Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Istilah bahasa tentu bukan merupakan hal yang baru bagi kita. Istilah tersebut
setiap saat selalu kita dengar, baca, atau bahkan digunakan untuk berkomunikasi
secara lisan maupun tulisan. Bukan hanya itu, hampir setiap saat dalam kehidupan
sehari-hari, kita menggunakan bahasa atau berbahasa. Begitu seringnya kita
menggunakan istilah bahasa atau menggunakan bahasa maka terkadang kita lupa
untuk memahami apa sesungguhnya hakikat dan fungsi bahasa itu. Selain itu agama
juga sangat berkaitan erat dengan Bahasa, maka sejauh mana peranan antara agama
dengan Bahasa sangatlah penting untuk diketahui.

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan dari latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah


sebagai berikut  yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan hakikat bahasa?


2. Apa saja fungsi bahasa itu?
3. Apa pengertian religious?
4. Apa hubungan antara Bahasa dan agama?

C.    Tujuan

Adapun tujuan disusunya makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui hakikat bahasa.


2. Untuk memahami fungsi bahasa.
3. Untuk memahami pengertian religious
4. Untuk mengetahui hubungan antara Bahasa dan agama

1
BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Bahasa

Bahasa menurut KBBI (2008: 116), yaitu sistem lambang bunyi yang arbiter
yang digunakan oleh satu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan
mengidentifikasi diri. Sedangkan menurut Sidi Gazalba, Bahasa adalah alat manusia
untuk menyampaikan pikiran, perasaan, pengalaman, keinginan dengan cara yang
sadar dinyatakan.1Kalau kita membuka buku linguistik dari berbagai pakar akan kita
jumpai berbagai rumusan mengenai hakikat bahasa. Rumusan-rumusan itu kalau di
butiri akan menghasilkan sejumlah ciri yang merupakan hakikat bahasa.

Ciri-ciri yang merupakan hakikat bahasa itu, antara lain, adalah bahwa bahasa
itu sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis,
beragam, dan manusiawi. Berikut dibicarakan ciri-ciri tersebut secara singkat.

1. Bahasa sebagai system

Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa itu dibentuk oleh


sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat
dikaidahkan. Artinya,lambnag-lambang ituberbentuk bunyi, yang lazim
disebut bunyi ujar atau bunyi bahasa. Setiap lambang bahasa melambangkan
sesuatu yang disebut makna atau konsep. Umpamanya lambang bahasa yang
berbunyi [kuda] melambangkan konsep atau makna ‘sejenis binatang berkaki
empat yang bisa dikendarai’, dan lambang bahasa yang berbunyi [spidol]
melambangkan konsep atau makna ‘sejenis alat tulis bertinta’. Karena setiap
lambang bunyi itu memiliki atau menyatakan sesuatu konsep atau makna,
maka dapat disimpulkan setiap satuan ujaran bahasa memiliki makna. Jika ada
lambang bunyi yang tidak bermakna atau tidak menyatakan suatu konsep,
maka lambang tersebut tidak termasuk sistem suatu bahasa. Dalam bahasa
Indonesia suatu bunyi [air], [kuda], dan [meja] adalah lambang ujaran karena
memiliki makna; tetapi bunyi-bunyi [rai], dan [ajem] bukanlah lambang
ujaran karena tidak memiliki makna.

2. Bahasa Sebagai Arbiter


Lambang bahasa itu bersifat arbitrer, artinya, hubungan antara
lambang dengan yang dilambangkan tidak bersifat wajib, bisa berubah , dan
1
Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat (Jakarta: PT. Bulan Bintang.1990), hal.210

2
tidak dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut mengonsepi makna tertentu.
Secara konkret, mengapa lambang bunyi [kuda] digunakan untuk menyatakan
‘sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai’ adalah tidak dapat
dijelaskan. Andaikata hubungan itu bersifat wajib , tentu untuk menyatakan
binatang yang dalam bahasa Indonesia itu disebut [kuda] tidak ada yang
menyebutnya , , atau . Bukti kearbiteran ini dapat juga dilihat dari banyaknya
sebuah konsep yang dilambangkan dengan beberapa lambang bunyi yang
berbeda. Misalnya, untuk konsep ‘setumpuk lembaran kertas bercetak dan
berjilid’ dalam bahasa indonesia disebut [buku] dan [kitab].
Meskipun lambang-lambang bahasa itu bersifat arbitrer, tetapi juga bersifat
konvensional. Artinya, setiap penutur suatu bahasa akan mematuhi hubungan
antara lambang dengan yang dilambangkannya. Dia akan mematuhi,
misalnya, lambang [kuda] hanya untuk digunakan untuk menyatakan ‘sejenis
binatang berkaki emapt yang biasa dikendarai’, dan tidak untuk
melambangkan konsep yang lain, sebab jika dilakukan berarti dia telah
melanggar konvensi itu. Sebagai akibatnya, tentu komunikasi akan terhambat.
Begitupun seseorang tidak dapat mengganti lambang untuk sesuatu dengan
semaunya saja. Umpamanya untuk konsep ‘ sejenis alat tulis bertinta’ dia
tidak menggunakan lambang [spidol], tetapi menggunakan lambang lain
misalnya, [dolspi], [pisdol], atau [dospil]. Kalau dilakukan komunikasi juga
akan terhambat.
3. Bahasa Bersifat Produktif

Bahasa itu bersifat produktif, artinya, dengan sejumlah unsur yang


terbatas, mamun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir tidak
terbatas. Umpamanya, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan
W.J.S Purwadarminta bahasa Indonesia hanya mempunyai lebih kurang
23.000 buah kata, tetapi dengan 23.000 buah kata itu dapat dibuat jutaan
kalimat yang tidak terbatas.

4. Bahasa Bersifat Dinamis


Bahasa itu bersifat dinamis, artinya, bahasa itu tidak terlepas dari berbagai
kemungkinan perubahan yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu
dapat terjadi pada tataran fonologis, morfologis, sintaksis, semantik, dan
leksikon. Yang tampak jelas biasanya adalah pada tataran leksikon. Pada
setiap waktu mungkin saja ada kosa kata baru yang muncul, tetapi juga
ada kosa kata lama yang tenggelam, tidak digunakan lagi.
5. Bahasa Itu Beragam

3
Bahasa itu beragam artinya, meskipun sebuah bahasa mempunyai kaidah
atau pola tertentu yang sama, namun karena bahasa itu digunakan oleh
penutur yang heterogen yang mempunyai latar belakang sosial dan
kebiasaan yang berbeda, maka bahasa itu menjadi beragam. Bahasa Jawa
yang digunakan di Surabaya tidak persis sama dengan bahasa Jawa yan
digunakan di Pekalongan, di Banyumas, maupun yang digunakan di
Yogyakarta.
6. Bahasa Bersifat Manusiawi
Bahasa itu bersifat manusiawi artinya, bahasa sebagai alat komunikasi
verbal hanya dimiliki manusia.
B. Fungsi Bahasa
Secara umum sudah jelas bahwa fungsi bahasa adalah sebagai alat
komunikasi. Bahasa sebagai wahana komunikasi bagi manusia, baik komunikasi lisan
maupun tulis. Fungsi ini adalah dasar bahasa yang belum dikaitkan dengan status dan
nilai-nilai sosial. Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa tidak dapat dilepaskan dari
kegiatan hidup masyarakat, yang di dalamnya sebenarnya terdapat status dan niali-
nilai sosial. Bahasa selalu mengikuti dan mewarnai kehidupan manusia sehari-hari,
baik manusia sebagai anggota suku maupun bangsa.
Terkait hal itu, Santoso, dkk. (2004) berpendapat bahwa bahasa sebagai alat
komunikasi memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Fungsi informasi, yaitu untuk menyampaikan informasi timbal-balik antar anggota


keluarga ataupun anggota-anggota masyarakat.
2. Fungsi ekspresi diri, yaitu untuk menyalurkan perasaan, sikap, gagasan, emosi atau
tekanan-tekanan perasaan pembaca. Bahasa sebagai alat mengekspresikan diri ini
dapat menjadi media untuk menyatakan eksistensi (keberadaan) diri, membebaskan
diri dari tekanan emosi dan untuk menarik perhatian orang.
3. Fungsi adaptasi dan integrasi, yaitu untuk menyesuaikan dan membaurkan diri
dengan anggota masyarakat.
4. Fungsi kontrol sosial, bahasa berfungsi untuk mempengaruhi sikap dan pendapat
orang lain.

C. Religius

Menurut KBBI Religius (kata sifat) artinya bersifat religi; bersifat keagamaan;
yang bersangkut-paut dengan religi

4
Kata religi atau religion itu sendiri berasal dari bahasa Latin, yang berasal dari
kata relegere atau relegare. Kata relegare mempunyai pengertian dasar “berhati-hati”,
dan berpegang pada norma-norma atau aturan secara ketat. Dalam arti bahwa religi
tersebut merupakan suatu keyakinan, nilai-nilai dan norma-norma hidup yang harus
dipegangi dan dijaga dengan penuh perhatian, agar jangan sampai menyimpang dan
lepas. Kata dasar relegare, berarti“mengikat”, yang maksudnya adalah mengikatkan
diri pada kekuatan gaib yang suci. Kekuatan gaib yang suci tersebut diyakini sebagai
kekuatan yang menentukan jalan hidup dan yang mempengaruhi kehidupan manusia.
Harun Nasution merunut pengertian agama berdasarkan asal kata yaitu al-Din,
religi (relegere, religare) dan agama. Al-Din (semit) dalam undang-undang atau
hukum. Kemudian dalam bahasa Arab, kata itu mengandung arti menguasai,
menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan. Kata religi (Latin) atau relegere
berarti mengumpulkan dan membaca. Kemudian religare berarti mengikat. Adapun
kata agama terdiri dari a=tidak; gam= pergi) mengandung arti tidak pergi, tetap di
tempat atau diwarisi turun temurun. (Harun Nasution, 1974:9-10).
Secara definitif, menurut Harun Nasution, agama adalah :
1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus
dipatuhi.
2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.
3. Mengikat diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu
sumber yang berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan-
perbuatan manusia.
4. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
5. Suatu sistem tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari sesuatu kekuatan
gaib.
6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada
suatu kekuatan gaib.
7. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan
takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.

5
8. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul
D. Hubungan Bahasa dan Agama
Ketika membahas tentang Bahasa dan agama, maka dua hal ini tidak dapat
dipisahkan. Oleh karena setiap agama masing-masing memiliki kitab suci. Untuk
memahami secara benar isi dan ajaran suatu agama maka harus melalui berbagai
disiplin ilmu. Maka disinilah Bahasa berfungsi untuk menjembatangi pemahaman
seseorang terhadap agama. Misalkan melalui kitab suci masing-masing.
Disamping itu, setiap daerah yang menganut suatu agama tentunya memiliki
Bahasa yang berbeda-beda, maka agama hadir untuk menyatukannya. Kita ambil
perumpamaan Al-qur’an yang diturunkan dalam Bahasa arab, maka meskipun berada
di tengah-tengah masyarakat islam Indonesia, al-qur’an akan menyatukan Bahasa
setiap pemeluknya dengan isyarat satu Bahasa yaitu Bahasa arab. Maka dengan
Bahasa, agama pemeluknya disatukan dan dengan agama, Bahasa bisa disatukan.

E. Tanggapan Tentang Makalah

Pembahasan tentang Bahasa religious adalah salah satu disiplin ilmu yang
mengajarkan kita tentang bagaimana cara bersikap hati-hati ketika berhadapan
tentang agama. Yaitu bagaimana agar kita tidak langsung memutuskan suatu
permasalahan tanpa melihat dari berbagai arah ataupun sumber.

6
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Bahasa itu sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif,
dinamis, beragam, dan manusiawi. Sedangkan religious adalah sebuah sikap
keberagamaan yang dilandasi dengan keterikatan terhadap ajaran tuhan.

Maka hubungan antara Bahasa dan agama adalah saling melengkapi dan
menjadi jalan dalam memudahkan manusia dalam perjalanan keilahian.

B.     Saran

Membaca berbagai sumber terhadap pembahasan ini sangatlah memberikan


peluang untuk lebih meluaskan pemikiran dan pemahaman terhadap agama.

7
DAFTAR PUSTAKA

chromeextension://ohfgljdgelakfkefopgklcohadegdpjf/http://digilib.uinsby.ac.id/17533/5/B
ab%202.pdf

https://jagokata.com/arti-kata/religius.html

https://www.goodreads.com/book/show/9395112-memahami-bahasa-agama

gazalba, sidi. 1990. Sistematika Filsafat. (Jakarta) PT. Bulan Bintang.

Anda mungkin juga menyukai