Anda di halaman 1dari 2

Suku duano tanjung solok tanjung jabung timur

Menurut keterangan dari datuk mukteng sesepuh Suku Duano asal mulanya berasal dari
jeddah (Arab). Sewaktu rasulullah mengislamkan manusia, jadi sebagian orang disana
ada yang takut disunat, takut mati dipenggal dan kemudian lari. Mereka membuat
perahu sejumlah 7 buah perahu, dan setelah lengkap peralatannya berangkatlah orang
tadi dari jeddah sementara sebagian dari Suku Duano yang lainnya tetap tinggal di
Jeddah (Arab).
Siang dan malam mereka berlayar dengan meminta angin yang kuat kepada Allah SWT
sang pencipta alam untuk agar memudahkan mereka dalam berlayar. Dengan tujuan
yang tidak menetu kemana tempat yang akan dituju, selama 7 hari 7 malam mereka
berlayar di lautan lepas hanya dengan mengikuti arah angin yang mengemudikan perahu
mereka. Setelah begitu lama mereka berlayar dengan tiada tujuan yang pasti tiba-tiba
terlihat bahwa ada air dilaut itu yang keruh tidak sama dengan air laut biasanya
kemudian mereka mengarahkan perahu mereka kesana dan setelah sampau ketempat
yang berair keruh tersebut mereka menancapkan pendayung mereka kebawah. Ternyata
sampai kepasir setelah tahu bahwa mereka menemukan beting (pulau pasir di tengah
laut) mereka langsung memasang pancang dengan pendayung untuk menambat perahu
dan beristirahat disana.
Karena sudah terlalu lama di tengah laut dan kelelahan dan kahirnya tertidur di perahu
masing-masing. Kemudian setelah bangun meraka tidak bergioyang-goyang lagi seperti
semula dan mereka melihat disekeliling mereka bahwa mereka telah berada diatas
hamparan pasir yang luas dan perahu-perahu mereka sudah kandas dan tidak lagi berada
diatas air.
Karena rasa lelah dan letih yang belum hilang akibat perjalanan yang terlalu jauh
mereka memilih untuk tidur lagi. Setelah air pasang kembali mereka masih tertidur
sampai pada air laut surut kembali dan kemudian mereka terdengar bunyi burungburung berkicau mencari makan dihamparan pasir tersebut. burung-burung itu memakan
ikan-ikan kecil dan anak-anak ketam laut yang mana burung tersebut dikenal dengan
masyarakat Tanjung Solok dengan sebutan burung pucung (sejenis burung bangau
hanya bentuknya lebuh kecil). Setelah air pasang kembali burung-burung tersebut

beterbangan karena sudah tidak bisa mencari makanan lagi dihamparan pasir tersebut
Mereka juga berpikir ingin mencari daratan karena air sudah mulai pasang kembali,
sehingga mereka memutuskan untuk mengikuti kemana arah terbang burung tadi
terbang, sebab menurut mereka burung tersebut pasti menuju daerah yang ada pohonpohonan untuk bertengger, setelah mereka lihat ternyata burung tersebut menuju kearah
timur kemudian mereka mengikuti burung tersebut dan akhirnya ditemukanlah pantai
yang ada pohon-pohon dan mereka mengambil sebatang pohon untuk dijadikan pancang
penambat perahu di amparan pasir yang telah mereka temukan tadi, setelah mengambil
sebatang pohon tadi mereka kembali ke amparan pasir tersebut dan ditancapkanlah
sebatang pohon yang telah diambil tadi, kemudian mereka mengikatkan potongan kain
di atas kayu yang di tancapkan tadi, kain tersebut dinamakan Perca, jadi tempat tersebut
terkenal dengan nama Pulau Perca pada zaman penjajah belanda. Setelah memasang
pancang dan bendera tersebut mereka terus melanjutkan perjalanan laut ke daerah lain
namun ada juga yang tetap tinggal di Pulau Perca tersebut. Pulau Perca yang dimaksud
itu adalah Kampung Laut, karena pemekaran daerah maka sekarang Kampung Laut di
bagi menjadi 2 kelurahan yaitu Kelurahan Kampung Laut dan Kelurahan Tanjung Solok
di bawah naungan Kecamatan Kuala Jambi, masyarakat suku Duano yang ada di daerah
tersebut tepatnya di Jl. Trio Perkasa RT.07 Kelurahan Tanjung Solok Kabupaten
Tanjung Jabung timur pada saat sekarang, sementara sebagian dari mereka yang terus
berlayar sekarang kebanyakan menetap di sungai belah, cuncung luar, cuncung dalam,
kuala enok, tembilahan dan daerah lain disekitarnya yang termasuk dalam
naungan provinsi kepulauan riau. Di provinsi Jambi selain di Tanjung Solok Kabupaten
Tanjung Jabung Timur masyarakat Suku Duano dapat juga kita temukan di Kampung
Nelayan Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Anda mungkin juga menyukai