A. FILSAFAT
Sebelum penulis menjelaskan tentang Filsafat Ilmu, karena
merupakan bagian dari Filsafat, maka akan dijelaskan terlebih dahulu
tentang pengertian dari Filsafat itu sendiri beserta ruang lingkupnya.
1. Pengertian Filasfat
Secara etimologi Filsafat berasal dari beberapa bahasa, yaitu
bahasa Yunani (gabungan dari kata philein yang berarti cinta atau
philos yang berarti mencintai, menghormati, menikmati, dan Sophia
atau Sofein yang artinya kehikmatan, kebenaran, kebaikan,
kebijaksanaan, atau kejernihan. Dari asal kata tersebut, maka filsafat
berarti mencintai, menikmati kebijaksanaan atau kebenaran. Dari kata
tersebut, lahirlah kata philosophy (Inggris) yang diartikan sebagai
“cinta kearifan”. Sedangkan dalam bahasa Indonesia filsafat berasal
dari bahasa Arab, filsafah yang juga berakar pada istilah Yunani.
Dalam bahasa Arab juga terdapat kata Al Hikmah yang memiliki arti
kebijaksanaan.1
Sedangkan secara definitive pengertian Filsafat dapat dilihat dari
beberapa pendapat para ahli, diantaranya adalah :
a. Socrates (470-399 SM), filsuf Yunani yang pertama kali memberi
perhatian pada manusia sebagai pusat kajiannya (antroposentris).
Menurutnya bahwa filosof adalah orang yang mencintai atau
mencari kebijaksanaan atau kebenaran.2
b. Plato (427-347 SM) filsuf Yunani yang termasyhur, murid Socrates
dan guru Aristoteles, mengatakan bahwa filsafat adalah
1
Aripin Banasuru, Filsafat dan filsafat Ilmu, Dari Hakekat ke Tanggungjawab,
(Bandung : Alfabeta, tahun 2013), cetakan 1, hlm.2
2
Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, (Jakarta : Tintamas, 1980), Cetakan
Pertama, hlm. 83.
pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang
melakukan kajian untuk mencapai kebenaran yang hakiki).3
c. Aristoteles (384 – 322 SM), filsafat sebagai ilmu pengetahuan
yang meliputi kebenaran, seperti ilmu-ilmu metafisika, logika,
retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika. Dapat dikatakan
bahwa filsafat adalah menyelidiki kausalitas dan asas segala benda.
d. Marcus Tullius Cicero (106 – 43 SM) politikus dan ahli pidato
Romawi, merumuskan filsafat adalah pengetahuan tentang alam
yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakekat wujud yang
sebenarnya.
e. Al Farabi (wafat 950 M), filsuf muslim terbesar sebelum Ibnu
Sina, dikenal sebagai penafsir Aristoteles (W, th 950, usia 80 th di
Damaskus), Filsafat atau Falsafah (Yunani) berasal dari kata
Philosophia. Philo berarti cinta dan shopia berarti hikmah,
sehingga philosophia berarti cinta akan hikmah atau cinta
kebenaran.
f. Ibnu Sina (w.326 H/1087 M) yang menyamakan istilah hikmah
dengan filsafat.
g. Al-‘Arabi, dalam kitabnya Fushus al-Hikam, mengartikan kata al-
Hikmah sebagai proses pencarian hakikat sesuatu dan perbuatan.
h. Immanuel Kant (1724 – 1804 M), menyatakan bahwa filsafat
adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari
segala pengetahuan yang di dalamnya mencakup empat persoalan,
yaitu apa yang dapat diketahui ? jawabnya adalah hal-hal yang
metafisika, apa yang boleh kita kerjakan ? adalah persoalan etika,
sampai dimanakah pengharapan kita ? akan dijawab oleh agama
dan apa yang dinamakan dengan manusia ? adalah kajian tentang
antropologi.
i. Rene Descartes mendefinisikan filsafat sebagai kumpulan segala
ilmu pengetahuan termasuk di dalamnya Tuhan, alam dan manusia
3
Mohammad Hatta, Ibid, hlm. 98.
menjadi pokok penyelidikan, dari kajian terhadap obyek tersebut,
maka akan lahir berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
j. Harold H. Titus, mengemukakan empat pengertian filsafat : (1)
Suatu sikap tentang hidup dan tentang alam semesta; (2) Suatu
metode pemikiran reflektif dan penyelidikan akliah; (3) Satu
perangkat masalah; dan (4) Satu perangkat teori dan sistem
pemikiran.
k. DC Mulder, filsafat adalah pemikiran teoritis tentang susunan
kenyataan sebagai keseluruhan.
l. Thomas Mautner (1999), mengemukakan tiga pengertian filsafat,
ialah sebagai berikut : (1) Aktivitas intelektual yang dapat diartikan
dalam berbagai pengertian , bergantung pada penekanannnya, yaitu
metode, masalah serta tujuannya. Metode filsafat adalah
pendalaman rasional, misalnya fisika, dan ilmu-ilmu alam lain
dialkukan pendalaman pendalaman secara umum, disebut filsafat
alam. Jika filsafat dimaksudkan untuk penelaahan secara murni,
bersifat rasional atas pengetahuan, filsafat merupakan tujuan dari
usaha intelektual; (2) Suatu teori yang lahir sebagai akibat dari
dilakukannya pendalaman filosofis; dan (3) Pandangan
komprehensif mengenai realitas dan tempat manusia berada dalam
pendangan itu.
m. Prof. Ir. Pudjawiyatna, bahwa filsafat berasal dari kata filo artinya
cinta dalam arti yang seluas-luasnya, yaitu ingin selalu berusaha
mencapai yang diinginkannya itu. Sofia artinya kebijaksanaan,
dalam arti pandai, mengerti dengan mendalam. Jadi filsafat
diartikan ingin mengerti dengan mendalam atau cinta kepada
kebijaksanaan.
n. Dr. Fuad Hasan guru besar psikologi UI Jakarta, bahwa filsafat
ialah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal dalam pengertian dari
mulai gejala, dari akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan
sampai pada kesimpulan yang universal.
o. Prof. Dr. N. Driyarkara SJ (1913-1967) filsafat adalah fikiran
manusia yang radikal, artinya mengesampingkan pendirian-
pendirian dan pandangan-pandangan “yang diterimanya saja”
melainkan mencoba memperlihatkan pandangan-pandangan yang
merupakan akar dari lain-lain pandangan dan sikap praktis.
Misalnya jika filsafat berbicara tentang masyarakat, hukum,
sosiologi, kesusilaan dan sebagainya, pandangannya tidak
diarahkan ke sebab-sebab yang terdekat, melainkan ke “mengapa”
yang terakhir, sepanjang kemungkinan yang ada pada budi
manusia berdasarkan kekuataannya itu.
p. Langeveld, dalam bukunya “Pengantar pada Pemikiran Filsafat”
(1959) menyatakan bahwa filsafat adalah suatu perbincangan
mengenai segala hal, sarwa sekalian alam secara sistematis sampai
ke akar-akarnya.
q. Drs. H. Hasbullah Bakry, ilmu filsafat adalah ilmu yang
menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan,
alam semesta dan manusia, sehingga dapat menghasilkan
pengetahuan tentang bagaimana hakikat ilmu filsafat dapat dicapai
oleh akal manusia dan bagaimana seharusnya sikap manusia
setelah mencapai pengetahuan tersebut.4
r. Ar-Raghib mengartikan al-Hikmah sebagai upaya memperoleh
kebenaran dengan perantaraan ilmu dan akal.
s. Nurcholish Madjid mengatakan bahwa hikmah berarti ilmu
pengetahuan, filsafat, kebenaran dan rahasia Tuhan yang
tersembunyi yang hanya bisa diambil manfaat dan pelajarannya
pada waktu yang lain.
t. Para filsuf muslim abad pertengahan memberikan pengertian
filsafat sebgai ilmu yang meneliti hakikat segala sesuatu yang ada
(al-maujudah) dengan cara menggunakan akal sempurna.
4
H. Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat dan Agama, Surabaya : PT. Bina Ilmu,
1987, Cet. Ketujuh, hlm.79-85
u. Goerge Wilhelm Freidrich Hegel (1770-1831), seorang filsuf
Jerman termasuk dalam aliran idealisme, mendefinisikan filsafat
sebagai pencarian segala sesuatu dengan cara perpikir mendalam.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan, bahwa filsafat
adalah :
1. Ilmu yang mencoba menjawab problematika-problematika yang
tidak mampu temukan jawabannya oleh ilmu pengetahuan biasa,
karena masalah-masalah tersebut di luar jangkauan ilmu
pengetahuan biasa.
2. Hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami
(mendalami dan menyelami) secara radikal dan integral serta
sistematik hakekat segala yang ada ; hakikat Tuhan, alam semesta
dan manusia, serta sikap manusia sebagai konsekuensi pada
pemahamannya tersebut.5
3. Filsafat adalah proses pencarian kebenaran dengan cara menelusuri
hakikat dan sumber kebenaran secara sistematis, logis, kritis,
rasional dan spekulatif.
4. Filsafat adalah pengembaraan alam pikir manusia yang tidak
mengenal puas menghasilkan ilmu pengetahuan dan menemukan
kebenaran yang hakiki.
5. Filsafat adalah pencarian kebenaran dengan cara berpikir
sistematis, yang dilakukan secara teratur mengikuti sistem yang
berlaku.
6. Filsafat adalah proses kritis atau pemikiran terhadap kepercayaan
dan sikap yang dijunjung tinggi dalam mencari kebenaran tanpa
batas.
7. Filsafat adalah seni kritik yang tidak membatasi diri pada destruksi
pemikiran tentang kebenaran.
8. Filsafat adalah pengetahuan metodis, sistematis dan koheren
tentang seluruh kenyatan (realitas).
5
H. Endang Saifuddin Anshari, Ibid, hlm. 85
9. Filsafat merupakan refleksi rasional atas keseluruhan realitas untuk
mencapai hakikat kebenaran dan memperoleh hikmah
(kebijaksanaan).
10. Filsafat adalah pencarian kebenaran tanpa mengenal batas dengan
menggunakan rasio secara sistematis dan radikal yang diawali oleh
keraguan (Skeptis) atas segala sesuatu.
7
Ibid, hlm. 81-82
m. Relatif, artinya kebenaran yang didapatkannya bersifat
relatif, tidak mutlak
n. Skeptif, artinya untuk mencapai kebenaran diawali dengan
keragu-raguan.
o. Kontinu, upaya yang dilakukan berjalan secara terus-
menerus sampai menemukan kebenaran tanpa batas ruang
dan waktu serta kepuasan.
p. Metaphisik atau abstrak, artinya dengan menggunakan
akalnya (logika) orang dapat menyimpulkan dibalik yang riil
(empiris);
q. Pengembaraan, berfilsafat senantisa mengembara untuk
mencari kebenaran samapi ke akar-akarnya.
4. Obyek filsafat
a. Obyek materia, ialah segala sesuatu yang menjadi obyek
kajian filsafat, baik tentang Tuhan, manusia atau alam.
b. Obyek forma, ialah usaha mencari keterangan secara radikal
(sedalam-dalamnya sampai ke akar-akarnya) tentang obyek
materia (Tuhan, manusia atau alam) sejauh terjangkau
pembuktiannya melalui penelitian, percobaan dan
pengalaman manusia (melalui panca inderanya) dengan
menggunakan akalnya sampai ke akar persoalannya sampai
ke sebab-sebab dan ke “mengapa” terakhir sepanjang
kemungkinan yang ada pada akal budi manusia berdasarkan
kekuatannya.8
8
Endang, Opcit., hlm. 87-88
c. Alam
Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia mampu
untuk memberikan jawaban atas permasalahan manusia dan alam ,
tetapi di sisi lain juga masih banyak persoalan manusia dan alam
yang belum terjawab oleh keberaan ilmu pengetahuan dan
teknologi atau masih menjadi misteri. Sedangkan masalah Tuhan
adalah sama sekali di luar jangkauan ilmu pengetahuan empiris dan
eksmperimental. Misteri-misteri problem alam dan manusia serta
ketidak mampuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
menjawab persoalan Tuhan adalah menjadi obyek kajian bagi
filsafat.
9. Cabang-cabang Filsafat
a. Metafisika, tentang hakikat yang ada di balik fisika, tentang
hakikat yang bersifat transenden, di luar atau di atas jangkuan
pengalaman manusia.
b. Logika, tentang fikiran yang benar dan yang salah.
c. Etika, tentang tingkah laku yang baik dan yang buruk
d. Estetika, tentang kreasi yang indah dan yang jelek.
e. Epistemologi, tentang pengetahuan yang benar, hasilnya suatu
ilmu pengetahuan
f. Filsafat-filasafat khusus lainnya seperti ; filsafat hukum,
filsafat sejarah, filsafat alam, filsafat agama, filsafat manusia,
filsafat pendidikan, filsafat ilmu, filsafat ekonomi dan lain
sebagainya.
b. Aliran-aliran Etika
1. Aliran Etika Naturalisme ialah aliran yang beranggapan
bahwa kebahagiaan manusise2a itu didapatkan dengan
menurutkan panggilan natura (fitrah) kejadian manusia
sendiri.
2. Aliran Etika Hedonisme ialah aliran yang berpendapat
bahwa perbuatan susila itu ialah yang menimbulkan
kenikmatan dan kelezatan.
3. Aliran Etika Utilitarianisme ialah aliran yang menilai baik
buruknya perbuatan manusia itu ditinjau dari kecil dan
besarnya manfaat bagi manusia (utily : manfaat).
4. Aliran Etika Idealisme, ialah aliran yang berpendirian
bahwa perbuatan manusia tidak terikat pada sebab-
musabab lahir, tetapi berdasarkan pada prinsip kerohanian
(idea) yang lebih tinggi.
5. Aliran Etika Vitalisme, ialah aliran yang menilai baik
buruknya perbuatan manusia terukur dari ada tidaknya
daya hidup (vital) yang maksimum mengendalikan
perbuatan manusia.
6. Aliran Etika Theologis, ialah aliran yang berkeyakinan
bahwa ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia itu
dinilai dengan sesuai dan tidak sesuainya dengan perintah
Tuhan (Theos : Tuhan).
B. FILSAFAT ILMU
1. Pengertian Filsafat Ilmu
Menurut Bunyamin (wibisono, 1984) merupakan cabang
ilmu Filsafat yang menelaah secara sistematis mengenai sifat
dasar ilmu, metode-metodenya, konsep-konsepnya dan
praanggapan-praanggapan serta letaknya dalam kerangka umum
dari cabang pengetahuan intelektual.
Filsafat Ilmu merupakan bagian dari Epistemologi atau
Filsafat Pengetahuan, yang secara spesifik mengkaji hakikat
Ilmu Pengetahuan. Filsafat Ilmu adalah segenap pemikiran
reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang
menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan
segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat Ilmu merupakan
suatu pengetahuan campuran yang eksistensi dan pemekarannya
bergantung pada hubungan interaksi antara filsafat dan ilmu.
Filsafat Ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat
pengetahuan, dimana obyeknya adalah ilmu pengetahuan itu
sendiri, karenanya setiap saat ilmu itu bisa berubah mengikuti
perkembangan zaman yang lahir setelah pengetahuan lama
melewati pengujian dengan metodologi tertentu menjadi ilmu
pengetahuan baru. Filsafat Ilmu mengarahkan pada strategi
pengembangan ilmu yang menyangkut nilai etika dan estetika
sampai dimensi kebudayaan bagi kehidupan manusia.9
Menurut Stephen R. Toulmin (1982 : 376) Filsafat Ilmu
mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlihat
dalam proses penyelidikan ilmiah, prosedur-prosedur
pengamatan, pola-pola perbincangan, metode-metode
penggantian dan perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan
metafisis, dan dari sudut-sudut tinjauan logika formal,
metodologi praktis dan metafisika.
The Liang Gie (2004 : 61) Filsafat Ilmu adalah segenap
pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai
segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan
9
Aripin Banasuru, Filsafat dan Filsafat Ilmu, dari hakikat ke tanggung jawab,
(Bandung : Alfabeta, 2013), Cet. 1, h. 85.
ilmu dengan segala segi kehidupan manusia. Pengertian ini
sangat umum dan cakupannya luas, hal yang penting untuk
difahami adalah bahwa Filsafat Ilmu merupakan telaah
kefilsafatan terhadap hal-hal yang berkaitan/menyangkut ilmu,
dan bukan kajian di dalam struktur ilmu itu sendiri. Terdapat
beberapa istilah dalam pustaka yang disamakan dengan Filsafat
Ilmu, seperti : Theory of scinces, meta sciences, methodology,
dan sciences of science, semua istilah tersebut nampaknya
menunjukkan perbedaan dalam titik tekan pembahasan, namun
semua itu pada dasarnya tercakup dalam kajian Filsafat Ilmu.
12
Aripin Bansuru, Op. Cit. h. 85.
menjadi aliran-aliran materalisme, idealism atau
hylomorphisme.
b. Epistemologi
Epistemologi terdiri atas epistemology subjektif dan
epistemology pragmatic. Epistemologi Subjektif memberikan
implikasi pada standar rasional tentang hal yang diyakini.
Menggunakan standar berarti bahwa sesuatu yang diyakini
benar itu, tentunya memiliki sifat reliable. Apabila tetap
sebagai standar, para reliabilis itu pada hakikatnya adalah
obyektifitas . Sebaliknya, karena yang diyakini benar tersebut
diperoleh secara reflektif, maka sifatnya menjadi kembali
subjektif (Muhajir, 1997 ;62).
c. Aksiologi
Aksiologi Scheler menampilkan konsep-konsep etiknya
tentang pengalaman nilai, bedanya yang baik dengan yang
mempunyai value. Scheler menampilkan empat jenis value ,
yaklni :
1) Values Sensual, dalam tampilan seperti menyenangkan
dan tidak menyenangkan ;
2) Nilai hidup seperti agung atau bersahaja ;
3) Nilai kejiwaan, seperti nilai estetis, nilai benar, nilai salah
dan nilai instrinsik ilmu, nilai religious seperti yang suci
dan yang sakral. 13
14
Muhamad Adib, Loc. Cit, h. 57