Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

STRUKTUR BERFIKIR IMLIAH


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Dr. Dian Siti Nurjanah M.Ag

Disusun Oleh:
Kelompok 5
1. Ady Pebri Ady (1211040002)
2. Ainy Shofyah Nasution (1211040008)
3. Annisa Putri (1211040021)
4. Danissa Selvita Fauziah (1211040034)
5. Dhita Fadhilatul Azizah (1211040036)

KELAS A
PRODI TASAWUF PSIKOTERAPI
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
(2021)
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT, shalawat serta salam selalu
terlimpah curahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan rahmat-Nya, penulis
mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah
Bahasa Indonesia. Dalam penyusuanan tugas ini tidak sedikit hambatan yang
penulis hadapi, namun penulis menyadari bahwa dalam penyusunan materi ini
melibatkan berbagai pihak, terutama Ibu Dr Dian Siti Nurjanah M.Ag selaku dosen
mata kuliah Bahasa Indonesia, sehingga kendala yang penulis hadapi dapat
diselesaikan meskipun masih jauh dari kata sempurna.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah serta agar
pembaca dapat mengetahui struktur berfikir ilmiah. Penulis menyajikan makalah
ini berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber dan informasi, referensi, dan
berita. Makalah ini disusun dengan berbagai rintangan baik itu yang datang dari
diri penulis maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Penulis menyadari bahwa
makalah ini memiliki banyak kekurangan serta jauh dari sempurna. Maka dari itu,
dengan tidak mengurangi rasa hormat penulis meminta kepada dosen pengampu
untuk memberikan kritik serta saran kepada penulis jika terdapat kekeliruan dalam
makalahnya untuk memperbaiki makalah penulis di masa yang akan datang, dan
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Sumedang, 20 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii

BAB 1 : PENDAHULUAN
A.Latar Belakang.........................................................................................iii
B.Rumusan Masalah.....................................................................................iv
C.Tujuan ..................................................................................................... iv
BAB 2 : PEMBAHASAN
A. Pengertian Struktur Berfikir Ilmiah..........................................................1
B. Metode Berfikir Ilmiah.............................................................................2
C. Sarana Berfikir Ilmiah..............................................................................5
D. Langkah- langkah Berfikir Ilmiah............................................................8
E. Sikap Seseorang Dalam Berfikir Ilimah.................................................10
F. Tujuan dan Fungsi Berfikir Ilmiah..........................................................10
BAB 3 : PENUTUP.....................................................................................................
A.Kesimpulan..............................................................................................11
B.Kritik dan Saran......................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan.
Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan
pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang
berupa pengetahuan. Manusia berpikir untuk menemukan pemahaman atau
pengertian, pembentukan pendapat, dan kesimpulan atau keputusan dari
sesuatu yang dikehendaki.1 Manusia adalah makhluk yang berpikir. Setiap
saat dari hidupnya, sejak dia lahir sampai masuk liang lahat, dia tak pernah
berhenti berpikir. Hampir tak ada masalah yang menyangkut dengan
perikehidupan yang terlepas dari jangkauan pikirannya, dari soal paling
remeh sampai soal paling asasi .2
Berpikir ilmiah adalah menggunakan akal budi untuk
mempertimbangkan, memutuskan, mengembangkan dan sebagainya. Pada
dasarnya setiap objek yang ada di dunia pastilah menuntut metode tertentu.
Seperti halnya dalam memperoleh pengetahuan. Suatu ilmu, mungkin
membutuhkan lebih dari satu metode ataupun dapat diselesaikan menurut
berbagai metode. Akhirnya suatu pendapat mengatakan, bahwa sesuatu
memiliki berbagai segi yang menuntut penggunaan berbagai metode, untuk
memperoleh pengetahuan, maka digunakanlah metode berfikir ilmiah.
Metode berfikir ilmiah dapat dilakukan melalui tiga jenis penalaran, yaitu
Penalaran Deduktif, Penalaran Induktif, dan Penalaran Abduktif.

iii

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan berfikir ilmiah?


1
Achmadi, 1998
2
Hardiman, 2004
2. Bagaimana metode berfikir ilmiah itu?
3. Apa saja fungsi dan tujuan berfikir ilmiah?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu berfikir ilmiah


2. Mengetahui metode serta struktur berfikir ilmiah
3. Untuk mengetahui apa fungsi dan tujuan berfikir ilmiah

iv
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Berfikir Ilmiah
Berpikir Ilmiah adalah sebuah metode yang fokus untuk mencapai
suatu tujuan berfkir yang optimal. Berpikir ilmiah tentu saja untuk
menghasilkan suatu keputusan dan kesimpulan dari proses berpikir yang
sah dan benar. Berfikir ilmiah juga dapat dikatakan sebuah proses
panjang dan bersifat makro yang terjadi dalam diri seorang
manusia,melewati serangkaian uji kebenaran mulai dari proses
pengamatan, perenungan, pembandingan, pengujian, penarikan keputusan
hingga menyimpulkan.
Berpikir ilmiah adalah menggunakan akal budi untuk
mempertimbangkan, memutuskan, mengembangkan dan sebagainya.Ada
beberapa pendapat para ahli tentang berfikir ilmiah, diantaranya:
a. Menurut Salam : Berfikir ilmiah adalah proses atau aktivitas manusia
untuk menemukan/mendapatkan ilmu. Berfikir ilmiah adalah proses
berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan yang berupa
pengetahuan.
b. Menurut Jujun S.Suriasumantri : Berpikir ilmiah merupakan kegiatan
akal untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah
adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan deduksi.
c. Menurut Kartono : Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan
yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-
pembuktian.
d. Menurut Eman Sulaeman : Berfikir ilmiah merupakan proses
berfikir/pengembangan pikiran yang tersusun secara sistematis yang
berdasarkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah yang sudah ada.

Secara lebih luasnya berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan
empiris. Logis adalah masuk akal, dan empiris adalah dibahas secara
mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan, selain
itu menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, dan
mengembangkan.

1
B. Metode Berfikir Ilmiah
Metode berpikir ilmiah berkaitan dengan pola berpikir yang secara
umum kita ketahui ada dua, yaitu pola berpikir deduktif dan pola berpikir
induktif.
1. Pola berfikir deduktif
Berpikir deduktif adalah proses berpikir yang bermula dari pernyataan
yang bersifat umum dengan menarik kesimpulan bersifat khusus. Pola
berpikir deduktif merupakan suatu proses berpikir untuk menarik suatu
kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang bersifat umum
berdasarkan pada beberapa pernyataan khusus yang diketahui benar.3
Terdapat indikator dalam pola berfikir induktif, yakni :
Aspek pola berfikir induktif Indikator
1. Membuat dugaan 1. Merumuskan berbagai
kemungkinan pemecahan
masalah sesuai dengan
dugaan pengetahuan yang
2. Memanipulasi dimilikinya.
2. Menuliskan dan
menuntaskan suatu persoalan
sesuai aturan atau kaidah
3. Menyusun argument dan
yang ada.
fakta
3. Menyusun dan memberikan
4. Memeriksa kebenaran alasan atau bukti terhadap
kebenaran solusi.
4. Menyelidiki tentang
5. Menarik kesimpulan kebenaran dari suatu
pernyataan yang ada.
5. Menyimpulkan solusi dari
masalah.

Terdapat dua jenis penalaran deduktif, yakni :


Dalam penalaran deduktif, dilakukan melalui serangkaian
pernyataan yang disebut silogisme dan terdiri atas beberapa unsur yaitu:

1) Silogisme
3
Manarung&Kartono,2006
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara
deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah
konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah
rangkaian 3 buah pemikiran , yang terdiri dari :
a. Dasar pemikiran utama (premis mayor)
b. Dasar pemikiran kedua (premis minor)
c. Kesimpulan
Contoh berfikir deduktif :
a. Premis mayor : semua mahasiswa tasawuf psikoterapi semester 1
wajib mengikuti kegiatan OSPEK.
b. Premis minor : Adi merupakan mahasiswa Tasawuf Psikoterapi
semester 1
c. Kesimpulan : Adi wajib mengikuti kegiatan OSPEK.
2) Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat
dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan
karena sudah sama-sama diketahui.
Contoh entimen:
a. Premis Umum : Setiap warga negara Indonesia berhak
memperoleh pendidikan yang layak.
b. Premis Khusus : Yamni adalah warga negara Indonesia.
c. Kesimpulan : Yamni berhak memperoleh pendidikan yang layak.
d. Entimem : Yamni berhak memperoleh pendidikan yang layak,
karena ia adalah warga negara Indonesia.
2. Pola berfikir induktif
Berpikir deduktif adalah proses berpikir dari keadaan umum ke
keadaan khusus sesuai dengan bukti yang sudah ada.

Berpikir induktif adalah proses pengambilan kesimpulan yang


bercirikan umum atau dengan melakukan suatau pernyataan baru dari
masalah-masalah khusus.4
3

4
Sumartini, 2015
Secara lebih luas berpikir induktif adalah suatu proses atau
aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan dalam membuat suatu
pernyataan baru yang bersifat umum berdasarkan pada pernyataan khusus
yang diketahui kebenaranya.

Terdapat indikator datlam berfikir induktif, yaitu :


Aspek pola berfikir induktif Indikator
1. Analogi 1. Mengamati pola yang terjadi
2. Membuat dugaan 2. Membuat dugaan (konjektur)
tentang pola umum
3. Generalisasi 3. Membuat generalisasi
4. Pembuktian generalisasi 4. Membuktikan generalisasi
secara deduktif

Penalaran secara induktif dilakukan ketika kita membuat prediksi tentang


apa yang akan terjadi di masa depan berdasarkan hasil pengamatan kita di masa
lalu. Contoh penalaran induktif :
a. Pengamatan : Di Puncak hawanya dingin, di daerah Batu hawanya
dingin, di kawasan Lembang hawanya juga dingin.
b. Kesimpulan: Daerah yang letaknya tinggi (dataran tinggi), hawanya
akan dingin.
Kesimpulan atau argumen induktif tidak selalu atau pasti benar, namun
ada probabilitas (kemungkinan) akan benar.
3. Pola Berfikir Abduktif
Pola berfikir abduktif menunjukan suatu kesimpulan dari sebuah argument
atau teori yang sudah jelas kebenarannya dari sebuah pengamatan (penelitian)
yang telah dilakukan, murni di dasarkan pada penalaran yang paling masuk
akal. Contoh pola berfikir induktif :
Pedro selalu mengendarai mobilnya dengan sangat cepat jika sdang mabuk.
Maka pada saat kita melihat Pedro mengendarai mobilnya dengan sangat cepat
maka kita berkesimpulan bahwa Pedro mabuk. Hal tersebut belum tentu benar,
mungkin saja dia sedang terburu-buru atau dalam keadaan gawat darurat.

4
C. Sarana Berfikir Ilmiah
Berfikir secara ilmiah adalah upaya untuk menemukan kenyataan dan
ide yang belum diketahui sebelumnya. Tujuan berpikir ilmiah adalah untuk
memungkinkan kita untuk menelaah ilmu secara baik. Sarana ilmiah pada
dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai
langkah yang harus ditempuh.5 Sarana ilmiah merupakan suatu alat, dengan
alat ini manusia melaksanakan kegiatan ilmiah.
Untuk mendapatkan ilmu diperlukan sarana berpikir ilmiah. Sarana
berpikir diperlukan untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik dan
teratur. Sarana berpikir ilmiah ada empat, yaitu:
1. Bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi yang dicirikan sebagai;
a. serangkaian bunyi yang digunakan sebagai alat komunikasi;
b. lambang dari serangkaian bunyi yang membentuk arti tertentu.
Dengan bahasa manusia dapat mengkomunikasikan segenap
pengalaman dan pemikiran mereka. Pengalaman dan pemikiran yang
berkembang membuat bahasa pun ikut berkembang.Secara umum bahasa
dibedakan atas dua kelompok, yaitu :
a. Bahasa verbal,yaitu bahasa yang berlaku untuk kalangan tertentu
yang mengerti bahasa tersebut ( tidak berlaku umum )
b. Bahasa matematik, yaitu bahasa yang berlaku untuk semua
kalangan.
Kemampuan berbahasa adalah salah satu keunikan manusia. Bahasa
diperlukan manusia atau berfungsi sebagai:
a. alat komunikasi atau fungsi komunikatif,
b. alat budaya yang mempersatukan manusia yang menggunakan bahasa
tersebut atau fungsi kohesif.

5
Kegunaan Bahasa,antara lain :
a. Membuat manusia berpikir dengan baik
5
Surisumantri,2003:165
b. Berkomunikasi dengan baik
c. Berpikir secara abstrak
Di dalam fungsi komunikatif bahasa terdapat tiga unsur bahasa, yang
digunakan untuk menyampaikan : perasaan (unsur emotif), sikap (unsur
afektif) dan buah pikiran (unsur penalaran). Perkembangan bahasa
dipengaruhi oleh ketiga unsur bahasa ini.
Perkembangan ilmu dipengaruhi oleh fungsi penalaran dan komunikasi
bebas dari pengaruh unsur emotif. Sedangkan perkembangan seni
dipengaruhi oleh unsur emotif dan afektif.
Syarat komunikasi ilmiah adalah :
a. bahasa harus bebas emotif
b. reproduktif, artinya komunikasinya dapat dimengerti oleh yang
menerima.
Komunikasi ilmiah bertujuan untuk menyampaikan informasi yang
berupa pengetahuan.
Kekurangan bahasa terletak pada:
a. Peranan bahasa yang multifungsi, artinya kommunikasi ilmiah hanya
menginginkan penyampaian buah pikiran/penalaran saja, sedangkan
bahasa verbal harus mengandung unsur emotif, afektif dan simbolik.
b. Arti yang tidak jelas dan eksak yang dikandung oleh kata-kata yang
membangun bahasa.
c. Konotasi yang bersifat emosional.

Aliran-aliran dalam filsafat bahasa:


c. Filsafat Modern
Filsafat ini menyatakan bahwa kebanyakan dari pernyataan dan
pertanyaan ahli filsafat timbul dari kegagalan mereka untuk menguasai
logika bahasa.
d. Filsafat Analitik.
Bahasa bukan saja hanya sebagai alat bagi berpikir dan berfilsafat tetapi
juga sebagai bahan dasar dan dalam hal tertentu merupakan hasil akhir
dari filsafat.

6
2. Logika
Logika adalah jalan pikiran yang masuk akal.6 Logika disebut juga
sebagai penalaran. penalaran adalah suatu proses penemuan kebenaran, dan
setiap jenis penalaran memiliki kriteria kebenarannya masing-masing.
Penalaran memiliki ciri-ciri:
a. Pola berpikir yang disebut dengan logika,
b. Analitis dalam berpikir.

3. Matematika
Matematika yang dimaksud adalah bahasa yang melambangkan
serangkaian makna dari pernyataan yang ingin disampaikan. Lambang yang
ada pada matematika bersifat artifisial artinya lambang itu mempunyai arti
jika sudah diberi makna.
Kekurangan yang ada dalam bahasa verbal dapat diatasi dengan
menggunakan matematika dalam berkomunikasi ilmiah. Hal ini dimungkinkan
karena Matematika itu bersifat:
a. Jelas
b. Spesifik
c. Informatif
d. Tidak emosional
Matematika mengembangkan bahasa kuantitatif, karena dapat melakukan
pengukuran secara eksak. Sifar kuantitatif dari metamtika ini meningkatkan
daya prediktif dan control dari ilmu. Oleh sebab itu matematika dibutuhkan
oleh setiap ilmu.
Matematika mengembangkan cara berpikir deduktif artinya dalam
melakukan penemuan ilmu dilakukan berdasarkan premis-premis tertentu.
Pengetahuan yang ditemukan hanyalah didasari atas konsekuensi dari
pernyataan-pernyataan ilmiah sebelumnya yang telah ditemukan.
Matematika pada dasarnya merupakan pengetahuan yang disusun secara
konsisten berdasarkan logika deduktif. Kebenaran dalam Matematika tidak
dibuktikan secara empiris, melainkan secara penalaran deduktif.
7

Aliran Filsafat Matematika:

6
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), 20003:680
a. Filsafat Logistik, yang menyatakan bahwa eksistensi Matematika
merupakan cara berpikir logis yang salah atau benarnya dapat ditentukan
tanpa mempelajari dunia empiris.
b. Filsafat Intusionis, yaitu kebenarannya diambil secara intuisi (perasaan
secara tiba-tiba)
c. Filsafat formalis, berdasarkan lambang-lambang

4. Statistika
Statistika merupakan sarana berpikir ilmiah yang diperlukan untuk
memproses pengetahuan secara ilmiah. Statistika membantu melakukan proses
generalisasi dan menyimpulkan karakterisrtik suatu kejadian secara lebih pasti
dan bukan terjadi secara kebetulan. konsep statistika sering dikaitkan dengan
distribusi variable yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Statistika sering
digunakan dalam penelitian ilmiah. Dalam ilmu penelitian,logika deduktif
berpaling pada matematika dan logika induktif berpaling pada statistika.
Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari
kesimpulan yang ditarik tersebut, makin besar contoh atau sampel yang diambil
maka makin tinggi tingkat ketelitian kesimpulan tersebut. Statistika juga
memberikan kemampuan untuk mengetahui suatu hubungan kausalitas antara
dua atau lebih faktor yang bersifat kebetulan atau memang benar-benar terkait
dalam hubungan yang bersifat empiris.Sarana berpikir ilmiah merupakan alat
bantu bagi manusia untuk berpikir ilmiah agar memperoleh ilmu.
D. Langkah-Langkah Berfikir Ilmiah
Berfikir ilmiah menggunakan metode ilmiah ada beberapa tahap, yaitu:
1. Merumuskan Masalah
Berpikir ilmiah melalui metode ilmiah didahului dengan kesadaran
akan adanya masalah.Permasalahan ini kemudian harus dirumuskan
dalam bentuk kalimat tanya. Dengan penggunaan kalimat tanya akan
memudahkan orang yang melakukan metode ilmiah untuk
mengumpulkan data yang dibutuhkannya, menganalisis data tersebut,
kemudian menyimpulkannya.
2. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang
masih memerlukan pembuktian berdasarkan data yang telah dianalisis.
Dalam metode ilmiah dan proses berpikir ilmiah.
8
3. Mengumpulkan Data
Pengumpulan data dilakukan di lapangan. Seorang peneliti yang
sedang menerapkan metode ilmiah perlu mengumpulkan data
berdasarkan hipotesis yang telahdirumuskannya. Pengumpulan data
memiliki peran penting dalam metode ilmiah, sebab berkaitan dengan
pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya sebuah hipotesis akan
bergantung pada data yang dikumpulkan.
4. Menguji hipotesis
Dalam kegiatan atau langkah menguji hipotesis, peneliti tidak
membenarkan atau menyalahkan hipotesis, namun menerima atau
menolak hipotesis tersebut. Karena itu,sebelum pengujian hipotesis
dilakukan peneliti harus terlebih dahulu menetapkan tarafsignifikansinya.
Semakin tinggi taraf signifikansi yang tetapkan maka akan semakin tinggi
puladerjat kepercayaan terhadap hasil suatu penelitian.
5. Merumuskan kesimpulan
Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan masalah yang telah
diajukan sebelumnya. Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam bentuk
kalimat deklaratif secarasingkat tetapi jelas. Harus dihindarkan untuk
menulis data-data yang tidak relevan dengan masalah yang diajukan,
walaupun dianggap cukup penting.

E. Sikap Seseorang Dalam Berfikir Ilmiah


1. Rasa ingin tahu yang tinggi, yang bertujuan untuk menemukan ilmu
atau ide baru serta mendorong seseorang untuk membuka wawasannya
pada apapun yang ia terima dalam keingintahuannya.
Contohnya : Seseorang yang pintar Matematika ingin lebih jago
berbahasa Inggris sehingga ia membaca buku - buku dan
mendengarkan semua lagu berbahasa Inggris.
2. Optimis, yang mencegah seseorang untuk cepat mengakhiri proses
belajar dan keingintahuannya terhadap sesuatu serta membantu
seseorang untuk memperdalam keyakinannya bahwa apa yang ia
pikirkan atau lakukan akan membuahkan hasil.
Contohnya : Seorang penjual Ketupat yang terus belajar pada orang -
orang yang lebih ahli darinya untuk menciptakan rasa ketupat yang
lebih enak untuk mendatangkan pelanggan yang lebih banyak.
3. Analitis, yang berfungsi untuk membantu seseorang menguraikan
segala persoalan secara detail dan lengkap lalu menghubungkannya
pada penyelesaian yang paten.
Contohnya : Seorang ilmuwan yang menemukan vaksin setelah
menemukan fakta bahwa virus yang sukar dimatikan ternyata bisa
dilemahkan.
F. Tujuan dan Fungsi Berfikir Ilmiah
1. Tujuan berpikir ilmiah
Tujuan berfikir ilmiah adalah untuk memungkinkan kita
untuk menelaah ilmu secara baik. Sedangkan tujuan mempelajari ilmu
dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita
untuk dapat memecahkan masalah kita sehari-hari.
2. Fungsi berfikir ilmiah
Fungsi berfikir ilmiah yaitu sebagai alat bantu untuk mencapai
tujuan dalam kaitan kegiatan ilmiah secara keseluruhan. Dalam hal ini
berpikir ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang ilmu untuk
mengembangkan materi pengetahuaannya berdasarkan metode ilmiah.
Metode berpikir ilmiah memiliki peranan penting dalam membantu
manusia untuk memperoleh pengetahuan cakrawala baru dalam
menjamin eksistensi kehidupan manusia. Dengan menggunakan metode
berfikir ilmiah, manusia terus mengembangkan pengetahuannya.7
10
BAB 3
7
Liang, 1982
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berfikir ilmiah merupakan sebuah proses panjang yang terjadi dalam
diri manusia melewati serangkaian uji kebenaran mulai dari proses
pengamatan, perenungan, pembandingan, pengujian, penarikan keputusan
hingga menyimpulkan. Manusia merupakan makhluk yang berfikir, berfikir
ilmiah akan menghasilkan pemikiran yang baik dan sikap yang baik pula
seperti analitis,tidak mudah tertipu,objektif,serta dapat menyelesaikan
masalah dengan mudah.
B. Saran
Berfikir ilmiah sudah harus dimiliki oleh setiap mahasiswa karena berfikir
ilmiah dapat membantu mahasiswa dalam mengambil keputusan yang baik.
Jadi sudah selayaknya mahasiswa berfikir secara ilmiah.

11
DAFTAR PUSTAKA
 Achmadi, asmori, 2001 , Filsafat umum, Jakarta : Rajawali Pers
 Hardiman (2004)
 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), 20003:680
 Surisumantri,2003:165
 https://dosenbahasa.com/contoh-entimem
 https://www.kumpulanpengertian.com/2018/11/pengertian-berpikir-
ilmiah-menurut-para.html

Anda mungkin juga menyukai