Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

BERFIKIR ILMIAH

Dosen Pembimbing :
Dr . H. Muslikh, MSI
Disusun oleh Kelompok 2 :
ABDULOH FAKIH
FAKIH ZADANAL HAK

PERKULIAHAN

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

NAHDLATUL ULAMA KABUPATEN TEGAL

STKIP NU 2022

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .....................................................................................................................2

KATA PENGANTAR ......................................................................................................3

BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................................4

BAB II. PEMBAHASAN..................................................................................................5

A. LOGIKA BERFIKIR ILMIAH...........................................................................5

B. PENGERTIAN ATAU ISTILAH BERFIKIR ILMIAH...................................8

C. PENGERTIAN BERFIKIR ILMIAH MENURUT PARA AHLI....................8

D. DIALEKTIKA DAN IJTIHAD............................................................................9

1. PENGERTIAN DIALEKTIKA......................................................................9

2. PENGERTIAN IJTIHAD...............................................................................10

3. PERANAN FILSAFAT HUKUM ISLAM

DALAM PENGEMBANGAN.......................................................................10

BAB III. PENUTUP..........................................................................................................11

1. KESIMPULAN......................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................12

2
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah yang masih memberikan kesehatan dan kesempatan kepadakita
semua, terutama kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah
ini berisikan tentang “BERPIKIR ILMIAH”.

Sholawat dan salam kita sanjungkan kepangkuan Nabi Muhammad SAW, yang


telahmembawa kita dari alam kegelapan ke alam terang benderang seperti yang kita rasakan
saatini, dan kepada seluruh sahabat dan keluarga beliau sekalian.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Terima kasih kepada dosen mata kuliah,
teman-teman yang telah
membantu penyelesaian makalah ini hingga selesai. Dalam menyusun makalah ini, kami sadari 
masih banyak terdapat kekurangan, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Tegal, 14 Desember 2022

3
BAB I

PENDAHULUAN

Dunia berkembang begitu pesatnya. Segala sesuatu yang semula tidak bisa dikerjakan,
mendadak dikejutkan oleh orang lain yang bisa mengerjakan hal tersebut. Agar kita tidak
tertinggal dan tidak ditinggalkan oleh era yang berubah cepat, maka kita sadar bahwa pendidikan
itu sangat penting. Banyak negara yang mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan
persoalan yang pelik. Namun semuanya merasakan bahwa pendidikan merupakan salah satu
tugas negara yang amat penting. Bangsa yang ingin maju, membangun, dan berusaha
memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia tentu mengatakan bahwa pendidikan merupakan
kunci keberhasilan suatu bangsa.

Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir. Tersedianya
sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelaan ilmiah secara teratur dan cermat.
Penguaaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang
ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah yang baik tidak dapat dilakukan.
Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai
langkah yang harus ditempuh. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik
maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, matematika dan statistika, agar dalam kegiatan
ilmiah tersebut dapat berjalan dengan baik, teratur dan cermat.

Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana
yang berupa bahasa, matematika dan statistika. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang
dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat
komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Ditinjau dari pola
berpikirnya maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan berpikir induktif.
Untuk itu maka penalaran ilmiah menyadarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika
induktif.

Adapun yang menjadi rumusan permasalahan dalam penulisan makalah ini, antara lain :
1. Apa pengertian dari berfikir ilmiah ?

1. Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :


Untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu.

4
2. Sebagai bahan referensi tambahan dalam hal peningkatan pengetahuan tentang materi
yang ada dalam mata kuliah Filsafat Ilmu, salah satunya yaitu tentang sarana berfikir
ilmiah

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Logika Berfikir Ilmiah


Logika mempelajari masalah penalaran (reasoning) dan tidak semua kegiatan
berpikir itu adalah sebuah penalaran. Kegiatan penalaran dalam logika disebut juga dengan
penalaran logis. Penalaran adalah proses dari akal manusia yang berusaha untuk
menimbulkan suatu keterangan baru dari beberapa keterangan yang sebelumnya sudah ada.
Dalam logika, keterangan yang mendahului disebut premis, sedangkan keterangan yang
diturunkannya disebut kesimpulan. Penalaran dianggap sebagai konsep kunci yang menjadi
pembahasan dalam logika. Penalaran adalah suatu corak pemikiran khas yang dimiliki
manusia untuk memecahkan suatu masalah. Dalam filsafat ilmu tidak terlepas dari logika
sebagai landasan pokok pengetahuan. Sebab filsafat tanpa logika akan menemukan
kegagalan dalam memaknai fenomenologi alam. Logika sememangnya esensi berfikir
filsafat ilmu. Sebab filsafat tanpa logika akan kelam. Logika akan membangun kepercayaan
seseorang dalam kehidupannya, dimana seseorang akan mampu untuk mengembangkan
potensi dirinya jika menggunakan logika berfikir yang baik dan benar. Kegiatan berpikir
atau akal budi manusia. Dengan berpikir dimaksudkan kegiatan akal untuk mengolah
pengetahuan yang telah kita terima melalui panca indra, dan ditujukan untuk mencapai suatu
kebenaran. Jadi, dengan istilah berpikir ditunjukkan suatu bentuk kegiatan akal yang khas
dan terarah. melamun tidaklah sama dengan berpikir, demikian pula merasakan, pekerjaan
panca indera (melihat, mendengar dan sebagainya) dan kegiatan ingatan dan khayalan,
meskipun ini semua penting sekali untuk dapat berpikir (dan menghasilkan buah pikiran
yang berarti). Tetapi berpikir juga berarti kegiatan kenyataan yang menggerakkan pikiran.
kenyataan yang memegang inisiatif. Dengan kata-kata yang lebih sederhana dapat dikatakan
bahwa berpikir adalah berbicara dengan dirinya sendiri di dalam batin yaitu mulai dari
mempertimbangkan, merenungkan, menganalisa, membuktikan sesuatu, menunjukkan
alasan-alasan, menarik kesimpulan, meneliti suatu jalan pikiran dansebagainya. Manfaat
Logika dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Sudah tidak dinafikan lagi
bahwasanya logika sudah jelas memberi manfaat bagi kehidupan manusia. Setiap orang
sejak masa lampau sudah memikirkan dunia ini dengan logika. Aristoteles dan para

6
pengikutnya memandang logika tidak dikategorikan sebagai suatu ilmudiantara ilmu-ilmu
lain. Menurut Aristoteles logika adalah persiapan yang mendahului ilmu. Pembicaraan dan
manfaat logika terus diperbincangkan dan terus memberikan manfaat selagi manusia masih
menggunakan akal pikirannya.8 Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan
pengetahuan yang benar. Apa yang disebut benar bagi tiap orang adalah tidak sama, maka
oleh sebab itu kegiatan proses berpikir untuk menghasilkan pengetahuan yang benar itu-pun
berbedabeda. Menurut Jujun Suriasumantri penalaran merupakan suatu proses perpikir
dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya
merupakan mahluk yang berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak.
Sembilan Pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran,
maka proses berpikir itu harus dilakukan suatu cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan
baru dianggap sahih (valid) kalau proses kesimpulan terseburt dilakukan menurut cara
tertentu. Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika, dimana logika secara luas dapat
didefinisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih. Terdapat bermacam-macam
cara penarikan kesimpulan, namun untuk kesesuaian studi yang memusatkan diri pada
penalaran ilmiah. Baik logika deduktif maupun logika induktif dalam proses penalarannya,
merupakan premis-premis yang berupa pengetahuan yang dianggapnya benar. Kenyataan ini
membawa kita kepada sebuah pernyataan yaitu bagaimanakah caranya mendapatkan
pengetahuan yang benar. Sebenarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk
mendapatkan pengetahuan yang benar. Yang pertama mendasarkan diri pada rasio dan yang
kedua mendasarkan diri kepada pengalaman. Pengetahuan merupakan segala sesuatu yg
diketahui manusia, hal tersebut adalah bahagian besar dari logika dalam perkembangan
pengetahuan manusia. Suatu hal yang menjadi pengetahuan selalu terdiri atas unsur yang
mengetahui dan yang diketahui serta kesadaran mengenai hal yang ingin diketahui. Karena
itu pengetahuan menuntut adanya subjek yang mempunyai kesadaran untuk mengetahui
tentang sesuatu dan objek yang merupakan sesuatu yang dihadapinya sebagai hal yang ingin
diketahuinya. Burhanuddin Salam mengklasifikasikan bahwa pengetahuan yang diperoleh
manusia dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu pengetahuan biasa (common
sense) yaitu pengetahuan biasa, atau dapat kita pahami bahwa pengetahuan ini adalah
pengetahuan yang karena seseorang memiliki sesuatau karena menerima secara baik.
Pengetahuan Ilmu (science) yaitu ilmu pengetahuan yang bersifat kuantitatif dan objektif,
seperti ilmu alam dan sebagainya. Pengetahuan Filsafat, yakni ilmu pengetahuan yang
diperoleh dari pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat
lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu. Pengetahuan
7
Agama, yaitu pengetahuan yang hanya didapat dari Tuhan lewat para utusan- Nya.
Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama. Jadi
perbedaan antara pengetahuan dan ilmu adalah jika pengetahuan (knowledge) adalah hasil
tahu manusia untuk memahami suatu objek tertentu, sedangkan ilmu (science) adalah
pengetahuan yang bersifat positif dan sistematis. Pengetahuan pada hakikatnya merupakan
segenap apa yang diketahui tentang objek tertentu, termasuk ke dalamnya ilmu Pengetahuan
tentang objek selalu melibatkan dua unsur yakni unsur representasi tetap dan tak terlukiskan
serta unsur penapsiran konsep yang menunjukan respon pemikiran. Semakin akumulatif
pengetahuan manusia semakin rumit, namun semakin memungkinkan untuk melihat pola
umum serta mensistimatisirnya dalam suatu kerangka tertentu, sehingga lahirlah
pengetahuan ilmiah (ilmu), disamping itu terdapat pula orang-orang yang tidak hanya puas
dengan mengetahui, mereka ini mencoba memikirkan hakekat dan kebenaran yang
diketahuinya secara radikal dan mendalam, maka lahirlah pengetahuan filsafat, oleh karena
itu berfikir dan pengetahuan 8 dilihat dari ciri prosesnya dapat dibagi ke dalam Berfikir
biasa dan sederhana menghasilkan pengetahuan biasa (pengetahuan eksistensial). Berfikir
sistematis faktual tentang objektertentu menghasilkan pengetahuan ilmiah (ilmu). Berfikir
radikal tentang hakekat sesuatu menghasilkan pengetahuan filosofis (filsafat)
Berpengetahuan merupakan syarat mutlak bagi manusia untuk mempertahankan hidupnya,
dan untuk itu dalam diri manusia telah terdapat akal yang dapat dipergunakan berfikir untuk
lebih mendalami dan memperluas pengetahuan. Paling tidak terdapat dua alasan mengapa
manusia memerlukan pengetahuan/ilmu yaitu manusia tidak bisa hidup dalam alam yang
belum terolah, sementara binatang siap hidup di alam asli dengan berbagai kemampuan
bawaannya dan manusia merupakan makhluk yang selalu bertanya baik implisit maupun
eksplisit dan kemampuan berfikir serta pengetahuan merupakan sarana untuk menjawabnya.
Dengan demikian dapat dikatakan manfaat logika adalah pertama, melatih jiwa manusia agar
dapat memperhalus jalan pemikirannya. Kedua, mendidik kekuatan akan fikiran dan
mengembangkanya dengan sebaik-baiknya, dengan melatih dan membiasakan mengadakan
penyelidikan akan tentang cara berfikir itu sendiri. Maka dengan membiasakan latihan
berfikir, manusia akan mudah dan cepat mengetahui dimana letak kesalahannya sehingga
mampu berfikir cermat tepat dan lurus.(Slide 13) Berfikir adalah merupakan suatu proses,
proses berfikir ini disebut bernalar. Dalam bernalar biasanya manusia melakukannya dengan
menggunakan berbagai macam asumsi dalam menarik kesimpulan. Dalam menarik
kesimpulan maka biasanya dengan menggunakan logika berfikir dan menggunakan dua

8
macam pendekatan atau metode yakni: metode deduktif dan induktif. Inilah merupakan
keistimewaan manusia terhadap makhluk lainnya.
B. pengertian atau istilah berfikir ilmiah
Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis adalah masuk
akal, dan empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat
dipertanggung jawabkan, selain itu menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan,
memutuskan, dan mengembangkan. Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan
pengetahuan.Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan
pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan.
Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan deduksi.
Induksi adalah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat umumditarik dari
pernyataan-pernyataan atau kasus-kasus yang bersifat khusus, sedangkan, deduksi ialah cara
berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat khusus ditarik dari pernyataan-
pernyataan yang bersifat umum.
C. Pengertian Berfikir Ilmiah Menurut Para Ahli

1. Menurut Salam (1997:139): Berfikir ilmiah adalah proses atau aktivitas manusia untuk
menemukan/mendapatkan ilmu. Berfikir ilmiah adalah proses berpikir untuk sampai
pada suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
2. Menurut Jujun S.Suriasumantri. Berpikir merupakan kegiatan akal untuk
memperoleh pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang
menggabungkan induksi dan deduksi.
3. Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah 2006:118). Berpikir ilmiah, yaitu
berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek
disertai pembuktian-pembuktian
4. Menurut Eman Sulaeman .Berfikir ilmiah merupakan proses berfikir/pengembangan
pikirin yang tersusun secara sistematis yang berdasarkan pengetahuan- pengetahuan
ilmiah yang sudah ada

D. Dialektika dan Ijtihad


1. Pengertian Dialektika
Dialektika dalam bahasa Inggrisnya yaitu Dialectic berasal dari bahasa Yunani
Dialektos yang mempunyai arti pidato, pembicaraan, dan perdebatan.Dialektika
9
merupakan seni atau ilmu yang berawal dari suatu penarikan pembedaan-pembedaan
yang sangat ketat, dialektika ini kiranya bisa kita jumpai pada awal munculnya yaitu
dimulai oleh Zeno, kemudian Sokrates, dan dikembangkan oleh Plato. Walaupun arti
awal dialektika sebatas seni atau ilmu tentang bagaimana berpidato, bagaimana kita
berbicara atau bagaimana kita berdebat, namun perananya dari waktu-kewaktu tidak bisa
kita pungkiri sangatlah signifikan, karena interprestasi mengenai hakikatnya dan
penghargaan atas kegunaanya sangat berfariasi sepanjang sejarah filsafat dan tidak
terpaku hanya dalam tiga persoalan tersebut di atas.
Pada ilmu debat misalnya, dialektika pada mulanya menunjuk pada tujuan
utamanya yaitu menolak argumen lawan atau membawa lawan kepada
kontradiksikontradiksi, dilema, atau paradoks. Sedangkan dialektika dalam dunia seni,
dapat digunakan untuk bertukar pendapat, bagaimana caranya kita menggunakan gaya
berbicara dengan mimik yang mudah dipahami oleh lawan bicara kita manakala kita
bertukar pendapat sehingga lawan bicara tidak merasa diremehkan ataupun dipandang
sebelah mata, jadi secara umum seorang dialektikawan adalah seorang yang tidak
membiarkan sesuatu tidak dipersoalkan, akan tetapi mempersoalkan dengan gaya dan
cara tertentu
Sebagaimana yang sudah disinggung diatas bahwa dialektika, di samping
mengandung tiga arti, juga memiliki beberapa arti yang berfariasi baik itu
penghargaanya maupun kegunaanya dalam sejarah filsafat, oleh karenanya dialektika
juga memiliki pokok-pokok pengertian yang merupakan fariasinya itu sendiri yaitu;
pertama dialektika merupakan seni mengajukan dan menjawab pertanyaan, pertanyaan
yang tepat dalam sebuah diskusi pada saat yang tepat, secara tepat sampai sedemikian
rupa sehingga menyebabkan pengetahuan yang sudah ada menjadi masalah.
Kedua, dialektika merupakan seni memperoleh pengetahuan yang lebih baik
tentang suatu topik dengan melalui pertukaran pandangan-pandangan dan
argumenargumen yang dapat diterima atau argumen-argumen yang rasional. Ketiga,
dialektika merupakan seni untuk mendapatkan pengetahuan yang benar tentang sebuah
topik pembahasan dengan menggunakan proses penalaran formal. Keempat, dialektika
merupakan sebuah metode untuk mencapai suatu definisi atau arti bagi beberapa konsep
dengan cara menguji ciri-ciri umum yang ditemukan dalam sejumlah contoh khusus dari
konsep itu. Kelima, dialektika digunakan sebagai metode klasifikasi yang
memungkinkan untuk pembagian sebuah konsep menjadi sub-bagian; mengadakan
pembagian antara genus dan spicies. Keenam, dialektika merupakan istilah yang kadang-
kadang digunakan untuk menamakan cabang logika, yang mengemukakanaturan-aturan
dan cara-cara penalaran dengan tepat, juga untuk menunjuk analisissistematis, logis
untuk memperlihatkan apa yang dikandungnya. Ketujuh, dalam arti yang lebih luas,
dialektika identik dengan logika formal, dengan studi tentang bentuk dan hukum
pemikiran manusia sebagaimana adanya. Kedelapan, dialektika merupakan suatu proses
untuk mencapai suatu posisi atau kondisi melalui tiga tahap; Tesis, Antitesis, dan
Sintesis.

10
Melihat dari banyaknya fariasi-fariasi dalam dialektika maka filsafat dialektika
merupakan sebuah keharusan untuk dimiliki setiap orang yang mendalami filsafat lebih-
lebih mereka yang terjun langsung kedunia realitas.
2. Pengertian Ijtihad
Ijtihad secara bahasa terambil dari kata al-jahdu dan al-juhd yang artinya
kekuatan, kemampuan,usaha sungguh- sungguh, kesukaran, kuasadan daya ijtihad.
dalam arti luas adalah mengarahkan segala kemampuan dan untuk mencapai sesuatu
yang
3. peranan filsafat hukum islam dalam pengembangan ijtihad
masyarakat senantiasa mengalami perubahan .perubahan dapat berupa berubahan
tatnan sosial, budaya, sosial ekonomi menurut para ahli lingustic, bahasa akan
mengalami perubahan setiap sembilan puluh tahun. Perubahan dalam bahasa secara
langsung atau tidak langsung mengandung arti perubahsan dalam masyarakat itu.
Belakang ini di dunia islam banyak diperbincangkan mengenai pembaharuan hukum
islam, entah itu dalam bentuk reaktulisasi, reformulasi, akutualisasi dan sejenisnya,
karena itu ibnu qayyim mengatakan
“perubahan fatwa adalah karena perubahan zaman, tempat, keadaan, dan kebiasaan”.
Maksud dari peryataan diatas adalah bahwa kondisi suatu masyarakat akan berpengaruh
terhadap fatwa yang dikeluarkan oleh mufti. Namun hal ini tidak berarti hukum akan berubah
begitu saja tanpa memperhatikan norma yang terdapat dalam sumber utama hukum islam, al-
qur’an, dan hadist.

11
BAB III

PENUTUPAN

1. KESIMPULAN
Seorang berfikir ilmiah jika dia dapat berfikir secara logis dan empiris. Logis adalah
masuk akal dan empiris adalah dibahas secara mendalam secara fakta yang dapat dipertanggung
jawabkan serta menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan , memutuskan, dan
mengembangkannya. Filsafat hukum islam ialah filsafat yang diterapkan pada hukum islam . ia
merupakan filsafat khusus dan onjeknya adalah hukum islam. Maka filsifat hukum islam adalah
filsafat yang menganalisis hukum islam secara metodis dan sistematis sehingga mendapatkan
keterangan yang mendasar, atau menganlisis hukum islam secara ilmiah dengan filsafat sebagai
alatnya. Filsafat hukum islam mengaji berbagai aspek yang terjadi di tengah masyarakat dalam
mengembangkan hukum islam maka para mujtahid berijtihad untuk menemukan berbagi solusi
terhadap ,masalah yang terjadi di tengah masyarakat maka dari itu filsafat hukum islam selalu
berkembang baik dalam bidang ibadah maupun mu’amalah. Filsafat hukum islam dalam proses
berijtihad tidak bisa dipisahkan satu sama lainya, sehingga ia sangat berperan dalam proses
pembaharuan ijtihad .proses ijtihad dengan filsafat hukum islam akan menghasilkan suatu hukum
yang sesusaidengan tujuan hukum , dengan terlebih dahulu memahami beberapa kaidah induk
dalam usul fiqih dan i’lat suatu hukum .dan adanya upaya pembaharuan hukum dalam islam
sama sekali tidak bisa lepas dari kegiatan ijtihad dan filsafat hukum

12
DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal. 2009. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Mustofa, I. (2016). Jendela Logika dalam Berpikir; Deduksi dan Induksi

sebagai Dasar Penalaran Ilmiah. EL-BANAT: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam, 6(2), 1-21.
Azafilmi, H., Iqbal, S., & Prita, I. W. (2012). Konsep Dasar Berpikir Ilmiah dengan Penalaran
deduktif, Induktif, dan Abduktif. Gunawan, Imam. (2013). Konsep Penelitian Ilmiah. Universitas
Negeri Malang Sumarna, Cecep. 2008. Filsafat Ilmu. Bandung: Mulia Press. Suriasumantri, Jujun
S. 1999. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harap

A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Pustaka Progressif,


1997,cet.25 ,hal. 217; Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Hidakarya Agung, Jakarta, 1990,
cet. 8,hal. 92-93.

A. Djazuli, Ilmu Fiqh,Perkembangan danPenerapan Hukum Islam, Jakarta, Kencana, 2005,cet. 3,


Hal. 71

A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Pustaka Progressif,


1997,cet.25 ,hal. 217; Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Hidakarya Agung, Jakarta, 1990,
cet. 8,hal. 92-93.

A. Djazuli, Ilmu Fiqh,Perkembangan danPenerapan Hukum Islam, Jakarta, Kencana, 2005,cet. 3,


Hal. 71
Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam diIndonesia, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada,
2000,hal 165
Fathurrahman Djamil, 1997, Filsafat Hukum Islam,(Logos Wacana Ilmu:Ciputat), hal 16
Fathurrahman Djamil, 1997, Filsafat Hukum Islam,(Logos Wacana Ilmu:Ciputat), hal 166
Sedangkan mengenai masalah-masalah
Fathurrahman Djamil, 1997, Filsafat Hukum Islam,(Logos Wacana Ilmu:Ciputat), hal 167

13

Anda mungkin juga menyukai