Anda di halaman 1dari 13

SARANA BERPIKIR ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Dosen Pengampu
Devi Budi Rahayu, S.Si, M.Pd

Disusun Oleh :

Syifa Salsabila

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM BAKTI NEGARA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang sederhana ini hingga dapat terselesaikan yang berjudul “Sarana Berpikir
Ilmiah”

Shalawat beserta salam semoga senantiasa dihantarkan kepada junjungan


Nabi Muhammad SAW, para sahabat, keluarga, dan para pengikutnya sampai di
hari kiamat, terutama pada para ulama teologi Islam, filosof-filosof ketuhanan
tentang Islam, serta bagi para sufi yang telah rela berkorban demi tujuan-tujuan
yang lebih mulia di sisi Allah, dengan berpola hidup sederhana, mengutamakan
kebenaran, dan berorientasi kepada kesucian jiwa.
Tentunya dalam penulisan makalah ini dengan segala keterbatasan, tidak
lepas dari kekurangan, tetapi penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk
meminimalisir kekurangan-kekurangan tersebut. Oleh karena itu, sangat
diharapkan kritik dan saran dari para pembaca dari kesempurnaan penulisan
makalah pada masa-masa berikutnya. Semoga bermanfaat bagi penulis dan para
pembaca pada umumnya. Aamiin.

Slawi, 10 Desember 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL. .............................................................................................i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

Latar belakang .......................................................................................................... 1

Rumusan masalah.....................................................................................................2

Tujuan penulisan ...................................................................................................... 2

BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 3

Pengertian Sarana Berpikir Ilmiah ........................................................................ .3

Sarana Berpikir Ilmiah ........................................................................................... 4

Keterkaitan Tiap Sarana Berpikir Ilmiah ............................................................... 7

BAB III PENUTUP ............................................................................................... 9

Kesimpulan .............................................................................................................. 9

Saran........................................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Manusia diciptakan mempunyai akal yang membedakan dengan


makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Berpikir membuat manusia dapat
bertahan hidup dan memenuhi kebutuhannya dengan mudah. Berpikir
merupakan upaya manusia dalam memecahkan masalah. Harus disadari
bahwa tiap orang mempunyai kebutuhan untuk berpikir serta
menggunakan akalnya semaksimal mungkin. Seseorang yang tidak
berpikir, berada sangat jauh dari kebenaran dan menjalani sebuah
kehidupan yang penuh kepalsuan dan kesesatan. Secara garis besar
berpikir dapat dibedakan antara berpikir alamiah dan berpikir ilmiah.

Berpikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan


kehidupan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya. Sedangkan,
berpikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara
teratur dan cermat. Penalaran ilmiah mengharuskan kita menguasai
metode penelitian ilmiah seperti perumusan masalah, pengajuan hipotesis,
pengkajian literatur, menguji hipotesis, menarik kesimpulan. Sarana
berpikir ilmiah membantu manusia menggunakan akalnya untuk berpikir
dengan benar dan menemukan ilmu yang benar. Kemampuan berpikir
ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan sarana berpikir ini
dengan baik pula. Selain itu, kegiatan ilmiah memerlukan sarana yang
berupa bahasa, matematika dan statistika. Bahasa dapat digunakan sebagai
sarana berpikir ilmiah dalam bentuk komunikasi.

Menurut Suriasumantri (2009), Bahasa memiliki tiga struktur,


yaitu: kemampuan, penampilan, dan struktur dalam. Adapun lima batasan
yang penting, yaitu: manusiawi, dipelajari, sistem, arbitrer, dan simbol
atau lambang.1 Bahasa memiliki kelebihan, namun bahasa memiliki
kelemahan. Maka dari itu, makalah ini akan mengkaji tentang sarana yang

1
Anto Dajan, Pengantar Metode Statistik, Jilid I, (Pustaka LP3ES Indonesia, 2000), hal. 2
1
mendukung seseorang dalam berpikir ilmiah serta keterkaitannya satu
sama lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan sarana berpikir ilmiah?

2. Sarana apa saja yang mendukung seseorang berpikir ilmiah?

3. Apa saja keterkaitan dari tiap sarana berpikir ilmiah?


C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian sarana berpikir ilmiah
2. Untuk mengetahui sarana apa saja yang mendukung seorang berpikir
ilmiah
3. Untuk mengetahui keterkaitan dari tiap sarana berpikir ilmiah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sarana Berpikir Ilmiah


Berpikir ilmiah adalah berpikir secara logis dan empiris. Logis
adalah masuk akal dan empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan
fakta yang dapat dipertanggung jawabkan. Selain itu, menggunakan akal
untuk mempertimbangkan, memutuskan, dan mengembangkan suatu hal.
Berpikir merupakan sebuah proses yang membutuhkan pengetahuan. Proses
ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran
tertetu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa
pengetahuan.

Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi


dan dedukasi. Induksi adalah cara berpikir yang di dalamnya terdapat
kesimpulan yang bersifat umum ditarik dari pernyataan-pernyataan atau
kasus kasus yang bersifat khusus.2 Sedangkan, deduksi adalah cara berpikir
yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat khusus ditarik dari pernyataan-
pernyataan yang bersifat umum.

Sarana ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah


dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Sarana ilmiah bukan
merupakan ilmu dalam pengertian bahwa sarana ilmiah itu merupakan
kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah. Seperti
salah satu karakteristik dari ilmu utamanya adalah penggunaan berpikir
induktif dan deduktif dalam mendapatkan pengetahuan. Sarana ilmiah tidak
menggunakan cara ini dalam mendapatan ilmu pengetahuannya. Dapat
dikatakan bahwa sarana berpikir ilmiah mempunyai metode tersendiri dalam
mendapatkan pengetahuannya yang berbeda dengan metode ilmiah.

1. Menurut Salam (1997:139): Berpikir ilmiah adalah proses atau aktivitas


manusia untuk menemukan/mendapatkan ilmu. Berpikir ilmiah adalah
proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan yang berupa

2
Bakhtiar, Amsal. 2009. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
3
pengetahuan.

2. Menurut Jujun S.Suriasumantri (2003). Berpikir merupakan kegiatan akal


untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah adalah
kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan deduksi.. Jadi, sarana
berpikir ilmiah adalah alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam
berbagai langkah yang harus ditempuh agar kita dapat berpikir secara
logis dan empiris. Agar dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah yang
baik maka diperlukan sarana berpikir ilmiah, yaitu: bahasa, matematika
dan statistika. Ketiga sarana berpikir ilmiah ini sangat berperan dalam
pembentukan ilmu yang baru.
B. Sarana Berpikir Ilmiah
1. Bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah
Bahasa adalah alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh
proses berpikir ilmiah dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat
komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang
lain dengan menguasai bahasa seseorang akan menguasai pengetahuan,
bahasa dapat mengkomunikasikan sebuah pikiran perasaan dan sikap,
bahasa dapat mempermudah kita untuk menggambarkan suatu objek.
a. Pengertian bahasa dalam berfilsafat
Bahasa adalah alat untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaan manusia, dengan kata lain, pikiran mempengaruhi bahasa
karena pikiranlah maka bahasa itu ada dan juga bahasa adalah suatu
kata yang tersusun sebagai kalimat yang mampu menyampaikan
sebuah pesan untuk si pembaca atau pendengar.
b. Struktur Bahasa
Menurut Chomsky (2010), struktur bahasa mencakup
sebagai berikut :3
a) Competence (kemampuan) Pengetahuan yang di miliki oleh
pemakai bahasa mengenai bahasanya.
Contoh : Seseorang yang telah mengetahui beberapa jenis
bahasa dan mengungkapkannya dengan lisan atau suatu
ujaran

3
Suriasumantri, Jujun S. 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
4
b) Performance (penampilan) Suatu bentuk bahasa yang
diungkapkan secara lisan atau dalam wujud ujaran/lisan
Contoh : Bapak membaca surat kabar di ruang tamu
c) Deep structure (struktur dalam) Struktur yang digambarkan
dengan rumus-rumus yakni NP+VP (frase nomina+frase
verba).
d) Surface structure (struktur permukaan) Menurut Chomsky
(2010), Struktur permukaan adalah bahasa yang diujarkan
atau dituliskan baik secara nyata maupun hanya sekedar
dalam benak kesadaran atau di dalam hati.
c. Kelemahan-kelemahan bahasa
a) Vaguenes (kesamaran/kekaburan) Makna yang terkandung
dalam suatu ungkapan bahasa pada dasarnya hanya mewakili
realitas yang diacunya. Penjelasan verbal tentang aneka
warna bunga anggrek tidak akan setepat dan sejelas dengan
pengamatan secara langsung tentang aneka bunga anggrek
tersebut.
b) Ambiguity (ketaksaan/bermakna ganda) Penggunaan
sinonimi, hiponimi, homonimi, polisemi, dan homograf.
Contoh: - bisa (dapat/sanggup, racun) - apel (upacara, nama
buah) - bunga (kembang, gadis) - orang tua (bapak-ibu, orang
yang sudah tua). Inexplicitness (tidak eksplisit) Bahasa sering
kali tidak mampu mengungkapkan secara eksak, tepat, dan
menyeluruh dalam mewujudkan gagasan yang
dipresentasikan.
c) Context dependent (bergantung pada konteks dan situasi)
2. Peran matematika sebagai sarana berpikir ilmiah
Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara lebih baik diperlukan
sarana berfikir salah satunya adalah Matematika. Sarana tersebut
memungkinkan dilakukannya penelahaan ilmiah secara teratur dan
cermat. Penguasaan secara berfikir ini ada dasarnya merupakan alat yang
membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus
ditempuh. Matematika adalah bahasa yang melambaikan serangkaian

5
makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang
matematika bersifat artificial yang baru mempunyai arti setelah sebuah
makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka matematika hanya
merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati. Bahasa verbal
mempunyai beberapa kekurangan yang sangat mengganggu. Untuk
mengatasi kekurangan kita berpaling kepada matematika. Matematika
adalah bahasa yang berusaha menghilangkan sifat kabur, majemuk dan
emosional dari bahasa verbal.4
Matematika memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan
jelas satu dengan lainnya serta berpola pikir yang bersifat deduktif dan
konsisten. Matematika merupakan alat yang dapat memperjelas dan
menyederhanakan suatu keadaan atau situasi melalui abstraksi, idealisasi,
atau generalisasi untuk suatu studi ataupun pemecahan masalah.
Pentingnya matematika tidak lepas dari perannya dalam segala jenis
dimensi kehidupan. Mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa
matematika justru lebih praktis, sistematis, dan efisien. Begitu pentingnya
matematika sehingga bahasa matematika merupakan bagian dari bahasa
yang digunakan dalam masyarakat. Hal tersebut menunjukkan
pentingnya peran dan fungsi matematika, terutama sebagai sarana untuk
memecahkan masalah baik pada matematika maupun dalam bidang.
3. Peran statistik sebagai sarana berpikir ilmiah
Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif.
Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang
ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Statistika memberikan cara untuk
dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati
hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan. Statistika mampu
memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang
ditarik tersebut, yang pada dasarnya didasarkan pada asas yang sangat
sederhana, yakni makin besar contoh yang diambil maka makin tinggi
tingkat ketelitian tersebut dan sebaliknya.
Statistika merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh
pengetahuan untuk mengelolah dan menganalisis data dalam mengambil

4
Salam, Burhanuddin. 1997. Logika Materiil Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Rineka Cipta.
6
suatu kesimpulan kegiatan ilmiah. Untuk dapat mengambil suatu
keputusan dalam kegiatan ilmiah diperlukan data-data, metode penelitian
serta penganalisaan harus akurat. Statistika diterapkan secara luas dan
hampir semua pengambilan keputusan dalam bidang
manajemen. Peranan statiska diterapkan dalam penelitian pasar,
produksi, kebijaksanaan penanaman modal, kontrol kualitas, seleksi
pegawai, kerangka percobaan industri, ramalan ekonomi, auditing,
pemilihan resiko dalam pemberian kredit dan lain sebagainya.
Peranan Statistika dalam tahap-tahap metode keilmuan:5
1) Alat untuk menghitung besarnya anggota sampel yang akan diambil
dari populas.
2) Alat untuk menguji validitas dan reliabilitas instrument
3) Teknik untuk menyajikan data-data, sehingga data lebih
komunikatif.
4) Alat untuk analisis data seperti menguji hipotesis penelitian yang
diajukan.
C. Keterkaitan Tiap Sarana Berpikir Ilmiah
Kita dapat menemui keterkaitan dari tiap sarana berfikir ilmiah pada
fungsinya dalam perkembangan ilmu. Sebab, bahasa dapat digunakan
sebagai sarana berpikir ilmiah dalam bentuk komunikasi. Menurut
Suriasumantri (2009), Bahasa memiliki tiga struktur, yaitu: kemampuan,
penampilan, struktur dalam, dan struktur permukaan. Adapun lima batasan
yang penting, yaitu: manusiawi, dipelajari, sistem, arbitrer, dan simbol atau
lambang.6
Bahasa memiliki kelebihan, namun bahasa memiliki kelemahan, dan
kelemahan tersebut dapat disempurnakan dengan adanya matematika. Sebab,
matematika dapat memberikan jawaban yang eksak terhadap suatu
permasalahan tertentu, dan hal tersebut dapat meningkatkan daya prediktif
dan kontrol dari ilmu. Namun, matematika juga memiliki kelemahan yaitu
tidak bisa menggambarkan data secara khusus, sedangkan statistika mampu
menggambarkannya. Sehingga dapat dikatakan bahasa, matematika, dan

5
Sumarna, Cecep. 2008. Filsafat Ilmu. Bandung: Mulia Press.
6
Farista, M. Irsadi. 2013. “Sarana Berfikir Ilmiah”, https://irsadifarista.wordpress.com/filsafat/sarana-
berfikir-ilmiah/ diakses pada 10 Desember 2023 pukul 18.00
7
statistika saling menyempurnakan satu sama lain dan memiliki keterkaitan
yang erat. Jadi, keterkaitan itu semua bertujuan agar kita mampu berpikir
ilmiah untuk mengembangkan ilmu.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berfikir merupakan ciri utama bagi manusia. Berfikir disebut juga
sebagai proses bekerjanya akal. Secara garis besar berfikir dapat dibedakan
antara berfikir alamiah dan berfikir ilmiah. Berfikir alamiah adalah pola
penalaran yang berdasarkan kehidupan sehari-hari dari pengaruh alam
sekelilingnya. Sedangkan berfikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan
sarana tertentu secara teratur dan cermat. Adapun salah satu pendapat dari
para ahli mendefinisikan atau berpendapat bahwa berfikir ilmiah adalah
berfikir yang logis dan empiris. Logis masuk akal, empiris dibahas secara
mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan . Bahasa
merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses
berpikir ilmiah.
B. Saran
Dari uraian makalah ini, maka tidak tertutup kemungkinan lepas dari
kesalahan. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
perbaikan makalah mata kuliah pengembangan sumber belajar anak usia
dini.
Demi kesempurnaan makalah selanjutnya. Penulis berharap dengan
terbitnya karya tulis makalah ini sekiranya dapat menjadi tambahan
pengetahuan yang bermanfaat bagi para pembaca. Dan penulis pun juga
berharap agar kita semua bisa menjadikan Al-Quran sebagai pedomanhidup
kita sehingga bisa mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

9
DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal. 2009. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.


Salam, Burhanuddin. 1997. Logika Materiil Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sumarna, Cecep. 2008. Filsafat Ilmu. Bandung: Mulia Press.
Suriasumantri, Jujun S. 1999. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Suriasumantri, Jujun S. 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.

Anda mungkin juga menyukai