Anda di halaman 1dari 2

Ferdinand de Saussure

Ferdinand de Saussure (1857 - 1913) dianggap sebagai Bapak Linguistik Modern


berdasarkan pandangan-pandnagan yang dimuat dalam bukunya Course de Linguistique
Generale yang disusun dan diterbitkan oleh Charles Bally dan Albert Sechehay tahun 1915
(jadi, dua tahun setelah de Saussure meninggal) berdasarkan catatan kuliah selama de
Saussure memberi kuliah di Universitas Jenewa tahun 1906 - 1911. Buku tersebut sudah
diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa: ke dalam bahasa Inggris diterjemahkan oleh Wade
Baskin (terbit 1966) dan ke dalam bahasa Indonesia diterjemahkan oleh Rahayu Hidayat
(terbit 1988).

Pandangan yang dimuat dalam buku tersebut mengenai konsep : (1) telaah sinkronik
dan diakronik, (2) perbedaan langue dan parole, (3) perbedaan signifiant dan signifie, dan (4)
hubungan sintagmatik dan paradigmatik banyak berpengaruh dalam perkembangan linguistik
di kemudian hari. Bagaimana pandangan-pandangannya itu berikut ini kita bicarakan secara
singkat.

1. Telaah Sinkronik dan Diakronik


Telaah sinkronik dan diakronik pada intinya ingin
menelaah bahasa berdasarkan kurun waktu tertentu bahasa itu digunakan. Telaah
sinkronik adalah mempelajari bahasa pada suatu kurun waktu tertentu saja. Sebagai
contoh, analasis penggunaan bahasa Indonesia pada masa pendudukan Jepang. Telaah
Diakronik adalah mempelajari bahasa sepanjang masa, atau sepanjang zaman bahasa
itu digunakan oleh para penuturnya. Sebagai contoh, penelitian bahasa Indonesia
secara diakronik, maka harus dimulai sejak zaman Sriwijaya sampai zaman sekarang
ini.

2. La langue dan La parole


La langue adalah keseluruhan sistem yang berfungsi sebagai alat komunikasi
verbal antar anggota masyarakat bahasa, sifatnya abstrak. La langue ini secara
sederhana dapat digambarkan sebagai konsep bahasa yang masih ada dalam pikiran
manusia belum berupa tuturan. La Langue bersifat abstrak dalam artian La Langue
adalah rancangan sistem kebahasaan yang ada dalam pikiran manusia merupakan
hasil dari dinamika masyarakat dari bahasa yang digunakan dan kumpulan yang
disepakati oleh masyarakat. Misalnya ketika manusia ingin berbicara, ia akan
memikirkan dahulu apa yang ingin ia ucapkan. Proses berpikir manusia untuk
mengutarakan ide atau penyusuan kata itulah yang dimaksudkan sebagai La Langue.
Penerapan La langue juga berbeda-beda pada setiap penutur bahasa karena setiap
penutur bahasa memiliki sistem kebahasan yang berbeda-beda. Selain itu langue
memiliki sistem susunan sendiri dalam sebuah struktur kebahasaan. Sedangkan yang
dimaksud La Parole adalah pemakaian atau realisasi langue oleh masing-masing
anggota masyarakat bahasa; sifatnya konkret karena parole itu tidak lain daripada
realitas fisis yang berbeda dari orang yang satu dengan orang yang lain. Dalam hal ini
yang menjadi obyek telaah linguistik adalah langue, yang tentu saja dilakukan melalui
parole, karena parole itulah wujud bahasa yang konkret, yang dapat diamati dan
diteliti.

3. Signifiant dan Signifié


Ferdinand de Saussure mengemukakan teori bahwa setiap tanda atau tanda
linguistik (signé atau signé linguistique) dibentuk oleh dua buah komponen yang tidak
terpisahkan, yaitu komponen Signifiant dan Signifié. Signifiant adalah citra bunyi
atau kesan psikologis bunyi yang timbul dalam pikiran kita. Signifié adalah
pengertian atau kesan makna yang ada dalam pikiran kita. Secara
sederhana, signifie digambarkan sebagai makna. Hubungan antara signifiant dan
signifié sangat erat, karena keduanya merupakan kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan.
Sebagai tanda linguistik, signifiant dan signifié itu biasanya mengacu pada
sebuah acuan atau referen yang berada di alam nyata, sebagai sesuatu yang ditandai
oleh signé linguistique itu.

4. Hubungan Sintagmatik dan Paradigmatik


Ferdinand de Saussure membedakan adanya dua macam hubungan, yaitu
hubungan sintagmatik dan hubungan paradigmatik. Hubungan Sintagmatik adalah
hubungan unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan, yang tersusun secara
berurutan, dan bersifat linear. Hubungan Sintagmatik terjadi dengan analisis unsur-
unsur bahasa dalam satu tuturan tanpa ada pembandingan dengan tuturan lain.
Hubungan Paradigmatik adalah hubungan unsur-unsur bahasa yang terdapat dalam
suatu turunan dengan unsur-unsur sejenis yang tidak terdapat dalam tuturan yang
bersangkutan. Hubungan paradigmatik terjadi dengan pembandingan unsur-unsur
bahasa yang memiliki kedudukan yang sama.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kajian_Linguistik_Ferdinand_de_Saussure

Chaer, Abdul 2007. Linguistik Umum. Bandung: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai