pengetahuan ilmiah, yaitu
pengetahuan yang telah menetapkan objek yang khas atau

Prof. H. Abdul Manan


spesifik dengan menerapkan metodologi yang telah
mendapatkan kesepakatan para ahli sejenis. (c) Pengetahuan
Filsafat, yaitu jenis pengetahuan yang pendekatannya
melalui metodologi pemikiran filsafat. (d) kebenaran
pengetahuan yang terkandung dalam pengetahuan agama.

112
2). Kebenaran dikaitkan dengan sifat atau karakteristik dari
bagaimana cara atau dengan alat apakah seseorang
membangun pengetahuannya.

3). Kebenaran dikaitkan atas ketergantungan terjadinya


pengetahuan. Membangun pengetahuan tergantung dari

Prof. H. Abdul Manan


hubungan antara subjek dan objek, mana yang dominan.
Jika objek yang berperan, maka jenis pengetahuannya
mengandung nillai kebenaran yang sifatnya objektif.
(Suwardi Endraswara. Filsafat Ilmu, cet.1.2012 hal.218).

113
b. Untuk berpikir secara ilmiah ada tiga tahapan berpikir yg harus
dilalui, yaitu:

1) Skeptik. Ditandai oleh cara orang di dalam menerima


kebenaran informasi atau pengetahuan tidak langsung diterima
begitu saja, namun dia berusaha untuk menanyakan fakta-fakta
atau bukti-bukti terhadap setiap pernyataan yang diterimanya.

Prof. H. Abdul Manan


2) Analitik. Dalam berkegiatan, orang selalu berusaha
menimbang-nimbang setiap permasalahan yang dihadapinya,
mana yg relevan, dan mana yg menjadi masalah utama dan
sebagainya.
3) Kritis. Cara berpikir ini ditandai dengan orang yg selalu
berupaya mengembangkan kemampuan menimbang setiap
permasalahan yg dihadapinya secara objektif. Hal ini dilakukan
agar semua data dan pola pikir yang diterapkan dapat selalu
logis. 114
c. Ilmu pengetahuan ilmiah dapat dipertanggung jawabkan
melalui 3 macam sistem:
1) Sistem Axiomatis, artinya sistem ini berusaha membuktikan
kebenaran suatu fenomena atau gejala sehari-hari mulai
dari kaidah atau rumus umum menuju rumus khusus atau
konkret.
2) Sistem Empiris, sistem ini berusaha membuktikan kebenaran

Prof. H. Abdul Manan


suatu teori mulai dari gejala/ fenomena khusus menuju
rumus umum atau teori.
3) Sistem Semantik/ linguistik, dalam sistem ini kebenaran
didapatkan dengan cara menyusun proposisi-proposisi
secara ketat. Umumnya yg menggunakan metode ini adalah
ilmu bahasa (linguistik).

115
5. Kebenaran Non Ilmiah
a) Akal Sehat. Adalah serangkaian konsep dan bagan yg
memuaskan untuk penggunaan praktis bagi kemanusiaan.
Pada umumnya akal sehat banyak digunakan oleh orang awam
dalam mempersoalkan sesuatu.
b) Prasangka. Penemuan pengetahuan yg dilakukan melalui akal
sehat kebanyakan diwarnai oleh kepentingan orang yg
melakukannya. Sehingga akal sehat mudah berubah menjadi

Prof. H. Abdul Manan


prasangka. Seringkali hubungan antara dua hal dianggap
sebagai hubungan sebab akibat yg langsung dan sederhana.
Dengan akal sehat orang cenderung kearah perbuatan
generalisasi yg terlalu dipaksakan, sehingga hal itu menjadi
suatu prasangka.
c) Pendekatan Intuitif. Orang menentukan pendapat mengenai
sesuatu hal yg didasarkan atas pengetahuan yg langsung atau
didapat dg cepat melalui proses yg tidak disadari, tanpa 116
didahului oleh suatu perenungan.
d) Penemuan Kebetulan dan Coba-coba.
Penemuan secara kebetulan diperoleh tanpa direncana,
tidak pasti, dan melalui langkah-langkah yg tidak sistematik
dan terkendali. Penemuan biasanya tidak efisien dan tidak
terkontrol.
e) Pendapat Otoritas ilmiah dan pikiran ilmiah.

Prof. H. Abdul Manan


Biasanya diperoleh seseorang yg telah menempuh
pendidikan formal tertinggi, misalnya doktor atau seseorang
yg mempunyai pengalaman profesional atau kerja ilmiah
dalam suatu bidang cukup banyak (seorang profesor).
Pendapat mereka biasanya sering diterima tanpa diuji,
karena dipandang benar. Namun, pendapat ini sebenarnya
tidak selamanya benar, bila pendapat tsb tidak didasarkan
pada hasil penelitian, melainkan hanya didasarkan oleh
117
pikiran logis semata.
PENGETAHUAN METODE ILMIAH
 Adalah pengetahuan yang telah diolah kembali dan disusun secara
metodis, sistematis, konsisten dan koheren disebut ilmu
pengetahuan
 Agar pengetahuan menjadi ilmu, maka pengetahuan tadi harus
dipilah menjadi suatu bidang tertentu dari (kenyataan)dan
disusun secara metodis sistematis dan konsisten.

Prof. H. Abdul Manan


118
METODE ILMIAH
 Tujuannya agar pengalaman tadi bisa mengungkapkan kembali secara
lebih jelas, rinci dan setepat-tepatnya, Metodis berarti dalam proses
menemukan dan mengolah pengetahuan menggunakan metode
tertentu tidak serampangan.
 Sistematis berarti dalam upaya meluruskan kebenaran dan
menjabarkan pengetahuan yang diperolah, menggunakan langkah-
langkah tertentu yang teratur dan terarah sehingga menjadi suatu
keseluruhan yang terpadu.
 Selain tertata, tersistem dan terpadu pengetahuan perlu di
sistematiskan secara koheren yang saling terkait dan berkesesuaian

Prof. H. Abdul Manan


(Konsisten).
 Konsistensi merupakan ciri dari ilmu pengetahuan yang disebut ilmiah.
 Ilmiah adalah kadar berfikir, berakal budi yang disertai penataan yakni
ruang dan wilayah ontologi merupakan ruang penataan eksistensi
keilmuan.

Ada 3 aliran dalam ONTOLOGI yaitu:


 Aliran Realisme
119
 Aliran Naturalisme
 Aliran Empirisme
22. Berpikir Induksi dan Deduksi
Induksi Deduksi

Proses pemikiran yg di dalamnya akal kita


Proses pemikiran yang di dlmnya akal kita
bertolak dari pengetahuan tentang
beberapa kejadian/peristiwa/hal yg lebih bertolak dari pengetahuan yg lebih umum
untuk menyimpulkan hal yang lebih
konkret atau khusus lalu menyimpulkan
khusus.
hal yang lebih umum.

Kesimpulan dalam penalaran deduktif


Kesimpulan dalam penalaran induktif
bersifat analitis krn itu pasti 100% kalau
bersifat generalisasi, sintesis krn itu tidak argumentasinya sahih dari sudut logika
menjamin kepastian mutlak.

Prof. H. Abdul Manan


formal.

Induktif tdk bersifat shahih/ tdk shahih,


melainkan apakah suatu penalaran
induktif lebih prolabel dari yg lain. Tinggi Penalaran deduktif bersifat shahih kalau
rendahnya kadar kebolehjadian dalam kesimpulan relevan pada alasan. Tidak
kesimpulan bergantung pada alasan. Kalau sahih kalau kesimpulan tidak relevan pada
alasan cukup, kesimpulan benar, kalau proses.
alasan kurang cukup, kesimpulan mungkin
benar.

Deduktif adalah dasar untuk membangun 120


Penalaran induktif tidak bisa siap dipakai
dan menilai prinsip-prinsip ilmu
untuk membenarkan induksi.
pengetahuan.
24. Evolusi Paradigma Penalaran Menjadi Ilmu Pengetahuan
Zaman Prasejarah Zaman Pertengahan Zaman Modern
Sumber Pengetahuan: Logika atau Eksperimen Perpaduan logika dan
Empiris turun temurun,
eksperimen menonjol
Know how of doing thing: Know how of doing thing, Know how of doing thing,
• Kemampuan doing thing better doing thing better, doing
Mengamati thing professionally, High
• Kemampuan Quality Services
membedakan
• Kemampuan Memilih

Prof. H. Abdul Manan


• Kemampuan Trial and
Eror
Logika deduktif kuat, Logika deduktif kuat, Logika Hipotetiko
logika induktif lemah logika induktif menonjol verivikatif (metode ilmiah),
Logika Pragmatis
Receptive mind Inquiring mind (Ingin Cogito ergo sum (aku
menyelidiki) berpikir, maka aku ada)
De omnibus dubitantum Kuratif rehabilitatif, Komprehensif
(orientasi pada kuratif) promotif, preventif, kuratif (menyeluruh)
rehabilitatif
121

Anda mungkin juga menyukai