Disusun oleh :
M.ALIMUL HAKIM
Nim : 13190149
Dosen Pembimbing
: Muhammad Habib, S.Pd.I. M.Pd.I
Mata Kuliah
: Bahasa Indonesia
FAKULTAS SYARIAH
JURUSAN EKONOMI ISLAM
IAIN RADEN FATAH
PALEMBANG
2013
Kata Pengantar
Pengasih lagi Maha Penyayang, yang masih memberikan rahmat, hidayah, dan
nikmat-Nya kepada saya sehingga bisa menyelesaikan penyusunan makalah
yang berjudul KALIMAT DAN JENISNYA DALAM BAHASA INDONESIA.
Makalah ini merupakan salah satu tugas individu yang diberikan oleh dosen
sebagai tugas akhir semester, selain itu juga sebagai pengembangan wawasan
ilmu bahasa indonesia, sehingga diharapkan dapat bermanfaat bagi diri sendiri
dan juga orang lain.
Akhirnya saya menyadari bahwa dalam makalah ini pastinya banyak kesalahan
dan kekurangan sehingga saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
agar makalah ini dapat menjadi lebih sempurna
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
secara tepat, padat, singkat dan dapat dipahami oleh lawan bicaranya.
Kalau pembicaraan yang disampaikan sudah tepat, pendengar mungkin
dapat memahami pembicaraan tersebut dengan mudah. Akan tetapi kadangkadang lawan bicara tidak memahami apa maksud yang dibicarakan, disinilah
gunanya berbahasa indonesia dengan menggunakan kalimat yang mudah
dimengerti.
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak
memenuhi syarat sebagai karya ilmiah. Hal ini disebabkan antara lain, mungkin
kalimat-kalimat yang dituliskan tidak logis, atau bertele-tele
Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas kalimat
dengan pembahasannya.
B.
Rumusan Masalah
2.
3.
4.
5.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kalimat
1.
2.
3.
B. Unsur-unsur Kalimat
Dalam satuan bahasa yang disebut kalimat itu terdapat[3] :
1.
Subjek (S)
Unsur atau bagian yang menjadi pokok pembicaraan, yang lazim disebut
2.
Predikat (P)
Unsur atau bagian yang menjadi komentar tentang subjek, yang lazim disebut
dengan istilah Predikat (P). Misalnya dalam kata membaca dalam kalimat :
Adik membaca buku
Yang biasa menjadi predikat adalah kata kerja seperti contoh di atas, tetapi
dapat juga frase kerja, kata sifat, atau frase sifat, seperti contoh-contoh berikut :
Saya tidak akan datang.
Rumah itu besar.
Rumah itu besar sekali.
3.
Objek (O)
Unsur yang menjadi pelengkap dari predikat, yang lazim disebut dengan istilah
Objek (O). Misalnya kata buku dalam kalimat :
Adik membaca buku
Yang biasa menjadi objek adalah kata benda seperti contoh di atas, tetapi dapat
juga frase benda, seperti contoh-contoh berikut :
Adik membaca buku sejarah
4.
Keterangan (K)
Unsur atau bagian yang merupakan penjelasan lebih lanjut tentang predikat dan
subjek, yang lazim disebut dengan istilah keterangan (K). Misalnya frase di
perpustakaan dalam kalimat :
Adik membaca buku di perpustakaan
Unsur keterangan ini dapat memberi penjalasan tentang tempat seperti contoh
di atas, tetapi dapat juga memberi berbagai penjelasan lain seperti waktu,
5.
Pelengkap (Pel)
Pelengkap atau komplemen mirip dengan objek. Perbedaan pelengkap dengan
objek adalah ketidakmampuannya menhjadi subjek jika kalimatnya yang semula
aktif dijadikan pasif[4]. Contoh :
Indonesia berasaskan Pancasila
Kaki ahmad tersanndung batu
C. Jenis-jenis Kalimat
1.
Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Pada hakekatnya,
kalau dilihat dari unsur-unsurnya, kalimat-kalimat yang panjang-panjangdalam
bahasa indonesia dikembalikan ke dalam kalimat-kalimat dasar yang sederhana.
Kalimat-kalimat tunggal yang sederhana itu terdiri atas satu subjek dan satu
predikat[6].
Contoh :
Kakak membaca koran di ruang tamu
Ibu memasak di dapur pada siang hari
2.
3.
a.
Rapatan Subjek
Dua buah kalimat yang subjeknya merupakan identitas yang sama dapat
digabung menjadi sebuah kalimat majemuk rapatan dengan cara merapatkan
atau menyatukan kedua subjek itu, misalnya :
Ayah makan nasi goreng
Ayah minum teh botol
Dirapatkan menjadi kalimat :
Ayah makan nasi goreng dan minum teh botol
b. Rapatan Predikat
Dua buah kalimat yang subjeknya merupakan hal, peristiwa, atau tindakan yang
sama dapat digbungkan menjadi sebuah kalimat, dengan cara merapatkan atau
menyatukan kedua predikat kalimat itu, misalnya :
Rapatan Objek
Dua buah kalimat yang objeknya merupakan identitas yang samadapat
digabungkan menjadi sebuah kalimat majemuk rapatan dengan cara
merapatkan atau menyatukan kedua objek kalimat itu, misalnya :
Kakak menangkap ayam itu
Ayah menyembelih ayam itu
Dapat dirapatkan menjadi kalimat :
Kakak menangkap ayam itu dan ayah menyembelihnya
d. Rapatan Kompleks
Dua buah kalimat yang unsur keterangannya merupakan identitas yang sama
dapat digabungkan menjadi sebuah kalimat majemuk rapatan dengan cara
merapatkan atau menyatukan kedua keterangan kalimat itu, misalnya :
Tadi pagi saya menulis surat
Tadi pagi ayah membaca koran
Dapat dirapatkan menjadi kalimat :
Tadi pagi saya menulis surat dan ayah membaca koran
4.
5.
1.
Sebab
2.
Akibat
3.
Syarat
4.
Tujuan
5.
Waktu
6.
Kesungguhan
7.
Pembatasan
8.
Perbandingan
D. Kalimat Efektif
Untuk dapat mencapai keefektifan, suatu kalimat harus memenuhi paling tidak
enam syarat berikut, yaitu adanya :
1.
Kehematan
Kehematan dalam kalimat berkaitan dengan kebergunaan setiap kata jika
dipakai pada sasaran yang tepat. Bentuk penerapan kehematan kalimat adalah
dengan menghindari pemakaian kata yang tidak perlu jadi kata menjadi padat
berisi.
Ketidakhematan kalimat dapat disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya
sebagai berikut :
a.
c.
Pengulangan subjek
Contoh :
Kalimat tidak hemat : karena indah tidak diundang, dia tidak datang ke
acara itu
Kalimat hemat
Contoh :
Kalimat tidak hemat : sekuntum bunga mawar telah menyejukkan hatinya
Kalimat hemat
2. Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran
(gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini
diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang
baik.
Kesepadanan dalam kalimat memiliki beberapa karakteristik, antara lain :
a.
b.
c.
d.
3. Kesejajaran Bentuk
Adalah terdapatnya unsur-unsur yang sama derajatnya, maka sama pola atau
susunan kata dan frasa yang dipakai dalam kalimat. Artinya, jika ada dua kata
atau lebih yang menduduki fungsi yang sama dalam kalimat, harus dibuat dalam
bentuk yang sma pula, baik dari segi jenis maupun kategori frasa/kata.
Contoh :
Kalimat tidak sejajar : Pemerintah menaikkan harga BBM kemudian diturunkan
setelah adanya desakan dari masyarakat
Kalimat sejajar : Pemerintah menaikkan harga BBM kemudian menurunkan
setelah adanya desakan masyarakat
4. Ketegasan /Penekanan
Ialah perlakuan khusus pada kata tertentu dalam kalimat sehingga berpengaruh
terhadap makna kalimat secara keseluruhan.
Ada beberapa cara penekanan dalam kalimat, antara lain sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
5. Kecermatan
Adalah penggunaan kata-kata yang cermat dalam pembuatan kalimat.
Contoh :
a.
b.
Analisis :
Dua kalimat ini sama-sama tidak memenuhi syarat kecermatan sehingga
menimbulkan makna ganda.
Kalimat (a)bermakna ganda karena tidak jelas siapa yang cantik, bisa bu guru
atau anaknya
Kalimat (b) bermakna ganda karena yang tidak masuk kuliah bisa Ahmad atau
Aisyah
6. Kelogisan
Adalah terdapatnya arti kalimat yang logis atau masuk akaldan
penulisannya sesuai dengan kebahasaan sehngga tidak mengubah substansial
makna yang ingin disampaikan oleh penulis/pembicara.
1.
2.
3.
Karena lama tinggal di asrama putri, maka anak ibu itu semuanya
perempuan.
4.
5.
Saya tidak lulus karena dosen saya tidak suka pada saya.
7. Kesatuan Gagasan
Adalah terdapatnya satu ide pokok dalam satu kalimat. Sebagaimana
jenis syarat kalimat efektif lain, syarat kalimat efektif ini pun sering tidak
diperhatikan karna sekilas seperti kalimat yang tidak memenuhi syarat ini tidak
salah. Kesalahan ini banyak disebabkan ketidakhadiran subjek dalam kalimat
atau ketidakjelasan subjek dan predikat sehingga menimbulkan permasalahan
gagasan.
Berikut adalah contoh kalimat-kalimat tidak efektif karena tidak memiliki
kesatuan gagasan.
Contoh :
Kalimat tidak efektif : Guru menugaskan siswa membuat karangan
Kalimat efektif
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian-uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan,
b.
Predikat (P)
c.
Objek (O)
d.
Pelengkap (Pel)
e.
Keterangan (K)
3.
4.
B.
Saran
1.
Daftar Pustaka
Chaer, A. (2000). Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
E Zaenal Arifin, S Amran Tasai. (2009). Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Akapress.
Solikhah, H. A. (2013). Bahasa Indonesia Komprehensif. Palembang: Noer Fikri.
Sugono, D. (2004). Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta: Tim Kreatif
Puspa Swara.
Tarigan, P. G. (1989). Pengajaran Tata Bahasa Tagmenik. Bandung: Angkasa.