Anda di halaman 1dari 39

SARANA BERPIKIR ILMIAH

MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu : Irfan Sanusi, M.Si.

Disusun Oleh :
Kelompok 6
A. Kukuh Aunillah 1224070001
Ahmad Mu’adz Hanafi 1224070008
Almir Jo Habibie 1224070014
Eulis Nurianti 1224070033

PROGRAM STUDI MANAJEMEN HAJI DAN UMRAH


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat-Nya sehingga makalah dengan judul “ Sarana Berpikir Ilmiah” ini dapat
tersusun hingga selesai. Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan pada junjungan
Nabi besar Muhammad SAW. Beserta keluarganya juga sahabatnya serta pengikutnya
yang setia sampai akhir zaman. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangsih baik
materi maupun pikirannya.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah Filsafat Ilmu.
Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah pengetahuan dan
Wawasan untuk lebih Sarana Berpikir Ilmiah dalam Filsafat Ilmu. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin masih banyak kekurangan dalam
makalah ini. Oleh karena itu, Kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi
kesempuraan makalah ini.

Bandung, 19 Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................................................3
A. Hakikat Sarana Berpikir Ilmiah.................................................................................................3
B. Tujuan Sarana Berpikir ilmiah...................................................................................................7
C. Fungsi Berpikir Ilmiah...............................................................................................................7
D. Jenis-Jenis Sarana Berpikir Ilmiah.............................................................................................7
E. Peran masing-masing dalam sarana berpikir ilmiah.................................................................23
BAB III..................................................................................................................................................32
PENUTUP.............................................................................................................................................32
A. Kesimpulan..............................................................................................................................32
B. Saran........................................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................35

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia hidup pasti berfikir, karena manusia dibekali akal dan fikiran yang
membedakan manusia dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Dengan akalnya, manusia
dapat mengembangkan pemikirannya sehingga mampu untuk memecahkan masalah dan
mampu mencapai tujuan hidupnya. Ketika manusia lahir ke dunia belum dapat melakukan
sesuatu hingga mereka dewasa dapat melakukan apa yang diinginkan, selama itu pula
mereka akan befikir untuk menuju proses pendewasaan dan menciptakan ilmu-ilmu baru
untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kegiatan berfikir kita lakukan dalam keseharian dan kegiatan ilmiah. Berpikir
merupakan upaya manusia dalam memecahkan masalah. Berfikir ilmiah merupakan
berfikir dengan langkah-langkah metode ilmiah seperti perumusan masalah, pengajuan
hipotesis, pengkajian literatur, menjugi hipotesis, menarik kesimpulan. Semua langkah-
langkah berfikir dengan metode ilmiah tersebut harus didukung dengan alat/sarana yang
baik sehingga diharapkan hasil dari berfikir ilmiah yang kita lakukan mendapatkan hasil
yang baik. Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat membantu kegiatan ilmiah dalam
berbagai langkah yang harus ditempuh. Ditinjau dari pola berfikirnya, maka maka ilmu
merupakan gabungan antara pola berfikir deduktif dan berfikir induktif, untuk itu maka
penalaran ilmiah menyadarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif.
Salah satu langkah kearah penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peranan
masing-masing sarana berfikir tersebut dalam keseluruhan berfikir ilmiah tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka kiranya penulis dapat merumuskan
masalah berupa :

1. Apa hakikat sarana berpikir ilmiah ?


2. Apa tujuan dari sarana berpikir ilmiah ?
3. Apa fungsi dari sarana berpikir ilmiah ?
4. Apa saja jenis-jenis sarana berpikir ilmiah ?
5. Apa peran dari masing-masing sarana berpikir ilmiah ?

1
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui hakikat sarana berpikir ilmiah
2. Untuk mengetahui tujuan dari sarana berpikir ilmiah
3. Untuk mengetahui fungsi dari sarana berpikir ilmiah
4. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis sarana berpikir ilmiah
5. Untuk mengetahui peran masing-masing dari sarana berpikir ilmiah

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Hakikat Sarana Berpikir Ilmiah
Kegiatan berfikir kita lakukan dalam keseharian dan kegiatan ilmiah. Berpikir
merupakan upaya manusia dalam memecahkan masalah. Berfikir ilmiah merupakan
berfikir dengan langkah–langkah metode ilmiah seperti perumusan masalah, pengajuan
hipotesis, pengkajian literatur, menjugi hipotesis, menarik kesimpulan. Dari semua
langkah–langkah berfikir dengan metode ilmiah tersebut harus didukung dengan
alat/sarana yang baik sehingga diharapkan hasil dari berfikir ilmiah yang kita lakukan
mendapatkan hasil yang baik.

Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis adalah masuk akal, dan
empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung
jawabkan, selain itu menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan,
dan mengembangkan. Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan
pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan
pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa
pengetahuan. Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan
deduksi. Induksi adalah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat umum
ditarik dari pernyataan-pernyataan atau kasus-kasus yang bersifat khusus, sedangkan,
deduksi ialah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat khusus ditarik dari
pernyataan-pernyataan yang bersifat umum. (Rijal, 2017)

Sarana berfikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai
langkah yang harus ditempuh tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita tidak akan
dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik. Mempunyai metode tersendiri
yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuannya sebab fungsi
sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah. Jadi fungsi sarana berfikir
ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah dalam mendapat ilmu atau teori yang lain.
Hah-hal yang perlu diperhatikan dari sarana berfikir ilmiah adalah:

a. Sarana berfikir ilmiah bukanlah ilmu, melainkan pengetahuan yang didapatkan


berdasarkan metode ilmiah.

3
b. Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan
penelaahan ilmiah secara baik

Manusia disebut sebagai homo faber yaitu makhluk yang membuat alat dan
kemampuan buat alat di mungkinkan oleh pengetahuan. Berkembangnya pengetahuan
juga memerlukan alat-alat. Sarana merupakan alat yang membantu kitadalam mencapai
suatu tujuan tertentu, sedangkan sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi metode
ilmiah dalam melakukan fungsinya secara baik, dengan demikian fungsi sarana ilmiah
adalah membantu proses metode ilmiah, bukan merupakan ilmu itu sendiri (Bachtiar,
2011).

Pengertian Sarana Berfikir Ilmiah menurut para ahli :

1. Menurut Salam (1997:139): Berfikir ilmiah adalah proses atau aktivitas manusia
untuk menemukan/mendapatkan ilmu. Berfikir ilmiah adalah proses berpikir untuk
sampai pada suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.

2. Menurut Jujun S.Suriasumantri. Berpikir merupakan kegiatan akal untuk memperoleh


pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan
induksi dan deduksi.

Dalam proses penelitian harus memperhatikan dua hal, pertama sarana berpikir lmiah
bukan merupakan kumpulan ilmu, tetapi merupakan kumpulan pengetahuan yang
didapatkan berdasarkan metode ilmiah. Kedua tujuan mempelajari sarana berpikir
ilmiahadalah untuk memungkinkan menelaah ilmu secara. Dari penjelasan tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa sarana berpikir ilmiah adalah alat berpikir dalam membantu
metode ilmiah sehingga memungkinkan penelitian dapat dilakukan secara baik dan benar.

Suhartono Suparlan menjelaskan dalam bukunya Sejarah Pemikiran Filsafat Modern


bahwa: Manusia mempunyai kemampuan menalar, artinya berpikir secara logisdan
analitis. Kelebihan manusia dalam kemampuannya menalar dan karena mempunyai
bahasa untuk mengkomunikasikan hasil pemikirannya yang abstrak, maka manusia bukan
saja mempunyai pengetahuan tapi mampu mengembangkannya. Karena kelebihannya itu
maka Aristoteles memberikan identitas kepada manusia sebagai “animal rationale”.

Sarana bepikir juga menyandarkan diri pada proses logika deduktif dan proses logika
induktif, sebagimana ilmu yang merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan

4
induktif. Implikasi proses deduktif dan induktif menggunakan logika ilmiah. Logika
ilmiah merupakan sarana berpikir ilmiah yang paling penting (Burhanuddn, 1997).

Logika adalah sarana untuk berpikir sistematis, valid dan dapat dipertanggung
jawabkan. Karena itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan atura-aturan berpikir,
seperti setengah tidak boleh lebih besar dari pada satu. Dalam penelitian ilmiah terdapat
dua cara penarikan kesimpulan melalui cara kerja logika yaitu adalah induktif dan
deduktif. Logika induktif adalah cara penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual
nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum dan rasional. Logika deduktif adalah cara
penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum rasional menjadi kasus-kasus
yang bersifat khusus sesuai fakta di lapangan (Anonim, Tanpa Tahun).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dari sarana berpikir ilmiah adalah :

Sarana berfikir ilmiah bukanlah ilmu melainkan kumpulan pengetahuan yang


didapatkan berdasarkan metode ilmu.Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk
memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik. Berfikir merupakan ciri
utama bagi manusia. Berfikir disebut juga sebagai proses bekerjanya akal. Secara garis
besar berfikir dapat dibedakan antara berfikir alamiah dan berfikir ilmiah. Berfikir
alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kehidupan sehari-hari dari pengaruh
alam sekelilingnya. Berfikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu
secara teratur dan cermat. Harus disadari bahwa tiap orang mempunyai kebutuhan untuk
berpikir serta menggunakan akalnya semaksimal mungkin.

Seseorang yang tidak berpikir berada sangat jauh dari kebenaran dan menjalani
sebuah kehidupan yang penuh kepalsuan dan kesesatan. Akibatnya ia tidak akan
mengetahui tujuan penciptaan alam, dan arti keberadaan dirinya di dunia. Banyak yang
beranggapan bahwa untuk “berpikir secara mendalam”, seseorang perlu memegang
kepala dengan kedua telapak tangannya, dan menyendiri di sebuah ruangan yang sunyi,
jauh dari keramaian dan segala urusan yang ada. Sungguh, mereka telah menganggap
“berpikir secara mendalam” sebagai sesuatu yang memberatkan dan menyusahkan.
Mereka berkesimpulan bahwa pekerjaan ini hanyalah untuk kalangan “filosof”. Bagi
seorang ilmuan penguasaan sarana berfikir ilmiah merupakan suatu keharusan, karena
tanpa adanya penguasaan sarana ilmiah, maka tidak akan dapat melaksanakan kegiatan
ilmiah dengan baik. Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat untuk membantu
kegiatan ilmiah dengan berbagai langkah yang harus ditempuh. (sumantri, 1990)

5
Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana
berupa bahasa, logika, matematika dan statistika. Salah satu langkah ke arah penguasaan
itu adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berpikir tersebut
dalam keseluruhan proses ilmiah. Namun dalam makalah ini sarana berpikir ilmiah akan
dikelompokkan menjadi tiga yaitu bahasa, matematika dan statistika, sedangkan
pembahasan logika dimasukan dalam ketiga sarana tersebut sebagaimana telah dijelaskan
di atas. Adapun sarana berfikir ilmiah adalah bahasa, matematika, statistika dan logika,
ke empat sarana berpikir ilmiah ini sangat berperan dalam pembentukan ilmu yang baru.

Sarana berfikir ilmiah pada dasarnya ada tiga, yaitu : bahasa ilmiah, logika dan
matematika, logika dan statistika. Bahasa ilmiah berfungsi sebagai alat komunikasi untuk
menyampaikan jalan fikiran seluruh proses berfikir ilmiah. Logika dan matematika
mempunyai peranan penting dalam berfikir deduktif sehingga mudah diikuti dan mudah
dilacak kembali kebenarannya. Sedang logika dan statistika mempunyai peranan penting
dalam berfikir induktif.

Pada hakikatnya sarana berfikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan
ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuhnya. Pada langkah tertentu biasanya
diperlukan sarana yang tertentu pula. Oleh sebab itulah maka sebelum kita mempelajari
sarana-sarana berpikir ilmiah ini kita harus dapat menguasai langkah-langkah dalam
kegiatan langkah berfikir tersebut. Sebagai makhluk hidup yang paling mulia, manusia
dikaruniai kemampuan untuk mengetahui diri dan alam sekitarnya. Melalui pengetahuan,
manusia dapat mengatasi kendala dan kebutuhan demi kelangsungan hidupnya.

Karenanya tidak salah jika Tuhan menyatakan manusialah yang memiliki peran
sebagai wakil. Tuhan dibumi, melalui penciptaan kebudayaan. Proses penciptaaan
kebudayaan dan pengetahuan yang didapatkan oleh manusia di mulai dari sebuah proses
yang paling dasar, yakni kemampuan manusia untuk berfikir. Meskipun sebenarnya
hewan memiliki kemampuan yang sama dengan manusia dalam hal berfikir, tetapi
makhluk yang terakhir hanya dapat berfikir dengan kemampuan terbatas pada instink dan
demi kelangsungan hidupnya. Berbeda dengan hewan, manusia dalam proses berfikir
melampaui diri dan kelangsungan hidupnya, bahkan hingga menghadirkan kebudayaan
dan peradaban yang menakjubkan. Sesuatu yang nyata-nyata tidak dapat dilakukan oleh
makhluk Tuhan yang lain.

6
Uraian mengenai hakikat berfikir ilmiah atau kegiatan penalaran memperlihatkan
bahwa pada dasarnya, kegiatan berfikir adalah proses dasar dari pengetahuan manusia.
kita membedakan antara pengetahuan yang ilmiah dan pengetahuan non-ilmiah. Hanya
saja, pemahaman kita tentang berfikir ilmiah belum dapat disebut benar. Perbedaan
berfikir ilmiah dari berfikir non-ilmiah memiliki perbedaan dalam dua faktor mendasar
yaitu:

a. Sumber pengetahuan Berfikir ilmiah menyandarkan sumber pengetahuan pada rasio


dan pengalaman manusia, sedangkan berfikir non-ilmiah (intuisi dan wahyu)
mendasarkan sumber pengetahuan pada perasaan manusia.
b. Ukuran kebenara Berfikir ilmiah mendasarkan ukuran kebenarannya pada logis dan
analitisnya suatu pengetahuan, sedangkan berfikir non-ilmiah (intuisi dan wahyu)
mendasarkan kebenaran suatu pengetahuan pada keyakinan semata.

B. Tujuan Sarana Berpikir ilmiah


Tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk memungkinkan kita untuk
menelaah ilmu secara baik. Sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk
mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk dapat memecahkan masalah
kita sehari-hari.

C. Fungsi Berpikir Ilmiah


Fungsi berfikir ilmiah, sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan dalam kaitan
kegiatan ilmiah secara keseluruhan. Dalam hal ini berpikir ilmiah merupakan alat bagi
cabang-cabang ilmu untuk mengembangkan materi pengetahuaannya berdasarkan metode
ilmiah. Pada hakikatnya sarana berfikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan
ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuhnya. Pada langkah tertentu biasanya
diperlukan sarana yang tertentu pula. Oleh sebab itulah maka sebelum kita mempelajari
sarana-sarana berpikir ilmiah ini kita harus dapat menguasai langkah-langkah dalam
kegiatan berpikir ilmiah tersebut.

D. Jenis-Jenis Sarana Berpikir Ilmiah


Sarana berfikir ilmiah pada dasarnya ada , empat yaitu : bahasa ilmiah, logika
matematika, dan statistika. Bahasa ilmiah berfungsi sebagai alat komunikasi untuk
menyampaikan jalan fikiran seluruh proses berfikir ilmiah. Logika dan matematika
mempunyai peranan penting dalam berfikir deduktif sehingga mudah diikuti dan mudah

7
dilacak kembali kebenarannya.

Sedangkan logika dan statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif
dan mencari konsep-konsep yang berlaku umum.Adapun sarana berfikir ilmiah adalah
bahasa, matematika, statistika dan logika, ke empat sarana berfikir ilmiah ini sangat
berperan dalam pembentukan ilmu yang baru dalam makalah ini akan di jelaskan
keempat sarana berpikir ilmiah tersebut diantaranya :

a) Bahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir
ilmiah. Definisi bahasa menurut Jujun Suparjan Suriasumantri menyebut bahasa sebagai
serangkaian bunyi dan lambang yang membentuk makna. Bahasa memegang peranan
penting dan suatu hal yang lazim dalam hidup dan kehidupan manusia. Kelaziman
tersebut membuat manusia jarang memperhatikan bahasa dan menganggapnya sebagai
suatu hal yang biasa, seperti bernafas dan berjalan. Menurut Ernest Cassirer, sebagaimana
yang dikutip oleh Jujun, bahwa keunikan manusia bukanlah terletak pada kemampuan
berpikir melainkan terletak pada kemampuan berbahasa.

Bahasa diperlukan manusia atau sebagai fungsi: alat komunikasi atau fungsi
komunikatif dan alat budaya yang mempersatukan manusia yang menggunakan bahasa
tersebut atau fungsi kohesif. Di dalam fungsi komunikatif terdapat 3 unsur dalam bahasa,
yang digunakan untuk menyampaikan hal-hal sebagai berikut: perasaan (unsur emotif),
sikap (unsur afektif) dan buah pikiran (unsur penalaran). Perkembangan bahasa
dipengaruhi oleh ketiga unsur bahasa ini.

Komunikasi ilmiah ini bertujuan untuk menyampaikan informasi yang berupa


pengetahuan. Adapun kekurangan bahasa terletak pada :

a. Peranan bahasa yang multifungsi, artinya komunikasi ilmiah hanya menginginkan


penyampaian buah pikiran/ penalaran saja, sedangkan bahasa verbal harus
mengandung unsur emotif, afektif, dan simbolik.
b. Arti yang tidak jelas dan eksak yang dikandung oleh kata-kata yang membangun
bahasa.
c. Konotasi yang bersifat emosional

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia secara terminology mengartikan bahasa


sebagai sistem lambang bunyi yang wasit yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat

8
untuk mempekerjakan, berinteraksi, dan mengindentifikasikan diri. Bahasasebagai alat
komunikasi antar anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia. Bahasa juga mencakup dua bidang, yaitu bunyi vokal dan arti atau makna
(Gorys, 1995: 1)

Berpikir sebagai proses berkerjanya akal dalam menelaah sesuatu merupakan ciri
hakiki manusia. Dan hasil kerjanya dinyatakan dalam bentuk bahasa. Bahasa memegang
peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah suatu
simbol-simbol bunyi yang arbitrer yang dipergunakan olehn suatu kelompok sosial
sebagai alat berkomunikasi (Anonim, Tanpa Tahun).

Hal senada disampaikan oleh Joseph Broam bahwa bahasa adalah sistem yang
berstruktur dari simbol-simbol bunyi arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota suatu
kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain. Sedangkan menurut John
W.Santrock, bahasa adalah bentuk komunikasi, entah itu lisan, tertulis atau tanda, yang
didasarkan pada sistem symbol (Depdiknas, 2003).

Menurut Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, bahasa adalah merupakan pernyataan pikiran
atau perasaan sebagai alat komunikasi manusia. Maka bahasa adalah suatu alat
komunikasi yang berupa simbol-simbol yang digunakan oleh manusia untuk berpikir atau
melakukan penalaran induktif dan deduktif dalam kegiatan ilmiah (Suryasumantri, 1999).

Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan dalam proses berpikir ilmiah
dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan
pikiran tersebut kepada orang lain. Baik pemikiran yang berlandasan induktif maupun
deduktif. Dengan kata lain kegiatan berpikir ilmiah sangat erat kaitannya dengan bahasa.

Para ahli filsafat bahasa dan psikolinguitik melihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk
menyampaikan pikiran, perasaan, dan emosi. Sedangkan aliran sisiolinguistik
berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah sarana untuk perubahan masyarakat. Walaupun
terdapat perbedaan tetapi pendapat ini saling melengkapi satu sama lainnya.

Secara umum dapat dinyatakan bahwa fungsi bahasa adalah: koordinator kegiatan-
kegiatan dalam masyarakat; penetapan pemikiran dan pengungkapan; penyampaian
pikiran dan perasaan; penyenangan jiwa; dan pengurangan kegonjangan jiwa. Kneller
mengemukakan 3 fungsi bahasa yaitu: simbolik; emotif; dan afektif Fungsi simbolik dari

9
bahasa menonjol dalam komunikasi ilmiah sedangkan fungsi emotif menonjol dalam
komunikasi estetik.

Komunikasi dengan mempergunakan bahasa akan mengandung unsur simbolik dan


emotif. Artinya, kalau kita berbicara maka pada hakikatnya informasi yang kita
sampaikan mengandung unsur-unsur emotif, demikian juga kalau kita menyampaikan
perasaan maka ekspresi itu mengandung unsur-unsur informatif. Kadang-kadang dapat
dipisahkan dengan jelas seperti “musik dapat dianggap sebagai bentuk bahasa, dimana
emosi terbebas dari informasi, sedangkan buku telepon memberikan kita informasi sama
sekali tanpa emosi“.

Dalam komunikasi ilmiah proses komunikasi itu harus terbebas dari unsur emotif,
agar pesan itu reproduktif, artinya identik dengan pesan yang dikirimkan. Menurut
Halliday sebagaimana yang dikutip oleh Thaimah bahwa fungsi bahasa adalah sebagai
berikut:

a. Fungsi Instrumental: penggunaan bahasa untuk mencapai suatu hal yang bersifat
materi seperti makan, minum, dan sebagainya
b. Fungsi Regulatoris: penggunaan bahasa untuk memerintah dan perbaikan tingkah laku
c. Fungsi Interaksional: penggunaan bahasa untuk saling mencurahkan perasaan
pemikiran antara seseorang dan orang lain
d. Fungsi Personal: seseorang menggunakan bahasa untuk mencurahkan perasaan dan
pikiran
e. Fungsi Heuristik: penggunaan bahasa untuk mengungkap tabir fenomena dan
keinginan untuk mempelajarinya
f. Fungsi Imajinatif: penggunaan bahasa untuk mengungkapkan imajinasi seseorang dan
gambaran-gambaran tentang discovery seseorang dan tidak sesuai dengan realita
(dunia nyata)
g. Fungsi Representasional: penggunaan bahasa untuk menggambarkan pemikiran dan
wawasan serta menyampaikannya pada orang Untuk menelaah bahasa ilmiah perlu
dijelaskan tentang pengolongan bahasa.

Ada dua pengolongan bahasa yang umumnya dibedakan menjadi :

1. Bahasa alamiah yaitu bahasa sehari-hari yang digunakan untuk menyatakan sesuatu,
yang tumbuh atas pengaruh alam sekelilingnya. Bahasa alamiah dibedakan
menjadidua bagian yaitu; bahasa Isyarat, bahasa ini dapat berlaku umum dan dapat

10
berlaku khusus dan bahasa Biasa, bahasa yang digunakan dalam pergaulan sehari-
hari.
2. Bahasa buatan adalah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan akar pikiran untuk maksud tertentu.

Bahasa buatan dibedakan menjadi 2 bagian yaitu: bahasa istilah, bahasa ini rumusanya
diambil dari bahasa biasa yang diberi arti tertentu, misal demokrasi (demos dan kratien)
dan bahasa artifisial, murni bahasa buatan, atau sering juga disebut dengan bahasa
simbolik, bahasa berupa simbol-simbol sebagaimana yang digunakan dalam logika
dannmatematika. Dalam bahasa ini tidak ada bentuk kiasan yang mengaburkan.

Kedua arti yang dimaksudkan dalam bahasa artifisial ditentukan oleh penghubung.
Perbedaan bahasa alamiah dan bahasa buatan adalah sebagai beikut: Bahasa alamiah,
antara kata dan makna merupakan satu kesatuan utuh, atas dasar kebiasaan sehari-hari,
karena bahasanya secara spontan, bersifat kebiasaan, intuitif (bisikan hati) dan pernyataan
langsung. Sedangkan bahasa buatan, antara istilah dan konsep merupakan satu kesatuan
bersifat relatif, atas dasar pemikiran akal karena bahasanya berdasarkan pemikiran,
sekehendak hati, diskursif (logika, luas arti) dan pernyataan tidak langsung.

Kedua arti yang dimaksudkan dalam bahasa artifisial ditentukan oleh penghubung.
Perbedaan bahasa alamiah dan bahasa buatan adalah sebagai beikut: Bahasa alamiah,
antara kata dan makna merupakan satu kesatuan utuh, atas dasar kebiasaan sehari-hari,
karena bahasanya secara spontan, bersifat kebiasaan, intuitif (bisikan hati) dan pernyataan
langsung. Sedangkan bahasa buatan, antara istilah dan konsep merupakan satu kesatuan
bersifat relatif, atas dasar pemikiran akal karena bahasanya berdasarkan pemikiran,
sekehendak hati, diskursif (logika, luas arti) dan pernyataan tidak langsung.

Bahasa dicirikan sebagai :

1. Serangkaian bunyi yang digunakan sebagaialat komunikasi


2. Lambang dari serangkaian bunyi yang membentuk arti tertentu

Dengan bahasa manusia dapat mengkomunikasikan segenap pengalaman dan


pemikiran mereka. Pengalaman dan pemikiran yang berkembang membuat bahasa pun
ikut berkembang. Kemampuan berbahasa adalah salah satu keunikan manusia. Bahasa
diperlukan manusia atau berfungsi sebagai:

1. Alat komunikasai atau fungsi komunikatif

11
2. Alat budaya yang mempersatukan manusia yang menggunakan bahasa tersebut atau
fungsi kohesif.

Di dalam fungsi komunikatif bahasa terdapat tiga unsur bahasa, yang digunakan untuk
menyampaikan : perasaan (unsur emotif), sikap (unsur afektif) dan buah pikiran (unsur
penalaran). Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh ketiga unsur bahasa ini.
Perkembangan ilmu dipengaruhi oleh fungsi penalaran dan komunikasi bebas dari
pengaruh unsur emotif.

Sedangkan perkembangan seni dipengaruhi oleh unsur emotif dan afektif. Syarat
komunikasi ilmiah adalah :

1. Bahasa harus emotif.

2. Reproduktif, artinya komunikasinya dapat dimengerti oleh yang menerima.

b) Logika

Logika merupakan alat dasar yang dipakai manusia melakukan penalaran, dari proses
mengidentifikasi, mendefinisikan, membandingkan, pengambilan keputusan hubungan
antara satu pengertian dengan pengertian lainnya, serta melakukann kegiatan
penyimpulan. Dalam bukunya Introduction to Logic, Irving M. Copi mendefinisikan
logika sebagai suatu studi tentang metode-metode dan prinsip-prinsip yang digunakan
dalam membedakan penalaran yang tepat dari penalaran yang tidak tepat (Hidayat 2018).

Logika adalah jalan fikiran yang masuk akal, definsi ini dirujuk dari Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Logika disebut juga sebagai penalaran. Menurut Salman (1997)
penalaran adalah suatu proses penemuan kebenaran dan setiap jenis penalaran memiliki
criteria kebenarannya masing-masing. Logika adalah cara berpikir atau penalaran menuju
kesimpulan yang benar. Aristoteles (384-322 SM) adalah pembangun logika yang
pertama. Logika Aristoteles ini, menurut Immanuel Kant, 21 abad kemudian, tidak
mengalami perubahan sedikit pun, baik penambahan maupun pengurangan.

Aristoteles memerkenalkan dua bentuk logika yang sekarang kita kenal dengan istilah
deduksi dan induksi. Logika deduksi, dikenal juga dengan nama silogisme, adalah
menarik kesimpulan dari pernyataan umum atas hal yang khusus. Contoh terkenal dari
silogisme adalah: Semua manusia akan mati (pernyataan umum, premis mayor) Isnur
manusia (pernyataan antara, premis minor) dan Isnur akan mati (kesimpulan, konklusi)

12
Logika induksi adalah kebalikan dari deduksi, yaitu menarik kesimpulan dari
pernyataan-pernyataan yang bersifat khusus menuju pernyataan umum. Contoh: Isnur
adalah manusia, dan ia mati (pernyataan khusus) Muhammad, Asep, dll adalah manusia,
dan semuanya mati (pernyataan antara); dan Semua manusia akan mati (kesimpulan)

Logika adalah jalan pikiran yang masuk akal, definisi ini dirujuk dari Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2003:680). Logika disebut juga sebagai penalaran. Menurut Salam
(1997:140) penalaran adalah suatu proses penemuan kebenaran, dan setiap jenis
penalaran memiliki criteria kebenarannya masing-masing.

Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis disini berarti logika dapat
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Logika lahir bersama-sama dengan lahirnya
filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk memasarkan pikiran- pikirannya serta pendapat-
pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani kuno tidak jarang mencoba membantah pikiran yang
lain dengan menunjukkan kesesatan penalarannya. Logika digunakan untuk melakukan
pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk inferensi yang berlaku dan yang tidak.
Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi juga bisa dianggap
sebagai cabang matematika.

Logika sebagai cabang filsafat adalah cabang filsafat tentang berpikir. Logika
membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dengan aturan-aturan tersebut dapat
mengambil kesimpulan yang benar. Dengan mengetahui cara atau aturan-aturan tersebut
dapat menghindarkan diri dari kesalahan dalam mengambil keputusan. Menurut Louis O.
Kattsoff, logika membicarakan teknik-teknik untuk memperoleh kesimpulan dari suatu
perangkat bahan tertentu dan kadang-kadang logika didefinisikan sebagai ilmu
pengetahuan tentang penarikan kesimpulan. Logika bisa menjadi suatu upaya untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: Adakah metode yang dapat digunakan untuk
meneliti kekeliruan pendapat? Apakah yang dimaksud pendapat yang benar? Apa yang
membedakan antara alasan yang benar dengan alasan yang salah? Filsafat logika ini
merupakan cabang yang timbul dari persoalan tentang penyimpulan.

Adapun macam-macam dari logika adalaah :

1) Logika Alamiah

Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus
sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan

13
yang subyektif. Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir. Dan dapat
disimpulkan pula bahwa logika alamiah ini sifatnya masih murni.

2) Logika Ilmiah

Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi. Logika ilmiah
menjadi ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam setiap
pemikiran. Berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan
lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah dimaksudkan
untuk menghindarkan kesesatan atau, paling tidak, dikurangi. Sasaran dari logika
ilmiah ini adalah untuk memperhalus dan mempertajam pikiran dan akal budi.

Adapun Kegunaan dari logika diantaranya :

Logika membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk
mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktivitas berpikir dan
bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip ini. Logika menyampaikan kepada
berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseoranng, karena itu
ia mendidik manusia bersikap obyektif, tegas, dan berani, suatu sikap yang dibutuhkan
dalam segala suasana dan tempat.

Selain hubungannya erat dengan filsafat dan matematik, logika dewasa ini juga telah
mengembangkan berbagai metode logis (logical methods) yang banyak sekali
pemakaiannya dalam ilmu-ilmu, sebagai misal metode yang umumnya pertama dipakai
oleh suatu ilmu. Selain itu logika modern (terutama logika perlambang) dengan berbagai
pengertian yang cermat, lambang yang abstrak dan aturan-aturan yang diformalkan untuk
keperluan penalaran yang betul tidak saja dapat menangani perbincangan-perbincangan
yang rumit dalam suatu bidang ilmu, melainkan ternyata juga mempunyai penerapan.
Misalnya dalam penyusunan program komputer dan pengaturan arus listrik, yang tidak
bersangkutan dengan argumen.

Pengertian ilmu logika secara umum adalah ilmu yang mempelajari aturan-aturan
berpikir benar. Jadi dalam logika kita mempelajari bagaimana sistematika atau aturan-
aturan berpikir benar. Subjek inti ilmu logika adalah definisi dan argumentasi. Yang
selanjutnya dikembangkan dalam bentuk silogisme.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kegunaan logika adalah sebagai berikut:

14
1. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis,
lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
2. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan
mandiri.
4. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-
asas sistematis.
5. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpikir,
kekeliruan serta kesesatan.
6. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
7. Terhindar dari klenik , gugon-tuhon ( bahasa Jawa )
8. Apabila sudah mampu berpikir rasional,kritis ,lurus,metodis dan analitis sebagaimana
tersebut pada butir pertama maka akan meningkatkan citra diri seseorang.

Karena yang dipelajari dalam ilmu logika hanyalah berupa aturan-aturan berpikir
benar maka tidak otomatis seseorang yang belajar logika akan menjadi orang yang selalu
benar dalam berpikir. Itu semua tergantung seperti apa dia menerapkan aturan-aturan
berpikir itu, disiplin atau tidak dalam menggunakan aturan-aturan itu, sering berlatih, dan
tentu saja punya tekad dalam kebenaran.

Kegunaan dari kita belajar logika adalah daya analisis kita semakin bertambah dan
dimana apabila ada suatu masalah, kita dapat mengambil keputusan dengan benar.
Disamping itu belajar logika juga sangat bermanfaat dalam manajemen waktu, dan juga
logika merupakan dasar ilmu psikologi yang paling mendasar. Intinya dengan belajar
logika kemampuan berpikir dan daya analisis kita semakin berkembang.

c) Matematika

Pada abad ini, matematika menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam keseharian
aktifitas manusia, baik mulai dari matematika yang sederhanan, yakni proses perhitungan
sederhana, satu, dua, tiga, maupun yang sampai sangat rumit, misalnya perhitungan
antariksa. Demikian pula ilmu-ilmu pengetahuan, hampir semuanya telah menggunakan
matematika sebagai pengembangan aljabar maupun statistika.

Hampir dapat dikatakan bahwa fungsi matematika sama luasnya dengan fungsi bahasa
yang berhubungan dengan pengetahuan dan ilmu pengetahuan.Matematika adalah bahasa

15
yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin disampaikan.
Lambang yang ada pada matematika bersifat artifisial artinya lambang itu mempunyai arti
jika sudah diberi makna.

Bahasa verbal mempunyai beberapa kekurangan yang sangat mengganggu. Untuk


mengatasi kekurangan kita berpaling kepada matematika. Matematika adalah bahasa yang
berusaha menghilangkan sifat kabur, majemuk dan emosional dari bahasa verbal.
Umpamanya kita sedang mempelajari kecepataan jalan kaki seorang anaak maka objek “
kecepatan jalan kaki seorang anak” dilambangkan x, dalam hal ini makaa x hanya
mempunyai arti yang jelas yakni “kecepatan jalan kaki seorang anak”.

Demikian juga bila kita hubungkan “kecepatan jalan kaki seorang anak” dengan
obyek lain misalnya “jarak yang ditempuh seorang anak” yang kita lambangkan dengan
y, maka kita lambangkan hubungan tersebut dengan z = y / x dimana z melambangkan
“waktu berjalan kaki seorang anak”.

Matematika merupakan salah satu puncak kegemilangan intelektual. Disamping


pengetahuan mengenai matematika itu sendiri, matematika juga memberikan bahasa,
proses dan teori yang memberikan ilmu suatu bentuk kekuasaan. Fungsi matematika
menjadi sangat penting dalam perkembangan macam-macam ilmu pengetahuan.

Penghitungan matematis misalnya menjadi dasar desain ilmu teknik, metode


matematis yang dapat memberikan inspirasi kepada pemikiran di bidang sosialdan
ekonomibahkan pemikiran matematis dapat memberikan warna kepada arsitektur dan seni
lukis. Matematika dalam perkembangannya memberikan masukan-masukan pada bidang-
bidang keilmuan yang lainnya. Matematika pada dasarnya merupakan pengetahuan yang
disusun secara konsisten berdasarkan logika deduktif. Kebenaran dalam Matematika tidak
dibuktikan secara empiris, melainkan secara penalaran deduktif.
Konstribusi matematika dalam perkembangan ilmu alam, lebih ditandai dengan
pengunaan lambang-lambang bilangan untuk menghitung dan mengukur, objek ilmu alam
misal gejala-gejalah alam yang dapat diamatidan dilakukan penelaahan secara berulang-
ulang. Berbeda dengan ilmu sosial yang memiliki objek penelaahan yang kompleks dan
sulit melakukan pengamatan. Disamping objeknya yang tak terulang maka kontribusi
matematika tidak mengutamakan pada lambang-lambang bilangan.

16
Kekurangan yang ada dalam bahasa verbal dapat diatasi dengan menggunakan
matematika dalam berkomunikasi ilmiah. Hal ini dimungkinkan karena Matematika itu
bersifat:
1. Jelas
2. Spesifik
3. Imformative
4. Tidak emosional

Matematika mengembangkan bahasa kuantitatif, karena dapat melakukan pengukuran


secara eksak. Sifat kuantitatif dari metamtika ini meningkatkan daya prediktif dan control
dari ilmu. Oleh sebab itu matematika dibutuhkan oleh setiap ilmu. Matematika
mengembangkan cara berpikir deduktif artinya dalam melakukan penemuan ilmu
dilakukan berdasarkan premis-premis tertentu. Pengetahuan yang ditemukan hanyalah
didasari atas konsekuensi dari pernyataan-pernyataan ilmiah sebelumnya yang telah
ditemukan. Matematika pada dasarnya merupakan pengetahuan yang disusun secara
konsisten berdasarkan logika deduktif. Kebenaran dalam Matematika tidak dibuktikan
secara empiris, melainkan secara penalaran deduktif.

Perkembangan ilmu dapat dibagi dalam tiga tahap yaitu:

1. tahap sistematika, dalam tahap ini ilmu mengolongkan unsur-unsur empiris ke dalam
kategori tertentu.

2. tahap komparatif melakukan perbandingan antara objek yang satu dengan yang lain.

3. tahap kuantitatif, Mencari hubungan sebab akibat.

Tahapan perkembangan Matematika menurut Griffits dan Howson (1974), yaitu:

a. Matematika yang berkembang pada peradaban Mesir kuno dan sekitarnya.


Menggunakan asepk praktis matematika yang berpadu dengan aspek mistik dari
agama.

b. Matematika tang berkembang pada perdaban Yunani. Menggunakan aspek estetik


yang merupakan dasar matematika sebagai cara berpikir rasional.

Adapun aliran-aliran filsafat dalam matematika adalah sebagai berikut :

Pada perkembangannya matematika melahirkan tiga aliran dalam keterkaitan dengan


filsafat. Pembagian ini berdasarkan sifat-sifat dasar matematika. yaitu: logicism,

17
formalisme dan Intuisionisme. Aliran pemikiran ini tidak sepenuhnya dikembangkan
sampai abad kedua puluh, tapi Korner (1960) menunjukkan bahwa akar filosofis mereka
dapat ditelusuri kembali setidaknya sejauh Leibniz dan Kant.
a. Logoisme
Pelopor aliran ini dikenal Betrand Arthur Russel. Ahli dari Inggris ini berpendapat
bahwa matematika secara murni hanya berupa logika deduktif. Sederhananya,
matematika secara murni merupakan bagian dari logika. Dalam hal ini matematika
dinyatakan sebagai bidang yang berada sama dengan logika, karena semua prinsip
matematika diturunkan dari logika. Keduanya berkaitan, matematika bersifat logis dan
logika bersifat matematis. Adapun yang dikemukakan oleh G. Leibniz. Memiliki dua
pernyataan penting yang dikemukakan di dalam aliran ini, yaitu:
1. Semua konsep matematika secara mutlak dapat disederhanakan pada konsep logika
2. Semua kebenaran matematika dapat dibuktikan dari aksioma dan aturan melalui
penarikan kesimpulan secara logika semata.

Tujuan dari tuntutan ini jelas. Jika semua matematika dapat diekspresikan dalam
teorema logika murni dan dibuktikan dari prinsip-prinsip logika sendiri, kemudian
kepastian dari ilmu matematika dapat dikurangi untuk dan dari logika itu. Logika disadari
untuk menyediakan sebuah dasar yang pasti atas kebenaran, sebagian dari ambisi yang
berlebihan mencoba untuk menyampaikan logika, seperti hukum Frege yang kelima.
Dengan demikian jika membantu, program logika akan menyediakan dasar logika yang
pasti untuk pengetahuan matematika, melahirkan kembali kepastian yang mutlak dalam
matematika.

Tetapi walaupun semua dalil logika (atau matematika) dapat diekspresikan seluruhnya
dalam teorema dari logika konstanta bersama dengan variable, itu bukanlah masalah
bahwa, sebaliknya, semua dalil itu dapat diekspresikan dalam cara logika ini. kita telah
menemukan sejauh kepentingan tetapi bukan sebuah standar yang perlu dari dalil
matematika. Kita perlu menentukan karakter dari ide kuno dalam teorema yang mana
semua ide dalam matematika dapat ditentukan. Tetapi bukanlah dalil kuno dari semua
dalil dalam matematika dapat dibuktikan secara deduktif. Ini adalah sebuah masalah yang
lebih sulit, yang mana belum diketahui apa jawaban seutuhnya.

Dengan demikian, tidak semua teorema dalam matematika dan karenanya tidak semua
kebenaran dalam matematika dapat diperolah dari aksioma logika sendiri. Ini berarti
18
bahwa aksioma matematika tidaklah menghapuskan rasa dari logika itu. Teorema
matematika tergantung pada sebuah himpunan anggapan matematika yang tidak dapat
dibagi lagi.tentu saja, sejumlah aksioma matematika yang penting berdiri sendiri, dan
juga mereka atau ingkaran mereka dapat diadopsi tanpa ketidakkonsistenan.

b. Formalisme
Pelopor aliran Formalism adalah David Hilbert dari Jerman. Matematika disebutkan
sebagai sistem simbol yang formal. Ini berkaitan dengan sifat terstrukti dari simbol dan
operasi yang dilakukan terhadap simbol simbol tersebut. Simbol itu merupakan
perwakilan dari objek yang dipermasalahkan. Dalam istilah populer, formalisme
merupakan pandangan bahwa sebuah permainan formal yang tidak berarti yang
dimainkan dengan tanda-tanda diatas kertas, mengikuti aturan-aturan.
Menurut Ernest (1991) formalis memiliki dua tesis, yaitu :
1. Matematika dapat dinyatakan sebagai sistem formal yang tidak dapat ditafsirkan
sembarangan, kebenaran matematika disajikan melalui teorema-teorema formal.
2. Keamanan dari sistem formal ini dapat didemostrasikan dengan terbebasnya dari
ketidak konsistenan.
Program formalis, seandainya berhasil, akan memberikan dukungan untuk sebuah
pandangan kebenaran absolut matematika. Untuk bukti formal berbasis dalam konsistensi
sistem matematika formalakan memberikan ujian untuk kebenaran matematika. Namun,
dapat dilihat bahwa dalam kedua tuntutan formalisme telah disangkal. Tidak semua
kebenaran matematika dapat dipresentasikan sebagai teorema dalam sistem formal, dan
selanjtunya sistem itu sendiri.

c. Intuisionisme

Pelopor aliran Intuitionism ini adalah Luitzen Egnertus Jan Brouwer dari belanda. Ia
berpendapat bahwa matematika suatu kreasi akal budi manusia. Bilangan, seperti cerita
bohong adalah hanya entitas mental, tidak akan ada apabila tidak ada akal budi manusia
memikirkannya. Selanjutnya intuisionis menyatakan bahwa obyek segala sesuatu
termasuk matematika, keberadaannya hanya terdapat pada pikiran kita, sedangkan secara
eksternal dianggap tidak ada. Sehingga Matematika merupakan salah satu bentuk nyata
pemikiran manusia.

19
Kebenaran pernyataan p tidak diperoleh melalui kaitan dengan obyek realitas, oleh
karena itu intusionisme tidak menerima kebenaran logika bahwa yang benar itu p atau
bukan p (Anglin, 1994). Intuisionisme mengaku memberikan suatu dasar untuk
kebenaran matematika menurut versinya, dengan menurunkannya (secara mental) dari
aksioma-aksioma intuitif tertentu, penggunaan intuitif merupakan metode yang aman
dalam pembuktian. Pandangan ini berdasarkan pengetahuan yang eksklusifpada
keyakinan yang subyektif. Tetapi kebenaran absolut (yang diakui diberikan intusionisme)
tidak dapat didasarkan pada padangan yang subyektif semata (Ernest, 1991).

Ada berbagai macam keberatan terhadap intusionisme, antara lain :


1. Intusionisme tidak dapat mempertanggung jawabkan bahwa obyek matematika bebas,
jika tidak ada manusia apakah 2 + 2 masih tetap 4
2. Matematisi intusionisme adalah manusi timpang yang buruk dengan menolak hukum
logika p atau bukan p dan mengingkari ketakhinggaan, bahwa mereka hanya memiliki
sedikit pecahan pada matematika masa kini. Intusionisme, menjawab keberata
tersebut seperti berikut; tidak ada dapat diperbuat untuk manusia untuk mencoba
membayangkansuatu dunia tanpa manusia
3. Lebih baik memiliki sejumlah sejumlah kecil matematika yang kokoh dan ajeg dari
pada memiliki sejumlah besar matematika yang kebanyakan omong kosong (Anglin,
1994).
d) Statistika
Secara etimologi, kata statistik berasal dari kata status (bahasa latin) yang mempunyai
persamaan arti dengan state (bahasa Inggris) yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan
dengan negara. Pada mulanya kata statistik diartikan sebagai “kumpulan bahan
keterangan (data), baik yang berwujud angka (data kuantitatif) maupun yang tidak
berwujud angka (data kualitatif), yang mempunyai arti penting dan kegunaan bagi suatu
negara”. Namun pada perkembangan selanjutnya, arti kata statistik hanya dibatasi dengan
kumpulan bahan keterangan yang berwujud angka (data kuantitatif saja).

Sudjana mengatakan ststistik adalah pengetahuan yang berhubungan dengan caracara


pengumpulan data, pengolahan penganalisisannya, dan penerikan kesimpulan
berdasarkan kumpulan data dan peanganalisisan yang dilakukan. Kemudian J.Supranto
memberikan pengertian ststistik dalam dua arti. Pertama statistik dalam arti sempit adalah
data ringkasan yang berbentuk angka (kuantitatif).

20
Kedua statistik dalam arti luas adalah ilmu yang mempelajari cara pengumpulan,
penyajian dan analisis data, serta cara pengambilan kesimpulan secara umum berdasarkan
hasil penelitian yang menyeluruh. Secara lebih jelas pengertian statistik adalah ilmu yang
mempelajari tentang seluk beluk data, yaitu tentang pengumpulan, pengolahan,
penganalisisan, penafsiran, dan penarikan kesimpulan dari data yang berbentuk angka-
angka.

Statistika digunakan untuk menggambarkan suatu persoalan dalam suatu bidang


keilmuan. Maka, dengan menggunakan prinsip statistika masalah keilmuan dapat
diselesaikan, suatu ilmu dapat didefinisikan dengan sederhana melalui pengujian
statistika dan semua pernyataan keilmuan dapat dinyatakan secara faktual. Dengan
melakukan pengjian melalui prosedur pengumpulan fakta yang relevan dengan rumusan
hipotesis yang terkandung fakta-fakta emperis, maka hipotesis itu diterima keabsahan
sebagai kebenaran, tetapi dapat juga sebaliknya

Secara etimologi, kata statistik berasal dari kata status (bahasa latin) yang mempunyai
persamaan arti dengan state (bahasa Inggris) yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan
dengan negara. Pada mulanya kata statistik diartikan sebagai “kumpulan bahan
keterangan (data), baik yang berwujud angka (data kuantitatif) maupun yang tidak
berwujud angka (data kualitatif), yang mempunyai arti penting dan kegunaan bagi suatu
negara”. Namun pada perkembangan selanjutnya, arti kata statistik hanya dibatasi dengan
kumpulan bahan keterangan yang berwujud angka (data kuantitatif saja).

Jadi statistika merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh pengetahuan untuk


mengelolah dan menganalisis data dalam mengambil suatu kesimpulan kegiatan ilmiah.
Untuk dapat mengambil suatu keputusan dalam kegiatan ilmiah diperlukan datadata,
metode penelitian serta penganalisaan harus akurat. Pemerintah telah lama
mengumpulkan dan menafsirkan data yang berhubungan dengan kepentingan bernegara,
umpamanya data mengenai penduduk, pajak, kekayaan, dan perdagangan luar negeri.

Peluang merupakan dasar dari teori statistika. Konsep statistika sering dikaitkan
dengan distribusi variable yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Statistika sering
digunakan dalam penelitian ilmiah. Ilmu dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang
telah teruji kebenarannya.

Suatu pernyataan ilmiah adalah bersifat factual, dan konsekuensinya dapat diuji
dengan baik dengan jalan menggunakan pancaindra, maupun dengan mempergunakan

21
alat-alat yang membantu pancaindra tersebut. Pengujian mengharuskan peneliti untuk
menarik kesimpulan yang berisfat umum dari kasus yang bersifat individual.

Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan


yang ditarik tersebut, makin besar contoh atau sample yang diambil maka makin tinggi
tingkat ketelitian kesimpulan tersebut. Statistika juga memberikan kemampuan untuk
mengetahui suatu hubungan kausalita antara dua atau lebih factor yang bersifat kebetulan
atau memang benar-benar terkait dalam hubungan yang bersifat empiris. Statistika
merupakan sarana berpikir ilmiah yang diperlukan untuk memproses pengetahuan secara
ilmiah. Statsitika membantu melakukan proses generalisasi dan menyimpulkan
karakterisrtik suatu kejadian secara lebih pasti dan bukan terjadi secara kebetulan.
Statistik selain menampilkan fakta berupa angka-angka, statistik juga merupakan
bidang keilmuan yang disebut statistika, seperti juga matematika yang disamping
merupakan bidang keilmuan juga berarti lambang, formulasi, dan teorema. Bidang
keilmuan statistika merupakan sekumpulan metode untuk memperoleh dan menganalisis
data dalam mengambil suatu kesimpulan berdasarkan data tersebut. Ditinjau dari segi
keilmuan, statistika merupakan bagian dari metode keilmuan yang dipergunakan dalam
mendiskripsikan gejala dalam bentuk angka-angka, baik melalui hitungan maupun
pengkuran.
1. Maka, Hartono Kasmadi, dkk., mengatakan bahwa, ”statistika (statistica) ilmu yang
berhubungan dengan cara pengumpulan fakta, pengolahan dan menganalisaan,
penaksiran, simpulan dan pembuatan keputusan.
2. Prof. Dr. Sudjana, M.A., M.Sc. mengatakan ststistika adalah pengetahuan yang
berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data, pengolahan penganalisisannya, dan
penerikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan penganalisisan yang dilakukan.
3. Kemudian J.Supranto memberikan pengertian ststistika dalam dua arti. Pertama
statistika dalam arti sempit adalah data ringkasan yang berbentuk angka (kuantitatif).
Kedua statistika dalam arti luas adalah ilmu yang mempelajari cara pengumpulan,
penyajian dan analisis data, serta cara pengambilan kesimpulan secara umum
berdasarkan hasil penelitian yang menyeluruh. Secara lebih jelas pengertian statistika
adalah ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk data, yaitu tentang pengumpulan,
pengolahan, penganalisisan, penafsiran, dan penarikan kesimpulan dari data yang
berbentuk angka-angka.

22
Dalam kamus ilmiah populer, kata statistik berarti tabel, grafik, daftar informasi,
angka-angka, informasi. Sedangkan kata statistika berarti ilmu pengumpulan, analisis dan
klasifikasi data, angka sebagai dasar untuk induksi.

a. Statistika adalah logika berpikir secara induktif, yaitu penarikan kesimpulan setelah
dihadapkan kepada sebuah permasalahan mengenai banyaknya kasus yang harus
diamati sampai kepada suatu kesimpulan yang bersifat umum.
b. Statistika adalah ilmu tentang cara mengumpulkan, menabulasi, menggolong-
golongkan, menganalisis, dan mencari keterangan yang berarti dari data yang berupa
angka.Statistika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan pengumpulan data,
penyelidikan dan kesimpulannya berdasarkan bukti, berupa catatan bilangan (angka-
angka).

Hampir sama dengan logika matematika, statistika selain berupa angka-angka, ia juga
merupakan bidang keilmuwan yang memberi arti pada lambang, formula dan teorema. Ia
seperti tata buku, selain merupakan kumpulan berbagai prinsip dan metode, namun ia
juga berarti rekening, neraca dan perhitungan pendapatan. Sehingga, bidang keilmuwan
statistika adalah sekumpulan metode untuk memperoleh dan menganalisa data dalam
mengambil suatu kesimpulan. Perbedan antara matematika dan statistika terletak pada
logika yang digunakan. Matematika menggunakan logika deduktif, sedangkan statistika
menggunakan logika induktif.

E. Peran masing-masing dalam sarana berpikir ilmiah

a) Peran bahasa dalam sarana berpikir ilmiah

Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir
ilmiah. Definisi bahasa menurut Jujun Suparjan Suriasumantri menyebut bahasa sebagai
serangkaian bunyi dan lambang yang membentuk makna. Sedangkan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, diterangkan bahwa bahasa ialah sistem lambang bunyi yang arbitrer
yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi,
dan mengidentifikasikan diri. Jadi bahasa menekankan pada bunyi, lambang, sistematika,
komunikasi.
Adapun ciri-ciri bahasa di antaranya yaitu, Sistematis artinya memiliki pola dan
aturan. Arbitrer (manasuka) artinya kata sebagai simbol berhubungan secara tidak logis

23
dengan apa yang disimbolkannya. Ucapan/vokal. Bahasa berupa bunyi sebagai symbol
yang mengaju pada objeknya dan lain sebagainya.
Sedangkan Kelemahan bahasa dalam menghambat komunikasi ilmiah yaitu, Bahasa
mempunyai multifungsi (ekspresif, konatif, representasional, informatif, deskriptif,
simbolik, emotif, afektif) yang dalam praktiknya sukar untuk dipisah-pisahkan.
Akibatnya, ilmuwan sukar untuk membuang faktor emotif dan afektifnya ketika
mengomunikasikan pengetahuan informatifnya.
Keunikan manusia bukanlah terletak pada kemampuannya berfikir melainkan terletak
pada kemampuannya berbahasa. Oleh karena itu, Ernest menyebut manusia sebagai
Animal Symbolycum, yaitu makhluk yang mempergunakan symbol. Bahasa Sebagai
sarana komunikasi maka segala yang berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas dari
bahasa, seperti berfikir sistematis dalam menggapai ilmu dan pengetahuan. Dengan kata
lain, tanpa mempunyai kemampuan berbahasa, seseorang tidak dapat melakukan kegiatan
berfikir sebagai secara sistematis dan teratur.
Bahasa memegang peran penting dan suatu hal yang lazim dalam kehidupan manusia.
Kelaziman tersebut membuat manusia jarang memperhatiakan bahasa dan menggapnya
sebagai suatu hal yang bisa, seperti bernafas dan berjalan. Padahal bahasa mempunyai
pengaruh-pengaruh yang luar biasa dan termasuk yang membedakan manusia dari ciptaan
lainnya. Banyak ahli bahasa yang telah memberikan uraiannya tentang pengertiannya
tentang pegertian bahasa.

Pernyataan tersebut tentunya berbeda-beda cara menyampikannya. Peran bahasa


disini adalah sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran seluruh proses
berpikir ilmiah dan sebagai sarana komunikasi antar manusia tanpa bahasa maka tidak
akan terjalin komunikasi. Adapun ciri-ciri bahasa ilmiah yaitu:

1. Informatif yang berarti bahwa bahasa ilmiah mengungkapan informasi atau


pengetahuan. Informasi atau pengetahuan ini dinyatakan secara eksplisit dan jelas
untuk menghindari kesalah pahaman Informasi.
2. Reproduktif adalah bahwa pembicara atau penulis menyampaikan informasi yang
sama dengan informasi yang diterima oleh pendengar atau pembacanya.
3. Intersubjektif, yaitu ungkapan-ungkapan yang dipakai mengandung makna-makna
yang sama bagi para pemakainya

24
4. Antiseptik berarti bahwa bahasa ilmiah itu objektif dan tidak memuat unsur emotif,
kendatipun pada kenyataannya unsur emotif ini sulit dilepaskan dari unsur informatif.

Bahasa ilmiah berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran
seluruh proses berpikir ilmiah. Yang dimaksud bahasa disini ialah bahasa ilmiah yang
merupakan sarana komunikasi ilmiah yang ditujukan untuk menyampaikan informasi
yang berupa pengetahuan dengan syarat-syarat: Bebas dari unsur emotif, Reproduktif,
Obyektif, Eksplisit.

Bahasa pada hakikatnya mempunyai dua fungsi utama yakni,


1. Sebagai sarana komunikasi antar manusia.
2. Sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang
mempergunakan bahasa tersebut.

Bahasa adalah unsur yang berpadu dengan unsur-unsur lain di dalam jaringan
kebudayaan. Pada waktu yang sama bahasa merupakan sarana pengungkapan nilai-nilai
budaya, pikiran, dan nilai-nilai kehidupan kemasyarakatan. Oleh karena itu,
kebijaksanaan nasional yang tegas di dalam bidang kebahasaan harus merupakan bagian
yang integral dari kebijaksanaan nasional yang tegas di dalam bidang kebudayaan.
Perkembangan kebudayaan Indonesia ke arah peradaban modern sejalan dengan
kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya
perkembangan cara berpikir yang ditandai oleh kecermatan, ketepatan, dan kesanggupan
menyatakan isi pikiran secara eksplisit.

Berpikir dan mengungkapkan isi pikiran ini harus dipenuhi oleh bahasa Indonesia
sebagai sarana komunikasi dan sebagai sarana berpikir ilmiah dalam hubungan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta modernisasi masyarakat Indonesia.
Selain itu, mutu dan kemampuan bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi keagamaan
perlu pula ditingkatkan. Bahasa Indonesia harus dibina dan dikembangkan sedemikian
rupa sehingga ia memiliki kesanggupan menyatakan dengan tegas, jelas, dan eksplisit
konsep-konsep yang rumit dan abstrak.

Para ahli filsafat bahasa dan psikolinguitik melihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk
menyampaikan pikiran, perasaan, dan emosi. Sedangkan aliran sisiolinguistik
berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah sarana untuk perubahan masyarakat. Walaupun

25
terdapat perbedaan tetapi pendapat ini saling melengkapi satu sama lainnya. Secara umum
dapat dinyatakan bahwa fungsi bahasa adalah, Koordinator kegiatan-kegiatan dalam
masyarakat. Penetapan pemikiran dan pengungkapan. Penyampaian pikiran dan perasaan,
penyenangan jiwa dan pengurangan kegonjangan jiwa.

Ada dua pengolongan bahasa yang umumnya dibedakan yaitu, Bahasa alamiah yaitu
bahasa sehari-hari yang digunakan untuk menyatakan sesuatu, yang tumbuh atas
pengaruh alam sekelilingnya. Bahasa alamiah dibagi menjadi dua yaitu: bahasa isyarat
dan bahasa biasa dan Bahasa buatan adalah bahasa yang disusun sedemikian rupa
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan akar pikiran untuk maksud tertentu. Bahasa
buatan dibedakan menjadi dua bagian yaitu: bahasa istilah dan bahasa antifisial atau
bahasa simbolik.

Perbedaan bahasa alamiah dan bahasa buatan adalah sebagai berikut: Bahasa alamiah
antara kata dan makna merupakan satu kesatuan utuh, atas dasar kebiasaan sehari-hari,
karena bahasanya secara spontan, bersifat kebiasaan, intuitif (bisikan hati) dan pernyataan
langsung.Bahasa buatan antara istilah dan konsep merupakan satu kesatuan bersifat
relatif, atas dasar pemikiran akal karena bahasanya berdasarkan pemikiran, sekehendak
hati, diskursif (logika, luas arti) dan pernyataan tidak langsung.

Dari uraian diatas tentang bahasa, bahasa buatan inilah yang dimaksudkan bahasa
ilmiah. Dengan demikian bahasa ilmiah dapat dirumuskan, bahasa buatan yang diciptakan
para ahli dalam bidangnya dengan mengunakan istilah-istilah atau lambang-lambang
untuk mewakili pengertian-pengertian tertentu. Dan bahasa ilmiah inilah pada dasarnya
merupakan kalimat-kalimat deklaratif atau suatu pernyataan yang dapat dinilai benar atau
salah, baik mengunakan bahasa biasa sebagai bahasa pengantar untuk
mengkomunikasikan karya ilmiah. (Burhanudin, 2013)
b) Peran Logika dalam sarana berpikir ilmiah
Hampir setiap orang di kehidupan saat ini, selalu berseberangan dengan logika atau
sebaliknya. Secara sederhana logika dipahami sebagai berfikir secara logis, atau masuk
akal. Tidak sedikit dalam kehidupan di sekitar kita seringkali menyaksikan dan
merasakan sesuatu yang tidak logis, baik menyangkut perihal kemasyarakatan, individu,
budaya, dunia pendidikan, politik, ekonomi hingga birokrasi.
Pendapat lain mengatakan, arti logika adalah suatu penalaran yang dilakukan atau
dinilai sesuai dengan prinsip-prinsip validitas yang ketat. Logika adalah salah satu cabang
26
filsafat yang mempelajari tentang kecakapan berpikir secara teratur, lurus, dan tepat.
Iitulah, mengapa jika disederhanakan logika dipahami sebagai berfikir secara logis.

Secara etimologis, istilah “logika” berasal dari bahasa Yunani yaitu Logos yang
kemudian membentuk kata Logikos dimana artinya adalah suatu pertimbangan akal
(pikiran) yang bercita-cita dengan kata-kata atau bahasa. Menurut Aristoteles, logika
adalah ajaran tentang berpikir yang secara ilmiah membicarakan bentuk pikiran itu
sendiri dan hukum-hukum yang menguasai pikiran. Dalam banyak hal, kita sering
mengalami berbagai kejadian yang menurut kita tidak logis, misalkan ada yang jelas-jelas
melakukan korupsi dengan uang miliaran, tapi di mata hukum kok sama dengan pencuri
seekor ayam. Ada juga yang terbukti bersalah tetapi tidak bisa disentuh oleh hukum, ada
juga di dunia pendidikan yang sudah sekolah ke tingkat perguruan tinggi tetapi tidak ada
institusi atau dinas pemerintah dan swasta yang dapat menerima dirinya untuk bekerja
sehingga harus puas dengan respons terminal.

Menurut fenomena di atas bisa diartikan bahwa pengertian Logis adalah sesuatu yang
bisa diterima oleh akal yang sesuai dengan logika atau benar menurut penalaran. Dengan
kata lain, fenomena tersebut tentu saja tidak logis.

Dengan demikian, atas dasar realitas itulah di perlukan suatu logika dalam kehidupan
manusia, agar kita mengetahui kapan saatnya berpikir logis, kapan saatnya kita berpikir
tidak logis, setiap tempat dan waktu ada logikanya, setiap logika ada waktu dan
tempatnya. Jika kita memahami hakikat dua konsep ini dengan baik, maka kita dapat
menempatkan diri dalam segala keadaan secara proporsional di tengah manusia yang
bervariasi tingkat logika dan pemikirannya.

Aristoteles dan para pengikutnya memandang logika tidak dapat digolongkan sebagai
satu ilmu diantara ilmu-ilmu lain. Menurut Aristoteles, “logika” yaitu alat (organo) untuk
mempraktikan ilmu pengetahuan. Orang pertama yang menggunakan istilah logiak ialah
Cicero (abad pertama SM). Dikemudian hari, yaitu permulaan abad ke-3 Masehi,
Alexander Aphrodisias menggunakan istilah “logika” dengan arti yang dikenal sekarang.
Sampai berabad-abad lamanya penyelesaian negosiasi mengenai bahasa tidak mengalami
perkembangan, tetapi masih tetap sama seperti pada zaman Aristoteles.

27
Immanuel Kant 9 (Abad XVIII) mengatakan logika tidak mengalami perkembangan
karena ada usaha dari beberapa tokoh yang mencoba menerapkan matematika ke dalam
logika. Gejala ini dikenal sebagai saat munculnya logika modern. Sejak saat itu logika di
bedakan menjadi logika tradisional/klasik dan logika modern yang lazim dikenal sebagai
logika matematika/simbolis.
Adapun manfa’at dari logika itu sendiri adalah :
Secara historis tentu ada makna dan kegunaan bagi manusia. Secara singkat manfaat
logika dalam ilmu pengetahuan dapat dimasukkan sebagai berikut, (“Suwardi
Endraswara, 2012).
1. logika menyatakan, menjelaskan, dan menggunakan prinsip abstrak yang dapat
dipakai di semua lapangan ilmu pengetahuan.
2. logika menambah daya pikir, abstrak, demikian juga melatih dan mengembangkan
daya pikir dan menimbulkan disiplin intelektual.
3. logika mencegah kita tersedat oleh segala sesuatu yang kita peroleh berdasarkan
otoritas, emosi, dan kemauan.
4. logika di masa sekarang dikenal “ era of reason ” membantu kita untuk berpikir
sendiri dan tahu membedakan mana yang benar dari yang palsu.
5. logika membantu orang untuk dapat berpikir lurus, tepat, dan teratur, karena dengan
berpikir demikian ia dapat memperoleh kebenaran dan menghindari kesesatan.
Dari manfaat logika yang bermacam-macam itu, menandakan bahwa proses berpikir
itu penting. Pikirkan yang logis juga tandai tingkat pemikiran seseorang. Untuk menjadi
pemimpin dalam ruang lingkup apapun, tanpa logika jelas kurang sukses. Untuk
memberikan ceramah pada suatu komunitas, logika cukup berperan untuk mempengaruhi
orang. Orang yang belajar dengan bahasa terpaan, pasti butuh logika untuk memahami
yang mendasari orang lain. Belum lagi jika bahasa terpaan ini digunakan yang lemah
ingatan, cacat tubuh (tunarungu), tentu membutuhkan permainan logika.
Jika demikian, maka hampir semua hal membutuhkan logika berpikir. Dengan bekal
logika, ilmu pengetahuan dapat berkembang sampai bercabang-cabang. Katakan saja di
UI, ada beberapa cabang ilmu yang dipelajari. Seluruh ilmu yang dipelajari mengacu pada
permainan logika. Ilmu budaya memiliki logika yang sedikit berbeda dengan ilmu eksak.
Otak manusia dapat mewadahi logika apa saja. Namun permainan logika manusia
kadang-kadang sudah dibantu dengan alat. Teknologi sebagai dasar permainan logika dan
ilmu pengetahuan, maka akan terus berkembang membantu kesejahteraan umat manusia.
(amsal, 2011)
28
c) Peran Matematika dalam sarana berpikir ilmiah
Untuk melakuakan kegiatan ilmiah secara lebih baik diperlukan sarana berfikir salah
satunya adalah Matematika. Sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelahaan
ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan secara berfikir ini pada dasarnya merupakan
alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh.
Matematika adalah bahasa yang melambaikan serangkaian makna dari pernyataan yang
ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artificial yang baru
mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka matematika
hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati.
Bahasa verbal mempunyai beberapa kekurangan yang sangat mengganggu. Untuk
mengatasi kekurangan kita berpaling kepada matematika. Matematika adalah bahasa yang
berusaha menghilangkan sifat kabur, majemuk dan emosional dari bahasa verbal.
Umpamanya: kita sedang mempelajari kecepatan jalan kaki seorang anak maka objek
kecepatan jalan kaki seorang anak dilambangkan x, dalam hal ini maka x hanya
mempunyai arti yang jelas yakni kecepatan jalan kaki seorang anak. Demikian juga bila
kita hubungkan kecepatan jalan kaki seorang ana dengan obyek lain misalnya: “jarak
yang ditempuh seorang anak” yang kita lambangkan dengan y, maka kita lambangkan
hubungan tersebut dengan z = y / x dimana z melambangkan “waktu berjalan kaki
seorang anak”. Pernyataan z = y / x tidak mempunyai konotasi emosional, selain itu
bersifat jelas dan spesifik.
Matematika merupakan salah satu puncak kegemilangan intelektual. Disamping
pengetahuan mengenai matematika itu sendiri, matematika juga memberikan bahasa,
proses dan teori yang memberikan ilmu suatu bentuk kekuasaan. Fungsi matematika
menjadi sangat penting dalam perkembangan macam-macam ilmu pengetahuan.
Matematika dalam perkembangannya memberikan masukan-masukan pada bidang-
bidang keilmuan yang lainnya. Konstribusi matematika dalam perkembangan ilmu alam
lebih ditandai dengan pengunaan lambang-lambang bilangan untuk menghitung dan
mengukur, objek ilmu alam misal gejala-gejalah alam yang dapat diamati dan dilakukan
penelaahan secara berulang-ulang. Berbeda dengan ilmu sosial yang memiliki objek
penelaahan yang kompleks dan sulit melakukan pengamatan. Disamping objeknya yang
tak terulang maka kontribusi matematika tidak mengutamakan pada lambang-lambang
bilangan.
Matematika memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan jelas satu dengan
lainnya serta berpola pikir yang bersifat deduktif dan konsisten. Matematika merupakan
29
alat yang dapat memperjelas dan menyederhanakan suatu keadaan atau situasi melalui
abstraksi, idealisasi, atau generalisasi untuk suatu studi ataupun pemecahan masalah.
Pentingnya matematika tidak lepas dari perannya dalam segala jenis dimensi kehidupan.
Mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa matematika justru lebih praktis, sistematis,
dan efisien. Begitu pentingnya matematika sehingga bahasa matematika merupakan
bagian dari bahasa yang digunakan dalam masyarakat. Hal tersebut menunjukkan
pentingnya peran dan fungsi matematika, terutama sebagai sarana untuk memecahkan
masalah baik pada matematika maupun dalam bidang.
Peranan Matematika sebagai sarana berfikir ilmiah dapat menggunakan alat-alat yang
mempunyai kemampuan sebagai berikut:
1. Menggunakan algoritma.
2. Melakukan manupulasi secara matematika.
3. Mengorganisasikan data.
4. Memanfaatkan symbol, table dan grafik.
5. Mengenal dan menenukan pola.
6. Menarik kesimpulan.
7. Membuat kalimat atau model matematika.
8. Membuat interpretasi bangun geometri.
9. Memahami pengukuran dan satuanya.
10. Menggunakan alat hitung dan alat bantu lainya dalam matematika, seperti tabel
matematika, kalkulator, dan komputer.
Adapun kelebihan dan kekurangan matematika:
Kelebihan matematika adalah: tidak memiliki unsur emotif dan bahasa matematika sangat
universal. Kelemahan dari matematika adalah bahwa matematika tidak mengandung
bahasa emosional (tidak mengandung estetika) artinya bahwa matematika penuh dengan
simbol yang bersifat artifersial dan berlaku dimana saja.

d) Peran Statistika dalam sarana berpikir ilmiah


Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Konsep statistika
sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu.
Statistika memberikan cara untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan
jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan. Statistika mampu
memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut,

30
yang pada dasarnya didasarkan pada asas yang sangat sederhana, yakni makin besar
contoh yang diambil maka makin tinggi tingkat ketelitian tersebut dan sebaliknya

Menurut Anas Sudiono dalam bakhtiar, 2010, 198, secara etimologi kata statistik
berasal dari kata status (bahasa latin) yang mempunyai persamaan arti dengan state
(bahasa Inggris) yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan negara. Pada
mulanya kata statistik diartikan sebagai kumpulan bahan keterangan (data), baik yang
berwujud angka (data kuantitatif) maupun yang tidak berwujud angka (data kualitatif),
yang mempunyai arti penting dan kegunaan bagi suatu negara. Namun pada
perkembangan selanjutnya, arti kata statistik hanya dibatasi dengan kumpulan bahan
keterangan yang berwujud angka data kuantitatif saja.

Sedangkan menurut (Sudjana 1996 :3) Statistika adalah pengetahuan yang


berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data, pengelolaan atau penganalisiannya dan
penarikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan penganalisisan yang dilakukan.
Jadi statistika merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh pengetahuan untuk
mengelolah dan menganalisis data dalam mengambil suatu kesimpulan kegiatan ilmiah.
Untuk dapat mengambil suatu keputusan dalam kegiatan ilmiah diperlukan data-data,
metode penelitian serta penganalisaan harus akurat. Statistika diterapkan secara luas dan
hampir semua pengambilan keputusan dalam bidang manajemen.

Peranan statiska diterapkan dalam penelitian pasar, produksi, kebijaksanaan


penanaman modal, kontrol kualitas, seleksi pegawai, kerangka percobaan industri,
ramalan ekonomi, auditing, pemilihan resiko dalam pemberian kredit dan lain sebagainya.
Peranan Statistika dalam tahap-tahap metode keilmuan: Alat untuk menghitung besarnya
anggota sampel yang akan diambil dari populas.Alat untuk menguji validitas dan
reliabilitas instrumen..Teknik untuk menyajikan data-data, sehingga data lebih
komunikatif. Alat untuk analisis data seperti menguji hipotesis penelitian yang diajukan.

Adapun hubungan statiska antara Sarana berfikir Ilmiah Bahasa, Matematika dan
Statistika, yaitu sebagaimana yang kita bahas sebelumnya, agar dapat melakukan kegiatan
berpikir ilmiah dengan baik, diperlukan sarana bahasa, matematika dan statistika. Bahasa
merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam kegiatan berpikir ilmiah, dimana
bahasa menjadi alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang
lain. Dan ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir
deduktif dan berpikir induktif.

31
Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif, sedangkan
statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Penalaran induktif dimulai
dengan mengemukakan pernyataan yang memiliki ruang lingkup yang khas dan terbatas
untuk menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
Sedangkan deduktif, merupakan cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat
umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus, dengan memakai pola berpikir
silogismus.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berpikir adalah hakekat manusia. Inilah yang membedakan manusia (Homosapiens
dengan makhluk hidup lainnya. Manusia memiliki kemampuan untukmenyampaikan,
mengembangkan dan menemukan serta mengolah ilmu pengetahuanmelalui suatu proses
rumit yang dinamakan berpikir. Berpikir untuk mendapatkan ilmupengetahuan tentunya
berbeda dengan berpikir biasa. Pikir yang memenuhi prinsip-prinsip keilmuan adalah
proses berpikir ilmiah. Berpikir ilmiah adalah berpikir yang logisdan empiris. Logis
berarti masuk akal, dan empiris berarti dipahami secara mendalamberdasarkan fakta yang
dapat dipertanggung jawabkan.

Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam
berbagai langkah yang harus ditempuh. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah
dengan baik maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, matematika, statistika dan
logika, agar dalam kegiatan ilmiah tersebut dapat berjalan dengan baik, teratur dan

32
cermat. Sarana berfikir ilmiah bukanlah ilmu melainkan kumpulan pengetahuan yang
didapatkan berdasarkan metode ilmu.
Ditinjau dari pola berfikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara pola berfikir
deduktif dan berfikir induktif, untuk itu maka penalaran ilmiah menyadarkan diri kepada
proses logika deduktif dan logika fakta untuk mendukung atau menolak hipotesis yang
diajukan. Kemampuan berfikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan sarana
berfikir ini dengan baik pula.. Penalaran ilmiah mengharuskan kita Salah satu langkah
kearah penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana
berfikir tersebut dalam keseluruhan berfikir ilmiah tersebut.
Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan
penelaahan ilmiah secara baik. Berfikir merupakan ciri utama bagi manusia. Berfikir
disebut juga sebagai proses bekerjanya akal. Secara garis besar berfikir dapat dibedakan
antara berfikir alamiah dan berfikir ilmiah. Berfikir alamiah adalah pola penalaran yang
berdasarkan kehidupan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya. Berfikir ilmiah
adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan cermat. Harus
disadari bahwa tiap orang mempunyai kebutuhan untuk berpikir serta menggunakan
akalnya semaksimal mungkin.
Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana
yang berupa bahasa, matematika dan statistika. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal
yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah dimana bahasa merupakan alat berpikir
dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain
Ditinjau dari pola berpikirnya maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif
dan berpikir induktif. Untuk itu maka penalaran ilmiah menyadarkan diri kepada proses
logika deduktif dan logika induktif. Matematika mempunyai peranan yang sangat penting
dalam berpikir deduktif ini sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam
berpikir induktif
Sarana berfikir ilmiah pada dasarnya ada, empat yaitu: bahasa ilmiah, logika
matematika, dan statistika. Bahasa ilmiah berfungsi sebagai alat komunikasi untuk
menyampaikan jalan fikiran seluruh proses berfikir ilmiah. Logika dan matematika
mempunyai peranan penting dalam berfikir deduktif sehingga mudah diikuti dan mudah
dilacak kembali kebenarannya.

a. bahasa ilmiah,
b. logika dan

33
c. matematika,
d. statistika.
Bahasa ilmiah berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan jalan fikiran
seluruh proses berfikir ilmiah. Logika dan matematika mempunyai peranan penting
dalam berfikir deduktif sehingga mudah diikuti dan mudah dilacak kembali
kebenarannya. Sedang logika dan statistika mempunyai peranan penting dalam berfikir
induktif.
Sedangkan logika dan statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif
dan mencari konsep-konsep yang berlaku umum.Adapun sarana berfikir ilmiah adalah
bahasa, matematika, statistika dan logika, ke empat sarana berfikir ilmiah ini sangat
berperan dalam pembentukan ilmu yang baru

B. Saran
1. Perlu dilakukan kajian yang lebih mendalam terkait dengan materi sarana berfikir
ilmih dan hubungannya dengan ilmu bahasa, matematika, statistik, dan logika.
Karena masih banyak nya kekurangan dalam isi makalah ini.
2. Penulis dan penyusun berharap kepada beberapa kalangan agar dapat memahami isi
dan penjelasan dari makalah ini.
3. Perlu mendapatkan dan mencari referensi dan sumber lain yang terpercaya dalam
melengkapi isi maakalah tentang sarana berpikir ilmiah ini, serta mampu
mengelompokan antara peran, hubungan dan manfa’at dari masing-masing sarana
berpikir ilmiah.
4. Dalam penulisan makalah ini kami mengakui masih banyak mengalami kesalahan,
diharapkan bagi pembaca agar memberikan komentar, kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi untuk kedepannya.
5. Isi dan penjelasan mengenai pembahasan makalah ini masih banyak memerlukan
penjelasan yang lebih mendalam agar pembaca dapat memahaminya dengan mudah.

34
DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar, Amsal. 2011. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.


Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ke Tiga. Jakarta: Balai
Pustaka.
Salam, Burhanudin. 1997. Logika Materiil Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Naiboho, Agus. 2015. Filsafat Matematika.Publisher
http://googleweblight.com/?lite_url=http://sejarahmatematika1.blogspot.com/
2016/09/hubungan-filsafat-dan-matematika.html
http://agusjnaibaho.blogspot.co.id/
Suriasumantri, S. Jujun. 1990. Filsafat Ilmu Suatu Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.

35
36

Anda mungkin juga menyukai