Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Alhamdulillah kami telah menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah
Perkembangan Sosiologi Agama”.Dimana di dalamnya dibahas mengenai sejarah
perkembangan sosiologi agama. Penelitian ini dilakukan dengan paradigma interpretif
dengan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi dokumen dan bentuk analisis
berupa analisis isi (Content Analysis).Pentingnya topik yang berjudul ‘Sejarah Perkembangan
Sosiologi Agama’ ini antara lain untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan
sosiologi klasik, modern serta Islam. Serta apa saja aliran-aliran dalam  ilmu sosiologi.

Bahwa isi global dari makalah ini adalah membahas tentang sejarah-sejarah
perkembangan sosiologi agama, dimana tokoh-tokoh dalam perkembangan sosiologi terdiri
dari beberapa aliran-aliran serta teori-teori dari beberapa tokoh. Serta membahas tentang
sejarah perkembangan sosiologi klasik, modern, serta sosiologi Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan sosiologi agama?
2. Bagaimana Perkembangan Sosiologi klasik?
3. Bagaimana Perkembangan Sosiologi modern, serta Islam?

C. Tujuan Pembahasan
1. Ingin memahami sejarah perkembangan sosiologi agama,
2. Ingin memahami Perkembangan Sosiologi klasik?
3. Ingin Memahami Perkembangan Sosiologi modern, serta Islam?

1
BAB II
PEMBAHASAN

Perkembangan Sosiologi

1.    Sejarah Perkembangan Sosiologi Agama

Sosiologi termasuk ilmu yang paling muda dari ilmu-ilmu sosial yang dikenal.
Seperti ilmu yang lain, perkembangan sosiologi dibentuk oleh setting sosialnya dan sekaligus
menjadikannya sebagai basis masalah pokok yang dikaji. Awal mula perkembangan sosiologi
bisa dilacak pada saat terjadinya revolusi Perancis, dan revolusi industri yang terjadi
sepanjang abad 19 yang menimbulkan kekhawatiran, kecemasan dan sekaligus perhatian dari
pemikir di waktu itu tentang dampak yang ditimbulkan dari perubahan dahsyatdibidang
politik dan ekonomi kapitalistik di masa itu.
Kelahiran sosiologi, lazimnya dihubungkan dengan seseorang ilmuwan Perancis
bernama Auguste Comte (1798-1857), yang dengan kreatif telah menyusun sintesaberbagai
macam aliran pemikiran, kemudian mengusulkan untuk mendirikan ilmu tentang masyarakat
dengan dasar filsafat empris yang kuat. Ilmu tentang masyarakat itu pada awalnya A uguste
Comte diberi nama “social physic” (fisika sosial), kemudian diubahnya sendiri
dengan  “sociology” karena istilah fisika sosial tersebut dalam waktu yang bersamaan
digunakan oleh seorang ahli statistik sosial Belgia bernama Adophe Quetelet.
Sedangkan embrio minat mempelajari fenomena agama dalam masyarakat, mulai
tumbuh sekitar pengetahuan abad ke–19 oleh sejumlah sarjana Barat terkenal seperti Edward
B.Tylor (1832-1917), Herbert Spencer (1820-1903), Frederich H. Muller (1823-1917), James
G. Fraser (1854-1941). Tokoh-tokoh ini lebih tertarik pada agama-agama primitif, namun
kajian ilmiah tentang agama relatif  mulai sekitar tahun 1900. Sejak saat itu hingga menjelang
munculnya buku-buku sosiologi agama, disebut juga dengan sosiologi agama klasik. Periode
klasik ini terutama dikuasai oleh dua sosiologi yang terkenal, yaitu Emile Durkheim
dari Perancis (1858-1917) dengan karyanya The Elementery From of Religius Life dan Max
Weber dari Jerman (1864-1920) dengan karya monumentalnya,The Protestant Ethic and the
Sprit of Capitalism dan Ancient Judaism. Dua sarjana ini lazim disebut sebagai pendiri
Sosiologi Agama. Di kemudian hari, tulisan- tulisan mereka digolongkan oleh para ahli
sosiologi ke dalam bagian soisologi umum berdasarkan data–data etnologi yang diperoleh
dari bangsa-bangsa di luar Eropa, Durkheim menulis bukuyang menarik tentang bentuk-
bentuk elementer kehidupan religius, sedangkan Weberjuga tidak kalah menariknya dengan
menulis tentang agama di India dan di Cina, karena dari kedua sosiologi tersebut muncul
berbagai gagasan penting yang dapat digunakan sebagai prinsip dasar dalam pengembangan
ilmu-ilmu sosial.
Banyak ahli sepakat bahwa banyak faktor yang melatarbelakangi kelahiran sosiologi
adalah karena adanya krisis-krisis yang terjadi dalam masyarakat. Misalnya,
Laeyendecker  mengaitkan kelahiran sosiologi dengan serangkain perubahan dan krisis yang
terjadi di Eropa Barat. Proses perubahan dan krisisyang diidentifikasikan Laeyendecker
adalah tumbuhnya kapitalisme pada akhir abad ke–15, perubahan-perubahan sosial di bidang
politik, perubahan berkenaan dengan reformasi Martin Luther, meningkatnya individualisme,
lahirnya ilmu pengetahuan modern, berkembangnya kepercayaan pada diri sendiri, dan
revolusi industri pada abad ke–18, serta terjadinya revolusi Perancis. Sosiologi itu disebut

2
sosiologi “ilmu keranjang sampah” (dengan nada memuji), karena membahas ikhyal atau
masalah yang lebih banyak terfokus pada problem kemasyarakatan yang timbul akibat krisis-
krisissosial yang terjadi. Ada pendapat lain, mengapa pengetahuan sosial tidak bisa
digolongkan sebagai ilmu. Leonardus Laeyendecker menyebut ada tiga keterbatasan dari
pengetahuan sosial, yakni:
1.    Karena pengetahuan sosial diperoleh orang dari lingkungan yang relatif terbatas
2.    Karena pengetahuan sosial diperoleh secara selektif menurut emosi-emosi dan
karakteristik pribadi masing-masing orang, sehingga besar kemungkinan atau sekurang-
kurangnya bukan tidak muncul
3.    Karena pengetahuan sosial acapkali diperoleh secara tidak sengaja, main-main, dan
karenanya kurang dipikirkan secara mendalam dan tidak selalu ditinjau secara kritis. Sejak
awal kelahirannya, sosiologi banyak dipengaruhi oleh filsafat sosial. Tetapi berbeda dengan
filsafat sosial yang banyak dipengaruhi oleh ilmu alam dan memandang masyarakat sebagai
“mekanisme” yang dikuasi hukum-hukum mekanis, sosiologi lebih menempatkan warga
masyarakatsebagai individu yang relatif bebas. Para filsuf sosial, seperti Plato dan
Aristoteles, umumnya berkeyakinan bahwa seluruh tertib dan keteraturan dunia dan
masyarakat langsung berasal dari suatu tertib dan keteraturan yang adimanusiawi, abadi,
tidak terubahkan dan ahistoris. Sementara sosiologi justru mempertanyakan keyakinan lama
dari para filsuf itu, dan sebagai gantinya muncullah kepercayaan keyakinan baru yang
dipandang lebih mencerminkan realitas sosial yang sebenarnya. Para ahli sosiologi telah
menyadari bahwa bentuk dari kehidupan bersama, adalah ciptaan manusia itu sendiri.
Bentuk-bentuk masyarakat, gejala pelapisan sosial, dan pola-pola interaksi yang berbeda,
sekarang lebih dilihat sebagai hasil inisiatif atau hasil kesepakatan manusia itu sendiri.
Sosiologi mulai memperoleh bentuk dan diakui eksistensisnya sekitar abad ke–19,
tidaklah berarti bahwa baru pada waktu itu orang memperoleh tentang bagaimana masyarakat
dan interaksi sosial. Jauh sebelum Auguste Comte memproklamirkan kehadiran sosiologi,
orang-orang telah memiliki pengetahuan tentang kehidupannya yang diperoleh dari
pengalamannya. Namun karena belum dirumuskan dengan metode yang mantap pengetahuan
mereka disebut pengetahuan sosial, bukan pengetahuan ilmiah. Kemudian Auguste Comte
menulis buku-buku tentang berbagai pendekatan umum untuk mempelajari masyarakat. Dia
berpendapat bahwa ilmu pengetahuan mempunyai urutan tertentu berdasarkan logika dan
setiap penelitian dilakukan melalui tahap-tahap tertentu untuk mencapai tahap akhir, tahap
ilmiah. Namun diberikan tatkala itu pada ilmu yang baru tersebut pada tahun 1839 adalah
“sosiology” yang berasal dari bahasa latin socius yang berarti “kawan“ dan bahasa
Yunani logos yang berarti “kata” atau “berbicara”, jadi sosiologi berarti “berbicara mengenai
masyarakat.” 
Pada tahun 1842, lahirlah Sosiologi tatkala Auguste Comte menerbitkan jilid terakhir
dari bukunya yang berjudul The Caurse of Positive Phylosophy. Buku tersebut ditulis dan
diterbitkan antara tahun 1830-1842, yang merupakan karya utamanya dan mencerminkan
suatu komitmen yang kuat terhadap metode ilmiah. Sosiologi sebagai suatu disiplin akademis
yang mandiri, telah berusia kurang dari 200 tahun. Sekitar 400 tahun sebelumnya Auguste
Comte mengembangkan perseptif sosiologinya di Perancis, Ibnu Kholdun telah merumuskan
tentang model suku bangsa nomaden yang keras dan masyarakat yang halus bertipe menetap
dalam suatu hubungan yang kontras. Model Kholdun mengenai tipe-tipe sosial dan
perubahan sosial diwarnai oleh warisan khusus dari pengalaman dunia gurun pasir di arab.
Tujuannya tidak hanya untuk memberikan suatu deskripsi historis mengenai

3
masyarakat Arab, namun untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum atau hukum-hukum
yang mengatur dinamika-dinamikamasyarakat dan proses-proses perubahan sosial secara
keseluruhan.Kemudian Herbert Spencer mengembangkan pula suatu sistematika penelitian
masyarakat dalam bukunya yang berjudul “Principles of Sosiology”, sehingga kurang lebih
setengah abad kemudian sosiologi menjadi berkembang pesat dan populer
di Perancis, Jerman dan Amerika Serikat.
Perkembangan sosiologi yang makin mantap terjadi tahun 1895, yakni pada saat
Emile Durkheim menerbitkan bukunya yang berjudul “Rules of Sociological Method”.Pada
saat ini diakui banyak pihak sebagai “Bapak Metodologi Sosiologi”, dan bahkan Reiss lebih
setuju menyebutkanEmile Durkheim sebagai penyumbang utama kemunculan sosiologi.
Pendiri sosiologi lainnya, Max Weber memiliki pendekatan yang berbeda dengan Durkheim.
Menurut Weber, sebagai ilmu yang mencoba memahami masyarakat dan perubahan-
peubahan yang terjadi di dalamnya, sosiologi tidak semestinnya berikut pada soal-soal
pengukuran yang sifatnya kuantitatifyangsekedar mengkaji pengaruh faktor-faktor
eksternalitas, tetapi sosiologi bergerak pada upaya memahami di tingkat makna dan mencoba
mencari penjelasan pada faktor-faktor internal yang ada pada masyarakat itu sendiri.
Memasuki abad ke-20, perkembangan sosiologi makin variatif. Dipelopori tokoh-
tokoh ilmu sosial kontemporer, terutama Anthony Giddens, fokus minat sosiologi dewasa ini
bergeser dari structures ke agency, dari masyarakat yang dipahami terutama sebagai
seperangkat batasan eksternal yang membatasi bidang pilihan yang bersedia untuk anggota-
anggota masyarakat tersebut, dan dalam beberapa hal menentukan perilaku mereka, menuju
ke era baru; memahami latar belakang sosial sebagai kumpulan sumber daya yang diambil
oleh aktor-aktor untuk mengejar kepentingan mereka sendiri.
Padaera tahun 2000-an ini, perkembangan sosiologi semakin mantap dan
kehadirannya diakui banyak pihak, memberikan sumbangan yang sangat penting bagi usaha
pembangunan dan kehidupan sehari-hari masyarakat. Bidang-bidang kajian sosiologi juga
terus berkembang makin variatif dan menembus batas-batas disiplin ilmu lain. Horton dan
Hunt, misalnya mencatat sejumlah bidang kajian sosiologi yang saat ini telah dikenal dan
banyak dikembangkan. Di tahun-tahun berikut, seiring dengan perkembangan masyarakat
yang semakin kompleks, bisa diramalkan bahwa perkembangan sosiologi juga akan makin
beragam dan makin penting.

2. Perkembangan Sosiologi Klasik

Menurut Berger dalam pemikiran sosiologi berkembang manakala masyarakat


menghadapi ancaman terhadap halyang selama ini dianggap sebagai hal yang memang
seharusnya demikian, benar, nyata, menghadapi apa yang oleh Berger dan Berger
disebut threats to the taken for granted the world. Manakala hal yang selama ini menjadi
pegangan manusia mengalami krisis, maka mulailah orang melakukan renungan sosiologi.
Salah satu hal yang menurut Berger dianggap sebagai ancaman ialah disintegrasi kesatuan
masyarakat abad pertengahan, khususnya disintegrasi dalam agama Kristen.
a.    Perkembangan Sosiologi Modern
Sosiologi modern tumbuh pesat di benua Amerika tepatnya di Amerika Serikat dan
Kanada.Mengapa bukan di Eropa? (yang notabene merupakan tempat
dimana sosiologimuncul pertama kalinya).
Pada permulaan abad ke-20, gelombang besar imigran berdatangan ke Amerika
Utara. Gejala itu berakibat pesatnya pertumbuhan penduduk, munculnya kota-kota industri

4
baru, bertambahnya kriminalitas dan lain lain. Konsekuensi gejolak sosial itu, perubahan
besar masyarakat pun tak terelakkan.
Perubahan masyarakat itu menggugah para ilmuwan sosial untuk berpikir keras,
untuk sampai pada kesadaran bahwa pendekatan sosiologi yang lama di Eropa tidak relevan
lagi.Mereka berupaya menemukan pendekatan baru yang sesuai dengan kondisi masyarakat
pada saat itu, maka lahirlah sosiologi modern.
Berkebalikan dengan pendapat sebelumnya, pendekatan sosiologi modern cenderung
mikro (lebih sering disebut pendekatan empiris).Artinya, perubahan masyarakat dapat
dipelajari mulai dari fakta sosial demi fakta sosial yang muncul.Berdasarkan fakta sosial itu
dapat ditarik kesimpulan perubahan masyarakat secara menyeluruh.Sejak saat itulah disadari
betapa pentingnya penelitian (research) dalam sosiologidan dalam sosiologi modern ini lebih
memunculkan rincian tentang teori-teori dalam konteks lebih luas.
Teori Sosiologi Modern
Manusia adalah masyarakat dalam bentuk miniatur.Ketika dia berkomunikasi dengan
dirinya sendiri, dia bisa menjadi subyek dan sekaligus obyek.Dalam komunikasi itu pula,
manusia berpikir, menunjuk segala sesuatu, menginterpretasikan situasi, dan berkomunikasi
dengan dirinya sendiri dengan cara-cara berbeda.
Berpikir berarti berbicara kepada diri sendiri, sama seperti cara kita berbicara dengan
orang lain. Percakapan dengan diri sendiri sebagian besar dilakukan dengan diam. Tanpa diri
sendiri, manusia tidak akan mampu berkomunikasi dengan orang lain, sebab hanya dengan
itu, maka komunikasi efektif dengan orang lain bisa terjadi.

b.   Perkembangan Sosiologi Islam


Ibnu Khaldun mencetus pemikiran baru yang menyatakan sistem sosial manusia
berubah mengikut kemampuannya berfikir, keadaan muka bumi persekitaran mereka,
pengaruh iklim, makanan, emosi serta jiwa manusia itu sendiri.
Beliau juga berpendapat institusi masyarakat berkembang mengikut tahapnya dengan
tertib bermula dengan tahap primitif, pemilikan, diikuti tahap peradaban dan kemakmuran
sebelum tahap kemunduran.Pandangan Ibnu Khaldun dikagumi tokoh sejarah berketurunan
Yahudi, Prof. Emeritus dan Dr. Bernerd Lewis yang menyifatkan tokoh ilmuwan itu sebagai
ahli sejarah Arab yang hebat pada zaman pertengahan.
Felo Amat Utama Akademik Institut Antarabangsa Pemikiran dan Ketamadunan
(Istac), Universiti Islam Antarabangsa Malaysia (UIAM), Muhammad Uthman El-
Muhammady juga melihat pendekatan Ibnu Khaldun secara sejagat. Beliau dilahirkan di
Tunisia, keluarga Ibnu Khaldun sebenarnya berasal dari wilayah Seville, Spanyol, ketika
dalam pemerintahan Islam.
Ketika zaman kanak-kanak, beliau mempelajari al-Quran dariorang tuanya sebelum
melanjutkan pendidikan ke tingkat tinggi dengan dibantu sejarawan dan ulama Tunisia serta
Spanyol.Pada 1375, beliau berhijrah ke Granada, Spanyol karena akan melarikan diri dari
kerajaan di Afrika Utara.Bagaimanapun, keadaan politik Granada tidak stabil, lantas
mendorong beliau untuk merantau ke Aljazair (bagian utara Semenanjung Tanah Arab). Di
sana, beliau tinggal di kampung kecil yaitu Qalat Ibnu Salama.
Di sana juga beliau menghasilkan beberapa karya terkenal termasuk al Ibar Wa
Diwan al-Mubtad Wa al-Khabar. Kitab ini mengandung enam jilid dan paling terkenal, kitab
Mukaddimah.Sehingga kini kitab itu menjadi rujukan umat Islam, khususnya dalam ilmu
kajian sosial, politik, falsafah dan sejarah.Kitab Mukaddimah menguraikan beberapa
peristiwa dalam kehidupan masyarakat, proses pembentukan negara, faktor kemajuan serta

5
kemunduran, selain menerangkan beberapa perkara yang berkaitan dengan bidang
perniagaan, perindustrian dan pertanian.
Karya Ibnu Khaldun yang menakjubkan itu menjadikan beliau diberi gelar sebagai
Prolegomena atau pengenalan kepada berbagai ilmu perkembangan kehidupan manusia di
kalangan ilmuwan Barat.Saat itu, Ibnu Khaldun mengutarakan pandangannya untuk
memperbaiki kesenjangan dalam kehidupan yang menjadikan karya beliau seperti
ensiklopedia yang mengisahkan berbagai perkara dalam kehidupan sosial manusia.Kajian
yang dilakukan Ibnu Khaldun bukan hanya mencakupi kisah kehidupan masyarakat ketika
itu, bahkan merangkumi sejarah umat terdahulu.
Selain sebagai ilmuwan dalam bidang sosial, Ibnu Khaldunmampu mentadbir dengan
baik saat dilantik sebagai kadi ketika menetap di Mesir.Kebijaksanaannya mendorong Sultan
Burquq yaitu Sultan Mesir ketika itu memberi gelaran Waliyuddin kepada Ibnu Khaldun.
Ibnu Khaldun juga memajukan konsep ekonomi, perdagangan, kebebasan dan
terkenal karena hasil kerjanya dalam bidang sosiologi, astronomi, numerologi, kimia serta
sejarah.Beliau membangunkan ide bahawa tugas kerajaan hanya kepada mempertahankan
rakyatnya dari keganasan, melindungi harta, mencegah penipuan dalam perdagangan dan
mengurus penghasilan uang.Pemerintah juga melaksanakan kepemimpinan politik bijaksana
dengan perpaduan sosial dan kuasa tanpa paksaan.
Dari segi ekonomi, Ibnu Khaldun memajukan teori nilai dan hubung kaitnya dengan
tenaga buruh, memperkenalkan pembagian tenaga kerja, menyokong pasar terbuka,
menyadari kesan dinamik permintaan dan keuntungan.Beliau turut menyokong perdagangan
bebas dengan orang asing, dan percaya kepada kebebasan memilih bagi membenarkan rakyat
bekerja keras untuk diri mereka sendiri.Wacana atau pemikiran Ibnu Khaldun turut
diterjemahkan ke dalam kehidupan masyarakat modern yang mau mengimbangi
pembangunan fisik dan spiritual seperti Malaysia yang sedang menuju status negara maju.
Secara teorinya, ilmu itu dikaitkan dengan soal manusia dalam masyarakat dan ahli
sosiologi berharap ilmu yang berkaitan dapat menjalin perpaduan serta membentuk penawar
kepada krisis moral yang dihadapi masyarakat sekarang.Istilah sosiologi walaupun diciptakan
tokoh kelahiran Perancis abad ke-19, Aguste Comte, kajian mengenai kehidupan sosial
manusia sudah dihurai oleh Ibnu Khaldun dalam kitabnya Muqaddimah, 500 tahun lebih
awal, pada usianya 36 tahun.
c.    Perkembangan Sosiologi di Indonesia
Pada mulanya, belum pernah ada kajian-kajian tentang masyarakat yang terangkum
dalam suatu konsep ilmu pengetahuan yang dinamakan sosiologi di Indonesia. Akan tetapi,
konsep sosiologi ini secara tidak langsung dituangkan dalam berbagai ajaran dan karya
pujangga Nusantara. Sebagai misal adalah ajaran “Wulang Reh” yang ditulis oleh Sri Paduka
Mangkunegoro IV dari keraton Surakarta. Di dalamnya diajarkan tentang pola hubungan atau
kelas yang berbeda. Hal yang sama juga ditemukan dalam ajaran Ki Hajar Dewantoro,
sebagai peletak dasar-dasar  pendidikan nasional di Indonesia, tentang dasar-dasar
kepemimpinan dan keluarga yang terangkum dalam konsep “ Ing ngarso sung tuladha, (di
depan memberikan contoh yang baik), ing madya mangun karsa, (di tengah memberikan
semangat), dan tut wuri handayani (di belakang memberikan dorongan atau kekuatan)”,
secara tidak langsung merupakan peletak dasar konsep sosiologi.
Selain itu, unsur–unsur sosiologis juga dapat ditemukan dalam karya-karya peneliti
sebelum masa kemerdekaan seperti karya Snouck Hurgronje, J.van Falenhoven, Ter Har,
Duyvendak, dan lain-lain, dan objek penulisannya adalah keadaan masyarakat Indonesia,

6
akan tetapi deskripsi sosio kultural masyarakat Indonesia pada saat itu masih bersifat non
sosiolois dan bukan sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwah deskripsi tentang keadaan sosio kultural masayarakat Indonesia tersebut
sudah dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, tetapi konsep penelaahan ilmiah tersebut
belum menjadi ilmu yang berdiri sendiri melainkan sebagai pembantu terhadap illmu-ilmu
lainnya. Dengan demikian hanya bersifat komplementer.
Sebelum perang dunia II, SEKOLAH TINGGI HUKUM di Jakarta adalah satu-
satunya lembaga di Indonesia yang memberikan kuliah-kuliah sosiologi. Akan tetapi,
pembelajaran sosiologi dalam lembaga pendidikan tinggi tersebut belum merupakan ilmu
yang berdiri sendiri, melainkan hanya sebagai pelengkap bagi mata kuliah di bidang hukum.
Para pengajarnya juga bukan dari orang-orang yang secara khusus membidangi bidang
disiplin ilmu tersebut, sebab di Indonesia pada saat itu belum ada seorang sarjana yang
khusus membidangi ilmu sosiologi. Sementara sosiologi yang diajarkan dalam kuliah tersebut
juga masih berupa filsafat dan teori sosial.
Bahkan pada tahun 1934-1935 mata kuliah sosiologi di lembaga pendidikan tersebut
justru dihilangkan, sebab guru besar di mata kuliah hukum tersebut berpendapat bahwa
pengetahuan tentang bentuk dan susunan masyarakat, serta prosesnya tidak diperlukan dalam
pendidikan hukum. Dalam pandangan guru besar di bidang hukum pada saat itu hukum
positif tidak lebih hanyalah peraturan-peraturan yang berlaku dengan sah pada suatu waktu
dan suatu tempat tertentu sehingga yang terpenting dalam pembelajaran di bidang hukum
adalah perumusan peraturan dan sistem untuk menafsirinya.
Setelah Perang Dunia II tepatnya setelah proklamasi kemerdekaan, diproklamirkan
untuk pertama kalinya oleh Prof.Mr Soenario Kolopaking yang memberikan kuliah sosiologi
pada tahun 1948 di Akademi Ilmu Politik di Yogyakarta yang kemudian dilebur dalam
Universitas Negeri Gadjah Mada Yogyakarta. Di universitas tersebut sosiologi diajarkan
sebagai ilmu pengetahuan dalam jurusan ilmu pemerintahan dalam negeri, hubungan luar
negeri, dan publiksistik. Pada tahun 1950 ada beberapa orang yang memperdalam sosiologi
di luar negeri bahkan diantaranya mempelajari ilmu ini secara khusus yang akhirnya mereka
menjadi cikal bakal tumbuhnya sosiologi di negeri ini. Perkembangan dari beberapa ilmuwan
sosial tersebut adalah diterbitkannnya buku sosiologi yang berjudul “Sosiologi Indonesia”
yang ditulis dalam Bahasa Indonesia oleh Mr. Djody Gondo Kusumo yang memuat
pengertian dasar sosiologi secara teoritis dan bersifat filsafat. Perkembangan selanjutnya
yaitu revolusi fisik, sekitar tahun 1950 terbit untuk kedua kalinya buku sosiologi karya
Barsono. Selanjutnya Hassan Shadily menulis sebuah buku yang berjudul “Sosiologi
Masyarakat di Indonesia” yang memuat kajian-kajian sosiologi modern. Akhirnya referensi-
referensi sosiologi baik dari karya anak negeri maupun buku impor yang kemudian
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia banyak berdatangan ke negeri ini.
Dari paparan tersebut jelas bahwa perkembangan sosiologi di Indonesia pada
mulanya hanya dianggap sebagai ilmu pelengkap saja. Akan tetapi dengan berdirinya
perguruan tinggi di negeri ini, sosiologi memegang peranan yang sangat penting dalam
menelaah masyarakat Indonesia yang sedang berkembang. Berangkat dari kepentingan untuk
membangun suatu bangsa inilah, maka sosiologi menempati tempat yang penting dalam
daftar kuliah beberapa perguruan tinggi. Bahkan ada beberapa perguruan tinggi di Indonesia
yang pada saat ini membuka program jurusan sosiologi.

7
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Proses perkembangan sosiologi dibagi menjadi tiga perkembangan, antara lain,
perkembangan sosiologi klasik, perkembangan sosiologi modern, serta perkembangan
sosiologi Islam. Ketiga perkembangan sosiologi tersebut juga berpengaruh terhadap
perkembangan sosiologi di Indonesia.Perkembangan sosiologi tidak terlepas dari campur
tangan dan pemikiran perintis sosiologi yang mengerahkan seluruh akal, pikiran, dan
tenaganya untuk pembaharuan sosiologi agar lebih baik lagi.
Di dalam sosiologi terdapat beberapa aliran yang mempengaruhi perkembangan
sosiologi dan memiliki beberapa fungsi yang mendukung untuk perkembangan ilmu
sosiologi.Aliran-aliran tersebut adalah aliran struktural fungsionalis, aliran analitis, aliran
modernisasi internasional, dan aliran positivistik atau positivisme.

8
DAFTAR PUSTAKA

Kamus Elektronik Bahasa Indonesia.2008. jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan


Nasional.
Soerjono soekanto. Kamus Sosiologi. 1985. Jakatra : Rajawali.
Oxford Learner’s Pocket Dictionary.
Peter Salim dan Yenny Salim. 1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, edisi pertama.
Jakarta : Modern English Press.
Kahmad, Danang.2009. Sosiologi Agama. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Maarif, Ahmad Syafii.1996. Ibn Khaldun dalam Pandangan Penulis Barat dan
Timur.Jakarta: Gema Insani Press.
Mubaraq, Zulfi. Dr. H. M,Ag. 2010. Sosiologi Agama. Malang: UIN-MALIKI PRESS.
Poloma, Margaret M. 2007. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Setiadi, Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Shadily, Hassan. 1993. Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sunarto,Kumanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Upe, Ambo. 2010. Tradisi Aliran dalam Sosiologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sejarah Dan Aliran-Aliran Besar Dalam Sosiologi-BUSTAMI. Html, tanggal akses
7-09-2013 Pkl. 13.30
http://ridwanaz.com/umum/sejarah/pengertian-sejarah-pengertian-sejarah-menurut-beberapa-
tokoh/ tanggal 7-09-2013. Pkl.13.30

Anda mungkin juga menyukai