Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Pancasila kembali dipermasahkan dengan islam dalam beberapa waktu terakhir
kejadian ini mirip dengan perdebatan di tahun 1950 an yang diberhentikan atas terbitnya
Dekrit presiden tahun 1959 yang menyatakan kepada UUD 1945. Disini saya
berargumen karena ketidaktahuan tentang sejarah sehingga bermunculan perdebatan
antara pancasila dan agama.
Dalam artikel ini saya akan membahas tentang sejarah perumusan pancasila
sebagai dasar negara dan nilai-nilai pancasila yang memiliki kesesuaian dengan ajaran
islam, agar dapat dipahami oleh masyarakat Indonesia.

1.2 Tujuan
Agar seluruh masyarakat Indonesia mengetahui sejarah perumusan pancasila
sebagai dasar negara dan nilai-nilai pancasila yang memiliki kesesuaian dengan ajaran
islam.

1.3 Manfaat
Sebagai sumber dan bahan masukan bagi penulis lain untuk menggali informasi
mengenai sejarah perumusan pancasila sebagai dasar negara dan kesesuaian nilai-nilai
pancasila dengan ajaran islam.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perumusan Pancasila


Pancasila adalah hasil dari kesepakan para pejuang yang berasal dari berbagai
suku, bangsa dan agama pada persidangan BPUPKI pada tahun 1945. Meskipun
kesepakan ini dicapai setelah terjadinya perselisihan antara golongan islam dan
golongan nasionalis sekuler. Pancasila merupakan kandungan nilai-nilai dasar dari
keyakinan, cara pandang dan kebudayaan bangsa Indonesia. Namun, pancasila disini
tidak dimaksudkan untuk menggantikan agama sebelumnya.1
Pada tanggal 1 Juni 1945 ketika sidang BPUPKI, Ir Soekarno mengajukan
rumusan lima dasar untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka yang
diberi nama Pancasila, yaitu:1) kebangsaan Indonesia 2) internasionalisme atau peri
kemanusiaan 3) mufakat atau demokrasi 4) kesejahteraan sosial dan 5) ketuhanan yang
berkebudayaan. Dari beberapa usulan Soekarno tersebut sebenarnya tidak jauh berbeda
dengan usulan tokoh-tokoh yang lainnya, seperti Wiranatakoesoema,Abdoelrachim
Pratalykrama, Abdul Kadir, Soerio, KH. Sanoesi, Soesanto Tirtoprodjo, Ki Bagoes
Hadikoesoemo, Dasaad, Soepomo, Wongsonegoro, Radjiman Wediodiningrat, Agoes
Salim, Woerjaningrat, Liem Koen Hian, Muhammad Hatta dan Muhammad Yamin. 2
Dari kemiripan tersebut menunjukkan bahwa sebenarnya antara golongan islam dan
golongan nasionalis sekuler mempunyai tujuan yang sama, namun mereka
menyampaikannya secara berbeda. Dari hal ini kemudian Soekarno merumuskanya
dengan terintegrasi dan sistematis.
Rumusan pancasila yang diusulkan oleh Soekarno memang sengaja dengan tidak
menempatkan sila Ketuhanan pada posisi pertama, tetapi melalui sila yang paling akhir.
Soekarno juga menjelaskan bahwa pancasila dapat disaring menjadi Trisila, yaitu : 1)
sosio-nasionalisme 2) sosio-demokrasi 3) ketuhanan, bahkan menjadi Ekasila saja, yang

1
Ma’mun, S. (2017). Pancasila Ideologi yang Terkoyak, In Pancasila dalam Pusaran Globalisasi
(pp.193-114). LKIS
2
Latif, Y. (2011). Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila. Gramedia
Pustaka Utama

2
didalamnya terdapat intisari yaitu gotong royong. Gotong royong adalah sesuatu yang
dilakukan bersama-sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Setelah Soekarno mengusulkan rumusan tentang pancasila, kemudian dibentuklah
sebuah panitia kecil yang dinamakan panitia sembilan yang terdiri dari lima orang yang
mewakili golongan nasionalis sekuler dan empat orang yang mewakili golongan islam.
Tujuan dari dibentuknya panitia sembilan ini yaitu untuk mempersatukan prinsip-
prinsip yang diusulkan oleh golongan nasionalis sekuler dan golongan islam.
Pada tanggal 22 juni 1945, panitia sembilan berhasil menghasilkan rancangan
pembukaan hukum dasar negara Indonesia, yang dikenal dengan Piagam Jakarta atau
Jakarta Charter. Disitu rancangan pancasila terdapat pada alinea keempat, secara urut
yaitu : 1) ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat-syariat islam bagi pemeluk-
pemeluknya 2) kemanusiaan yang adil dan beradab 3) persatuan Indonesia 4)
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan 5) keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Tidak semua kalangan menerima rancangan pembukaan dalam piagam Jakarta itu.
Pada tanggal 17 Agustus 1945, Mohammad Hatta mendapatkan kunjungan oleh seorang
perwira angkatan laut yang menyuarakan kecemasan orang-orang dari Indonesia Timur
yang mayoritas penduduknya adalah penganut agama kristen dan katolik. Mereka
mengaku sangat keberatan atas anak kalimat dalam isi Piagam Jakarta yaiu “dengan
kewajiban menjalankan syariat-syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya” dalam
rumusan pancasila. Keberatan itu juga disertai dengan ancaman bahwa mereka akan
menolak bergabung kedalam Negara Kesatuan Republik Indonesia jika tuntutan mereka
tidak terpenuhi. Karena menurut mereka anak kalimat dalam isi pertama piagam jakarta
mengandung diskriminasi terhadap golongan nonmuslim.
Berawal dari desakan dari para golongan non muslim tersebut, akhirnya Hatta
menemui perwakilan golongan islam untuk bermusyawarah dan membujuk agar mereka
menyetujui penghapusan anak kalimat dalam sila pertama piagam jakarta. Para tokoh
yang ditemui Muh.Hatta antara lain yaitu Ki Bagus Hadikusumo, dan Teuku
Muh.Hassan. sedangkan KH.Wahid Hasyim tidak dapat ditemui karena sedang pulang
ke kampung halamannya di Jawa Timur. Dan disitulah Muh. Hatta berusaha untuk
meyakinkan para tokoh islam atas nama persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Diantara semua tokoh islam yang mulai melunak, namun Ki Bagus Hadikusumo, Ketua

3
Muhammadiyah tetap menantang dengan gigih atas pernyataan Muh.Hatta tersebut.
Melihat kondisi tersebut, Soekarno sebagai ketua PPKI mengutus Kasman
Singodimedjo agar bisa membujuk Ki Bagus Hadikusumo. Dengan menggunakan
bahasa Jawa halus, Kasman membujuk Ki Bagus. Ia menerangkan dalam undang-
undang dasar yang akan disahkan hari itu terdapat satu pasal yang menyatakan bahwa
enam bulan setelah Majelis Permusyawaratan Rakyat dibentuk, akan dilakukan sidang
penyempurnaan undang-undang dasar. Disaat itulah golongan islam bisa
memperjuangkan kembali isi piagam jakarta.
Karena adanya persetujuan dari kelompok islam, maka secara tidak langsung
menunjukkan bahwa pancasila tidak bertentangan dengan agama islam. terlebih salah
satu tokoh islam yaitu KH.Hasyim Asyari telah melakukan tirakat dengan puasa selama
tiga hari yaitu dengan mengkhatamkan Al-Qur’an dengan membaca dan membaca Al-
Fatihah. setiap membaca Al Fatihah dan sampai pada ayat iya kana’ budu waiya
kanasta’in, Kiai Hasyim mengulangnya hingga 350.000 kali. Kemudian setelah puasa
tiga hari, Kiai Hasyim Asyari melakukan sholat istikharah dua rakaat. Rakaat pertama
beliau membaca surat At-Taubah sebanyak 41 kali, sedangkan rakaat kedua membaca
surat Al-Kahfi juga sebanyak 41 kali. Kemudian beliau istirahat tidur. Dan kemudian
menyatakan bahwa pancasila sudah betul dengan Syar’i dan sila-sila yang tertuang
dalam sila ke-2 hingga sila ke-5 juga sudah sesuai dengan ajaran islam. Karena ajaran
islam juga mencakup kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan sosial.3 Dan
juga kemudian diperkuat dengan golongan non muslim yang menguatkan bahwa
pancasila adalah inti dari nilai-nilai tradisi kebudayaan yang ada di Indonesia.
Piagam Jakarta diusulkan karena tidak setujunya golongan orang-orang muslim
terhadap usulan Soekarno sebagai dasar negara. Tetapi seiring berjalannya waktu mulai
banyak orang-orang islam sudah paham dengan makna pancasila sesungguhnya,
sehingga banyak orang islam yang sudah menerimanya salah satunya yaitu golongan
islam nusantara.
Islam nusantara merupakan istilah yang digunakan oleh orang islam di Indonesia.
Yaitu islam yang mengunakan kebudayaan dan kearifan lokal sebagai media dakwah.
Islam datang ke Indonesia bukan untuk mengubah kebudayaan atau kebiasaan
masyarakat Indonesia, tetapi islam datang ke Indonesia untuk mewarnai praktik budaya

3
https://www.nu.or.id/post/read/99727/tirakat-kh-hasyim-asyari-saat-mentashih-rumusan-pancasila

4
di Indonesia. Contohnya seperti islam yang dibawa walisongo. Walisongo berdakwah
dengan menggunakan kebudayaan yang sudah ada dengan memodifikasi budaya itu
sendiri dengan memasukkan nilai-nilai agama islam didalamnya.

2.2 Kesesuaian Pancasila dengan Ajaran Islam


Pertama, sila Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan prinsip yang menegaskan
bahwa penduduk Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah masyarakat yang
berketuhanan. meskipun memiliki kepercayaan dan agama yang beraneka ragam. Untuk
itu, kandungan sila pertama itu berkesesuaian dengan spirit ketuhanan dalam ajaran
islam, lebih-lebih karena islam menegaskan bahwa Allah adalah Tuhan Yang Esa (Q.S.
Al-Baqarah: 163 dan Q.S. Al-Ikhlas: 1)
Kedua, sila kemanusiaan yang adil dan beradab merupakan prinsip tentang
bersikap menghargai dan menghormati hak-hak yang melekat pada diri manusia tanpa
memandang ras,suku, budaya, dan lain-lain. hal ini seusai dengan ajaran islam bahwa
semua orang memiliki kedudukan yang sama dihadapan Tuhan. sila kedua ini juga
mengandung konsep seperti yang diajarkan oleh agama islam yaitu Hablum min an-
nasss (hubungan sesama manusia) dalam bentuk saling menghargai sesama manusia
ciptaan Tuhan, artinya tidak boleh ada diskriminasi antar umat manusia.
Ketiga, sila persatuan Indonesia merupakan prinsip untuk berkomitmen hidup
secara harmonis di tengah banyaknya perbedaan. Adapun konsep persatuan dan
kesatuan dalam islam meliputi ukhuwah islamiyah (persatuan sesama muslim) dan
ukhuwah insaniyah (persatuan sesama manusia). Kedua konsep tersebut hendaknya
berjalan berdampingan agar tercipta masyarakat yang harmonis yang jauh dari
perpecahan dan pertikaian karena perbedaan agama, suku maupun ras. Hal ini juga
tertuang dalam firman Allah dalam surah Al-Hujurat ayat 49 yang menjelaskan bahwa
orang-orang yang beriman itu sesungguhnya bersaudara, sebab itu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya
kamu mendapat rahmat.
Keempat, sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaran/perwakilan menekankan tentang pentingnya kehidupan yang dilandasi
oleh musyawarah dalam memecahkan suatu permasalahan. Hal ini juga sejalan dengan
prinsip-prinsip yang diajarkan dalam agama islam, yaitu dalam kehidupan

5
bermasyarakat hendaknya selalu mengutamakan musyawarah dalam mengambil
berbagai keputusan dalam pemecahan suatu masalah terlebih masalah yang menyangkut
hajat orang banyak. Contoh musyawarah yang dilakukan oleh agama islam seperti
penetapan awal ramadhan dan 1 syawal atau melalui acara Bathsul Masail yang sering
dilaksanakan untuk menjawab permasalahan ummat.
Praktik yang dilakukan pada sila keempat inipun sudah sama halnya dengan
praktik yang digunakan pada zaman sahabat Nabi SAW yaitu pada zaman khalifah
Umar bin Khattab yaitu untuk memilih suatu pemimpin, dibutuhkan komite atau wakil
rakyat yang harus mengutamakan kebenaran yang berlandaskan musyawarah mufakat.
Kelima, sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mempunyai arti
keadilan dalam proses merumuskan kebijakan dan program kerja dalam tatanan
kenegaraan.Keadilan disini yaitu dapat dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia Hal ini
sejalan dengan printanpa adanya perbedaan, suku, ras, agama sip ajaran Islam yaitu
adanya pemerataan kesejahteraan. Dalam islam, kewajiban berlaku adil tidak hanya
berkaitan dengan hubungan antar sesama saja, namun juga dalam kegiatan
perekonomian, pelayanan kemasyarakatan, pemerintahan, penghargaan dan pemberian
hukuman.

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pancasila merupakan dasar negara yang telah disepakati bangsa Indonesia.
Meskipun dalam pembuatannya sempat terjadi perdebatan antara pancasila dengan
agama islam, namun pada akhinya pencasila disepakati untuk menjadi dasar negara.
Penolakan pancasila sebagai dasar negara bukan karena substansinya melainkan
karena adanya kekhawatiran akan ketidaksempurnaan dan kesuciannya. Sehingga
munculah beberapa pendapat yang mmepertentangkan antara pancasila dan agama islam
karena kurangnya pemahaman literasi mereka yang menentang pancasila meskipun
pada akhirnya menemukan titik temu dan disetujui oleh masyarakat Indonesia.
Substansi nilai-nilai pancasila secara tidak langsung menunjukkan nilai-nilai islam
di kalangan muslim Indonesia. Nilai-nilai itu meliputi kepercayaan kepada Tuhan, sikap
proporsional, serta kehidupan harmonis tanpa melihat asal-usul yang berbeda-beda,
mengutamakan musyawarah dalam setiap pengambilan keputusan demi kemaslahatan
Indonesia. Pengamalan pancasila akan menjadi pupuk yang membuat tumbuh subur
agama islam ala Indonesia yang ramah bagi seuruh suku, ras, dan agama yang ada di
Indonesia ddemi mewujudkan bangsa yang harmonis dan sejahtera.

3.2 Saran
Saya selaku penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan
dalam penyusunan tugas review jurnal ini. Oleh sebab itu, saya sangat menerima atas
kritikan dan saran dari teman-teman semua agar tugas review ini dapat dibuat lebih baik
lagi.

7
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, H. J. P. (2018). Islam Nusantara: Sebuah Argumentasi Beragama Dalam


Bingkai Kultural. INJECT (Interdisciplinary Journal of Communication), 2(1), 27.
https://doi.org/10.18326/inject .v2i.27-52

https://www.nu.or.id/pot/read/99727/tirakat/-kh-hasyim-asyari-saat-mentashih-
rumusan-pancasila

Latif, Y. (2011). Negara Paripurna: Historitas, Rasionalitas dan Aktualtas Pancasila.


Gramedia Pustaka Utama

Ma’mun, S. (2017). Pancasila, Ideologi yang Terkoyak. In Pancasila dalam Pusaran


Globalisasi. (pp.193-114). LKIS.

Mangkusasmito, P. (1970). Pertumbuhan Historis Rumus Dasar Negara dan Proyeksi.


Jakarta: Hudaya

Naim, N. (2015). Islam dan Pancasila: Rekonstruksi Pemikiran Nurcholis Madjid.


Episteme: Jurnal Pengembangan Islam Keislaman, 10:2, 435-456.
https://doi.org/1021274/epis.2015.10.2.435-456

Ni’am, S. (2008). The Wisdom of K.H. Achmad Siddiq:; Membumikan Tasawuf:


Ciracas, Jakarta: Erlangga

Pranaka, A. M. W. P. (1985). Sejarah Pemikiran tentang Pancasila. Jakarta: Center for


Strategic and International Studies

Rohman, M. Saifullah. (2013). Kandungan Nilai-Nilai Syariat Islam dalam Pancasila.


13:1, 208-213.

8
Siahaan, J . T. (2018). Literasi Pancasila dan Islam Kebangsaan. Kompas. Retrieved
from https://nasional.kompass.com//read//2018/11/05/17280191/literasi-pancasila-
dan-islam-kebangsaan?page=all

Titaley, J. A. (1999). Nilai-nilai Dasar yang Terkandung Dalam Pembukaan Undang-


Undang Dasar 1945. Fakultas

`Tungkagi, D. Q. (2017). Varian Islam Nusantara: Jawa, Minangkabau dan Gorontalo.


Jurnal Lektur Keagamaan, 15(2), 273. https://doi.org/10.31291/jlk.v15i2.524

Wahid, A. (1991). Pancasila Sebagai Ideologi dalam kaitannya dengan kehidepan


beragama dan berkepercayaan kepada Tuhan YME. In O. Oesman A. Alfian (eds.),
PANCASILA sebagai ideologi; dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara (Cet. 2, p. 4211). Jakarta : Balai Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai