Anda di halaman 1dari 35

BAB 1.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan berfikir kita lakukan dalam keseharian dan merupakan ciri utama dari kita
sebagai manusia ciptaan tuhan yang dianugerahi akal pikiran yang membedakan manusia dengan

makhluk lain ciptaan tuhan. Berpikir merupakan upaya manusia dalam memecahkan masalah.
Secara garis besar berfikir dapat dibedakan antara berfikir alamiah dan berfikir ilmiah. Berfikir
alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kehidupan sehari-hari dari pengaruh alam
sekelilingnya. Berfikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur
dan cermat. Harus disadari bahwa tiap orang mempunyai kebutuhan untuk berpikir serta
menggunakan akalnya semaksimal mungkin. Seseorang yang tidak berpikir, berada sangat jauh
dari kebenaran dan menjalani sebuah kehidupan

yang penuh kepalsuan dan kesesatan.

Akibatnya ia tidak akan mengetahui tujuan penciptaan alam, dan arti keberadaan dirinya di
dunia.
Banyak yang beranggapan bahwa untuk berpikir secara mendalam, seseorang perlu
memegang kepala dengan kedua telapak tangannya, dan menyendiri di sebuah ruangan yang
sunyi, jauh dari keramaian dan segala urusan yang ada. Sebenarnya, mereka telah menganggap
berpikir secara mendalam sebagai sesuatu yang memberatkan dan menyusahkan. Mereka
berkesimpulan bahwa pekerjaan ini hanyalah untuk kalangan filosof. Bagi seorang ilmuan
penguasaan sarana berfikir ilmiah merupakan suatu keharusan, karena tanpa adanya penguasaan
sarana ilmiah, maka tidak akan dapat melaksanakan kegiatan ilmiah dengan baik. Sarana ilmiah
pada dasarnya merupakan alat untuk membantu kegiatan ilmiah dengan berbagai langkah yang
harus ditempuh. Berfikir ilmiah merupakan berfikir dengan langkahlangkah metode ilmiah
seperti perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengkajian literatur, menjugi hipotesis, menarik
kesimpulan. Kesemua langkahlangkah berfikir dengan metode ilmiah tersebut harus didukung
dengan alat/sarana yang baik sehingga diharapkan hasil dari berfikir ilmiah yang kita lakukan
mendapatkan hasil yang baik. Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat membantu kegiatan
ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah
untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan
mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengehahuan yang memungkinkan untuk
bisa memecahkan masalah sehari-hari. Ditinjau dari pola berfikirnya, maka maka ilmu
merupakan gabungan antara pola berfikir deduktif dan berfikir induktif, untuk itu maka
penalaran ilmiah menyadarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif.
Penalaran ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah yang pada
hakekatnya merupakan pengumpulan fakta untuk mendukung atau menolak hipotesis yang
diajukan. Kemampuan berfikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan sarana berfikir

ini dengan baik pula. Salah satu langkah kearah penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar
peranan masing-masing sarana berfikir tersebut dalam keseluruhan berfikir ilmiah tersebut.
Untuk dapat melakukan kegiatan ilmiah dengan baik, maka diperlukan sarana yang berupa
bahasa, logika, matematika dan statistik. Berdasarakan uraian tersebut maka dibuatlah makalah
mengenai sarana berpikir ilmiah.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Bagiamana seseorang dikatakan berpikir ilmiah ?
2. Apa yang dimaksud dengan sarana berpikir ilmiah ?
3. Sarana apa saja yang mendukung seseorang untuk berpikir ilmiah ?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana seseorang dikatakan berikir ilmiah.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sarana berpikir ilmiah.
3. Untuk mengetahui Sarana apa saja yang mendukung seseorang untuk berpikir ilmiah.

BAB II. PEMBAHASAN


A. Pengertian Berfikir Ilmiah
Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis adalah masuk akal, dan
empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan,
selain

itu

menggunakan

akal

budi

untuk

mempertimbangkan,

memutuskan,

dan

mengembangkan. Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini
merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya
sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal
yang menggabungkan induksi dan deduksi. Induksi adalah cara berpikir yang di dalamnya
kesimpulan yang bersifat umum ditarik dari pernyataan-pernyataan atau kasus-kasus yang
bersifat khusus, sedangkan, deduksi ialah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang
bersifat khusus ditarik dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum.
B. Sarana Berfikir Ilmiah
Sarana berfikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai
langkah yang harus ditempuh tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita tidak akan dapat
melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik. Mempunyai metode tersendiri yang berbeda
dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuannya sebab fungsi sarana berpikir ilmiah
adalah membantu proses metode ilmiah.
Pengertian Sarana Berfikir Ilmiah menurut para ahli :
1.

Menurut Salam (1997:139): Berfikir ilmiah adalah proses atau aktivitas manusia
untuk menemukan/mendapatkan ilmu. Berfikir ilmiah adalah proses berpikir untuk sampai pada
suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.

2.

Menurut Jujun S.Suriasumantri. Berpikir merupakan kegiatan akal untuk memperoleh


pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan
deduksi.

3. Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah 2006:118). Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam
hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian.
4. Menurut Eman Sulaeman. Berfikir ilmiah merupakan proses berfikir/pengembangan pikiran
yang tersusun secara sistematis yang berdasarkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah yang sudah
ada.
Ilmu pengetahuan telah didefenisikan dengan beberapa cara dan defenisi untuk
operasional. Berfikir secara ilmiah adalah upaya untuk menemukan kenyataan dan ide yang
belum diketahui sebelumnya. Ilmu merupakan proses kegiatan mencari pengetahuan melalui
pengamatan berdasarkan teori dan atau generalisasi. Ilmu berusaha memahami alam
sebagaimana adanya dan selanjutnya hasil kegiatan keilmuan merupakan alat untuk meramalkan
dan mengendalikan gejala alam. Adapun pengetahuan adalah keseluruhan hal yang diketahui,
yang membentuk persepsi tentang kebenaran atau fakta. Ilmu adalah bagian dari pengetahuan,
sebaliknya setiap pengetahuan belum tentu ilmu. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir
ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana berpikir ilmiah yaitu bahasa, matematika, dan
statistika.. Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif. Statistika
mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Salah satu langkah kearah penguasaan
adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berpikir dalam keseluruhan
proses berpikir ilmiah. Untuk itu terdapat syarat-syarat yang membedakan ilmu (science),
dengan pengetahuan (knowledge), antara lain :
a.

Menurut Prof.Dr.Prajudi Atmosudiro, Adm. Dan Management Umum 1982. Ilmu harus
memiliki obyek, terminologi, metodologinya, filosofi dan teorinya yang khas.

b.

Menurut Prof.DR.Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial 1985. Ilmu juga harus
memiliki objek, metode, sistematika dan mesti bersifat universal.
Sumber-sumber pengetahuan manusia dikelompokkan atas:

1.
2.
3.
4.
5.

Pengalaman.
Otoritas .
Cara berfikir deduktif.
Cara berfikir induktif .
Berfikir ilmiah (pendekatan ilmiah).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dari sarana berpikir ilmiah adalah :

1.

Sarana berfikir ilmiah bukanlah ilmu melainkan kumpulan pengetahuan yang didapatkan
berdasarkan metode ilmu.

2.

Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan
ilmiah secara baik.
Sarana berfikir ilmiah pada dasarnya ada tiga, yaitu : bahasa ilmiah, logika dan
matematika, serta logika dan statistika. Bahasa ilmiah berfungsi sebagai alat komunikasi untuk
menyampaikan jalan fikiran seluruh proses berfikir ilmiah. Logika dan matematika mempunyai
peranan penting dalam berfikir deduktif sehingga mudah diikuti dan mudah dilacak kembali
kebenarannya. Sedang logika dan statistika mempunyai peranan penting dalam berfikir induktif
dan mencari konsep-konsep yang berlaku umum.

1. Peran Bahasa sebagai Sarana berpikir ilmiah


Bahasa ilmiah berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran
seluruh proses berpikir ilmiah. Yang dimaksud bahasa disini ialah bahasa ilmiah yang merupakan
sarana komunikasi ilmiah yang ditujukan untuk menyampaikan informasi yang berupa
pengetahuan dengan syarat bebas dari unsur emotif, reproduktif, obyektif, eksplisit.
Bahasa pada hakikatnya mempunyai dua fungsi utama yakni,
1. Sebagai sarana komunikasi antar manusia.
2. Sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan bahasa
tersebut.
Bahasa adalah unsur yang berpadu dengan unsur-unsur lain di dalam jaringan kebudayaan.
Pada waktu yang sama bahasa merupakan sarana pengungkapan nilai-nilai budaya, pikiran, dan
nilai-nilai kehidupan kemasyarakatan. Oleh karena itu, kebijaksanaan nasional yang tegas di
dalam bidang kebahasaan harus merupakan bagian yang integral dari kebijaksanaan nasional
yang tegas di dalam bidang kebudayaan.
Ada dua pengolongan bahasa yang umumnya dibedakan yaitu :
1.

Bahasa alamiah yaitu bahasa sehari-hari yang digunakan untuk menyatakan sesuatu, yang
tumbuh atas pengaruh alam sekelilingnya. Bahasa alamiah dibagi menjadi dua yaitu: bahasa

2.

isyarat dan bahasa biasa.


Bahasa buatan adalah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan pertimbanganpertimbangan akar pikiran untuk maksud tertentu. Bahasa buatan dibedakan menjadi dua bagian
yaitu: bahasa istilah dan bahasa antifisial atau bahasa simbolik. Bahasa buatan inilah yang
dikenal dengan bahasa ilmiah.

2. Peran Matematika sebagai sarana berpikir ilmiah

Untuk melakuakan kegiatan ilmiah secara lebih baik diperlukan sarana berfikir salah
satunya adalah Matematika. Sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelahaan ilmiah
secara teratur dan cermat. Penguasaan secara berfikir ini ada dasarnya merupakan alat yang
membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Matematika adalah
bahasa yang melambaikan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan.
Lambang-lambang matematika bersifat artificial yang baru mempunyai arti setelah sebuah
makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka matematika hanya merupakan kumpulan rumusrumus yang mati. Bahasa verbal mempunyai beberapa kekurangan yang sangat mengganggu.
Untuk mengatasi kekurangan kita berpaling kepada matematika. Matematika adalah bahasa yang
berusaha menghilangkan sifat kabur, majemuk dan emosional dari bahasa verbal.
Matematika memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan jelas satu dengan lainnya
serta berpola pikir yang bersifat deduktif dan konsisten. Matematika merupakan alat yang dapat
memperjelas dan menyederhanakan suatu keadaan atau situasi melalui abstraksi, idealisasi, atau
generalisasi untuk suatu studi ataupun pemecahan masalah. Pentingnya matematika tidak lepas
dari perannya dalam segala jenis dimensi kehidupan. Mengkomunikasikan gagasan dengan
bahasa matematika justru lebih praktis, sistematis, dan efisien. Begitu pentingnya matematika
sehingga bahasa matematika merupakan bagian dari bahasa yang digunakan dalam masyarakat.
Hal tersebut menunjukkan pentingnya peran dan fungsi matematika, terutama sebagai sarana
untuk memecahkan masalah baik pada matematika maupun dalam bidang.
3. Peran Statistika sebagai sarana berpikir ilmiah
Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Konsep statistika sering
dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Statistika
memberikan cara untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati
hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan. Statistika mampu memberikan secara
kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yang pada dasarnya
didasarkan pada asas yang sangat sederhana, yakni makin besar contoh yang diambil maka
makin tinggi tingkat ketelitian tersebut dan sebaliknya
statistika merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh pengetahuan

untuk

mengelolah dan menganalisis data dalam mengambil suatu kesimpulan kegiatan ilmiah. Untuk
dapat mengambil suatu keputusan dalam kegiatan ilmiah diperlukan data-data, metode penelitian
serta penganalisaan harus akurat. Statistika diterapkan secara luas dan hampir semua

pengambilan keputusan dalam bidang manajemen. Peranan statiska diterapkan dalam penelitian
pasar, produksi, kebijaksanaan penanaman modal, kontrol kualitas, seleksi pegawai, kerangka
percobaan industri, ramalan ekonomi, auditing, pemilihan resiko dalam pemberian kredit dan
lain sebagainya.
Peranan Statistika dalam tahap-tahap metode keilmuan:
1. Alat untuk menghitung besarnya anggota sampel yang akan diambil dari populas.
2. Alat untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen..
3. Teknik untuk menyajikan data-data, sehingga data lebih komunikatif.
4. Alat untuk analisis data seperti menguji hipotesis penelitian yang diajukan.
Hubungan statiska antara Sarana berfikir Ilmiah Bahasa, Matematika dan Statistika, yaitu
agar dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik, diperlukan sarana bahasa,
matematika dan statistika. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam
kegiatan berpikir ilmiah, dimana bahasa menjadi alat komunikasi untuk menyampaikan jalan
pikiran tersebut kepada orang lain. Dan ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan
gabungan antara berpikir deduktif dan berpikir induktif. Matematika mempunyai peranan yang
penting dalam berpikir deduktif, sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir
induktif. Penalaran induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan yang memiliki ruang
lingkup yang khas dan terbatas untuk menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan
yang bersifat umum. Sedangkan deduktif, merupakan cara berpikir dimana dari pernyataan yang
bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus, dengan memakai pola berpikir
silogismus.
Tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk memungkinkan kita untuk
menelaah ilmu secara baik.

Sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk

mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk dapat memecahkan masalah kita
sehari-hari.
Fungsi berfikir ilmiah , sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan dalam kaitan kegiatan
ilmiah secara keseluruhan. Dalam hal ini berpikir ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang
ilmu untuk mengembangkan materi pengetahuaannya berdasarkan metode ilmiah.
Pada hakikatnya sarana berfikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah
dalam berbagai langkah yang harus ditempuhnya. Pada langkah tertentu biasanya diperlukan

sarana yang tertentu pula. Oleh sebab itulah maka sebelum kita mempelajari sarana-sarana
berpikir ilmiah ini kita harus dapat menguasai langkah-langkah dalam kegiatan langkah berfikir
tersebut. Sebagai makhluk hidup yang paling mulia, manusia dikaruniai kemampuan untuk
mengetahui diri dan alam sekitarnya. Melalui pengetahuan, manusia dapat mengatasi kendala
dan kebutuhan demi kelangsungan hidupnya.
Uraian mengenai hakikat berfikir ilmiah atau kegiatan penalaran memperlihatkan bahwa
pada dasarnya, kegiatan berfikir adalah proses dasar dari pengetahuan manusia. kita
membedakan antara pengetahuan yang ilmiah dan pengetahuan non-ilmiah. Hanya saja,
pemahaman kita tentang berfikir ilmiah belum dapat disebut benar. Perbedaan berfikir ilmiah
dari berfikir non-ilmiah memiliki perbedaan dalam dua faktor mendasar yaitu Sumber
pengetahuan dimana berfikir ilmiah menyandarkan sumber pengetahuan pada rasio dan
pengalaman manusia, sedangkan berfikir non-ilmiah (intuisi dan wahyu) mendasarkan sumber
pengetahuan pada perasaan manusia dan ukuran kebenaran dimana berfikir ilmiah mendasarkan
ukuran kebenarannya pada logis dan analitisnya suatu pengetahuan, sedangkan berfikir nonilmiah (intuisi dan wahyu) mendasarkan kebenaran suatu pengetahuan pada keyakinan semata.
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini yaitu :
1. Seseorang dikatakan berfikir ilmiah jika dia dapat berfikir secara logis dan empiris. Logis adalah
masuk akal, dan empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat
dipertanggung jawabkan, serta menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan,
dan mengembangkannya.
2. Sarana berpikir ilmiah ialah alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang
harus dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik.
3. Sarana yang digunakan dalam brpikir ilmiah yaitu bahasa, matematika dan stasistika.
B. Saran
Saran dari makalah ini yaitu agar penulis dapat menambah literature lain mengenai
pengertian istilah-istilah penting yang terdapat dalam tulisan agar pembaca dapat mudah
mengerti.

DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, Amsal. 2009. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Salam, Burhanuddin. 1997. Logika Materiil Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sumarna, Cecep. 2008. Filsafat Ilmu. Bandung: Mulia Press.
Suriasumantri, Jujun S. 1999. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Suriasumantri, Jujun S. 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
LOGIKA DAN STATISTIKA SEBAGAI
SARANA BERPIKIR ILMIAH
A.Pendahuluan
Tadi malam di rumah pak Pulan ada pencuri dan Polisi segera diberitahukan. Komandan polisi
yang dating memimpin pemeriksaaan, sebuah jendela belakang dibongkar oleh pencuri itu. Dari
jendelah inilah mereka masuk piker Komandan. Dengan segera ia tahun, bahwa yang mencuri itu
lebih dari satu, karena dilihatnya dua macam jejak di bawah jendela itu. Tahukah tuan, barangbarang apa yang dicuri, Tanya Komandan Polisi kepada pak Pulan, sebuah Radio, satu set
Komputer jawab pak Pulan.
Dari cerita ini ada proses berpikir. Berpikir merupakan suatu aktivitas pribadi manusia yang
mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Manusia berpikir untuk menemukan
pemahaman atau pengertian, pembentukan pendapat, dan kesimpulan atau keputusan dari sesuatu
yang kita kehendaki. Menurut J.S.Suriasumantri2, manusia homo sapiens, makhluk yang
berpkir. Setiap saat dari hidupnya, sejak dia lahir sampai masuk liang lahat, dia tak pernah
berhenti berpkir. Hampir tak ada masalah yang menyangkut dengan perikehidupan yang terlepas
dari jangkauan pikirannya, dari soal paling remeh sampai soal paling asasi.
Berpikir merupakan ciri utama bagi manusia, untuk membedakan antara manusia dengan
makhluk lain. Maka dengan dasar berpikir, manusia dapat mengubah keadaan alam sejauh akal
dapat memikirkannya. Berpikir merupakan proses bekerjanya akal, manusia dapat berpikir
karena manusia berakal. Akal merupakan salah satu unsur kejiwaan manusia untuk mencapai
kebenaran di samping rasa dan kehendak untuk mencapai kebaikan3. Dengan demikian, cirri

utama dari berpkikir adalah adanya abstraksi. Maka dalam arti yang luas kita dapat mengatakan
berpikir adalah bergaul dengan abstraksi-abstraksi. Sedangkan dalam arti yang sempit berpikir
adalah meletakan atau mencari hubungan atau pertalian antara abstraksi-abstraksi4.
Secara garis besar berpikir dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: berpikir alamiah dan berpikir
ilmiah. Berpikir alamiah, pola penalaran yang berdasarkan kebiasaan sehari-hari dari pengaruh
alam sekelilingnya [katakana saja : penalaran tentang api yang dapat membakar]. Berpikir
ilmiah, pola penalaran berdasarkan sasaran tertentu secara teratur dan cermat [dua hal yang
bertentangan penuh tidak dapat sebagai sifat hal tertentu pada saat yang sama dalam satu
kesatuan]5.
Dari dua pola berpikir di atas, akan dibahas pola berpikir ilmiah dan lebih khusus di fokuskan
pada pembahasan logika dan statistika sebagai sarana berpikir ilmiah.
B.Sarana Berpkir Ilmiah
Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan
serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai
pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan6. Oleh karena itu, proses berpikir untuk
sampai pada suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan diperlukan sarana tertentu yang disebut
dengan sarana berpikir ilmiah.
Sarana berpikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah
yang harus ditempuh. Pada langkah tertentu biasanya juga diperlukan sarana tertentu pula. Tanpa
penguasaan sarana berpikir ilmiah kita tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah
yang baik. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik diperlukan sarana
berpikir ilmiah berupa: [1] Bahasa Ilmiah, [2] Logika dan metematika, [3] Logika dan
statistika7. Bahasa ilmiah merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses
berpikir ilmiah. Bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan
pikiran seluruh proses berpikir ilmiah kepada orang lain. Logika dan matematika mempunyai
peran penting dalam berpikir deduktif sehingga mudah diikuti dan dilacak kembali
kebenarannya. Sedangkan logika dan statistika mempunyai peran penting dalam berpikir induktif
untuk mencari konsep-konsep yang berlaku umum.
Berdasarkan
Metode-metode
Ilmiah8
Sarana berpikir ilmiah digunakan sebagai alat bagi cabang-cabang pengetahuan untuk
mengembangkan materi pengetahuannya berdasarkan metode-metode ilmiah. Sarana berpikir
ilmiah mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan
pengetahuan. Dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah pada dasarnya ilmu menggunakan
penalaran induktif dan deduktif, dan sarana berpikir ilmiah tidak menggunakan cara tersebut.
Berdasarkan cara mendapatkan pengetahuan tersebut jelaslah bahwa sarana berpikir ilmiah
bukanlah ilmu, melainkan sarana ilmu yang berupa : bahasa, logika, matematika, dan statestika.
Sedangkan fungsi sarana berfikir ilmiah adalah untuk membantu proses metode ilmiah, baik
secara deduktif maupun secara induktif9.

Kemampuan berpikir ilmiah yang baik sangat didukung oleh penguasaan sarana berpikir dengan
baik pula. Maka dalam proses berpikir ilmiah diharuskan untuk mengetahui dengan benar
peranan masing-masing sarana berpikir tersebut dalam keseluruhan proses berpikir ilmiah.
Berpikir ilmiah menyadarkan diri kepada proses metode ilmiah baik logika deduktif maupun
logika induktif. Ilmu dilihat dari segi pola pikirnya merupakan gabungan antara berpikir deduktif
dan induktif.
C.Logika dan Statistika
Perkataan logika berasal dari kata logos bahasa Yunani yang berarti kata atau pikiran yang
benar. Kalau ditinjau dari segi logat saja, maka ilmu logika itu berarti ilmu berkata benar atau
ilmu berpikir benar. Dalam bahasa Arab dinamakan ilmu manthiq yang berarti ilmu bertutur
benar10. Dalam Kamus Filsafat, logika Inggris logic, Latin: logica, Yunani: logike atau
logikos [apa yang termasuk ucapan yang dapat dimengerti atau akal budi yang berfungsi baik,
teratur, sistematis, dapat dimengerti]11. Dalam arti luas logika adalah sebuah metode dan
prinsip-prinsip yang dapat memisahkan secara tegas antara penalaran yang benar dengan
penalaran yang salah12.
Logika sebagai cabang filsafat adalah cabang filsafat tentang berpikir. Logika membicarakan
tentang aturan-aturan berpikir agar dengan aturan-aturan tersebut dapat mengambil kesimpulan
yang benar. Dengan mengetahui cara atau aturan-aturan tersebut dapat menghindarkan diri dari
kesalahan dalam mengambil keputusan13. Menurut Louis O. Kattsoff14, logika membicarakan
teknik-teknik untuk memperoleh kesimpulan dari suatu perangkat bahan tertentu dan kadangkadang logika didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang penarikan kesimpulan.
Logika sama tuanya dengan umur manusia, sebab sejak manusia itu ada manusia sudah berpikir,
manusia berpikir sebenarnya logika itu telah ada. Hanya saja logika itu dinamakan logika
naturalis, sebab berdasarkan kodrat dan fitrah manusia saja. Manusia walaupun belum
mempelajari hokum-hukum akal dan kaidah-kaidah ilmiah, namun praktis sudah dapat berpikir
dengan teratur. Akan tetapi bila manusia memikirkan persoalan-persoalan yang lebih sulit maka
seringlah dia tersesat. Misalnya, ada dua berita yang bertentangan mutlak, sedang kedua-duanya
menganggap dirinya benar. Dapatlah kedua-duanya dibenarkan semua? Untuk menolong
manusia jangan tersesat dirumuskan pengetahuan logika. Logika rumusan inilah yang digunakan
logika artificialis15.
Logika bukan ilmu yang baru muncul, perumusan kaidah-kaidah logika untuk berpikir benar
dipelopori Aristoteles yang hidup pada tahun 348-322 SM, dengan bukunya Organon yang
berarti instrument [alat], alat untuk berpikir benar. Aristoteles dianggap sebagai pelopor
pembukuan pengetahuan logika. Tidak berarti belum Aristoteles belum ada kaidah-kaidah
berpikir yang benar [logika]. Sebenarnya di negara-negara Timur Kuno [Mesir, Babilon, India,
dan Tiongkok], diakui telah terdapat semacam kaidah-kaidah berpikir yang dianggap benar,
hanya saja belum teratur sistematikanya seperti rumusan logika Aristoteles16.
Memang diakui sejak manusia ada sampai sekarang selalu menggunakan akal pikirannya dalam
melakukan setiap kegiatan, baik kegiatan berpikir alamiah [naturalis] maupun kegiatan berpikir
yang sifat kompleks. Tetapi dalam melakukan kegiatan berpikir yang benar diperlukan kaidahkaidah tertentu yaitu berpikir yang tepat, akurat, rasional, objktif dan kritis atau proses berpikir
yang membuahkan pengetahuan. Proses berpikir semacam ini adalah cara berpikir atau penalaran

yang terdapat dalam kaidah-kaidah logika.


Agar pengetahuan yang dihasilkan dari proses berpikir mempunyai dasar kebenaran, maka
proses berpikir dilakukan dengan cara tertentu. Cara berpikir logic dibagi menjadi dua bagian,
yaitu : [a] Logika Induktif cara berpikir di mana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum
dari berbagai kasus yang bersifat individual. Untuk itu, penalaran secara induktif dimulai dengan
mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang yang khas dan terbatas dalam
menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. [b] Logika
Deduktif cara berpikir di mana pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang
bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir
silogismus. Silogismus. Disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan
yang mendukung silogismus disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai premis
mayor dan premis minor. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran
deduktif berdasarkan kedua premis tersebut17. Contoh karakteristik berpikir silogismus : [a]
Semua makhluk hidup mesti akan mati [premis mayor], [b] Si Pulan adalah makhluk hidup
[premis minor], [c] Jadi si Pulan mesti mati [kesimpulan konklusi].
Kesimpulan bahwa si Pulan mesti mati, menurut Jujun S. Suriasumantri, kesimpulan tersebut
adalah sah menurut penalaran deduktif, sebab kesimpulan ini ditarik secara logis dari dua premis
yang mendukungnya. Sedangkan pertanyaan apakah kesimpulan ini benar, maka hal ini harus
dikembalikan kebenarannya pada premis yang mendahuluinya. Apabila kedua premis yang
mendukungnya benar, maka dapat dipastikan bahwa kesimpulan tersebut benar. Tetapi dapat saja
kesimpulan tersebut salah, walaupun kedua premisnya benar, sebab cara penarikan
kesimpulannya salah. Selanjutnya Jujun S. Suriasumantri, mengatakan ketepatan penarikan
kesimpulan tersebut tergantung pada tiga hal yaitu : [1] kebenaran premis mayor, [2] kebenaran
premis minor, dan [3] keabsahan pengambilan keputusan. Oleh karena itu, apabila salah satu dari
ketiga unsure tersebut tidak memenuhi persaratan, maka kesimpulan yang diambil atau
diputuskan akan salah.
Contoh berpikir induktif, simpulan yang diharapkan berlaku umum untuk suatu kasus, jenis, dan
peristiwa, atau yang diharapkan adalah agar kasus-kasus yang bersifat khusus dapat dimasukkan
ke dalam wilayah umum, yang menjadi simpulan. Misalnya : [1] P penduduk desa A = adalah
pegawai, [2] Q penduduk desa A = adalah pegawai, [3] R penduduk desa A = adalah pegawai,
[4] S penduduk desa A = adalah pegawai, [5] Y penduduk desa A = adalah pegawai, [6] Z
penduduk desa A = adalah pegawai. Kesimpulan jadi semua penduduk [ P sampai Z ] yang
mendiami desa A adalah pegawai. Menurut Kasmadi, dkk., pola berpikir ini adalah berpikir
induksi komplet.
Sedangkan Francir Bacon dalam usaha menariuk kesimpulan yang berlaku umum, hendaknya
bertolak dari hasil observasi untuk menentukan ciri-ciri gejala yang didapatinya. Ada tiga jenis
pencatatan ciri sebagai berikut : [1] pencatatan ciri posetif, pencatatan terhadap peristiwa yang
kondisinya dapat dipastikan menimbulkan gejala, [2] pencatatan ciri negatif, pencatatan terhadap
peristitwa yang kondisinya tidak memunculkan gejala, dan [3] pencatatan variasi gejala,
pencatatan mengenai ada atau tidak adanya perubahan gejala pada kondisi yang berubah-ubah
atau diubah-ubah. Kesimpulan yang dapat diambil sesuai dengan ciri-ciri, sifat-sifat atau unsurunsur yang harus ada sebagai gejala yang berlaku umum18.

Statetstika berakar dari teori peluang, Descartes, ketika mempelajari hukum di Universitas
Poitiers antara tahun 1612 sampai 1616, juga bergaul dengan teman-teman yang suka berjudi.
Sedangkan, pendeta Thomas Bayes pada tahun 1763 mengembangkan teori peluang subyektif
berdasarkan kepercayaan seseorang akan terjadinya suatu kejadian. Teori ini berkembang
menjadi cabang khusus dalam statestika sebagai pelengkap teori peluang yang bersifat subyektif.
Peluang yang merupakan dasar dari teori statistika, merupakan konsep yang tidak dikenal dalam
pemikiran Yunani Kuno, Romawi, bahkan Eropa pada abad pertengahan. Sedangkan teori
mengenai kombinasi bilangan sudah terdapat dalam aljabar yang dikembangkan sarjana Muslim,
namun bukan dalam lingkup teori peluan19 .
Semula statistika baru hanya digunakan untuk mengembarkan persoalan seperti; pencatatan
banayaknya penduduk, penarikan pajak, dan sebagainya, dan mengenai penjelasannya. Tetapi,
dewasa ini hampir semua bidang keilmuan menggunakan statistika, seperti; pendidikan,
psikologi, pendidikaan bahasa, biologi, kimia, pertanian, kedekteran, hukum, politik, dsb.
Sedangkan yang tidak menggunakan statistika hanya ilmu-ilmu yang menggunakan pendekatan
spekulatif20.
Statika merupakan sekumpulan metode untuk membuat keputusan dalam bidang keilmuan yang
melalui pengujian-pengujian yang berdasarkan kaidah-kaidah statistik. Bagi masyarakat awam
kurang terbiasa dengan istilah statistika, sehingga perketaan statistik biasanya mengandung
konotasi berhadapan dengan deretan angka-angka yang menyulitkan, tidak mengenakan, dan
bahkan merasa bingung untuk membedakan antara matematika dan statistik. Berkenaan dengan
pernyataan di atas, memang statistik merupakan diskripsi dalam bentuk angka-angka dari aspek
kuantitatif suatu masalah, suatu benda yang menampilkan fakta dalam bentuk hitungan atau
pengukuran.
Statistik selain menampilkan fakta berupa angka-angka, statistika juga merupakan bidang
keilmuan yang disebut statistika, seperti juga matematika yang disamping merupakan bidang
keilmuan juga berarti lambang, formulasi, dan teorema21. Bidang keilmuan statistik
merupakan sekumpulan metode untuk memperoleh dan menganalisis data dalam mengambil
suatu kesimpulan berdasarkan data tersebut. Ditinjau dari segi keilmuan, statistika merupakan
bagian dari metode keilmuan yang dipergunakan dalam mendiskripsikan gejala dalam bentuk
angka-angka, baik melalui hitungan maupun pengkuran22. Maka, Hartono Kasmadi, dkk.,
mengatakan bahwa, statistika [statistica] ilmu yang berhubungan dengan cara pengumpulan
fakta, pengolahan dan menganalisaan, penaksiran, simpulan dan pembuatan keputusan23.
Statistika digunakan untuk menggambarkan suatu persoalan dalam suatu bidang keilmuan.
Maka, dengan menggunakan prinsip statistika masalah keilmuan dapat diselesaikan, suatu ilmu
dapat didefinisikan dengan sederhana melalui pengujian statistika dan semua pernyataan
keilmuan dapat dinyatakan secara faktual. Dengan melakukan pengjian melalui prosedur
pengumpulan fakta yang relevan dengan rumusan hipotesis yang terkandung fakta-fakta emperis,
maka hipotesis itu diterima keabsahan sebagai kebenaran, tetapi dapat juga sebaliknya.
Contoh yang dikemukakan Jujun S Suriasumantri24, penarikan kesimpulan tidak menggunakan
prinsip-prinsip statistik, yaitu Suatu hari seorang anak kecil disuruh ayahnya membeli
sebungkus korek api dengan pesan agar tidak terkecoh mendapatkan korek api yang jelek. Tidak
lama kemudian anak kecil itu datang kembali dengan wajah yang berseri-seri, menyeraahkan
kotak korek api yang kosong, dan berkata, Korek api ini benar-benar bagus, pak, semua

batangnya telah saya coba dan ternyata menyala. Tak seorangpun, saya kira, yang dapat
menyalahkan kesahihan proses penarikan kesimpulan anak kecil itu. Apabila semua pengujian
yang dilakukan dengan kesimpulan seperti ini, maka prinsip-prinsip satatistika terabaikan,
karena menurut Jujun S. Suriasumantri25, konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi
variabel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu.
Untuk itu, suatu penelitian ilmiah, baik yang berupa survai maupun eksperimen, dilakukan
dengan lebih cermat dan teliti mempergunakan teknik-teknik statistika yang diperkembangkan
sesuai dengan kebutuhan26.
D. Statistika dan Berpikir Ilmiah
Statistika merupakan bagian dari metode keilmuan yang dipergunakan dalam mendiskripsikan
gejala dalam bentuk angka-angka, baik melalui hitungan maupun pengukuran. Dengan statistika
kita dapat melakukakn pengujian dalam bidang keilmuan sehingga banyak masalah dan
pernyataan keilmuan dapat diselesaikan secara faktual.
Pengujian statistika adalah konsekuensi pengujian secara emperis. Karena pengujian statistika
adalah suatu proses pengumpulan fakta yang relevan dengan rumusan hipotesis. Artinya, jika
hipotesis terdukung oleh fakta-fakta emperis, maka hipotesis itu diterima sebagai kebenaran.
Sebaliknya, jika bertentangan hipotesis itu ditolak. Maka, pengujian merupakan suatu proses
yang diarahkan untuk mencapai simpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat
individual. Dengan demikian berarti bahwa penarikan simpulan itu adalah berdasarkan logika
induktif27.
Pengujian statistik mampu memberikan secara kuantitatif tingkat kesulitan dari kesimpulan yang
ditarik tersebut, pada pokoknya didasarkan pada asas yang sangat sederhana, yakni makin besar
contoh yang diambil makin tinggi pula tingkat kesulitan kesimpulan tersebut. Sebaliknya, makin
sedikit contoh yang diambil maka makin rendah pula tingkat ketelitiannya. Karakteristik ini
memungkinkan kita untuk dapat memilih dengan seksama tingkat ketelitian yang dibutuhkan
sesuai dengan hakikat permasalahan yang dihadapi. Selain itu, statistika juga memberikan
kesempatan kepada kita untuk mengetahui apakah suatu hubungan kesulitan antara dua faktor
atau lebih bersifat kebetulan atau memang benar-benar terkait dalam suatu hubungan yang
bersifat emperis28.
Selain itu, Jujun S. Suriasumantri juga mengatakan bahwa pengujian statistik mengharuskan kita
untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat individual.
Umpamanya jika kita ingin mengetahui berapa tinggi rata-rata anak umur 10 tahun di sebuah
tempat, maka nilai tinggi rata-rata yang dimaksud merupakan sebuah kesimpulan umum yang
ditarik dalam kasus-kasus anak umur 10 tahun di tempat itu. Dalam hal ini kita menarik
kesimpulan berdasarkan logika induktif29.
Logika induktif, merupakan sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang
sah dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi.
Logika ini sering disebut dengan logika material, yaitu berusaha menemukan prinsip penalaran
yang bergantung kesesuaiannya dengan kenyataan. Oleh karena itu kesimpulan hanyalah
kebolehjadian, dalaam arti selama kesimpulan itu tidak ada bukti yang menyangkalnya maka
kesimpulan itu benar30.
Logika induktif31 tidak memberikan kepastian namun sekedar tingkat peluang bahwa untuk

premis-premis tertentu dapat ditarik suatu kesimpulan dan kesimpulannya mungkin benar
mungkin juga salah. Misalnya, jika selama bulan November dalam beberapa tahun yang lalu
hujan selalu turun, maka tidak dapat dipastikan bahwa selama bulan November tahun ini juga
akan turun hujan. Kesimpulan yang dapat ditarik dalam hal ini hanyalah mengenai tingkat
peluang untuk hujan dalam tahun ini juga akan turun hujan. Maka kesimpulan yang ditarik
secara induktif dapat saja salah, meskipun premis yang dipakainya adalah benar dan penalaran
induktifnya adalah sah, namun dapat saja kesimpulannya salah. Sebab logika induktif tidak
memberikan kepastian namun sekedar tingkat peluang.
Penarikan kesimpulan secara induktif32 menghadapkan kita kepada sebuah permasalahan
mengenai banyaknya kasus yang harus kita amati sampai kepada suatu kesimpulan yang bersifat
umum. Jika kita ingin mengetahui berapa tinggi rata-rata anak umur 10 tahun di Indonesia,
umpamanya, bagimana caranya kita mengumpulkan data sampai pada kesimpulan tersebut. Hal
yang paling logis adalah melakukan pengukuran tinggi badan terhadap seluruh anak 10 tahun di
Indonesia. Pengumpulan data seperti ini tak dapat diragukan lagi akan memberikan kesimpulan
mengenai tinggi rata-rata anak tersebut di negara kita, tetapi kegiatan ini menghadapkan kita
kepada persoalan tenaga, biaya, dan waktu yang cukup banyak. Maka statistika dengan teori
dasarnya teori peluang memberikan sebuah jalan keluar, memberikan cara untuk dapat menarik
kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari populasi. Jadi
untuk mengetahui tinggi rata-rata anak umur 10 tahun di Indonesia kita tidak melakukan
pengukuran untuk seluruh anak yang berumur tersebut, tetapi hanya mengambil sebagian anak
saja.
Untuk berpikir induktif dalam bidang ilmiah yang bertitik tolak dari sejumlah hal khusus untuk
sampai pada suatu rumusan umum sebagai hukum ilmiah, menurut Herbert L.Searles [1956]33,
diperlukan proses penalaran sebagai berikut: [1] Langkah pertama, mengumpulan fakta-fakta
khusus. Metode khusus yang digunakan observasi [pengamatan] dan eksperimen. Observasi
harus dikerjakan seteliti mungkin, eksperimen terjadi untuk membuat atau mengganti obyek
yang harus dipelajari. [2] Langkah kedua, dalam induksi ialah perumusan hipotesis. Hipotesis
merupakan dalil sementara yang diajukan berdasarkan pengetahuan yang terkumpul sebagai
petunjuk bagi peneliti lebih lanjut. Hipotesis ilmiah harus memenuhi syarat sebagai berikut:
harus dapat diuji kebenarannya, harus terbuka dan dapat meramalkan bagi pengembangan
konsekuensinya, harus runtut dengan dalil-dalil yang dianggap benar, hipotesisi harus dapat
meenjelaskan fakta-fakta yang dipersoalkan. [3] Langkah ketiga, dalam hal ini penalaran induktif
ialah mengadakan verifikasi. Hipotesis adalah sekedar perumusan dalil sementara yang harus
dibuktikan atau diterapkan terhadap fakta-fakta atau juga diperbandingkan dengan fakta-fakta
lain untuk diambil kesimpulan umum. Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat
ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yakni makin banyak bahan bukti yang diambil
makin tinggi pula tingkat ketelitian kesimpulan tersebut. Demikian sebaliknya, makin sedikit
bahan bukti yang mendukungnya semakin rendah tingkat kesulitannya. Memverifikasi adalah
membuktikan bahwa hipotesis ini adalah dalil yang sebenarnya. Ini juga mencakup generalisasi,
untuk menemukan hukum atau dalil umum, sehingga hipotesis tersebut menjadi suatu teori. [4]
Langkah keempat, teori dan hukum ilmiah, hasil terakhir yang diharapkan dalam induksi ilmiah
adalah untuk sampai pada hukum ilmiah. Persoalan yang dihadapi oleh induksi ialah untuk
sampai pada suatu dasar yang logis bagi generalisasi dengan tidak mungkin semua hal diamati,

atau dengan kata lain untuk menentukan pembenaran yang logis bagi penyimpulan berdasarkan
beberapa hal untuk diterapkan bagi semua hal. Maka, untuk diterapkan bagia semua hal harus
merupakan suatu hukum ilmiah yang derajatnya dengan hipotesis34 adalah lebih tinggi.
Untuk itu, statistika mempunyai peran penting dalam berpikir induktif. Bagaimana seseorang
dapat melakukan generalisasi tanpa menguasai statistik? Memang betul tidak semua masalah
membutuhkan analisis statistik, namun hal ini bukan berarti, bahwa kita tidak perduli terhadap
statistika sama sekali dan berpaling kepada cara-cara yang justru tidak bersifat ilmiah35.
E. Penutup
Dari berbagai uraian yang dikemukakan di atas, penulis mencoba memberikan beberapa
ringkasan sebagai berikut : [1] Dalam kegiatan atau kemampuan berpkir ilmiah yang baik harus
menggunakan atau didukung oleh sarana berpkir ilmiah yang baik pula, karena tanpa
menggunakan sarana berpikir ilmiah kita tidak akan dapat melakukakan kegiatan berpikir ilmiah
dengan baik. [2] Cara berpikir ilmiah dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan logika
induktif dan logika deduktif. [3] Penggunaan statistika dalam proses berpikir ilmiah, sebagai
suatu metode untuk membuat keputusan dalam bidang keilmuan yang berdasarkan logika
induktif. Karena statistika mempunyai peran penting dalam berpikir induktif. [4] Berpkir
induktif, bertitik tolak dari sejumlah hal-hal yang bersifat khusus untuk sampai pada suatu
rumusan yang bersifat umum sebagai hukum ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
Bagus, Lorens, 1996, Kamus Filsafat, Gramedia, Jakarta.
Bakry, Hasbullah, 1981, Sistimatika Filsafat, Widjaja, Jakarta,
Gie, The Liang, 1991, Pengantar Filsafat Ilmu, Edisi kedua [diperbaharui], Liberty, Yogyakarta.
Jujun S. Suriasumantri, 1988, Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta.
Kasmadi, Hartono, dkk., 1990, Filsafat Ilmu, IKIP Semarang Press, Semarang.
Kattsoff, Louis O. 1986, Pengantar Filsafat, Terjemahan Soejono Soemargono, Tiara Wacana,
Yogyakarta.
Kusumah, Yaya S., 1986, Logika Matematika Elementer, Bandung.
Puswanto, M. Ngalim, 1992, Psikologi Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Sunoto, 1982, Mengenal Filsafat Pancasila I, Edisi II, Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta.

Suriasumantri, Jujun S., 1997, Ilmu dalam Perspektif, Sebuah Kumpulan Karangan Tentang
Hakekat Ilmu, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
Tim Dosen Filsafat Ilmu, Fakultas Filsafat UGM, 1992, Filsafat Ilmu, Liberti, Yogyakarta.
Wojowasito, S., W.J.S. Poerwadarminto, 1980, Kamus Lengkap Inggris Indonesia Indonesia
Inggris, Hasta, Bandung.

SARANA BERPIKIR ILMIAH : BAHASA, MATEMATIKA, STATISTIKA


DAN LOGIKA
Diposkan oleh rika di 00.58

1.1. Latar Belakang


Berpikir merupakan ciri utama bagi manusia yang membedakan antara manusia dengan mahluk
lain. Dengan dasar berpikir ini, manusia dapat mengubah keadaan alam sejauh akan dapat memikirkannya
(Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2007 : 97). Dengan berpikir manusia dapat menaklukan semua yang ada
disekitarnya dengan mengembangkan dan membentuk kebudayaan. Kemampuan berpikir yang baik
didukung dengan kemampuan langkah-langkah ilmiah dalam memperoleh hasil yang optimal. Berpikir
disebut juga sebagai proses bekerjanya akal, manusia dapat berpikir karena manusia berakal. Dengan
dernikian akal merupakan intinya, sebagal sifat hakikat, sedang makhluk sebagai genus yang merupakan
hakikat dzat, sehingga manusia dapat dijelaskan sebagai makhluk yang berakal.
Akal merupakan salah satu unsur kejiwaan manusia untuk mencapai kebenaran di samping rasa
untuk mencapai keindahan dan kehendak untuk mencapai kebaikan. Dengan akal inilah manusia depat.
Berpikir untuk mencari kebenaran hakiki, Secara garis besarnya dapat dibedakan menjadi 2 macam
berpikir yaitu berpikir alamiah dan berpikir ilmiah. Berpikir alamiah adalah pola penalaran yang
berdasarkan kebiasaan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya, misal tentang panasnya api yang
dapat membakar. Berpikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan
cermat (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM 2007 : 97)
Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan
serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah
kesimpulan yang berupa pengetahuan. Oleh karena itu, proses berpikir untuk sampai pada suatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan diperlukan sarana tertentu yang disebut dengan sarana berpikir

ilmiah. Sarana berpikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah
yang harus ditempuh. Pada langkah tertentu biasanya juga diperlukan sarana tertentu pula.
Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir. Tersedianya sarana
tersebut memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Penguaaan sarana
berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hal
ini maka kegiatan ilmiah yang baik tidak dapat dilakukan.
Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai
langkah yang harus ditempuh. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka
diperlukan sarana yang berupa bahasa, matematika statistika dan logika, agar dalam kegiatan ilmiah
tersebut dapat berjalan dengan baik, teratur dan cermat.
Ilmu-ilmu baru tersebut tidak serta merta muncul melainkan lahir dari proses kegiatan ilmiah. Untuk
melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir yang ilmiah juga. Tersedianya sarana
tersebut memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan sarana
berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hal
ini maka kegiatan ilmiah yang baik tak dapat dilakukan. Singkat kata, mempelajari sarana ilmiah sangat
penting bagi semua orang yang melakukan kegiatan ilmiah. Oleh karena itu, kami tertarik untuk membahas
hal tersebut dalam makalah ini dengan judul Sarana Berpikir Ilmiah
1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah?
2. Bagaimanakah matematika sebagai sarana berpikir ilmiah?
3. Bagaimanakah statistika sebagai sarana berpikir ilmiah?
4. Bagaimanakah logika sebagai sarana berpikir ilmiah?
1.3 Tujuan
1.

Untuk mengetahui bahasa sarana dalam berpikir ilmiah

2.

Untuk mengetahui matematika sarana dalam berpikir ilmiah

3.

Untuk mengetahui statistika sarana dalam berpikir ilmiah

4.

Untuk mengetahui logika sarana dalam berpikir ilmiah

1.4. Manfaat
Manfaat yang di harapkan dari makalah ini :

1.
2.

Teoretis: untuk mengkaji ilmu filsafat khususnya dalam memahami sarana berpikir ilmiah
Umum : untuk meberikan informasi sarana berpikir ilmiah sehingga memungkinkan dilakukannya
penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat sehingga memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah
secara baik

1.5. Pembahasan
Sarana berpikir ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam
berbagai langkah yang harus ditempuhnya. Pada langkah tertentu biasanya diperlukan sarana yang
tertentu pula. Oleh sebab itulah maka sebelum kita mempelajari sarana-sarana berpikir ilmiah ini
seyogyanya kita telah menguasai langkah-langkah dalam kegiatan langkah tersebut. Dengan jalan ini
maka kita akan sampai pada hakekat sarana yang sebenarnya, sebab sarana merupakan alat yang
membantu dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan kata lain, sarana ilmiah mempunyai fungsifungsi yang khas dalam kaitan kegiatan ilmiah secara menyeluruh. Dalam kesempatan kali ini penulis akan
membahas sarana berpikir ilmiah yakni bahasa, matematika, statistika dan logika.
A.

BAHASA
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah, dimana
bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada
orang lain. Bahasa memegang peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam hidup dan kehidupan
manusia. Kelaziman tersebut membuat manusia jarang memperhatikan bahasa dan menganggapnya
sebagai suatu hal yang biasa, seperti bernafas dan berjalan. Menurut Ernest Cassirer, sebagaimana yang
dikutip oleh Jujun, bahwa keunikan manusia bukanlah terletak pada kemampuan berpikir melainkan
terletak pada kemampuan berbahasa (Jujun S. Suriasumantri dalam bakhtiar, 2010, 175).
Bahasa pertama-tama dapat kita cirikan sebagai serangkaian bunyi. Dalam hal ini kita
mempergunakan bunyi sebagai alat untuk berkomunikasi. Berkomunikasi tidak selalu menggunakan katakata tetapi dapat juga dilakukan dengan menggunakan alat-alat lain, seperti contoh menggunakan bahasa
isyarat. Kedua, bahasa merupakan lambang dimana rangkaian bunyi ini membentuk suatu arti tertentu.
Rangkaian bunyi yang kita kenal sebagai kata melambangkan suatu obyek tertentu umpamanya saja
bunga atau seekor unta. Perkataan bunga dan seekor unta merupakan lambang yang diberikan kepada
dua obyek tersebut. Sehingga dengan lambang-lambang yang sudah diberikan manusia dapat
berkomunikasi

dengan

mudah.

Dengan adanya bahasa maka manusia hidup dalam dunia yakni dunia pengalaman yang nyata dan dunia
simbolik yang dinyatakan dengan bahasa.

Arti penting kemampuan berbahasa untuk tujuan ilmiah dinyatakan Suriasumantri (1999) seperti
berikut: Kemampuan berbahasa yang baik dan benar merupakan persyaratan mutlak untuk melakukan
kegiatan ilmiah sebab bahasa merupakan sarana komunikasi ilmiah yang pokok. Tanpa penguasaan tata
bahasa dan kosakata yang baik akan sukar bagi seorang ilmuan untuk mengkomunikasikan gagasannya
kepada pihak lain. Dengan bahasa selaku alat komunikasi, kita bukan saja menyampaikan informasi tetapi
juga argumentasi, di mana kejelasan kosakata dan logika tata bahasa merupakan persyaratan utama.
Suriasumantri selanjutnya mengemukakan bahwa bahasa merupakan sarana untuk mengungkapkan
perasaan, sikap, dan pikiran. Aspek pikiran dan penalaran merupakan aspek yang membedakan bahasa
manusia dan makluklainnya.
Pengertian Bahasa
Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan
oleh alat ucap manusia. Mungkin ada yang keberatan dengan mengatakan bahwa bahasa bukan satusatunya alat untuk mengadakan komunikasi. Mereka menunjukkan bahwa dua orang atau pihak yang
mengadakan komunikasi dengan mempergunakan cara-cara tertentu yang telah disepakati bersama.
Lukisan-lukisan, asap api, bunyi gendang atau tong-tong dan sebagainya. Tetapi mereka itu harus
mengakui pula bahwa bila dibandingkan dengan bahasa, semua alat komunikasi tadi mengandung banyak
segi yang lemah. Bahasa memberikan kemungkinan yang jauh lebih luas dan kompleks daripada yang
dapat diperoleh dengan mempergunakan media tadi. Bahasa haruslah merupakan bunyi yang dihasilkan
oleh alat ucap manusia. Bukannya sembarang bunyi. Dan bunyi itu sendiri haruslah merupakan simbol
atau perlambang.
Fungsi Bahasa
Para ahli filsafat bahasa dan psikolinguitik melihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk
menyampaikan pikiran, perasaan, dan emosi. Sedangkan aliran sisiolinguistik berpendapat bahwa fungsi
bahasa adalah sarana untuk perubahan masyarakat. Walaupun terdapat perbedaan tetapi pendapat ini
saling melengkapi satu sama lainnya. Secara umum dapat dinyatakan bahwa fungsi bahasa adalah :
Kneller ( dalam Jujun, 1990, 175 )mengemukakan 3 fungsi bahasa yaitu :
1. Simbolik
2. Emotif

3. Afektif
Fungsi simbolik dari bahasa menonjol dalam komunikasi ilmiah sedangkan fungsi emotif menonjol
dalam komunikasi estetik. Komunikasi dengan mempergunakan bahasa akan mengandung unsur simbolik
dan emotif. Artinya, kalau kita berbicara maka pada hakikatnya informasi yang kita sampaikan
mengandung unsur-unsur emotif, demikian juga kalau kita menyampaikan perasaan maka ekspresi itu
mengandung unsur-unsur informatif. Kadang-kadang dapat dipisahkan dengan jelas seperti musik dapat
dianggap sebagai bentuk bahasa, dimana emosi terbebas dari informasi, sedangkan buku telepon
memberikan kita informasi sama sekali tanpa emosi . Dalam komunikasi ilmiah proses komunikasi itu
harus terbebas dari unsur emotif, agar pesan itu reproduktif, artinya identik dengan pesan yang dikirimkan
(Jujun S. Suriasumantri, 1990, 175).
Bahasa Ilmiah
Berpikir sebagai proses bekerjanya akal dalam menelaah sesuatu merupakan ciri hakiki dari
manusia, dan hasil bekerjanya akal ini tidak dapat diketahui oleh orang lain jika dinyatakan dalam bentuk
bahasa. Bahasa ialah merupakan pernyataan pikiran atau perasaan sebagai alat komunikasi manusia.
Bahasa pada dasarnya terdiri dari kata-kata atau istilah dan sisntaksi. Kata atau istilah merupakan simbol
dari arti sesuatu, dapat juga berupa benda-benda, kejadian-kejadian, proses-proses atau juga hubunganhubungan, sedangkan sintaksis ialah cara untuk menyusun kata-kata atau istilah di dalam kalimat untuk
menyatakan arti yang bermakna. Untuk menelaah bahasa ilmiah perlu dijelaskan tentang penggolongan
bahasa dan bagaimana cara menjelaskan istilah-istilah dalam bahasa ilmiah.
Penggolongan Bahasa
Dalam penelaahan bahasa pada umumnya di bedakan antara bahasa alami dan bahasa buatan.
Bahasa Alami adalah bahasa sehari-hari yang biasa di gunakan untuk menyatakan sesuatu yang tumbuh
atas dasar pengaruh alam sekelilingnya. Bahasa alami di bedakan atas dua macam yakni, bahasa isyarat
dan bahasa biasa
1.1. Bahasa isyarat, bahasa yang dapat di mengerti secara umum dan dapat pula berlaku khusus, misalnya :
menggelengkan kepala tanda tidak setuju, mengangguk tanda setuju, hal ini tanpa ada persetujuan dapat
di mengerti umum. Sedangkan yang khusus adalah untuk kelompok tertentu dengan isyarat tertentu pula

1.2. Bahasa Biasa yaitu bahasa yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari. simbol sebagai pengandung arti
dalam bahasa biasa disebut kata sedang arti yang di kandungnya disebut makna dalam bahasa biasa
pemakaian kata dibedakan antara dua hal yaitu :
a.

Kata tertentu mengartikan sesuatu hal sebenarnya, misal kata puncak dalam kalimat : puncak gunung
merapi tertutup lahar

b.

Dengan pemakaian (pengetrapan) kata tertentu memaksudkan sesuatu lain, atau disebut arti kiasan
misal kata puncak dalam kalimat : Suharto adalah puncak kewibawaan orde-baru dalam negara
Indonesia.
Bahasa Buatan ialah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan pertimbanganpertimbangan akal pikiran untuk maksud tertentu. Kata dalam bahasa buatan disebut istilah sedang arti
yang di kandung istilah itu di sebut konsep. Bahasa buatan dibedakan atas dua macam, yakni : bahasa
istilahi dan bahasa artifisial.

2.1. Bahasa istilahi, rumusannya diambilkan dari bahasa biasa yang diberi arti tertentu, misal : demokrasi
( demos dan kratein ). Medan , daya, massa ( dalam ilmu fisika). Dalam bahasa ini ada kekaburan, oleh
karena itu defisi diperlukan untuk menjelaskan arti yang di maksudkan
2.2. Bahasa artifisial adalah murni bahasa buatan, atau sering juga disebut bahasa simbolik, bahasa berupa
simbol-simbol sebagaimana yang digunakan dalam logika dan matematika
Dari uraian di atas, bahasa buatan inilah yang di maksudkan bahasa ilmiah, dengan demikian
bahasa ilmiah dapat di rumuskan: bahasa buatan yang diciptakan oleh para ahli dalam bidangnya dengan
menggunakan istilah atau lambang untuk mewakili pengertian-pengertian tertentu. Pada dasarnya
merupakan kalimat atau suatu pernyataan yang dapat di nilai benar atau salah, baik menggunakan bahasa
biasa sebagai bahasa pengantar untuk mengkomunikasikan karya ilmiah, maupun menggunakan istilah
serta simbol secara abstrak.
B.

MATEMATIKA
Matematika Sebagai Bahasa
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin
disampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat Artifisial yang baru mempunyai arti setelah sebuah
makna diberikan kepadanya. Bila kita mempelajari kecepatan jalan kaki seseorang anak maka obyek
kecepatan jalan kaki seorang anak dapat diberi lambang dengan x. dalam hal ini x hanya mempunyai
satu arti yaitu kecepatan jalan kaki seorang anak. Bila dihubungkan dengan dengan obyek lain umpanya

jarak yang ditempuh seoang anak (y). maka dapat dibuat lambang hubungan tersebut sebagai z = y/x, di
mana z melambangkan waktu berjalan kaki seorang anak. Pernyataan z = y/x kiranya jelas : Tidak
mempunyai konotasi emosional dan hanya mengemukakan informasi mengenai hubungan x, y dan z,
artinya matematika mempunyai sifat yang jelas, spesifik dan informative dengan tidak menimbulkan
konotasi yang bersifat emosional.
Sifat Kuantitatif Matematika
Kelebihan Matematika dibandingkan dengan bahasa verbal adalah sifat kuantitatif matematika.
Matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran
secara kuantitatif. Dengan bahasa verbal bila membandingkan 2 benda yang berbeda misal tikus dengan
kucing. Dengan bahasa verbal kita dapat menyampaikan bahwa kucing lebih besar dari tikus. Kalau kita
ingin mengetahui lebih jauh mengenai ukuran kucing dan tikus tersebut, maka kita akan menemukan
kesulitan. Dan jika kita ingin menyampaikan secara eksakta berapa besar perbandingan kedua objek
tersebut, maka bahasa verbal tidak dapat menyampaikannya. Dan untuk menjelaskan semua itu secara
eksakta, maka memerlukan basaha matematika yang bersifat kuantitatif. Kesimpulannya, bahasa verbal
hanya mampu mengatakan pernyataan yang bersifat kualitatif. Sedangkan sifat kuantitatif dari matematika
merupakan daya prediktif dan control dari ilmu. Ilmu memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak yang
memungkinkan pemecahan masalah secara tepat dan cermat.

Matematika Sebagai Sarana Berpikir Deduktif


Nama ilmu deduktif diperoleh karena penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi tidak
didasari atas pengalaman seperti halnya yang terdapat didalam ilmu-ilmu empirik, melainkan didasarkan
atas deduksi (penjabaran). Secara deduktif, matematika menemukan pengetahuan yang baru berdasarkan
premis-premis tertentu, walaupun pengetahuan yang ditemukan ini sebenarnya bukanlah konsekuensi dari
pernyataan-pernyataan ilmiah yang kita telah temukan sebelumnya. Dari beberapa premis yang kita telah
ketahui, kebenarannya dapat diketemukan pengetahuan-pengetahuan lainnya yang memperkaya
perbendaharaan

ilmiah

kita.

Matematika lebih mementingkan logisnya. Pertanyaan-pertanyaan mempunyai sifat yang jelas. Pola
berpikir deduktif banyak digunakan baik dalam bidang ilmiah maupun bidang lain yang merupakan proses
pengambilan kesimpulan yang didasarkan kepada premis-premis yang kebenarannya telah di tentukan.

Misalnya : Jika di ketahui A termasuk dalam lingkungan B, sedangkan B tidak ada hubungan dengan C,
maka A tidak ada hubungan dengan C
Kebenaran kesimpulan di atas ini ditentukan bagaimana hubungan dua pernyataan sebelumnya.
Pola penalaran ini tampaknya akan lebih jelas lagi jika di nyatakan dengan bahasa simbolik sebagai berikut
; (A B) (B C)

(A B). Dengan contoh ini matematika bukan saja menyampaikan informasi

secara jelas namun juga singkat. Cara berpikir yang di lakukan diatas adalah deduksi. Dalam semua
pikiran deduktif, maka kesimpulan di tarik merupakan konsekuensi logis dari kata-kata yang
mendasarinya. Kesimpulan yang di tarik tak usah di ragukan kembali.
Emanuek kant (1724-1804) misalnya berpendapat bahwa matematika merupakan pengetahuan
sintetik apriori dimana eksistensi matematika tergantung pada dunia pengalaman kita. Selain itu,
matematika juga dapat digunakan untuk kegiatan praktis sehari-hari misalnya untuk mengukur luas sebuah
rumah diperlukan pengukuran dan perhitungan secara matematik.
Peranan Matematika Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah
Matematika merupakan alat yang dapat memperjelas dan menyederhanakan suatu keadaan atau situasi
melalui abstraksi, idealisasi, atau generalisasi untuk suatu studi ataupun pemecahan masalah. Pentingnya
matematika tidak lepas dari perannya dalam segala jenis dimensi kehidupan. Misalnya banyak persoalan
kehidupan yang memerlukan kemampuan menghitung dan mengukur. Menghitung mengarah pada
aritmetika (studi tentang bilangan) dan mengukur mengarah pada geometri (studi tentang bangun, ukuran
dan posisi benda). Aritmetika dan geometri merupakan fondasi atau dasar dari matematika.
Untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi, orang dapat menyampaikan informasi dengan
bahasa matematika, misalnya menyajikan persoalan atau masalah ke dalam model matematika yang dapat
berupa diagram, persamaan matematika, grafik, ataupun tabel. Mengkomunikasikan gagasan dengan
bahasa matematika justru lebih praktis, sistematis, dan efisien. Begitu pentingnya matematika sehingga
bahasa matematika merupakan bagian dari bahasa yang digunakan dalam masyarakat. Hal tersebut
menunjukkan pentingnya peran dan fungsi matematika, terutama sebagai sarana untuk memecahkan
masalah baik pada matematika maupun dalam bidang lainnya. Peranan matematika tersebut, terutama
sebagai sarana berpikir ilmiah oleh Erman Suherman disebutkan dapat diperolehnya kemampuankemampuan sebagai berikut :

a.

Menggunakan algoritma : yang termasuk kedalam kemampuan ini antara lain adalah melakukan operasi
hitung, operasi himpunan, dan operasi lainya. Juga menghitung ukuran tendensi sentral dari data yang
banyak dengan cara manual.

b.

Melakukan manipulasi secara matematika : yang termasuk kedalam kemampuan ini antara lain adalah
menggunakan sifat-sifat atau rumus-rumus atau prinsip-prinsip atau teorema-teorema kedalam pernyataan
matematika .

c.

Mengorganisasikan data : kemampuan ini antara lain meliputi : mengorganisasikan data atau informasi,
misalnya membedakan atau menyebutkan apa yang diketahui dari suatu soal atau masalah dari apa yang
ditanyakan.

d.

Memanfatkan simbol, tabel, grafik, dan membuatnya ; kemampuan ini antara lain meliputi : menggunakan
simbol, tabel, grafik untuk menunjukan suatu perubahan atau kecenderungan dan membuatnya.

e.

Mengenal dan menemukan pola : kemampuan ini antara lain meliputi : mengenal pola susunan bilangan
dan pola bangun geometri.

f.

Menarik kesimpulan ; kemampuan ini antara lain meliputi : kemampuan menarik kesimpulan dari suatu
hasil hitungan atau pembuktian suatu rumus.

g.

Membuat kalimat atau model matematika; kemampuan ini antara lain meliputi : kemampuan secara
sederhana dari fonemena dalam kehidupan sehari-hari kedalam model matematika atau sebaliknya
dengan model ini diharapkan akan mempermudah penyelesaianya.

h.

Membuat interpretasi bangun geometri ; kemampuan ini antara lain meliputi : kemampuan menyatakan
bagian-bagian dari bangun geometri dasar maupun ruang dan memahami posisi dari bagian-bagian itu.

i.

Memahami pengukuran dan satuanya; kemampuan ini antara lain meliputi ; kemampuan memilih satuan
ukuran yang tepat, melakukan estimasi, mengubah satuan ukuran ke satuan lainnya.

j.

Menggunakan alat hitung dan alat bantu lainya dalam matematika, seperti tabel matematika, kalkulator,
dan komputer.
Sementara itu dalam tujuan umum pendidikan matematika (Depdiknas, 2002: 3) menyebutkan berbagai
peranan matematika sebagai sarana berpikir ilmiah ditekankan pada kemampuan untuk memiliki:

1.

Kemampuan yang berkaitan dengan matematika yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah
matematika, pelajaran lain, ataupun masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata.

2.

Kemampuan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi

3.

Kemampuan menggunakan matematika sebagai cara bernalar yang dapat dialih gunakan pada setiap
keadaan, seperti berpikir kritis, berpikir logis, berpikir sistematis, bersifat objektif, bersifat jujur, bersifat
disiplin dalam memandang dan menyelesaikan suatu masalah.

C.

STATISTIKA
Pengertian Statistik
Secara etimologi kata statistik berasal dari kata status (bahasa latin) yang mempunyai
persamaan arti dengan kata state ( bahasa inggris) yang dalam bahasa indonesia di terjemahkan dengan
negara. Pada mulanya kata statistik diartikan sebagai kumpulan bahan keterangan ( data) baik yang
berwujud angka ( data kuantitaif) maupun yang tidak berwujud angka ( data kualitatif) yang mempunyai arti
penting dan kegunaanya yang besar bagi suatu negara. Namun pada berkembangan selanjutnya, arti kata
statistik hanya di batasi pada kumpulan bahan keterangan yang berwujud angka ( data kuantitatif). Di
tinjau dari segi terminologi, dewasa ini istilah statistik terkandung berbagai macam pengertian sebagai
berikut :

1.

Istilah statistik kadang diberi pengertian sebagai data statistik, yaitu kumpulan bahan keterangan berupa
angka atau bilangan

2.

Sebagai bahan statistik atau kegiatan perstatistika atau kegiatan penstatistikan

3.

Metode statistik yaitu cara-cara tertentu yang perlu ditempuh dalam rangka mengumpulkan, menyusun
atau mengatur, menyajikan menganalisis dan memberikan interpretasi terhadap sekumpulan bahan
keterangan yang berupa angka itu dapat berbicara atau dapat memberikan pengertian makna tertentu.

4.

Ilmu statistik adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari dan memperkembangkan secara ilmiah tahaptahap yang ada dalam kegiatan statistik.
Adapun metode dan prodesur yang perlu ditempuh atau dipergunakan dalam rangka :
1. Pengumpulan data angka
2. Penyusunan atau pengaturan data angka
3. Penyajian atau penggambaran atau pelukisan data angka
4. Penganalisaan terhadap data angka
5. Penarikan kesimpulan (conclusion)
6. Pembuatan perkiraan (estimation)
7. Penyusunan ramalan (prediction) secara ilmiah
Dalam kamus ilmiah populer, kata statistick berarti table, grafik, data informasi, angka-angka,

informasi. Sedangkan kata statistika berarti ilmu pengumpulan, analisis dan klarifikasi data, angka sebagai
dasar untuk induksi. Jadi statistika merupakan sekumpulan metode untuk membuat keputusan yang
bijaksana dalam keadaan yang tidak menentu.
Statistik Dan Cara Berfikir Induktif
Ilmu secara sederhana dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang telah teruji kebenarannya.
Semua penyataan ilmiah adalah bersifat faktual, di mana konsekuensinya dapat diuji dengan baik dengan
jalan mempergunakan panca indera, maupun dengan mempergunakan alat-alat yang membantu panca
indera tersebut. Pengujian secara empiris merupakan salah satu mata rantai dalam metode ilmiah yang
membedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya. Pengujian merupakan suatu proses
pengumpulan fakta yang relevan dengan hipotesa yang diajukan. Sekiranya hipotesa itu didukung oleh
fakta-fakta empiris maka pernyataan hipotesis tersebut diterima atau disahkan kebenarannya. Sebaliknya
jika hipotesis tersebut bertentangan dengan kenyataan maka hipotesa itu ditolak.
Pengujian mengharuskan untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang
bersifat individual. Umpamanya jika kita ingin mengetahui berapa tinggi rata-rata anak umur 10 tahun di
sebuah tempat, maka nilai tinggi rata-rata anak yang dimaksud itu merupakan suatu kesimpulan umum
yang ditarik dalam kasus-kasus anak umum 10 tahun di tempat itu. Jadi dalam hal ini kita menarik
kesimpulan berdasarkan logika induktif. Di pihak lain maka penyusunan hipotesis merupakan penarikan
kesimpulan yang bersifat khas dari pernyataan yang bersifat umum dengan mempergunakan deduksi.
Penarikan kesimpulan tidak sama dan tidak boleh dicampur adukan, Logika deduktif berpaling
kepada matematika sebagai sarana penalaran penarikan kesimpulan, sedangkan logika induktif berpaling
kepada statistik. Statistik merupakan pengetahuan untuk melakukan penarikan kesimpulan induktif secara
lebih seksama.
Peranan Statistika
Statiska bukan merupakan sekumpulan pengetahuan mengenai objek tertentu melainkan
merupakan sekumpulan metode dalam memperoleh pengetahuan. Metode keilmuan, sejauh apa yang
menyangkut metode, sebenarnya tak lebih dari apa yang dilakukan seseorang dalam mempergunakan
pikiran-pikiran tanpa ada sesuatu pun yang membatasinya. Penguasaan statistika mutlak diperlukan untuk
dapat berpikir ilmiah dengan sah sering kali dilupakan orang.

Bicara statistik dan pembangunan sangat relevan. Melalui angka statistik kita bisa lihat keberhasilan
pembangunan. Oleh karena itu, sangatlah pantas bila kita mau menghargai kinerja para statistikawan. Para
Mantri statistik di pedesaan tiada terik dan tiada hujan terus bekerja mengumpulkan data guna
dipersembahkan pada para pengguna.
Di bidang pembangunan ekonomi dan kemasyarakatan angka statistik punya andil dalam
menciptakan keberhasilan berbagai program pembangunan, seperti halnya dalam program pengentasan
kemiskinan dan program peningkatan kesempatan kerja. Sebagaimana diketahui data statistik yang akurat
akan menghasilkan perencanaan pembangunan ekonomi dan kemasyarakatan yang kuat.
Di bidang pembangunan politik seperti dalam pilpres, dan pilkada; data penduduk yang reliable dan
valid turut menentukan kehormatan dan keberhasilan perhelatan tersebut. Betapa tidak terhormatnya,
masa

iya

orang

yang

sudah

meninggal

dunia

masih

terdata

sebagai

pemilih.

Di bidang pembangunan ilmu, kedudukan statistik sangat jelas sebagai salah satu komponen dari
sarana berpikir ilmiah di samping logika, bahasa, dan matematika. Bila matematika selalu menuntun kita
dalam proses berpikir deduktif, maka statistika senantiasa membimbing kita dalam proses induktif.
Statistika harus mendapat tempat yang sejajar dengan matematika agar keseimbangan berpikir deduktif
dan induktif yang merupakan ciri dari berpikir
ilmiah yang dapat di lakukan dengan baik.
D. Logika
Pengertian Logika
Secara etimologis, kata logika dalam bahasa Indonesia dipungut dari bahasa Belanda yang
mulanya berasal dari bahasa Yunani dengan kata sifat logike yang berkaitan dengan kata logos dengan
makna kata atau pikiran. Kata ataupikran yang dimaksud di sini adalah yang benar atau yang sehat.
Pikiran yang benar atau sehat itu dimanifestasikan dalam bahasa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa logika
atau mantiq adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari pikiran sehingga orang yang mempelajarinya itu
dapat berpikir dan berbahasa secara benar.Dalam arti luas logika adalah sebuah metode dan prinsipprinsip yang dapat memisahkan secara tegas antara penalaran yang benar dengan penalaran yang salah.
Aturan Cara Berpikir Yang Benar
Kondisi adalah hal-hal yang harus ada supaya sesuatu dapat terwujud, dapat terlaksana. Untuk berpikir
baik , benar,logis dialektis, juga dibutuhkan kondisi-kondisi tertentu :
a.

Mencintai kebenaran

Sikap ini sangat pundamental untuk berpikir yang baik, sebab sikap ini senatiasa menggerakkan si pemikir
untuk mencari,mengusut, meningkatkan mutu berpikir dan penalarannya. Menggerakkan si pemikir untuk
senantiasa mewaspadai ruh ruh yang akan menyelewengkannya dari yang benar. Minsalnya
menyederhanakan kenyataan,menyempitkan cakrawala/ perspektif, berpikir terkotak-kotak,memutlakkan
titik berdiri atau suatu profil dan sebagainya.
b.

Ketahuilah dengan sadar apa yang sedang anda kerjakan


Kegiatan yang sedang dikerjakan adalah kegiatan berpikir. Seluruh aktivitas intlek kita adalah suatu usaha
terus menerus mengerjakan kebenaran yang diselingi dengan diperolehnya pengetahuan tentang
kebenaran tetapi bersifat parsial.

c.

Ketahuilah dengan sadar apa yang sedang anda katakan


Pikiran diungkapkan kedalam kata-kata.kecermatan pikiran terungkap kedalam kecermatan katakata,karenanya kecermatan ungkapan pikiran kedalam kata merupakan sesuatu yang tidak boleh ditawar
lagi.

d.

Buatlah distingsi (pembeda) dan pembagian(klasifikasi) yang semestinya Jika ada dua hal yang tidak
memiliki bentuk yang sama , hal itu jelas berbeda .tetapi banyak kejadian di mana dua hal atau lebih
menpunyai bentuk sama,namun tidak identik. Disinilah perlunya membuat distingsi, suatu berbedaan.

e.

Cintailah difinisi yang tepat


Penggunaan bahasa sebagai ungkapan sesuatu kemungkinan tidak ditangkap sebagaimana yang di
ungkapkan atau yang dimaksud. Karenanya jangan segan membuat definisi. Difinisi harus diburu hingga
tertangkap .Definisi adalah pembatasan yakni membuat jelas batas-batas sesuatu.

f.

Ketahuilah dengan sadar mengapa anda menyimpulkan begini atau begitu Ketahuilah mengapa anda
berkata begini atau begitu. Anda harus bisa dan biasa melihat asumsi asumsi.imflikasi-imflikasi,dan dan
konsekkuensi-konsekuensi dari suatu penuturan. Pernyatan atau kesimpulan yang dibuat.

g.

Hindarilah kesalahan kesalahan dengan segala usaha dan tenaga,serta sangguplah mengenali
jenis,macam

dan

nama

kesalahan,

demikian

juga

mengenali

sebab-sebab

kesalahan

pemikiran(penalaran).
Menurut irving yang dimaksud dengan logika ialah suatu studi sistematis mengenai metode dan
dasar-dasar yang digunakan untuk memberi perbedaan antara pendapat yang benar dengan pendapat
yang keliru. Logisian melakukan penelitian mengenai hubungan nyata yang terjadi antara premis dan
konklus di dalam suatu argumentasi jalan dengan premis atau tercantum di dalam premis maka pendapat

adalah benar. Bila suatu premis dianggap benar, tidak meragukan dan bersifat demonstratip sebagai dasar
konklusi yang benar, pendapat demikian disebut logika deduktif. Logika deduktif erat kaitannya dengan
penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum.
Menurut popkrin dan stroll, logika deduktif adalah hubungan dengan usaha untuk menetapkan
suatu pendapat yang tidak diragukan..minsalnya: pada dasarnya semua manusia akan mati, maka kita
sebagai manusiapun akan mati juga dan kebalikan dari deduktif adalah logika induktif. Logika induktif
adalah suatu kesimpulan yang diambil dari hal-hal yang khusus dan diarahkan pada masalah yang umum,
minsalnya ; saya pasti akan mati sebab semua manusia harus mati. Dalam hubungan itu popkrin dan stroll
menjelaskan dengan menggunakan contoh sebagai berikut.
1. Semua orang amerika adalah manusia
2. Semua manusia harus mati
Metode yang digunakan pada contoh diatas disebut pendapat deduktif, mungkin ada yang meragukan
kebenarannya itu semua manusia harus mati maka untuk membenarkan kalimat semua orang amerika
harus mati, untuk menentukan kebenarannya harus menggunakan jalan lain yaitu .
1. semua orang amerika yang lahir pada tahun 1830 telah mati
2. Orang-orang amerika akan mati.
Kebenaran kalimat (1) dan (2) merupakan suatu kemungkinan, bahwa kalimat tersebut benar atau
keliru, penalaran seperti ini memungkinkan disusunnya pengetahuan secara sistematis yang mengarah
pada pernyataan-pernyataan yang makin lama makin bersifat fundamental. Penalaran deduktif adalah
kegiatan berpikir yang sebaliknya penalaran induktif . penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya
mempergunakan pola berfikir yang dinamakan silogisme. Silogisme disusun dari dua buah pernyataan dan
sebuah kesimpulan, minsalnya :
1. semua mahluk mempunyai mata ( premis 1 )
2. si pulan adalah seorang mahluk ( premis 2 )
3. jadi si pulan mempunyai mata ( premis 3 )
Kesimpulan yang diambil bahwa si pulan mempunyai mata adalah sah, sebab kesimpulan ditarik
secara logis dari kedua premis yang mendukung, ketetapan penarikan kesimpulan tergantung dari 3 hal
yaitu, kebenaran premis mayor, dan premis minor serta keabsahan pengambilan kesimpulan. Sekiranya
salah satu unsur tersebut persyaratan tidak memenuhi maka kesimpulan yang ditarik akan salah maka
logika induktif tidak ada.

Induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari dari
berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan
pernyataan pernyataan yang mempunyai ruang yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi
yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Umpamanya kita mempunyai pakta bahwa kambing,
gajah mempunyai mata, demikian jiga dengan singa,kucing dan binatang lainya.dari pernyataan
pernyataan ini kita dapat menarik kesimpulan yang sifatnya umum yaitu semua binatang mempunyai mata.
Peran Logika.
a.

Logika menyatakan, menjelaskan, dan mempergunakan prinsip-prinsip abstrak yang dapat dipergunakan
dalam semua lapangan ilmu pengetahuan.

b.

Pelajaran logika menambah daya pikir abstrak dan ddengan demikian melatih dan mengembangkan daya
pemikiran dan menimbulkan disiplin intelektual.

c.

Logika mencegah kita tersesat oleh segala sesuatu yang kita peroleh berdasarkan otoriti.
KESIMPULAN
Sarana berfikir ilmiah adalah alat untuk membantu proses metode ilmiah untuk mendapatkan ilmu
dan teori yang lain. Hal yang perlu diperhatikan bahwa sarana berfikir ilmiah bukanlah ilmu melainkan
kumpulan pengetahuan yang didapat berdasarkan metode ilmiah, sehingga diharapkan untuk dapat
memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik. sarana berpikir ilmiah yaitu bahasa,
matematika statitika dan logika

1.

Bahasa dapat dikatakan sebagai rangkaian bunyi dan juga dapat dikatakan sebagai simbol/lambang dari
sesuatu hal / benda.

2.

Matematika, yaitu bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita
sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artificial yang baru mempunyai arti setelah sebuah
makna diberikan kepadanya.

3.

Statistika, yaitu sekumpulan metode untuk membuat keputusan yang bijaksana dalam keadaan yang tidak
menentu.

4.

Logika membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dengan aturan-aturan tersebut dapat mengambil
kesimpulan yang benar. Dengan mengetahui cara atau aturan-aturan tersebut dapat menghindarkan diri
dari kesalahan dalam mengambil keputusan

DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar,
Amsal,

2004,

Filsafat

Ilmu,

Jakarta

PT

Rajagrafindo

Persada

S. Suriasumantri, Jujun, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Filsafat Populer, Pustaka Sinar
Sumber: http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/2130968-sarana-ilmiah/#ixzz1XMhzWc32
http://arsyilia09.wordpress.com/2010/04/08/peran-matematika/
http://pbsindonesia.fkip-uninus.org/media.php?module=detailmateri&id=58 di akses pada 15 November
2011
Sarana Berpikir Ilmiah | Blog Sodiyc & Acun http://www.sodiycxacun.web.id/2010/02/sarana-berpikirilmiah.html#ixzz1Xk2gG5Cz
Under Creative Commons License: Attribution Share Alike
Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 1996, Filsafat Ilmu,Yogyakarta : Liberty

Yogyakarta

www,sanaky.com April 2006. Logika dan statistika sebagai Sarana berpikir ilmiah
Berpikir statistik: Mengetahui kapan dan bagaimana menerapkan statistik
pengetahuan dan prosedur
Penalaran statistik: Menjelaskan mengapa hasil yang diproduksi atau mengapa
kesimpulan dibenarkan

Anda mungkin juga menyukai