HAKIKAT MANUSIA
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna baik dari penyusunan
maupun materinya. Kritik dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................
3. Tujuan............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
Berbicara tentang pendidikan, berarti berbicara tentang manusia. Hal ini disebabkan karena
manusia adalah objek dari pendidikan dan pendidikan yang dilakukan adalah untuk manusia.
Manusia menjadi sosok sentral di alam dunia, karena manusia mengurus dirinya sendiri dan
juga mengurus alam. Manusia membuat peraturan sendiri untuk mengatur dirinya sendiri dan
manusia juga membuat peraturan sendiri untuk mengatur alam. Dalam realitas kehidupannya
sehari-hari seluruh kegiatan di alam yang dilaksanakan oleh manusia diatur oleh manusia itu
sendiri. Oleh karena itu kerusakan dan kelestraian alam tergantung pada manusia sebagai
sosok sentralnya. Jadi, sudah seharusnya manusia mengenali hakikat manusia yang
sebenarnya.
Kelestarian manusia dan alam harus tetap terjaga dengan sebaik-baiknya. Untuk itu manusia
harus dibekali dengan ilmu pengetahuan, sehingga manusia dapat menjadi manusia yang
sesungguhnya dan mengetahui eksistensinya di alam dunia sebagai sosok sentral yang harus
menjaga kelestariannya sendiri dan kelestarian alam dunia. Tujuan ini hanya bisa diwujudkan
melalui bimbingan dan pengajaran dari orang lain dalam proses pendidikan.
3. Tujuan
Adapun tujuan menyusun makalah ini untuk mengetahui tentang pengertian apa itu Hakikat4
Manusia dalam dimensi-dimensinya
BAB II PEMBAHASAN
1. Hakekat Manusia
Menurut ahli psikologi menyatakan bahwa hakikat manusia adalah rohani, jiwa ataau
psikis. Jasmani dan nafsu merupakan alat atau bagian dari rohani. Sifat hakikat manusia
adalah ciri-ciri karakteristikyang secara prinsipil yang membedakan manusia dari
hewan, meskipun antara manusia dengan hewan tertentu terdapat kemiripan terutama
dilihat dari segi biologisnya. Bentuknya (misalnya orang hutan) bertulang belakang
seperti manusia, berjalan tegak mengunakan kedua kakinya, melahirkan, menyusui
anakanya, dan pemakan segala. Bahkan Carles Darwin (dengan teori evolusinya) telah
berjuang menemukan bahwa manusia berasal dari primata atau kera tapi ternyata gagal
karena tidak menemukan bukti-bukti yang menunjukan bahwa manusia muncul sebagai
bentuk ubah dari primata atau kera.
Di sebut sifat hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki
manusia dan tidak terdapat pada hewan. Karena manusia mempunyai hati yang halus
dan dua pasukannya, pertama pasukan yang tampak meliputi tangan, kaki, mata, dan
seluruh anggota tubuh. Yang mengabdi dan tunduk pada perintah hati inilah yang di
sebut pengetahuan. Kedua pasukan yang mempunyai dasar yang lebih halus seperti,
syaraf dan otak. Inilah yang di sebut kemanuan dan pengetahuan dan kemauan inilah
yang membedakan antara manusia dan binatang.
Sifat hakikat manusia dapat di artikan sebagai ciri-ciri karakteristik prinsipil membedaka
manusia dan hewan. Meskipun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama jika
dilihat dari sifat biologisnya. Bahkan filosof seperti socrates menamakan manusia itu zoon
politicon (hewan yang bermasyarakat). Max scheler menggambarkan manusia seperti Das
Kranke Tier (hewan yang sakti) yang selalu gelisah dan bermasalah.
Kenyataan dan penyataan tersebut dapqt menimbulkan kesan yang keliru, mengira bahwa
manusia dan hewan itu hanya berbeda secara gradual, yaitu suatu perbedaan yang melalui
rekayasa dapat di buat menjadi sama keadaanya, misalnya air karena perubahan temperatur
lalu menjadi es batu. Seolah-olah dengan kemahiran rekayasa pendidikan orang utan dapat
dapat di jadikan manusia. Padahal kita tahu bahwa manusia mempunyai akal dan pikiran
yang dapat dijadikan sebagai perbedaan manusia dengan hewan.
Ada berbagai pendapat tentang manusia, tergantung pada sudut pandang masing-masing
orang. Beberapa diantaranya telah memandang manusia sebagai makhluk yang mampu
berpikir, makhluk yang memiliki akal budi, makhluk yang mampu berbahasa, dan makhluk
yang mampu membuat perangkat peralatan untuk memenuhi kebutuhan dan mempertahankan
eksistensinya dalam kehidupan.
Manusia adalah makhluk bertanya yang selalu ingin tahu tentang berbagai hal.Tidak hanya
ingin mengetahui tentang segala sesuatu yang ada di luar dirinya, manusia juga berusaha
mencari tahu tentang siapa dirinya sendiri.
Dalam kehidupannya yang nyata, manusia mempunyai banyak sekali perbedaan, baik
tampilan fisik, strata sosial, kebiasaan maupun pengetahuannya. Tetapi, dibalik perbedaan itu
terdapat satu hal yang menunjukkan kesamaan di antara semua manusia, yaitu semua
manusia adalah manusia. Berbagai kesamaan yang menjadi karakteristik esensial dari setiap
manusia itulah yang kemudian disebut hakikat manusia. Atau dengan kata lain hakikat
manusia adalah seperangkat gagasan tentang “sesuatu yang olehnya” manusia menjadi apa
yang terwujud, “sesuatu yang olehnya” manusia memiliki karakteristik yang khas, “sesuatu
yang olehnya” ia merupakan sebuah nilai yang unik, yang memiliki sesuatu martabat khusus
Wujud hakikat manusia (yang tidak dimiliki oleh hewan) menurut Umar Tirtaraharja yang
mengambil paham eksistensialisme adalah sebagai berikut.
· Mulia => Konstruksi jasmani dan rohani manusia lebih lengkap
Asal manusia
Manusia adalah makhluk Allah yang sangat mulia, karena ia telah dilengkapi sejak awal
penciptaannya dengan akal pikiran, sehingga atas dasar ini pula, ia sanggup memikul amanah
Tuhan sebagai khalifah fi al-Ardl. Di samping itu, manusia dilengkapi dengan fitrah yang
selalu cenderung kepada kebenaran. Artinya bahwa manusia adalah makhluk yang senantiasa
cenderung untuk mengetahui siapa Tuhannya, di samping juga terdapat kecenderungan untuk
beragama (Ahnan dan Syafa, 1994: 204).
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat manusia adalah segala
sesutu yang mendasar dari manusia yaitusebagai makhluk ciptaan Allah yang sangat mulia
dan paling sempurna di alam dunia serta memiliki ciri-ciri karakteristik yang
membedakannya dengan makhluk lain di alam dunia. Manusia adalah makhluk yang mampu
berpikir, makhluk yang memiliki akal budi, makhluk yang mampu berbahasa, dan makhluk
yang mampu membuat perangkat peralatan untuk memenuhi kebutuhan dan mempertahankan
eksistensinya dalam kehidupan.
Menurut Tirtahardja dan La Sulo ada empat macam dimensi dalam hakikat manusia, yaitu:
Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari
yang lain atau menjadi dirinya sindiri. Inilah sifat individualitas. Karena adanya
individualitas itu setiap orang mempunyai kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan,
semangat dan daya tahan yang berbeda-beda. Setiap manusia memiliki kepribadian unik yang
tidak dimiliki oleh orang lain.
Kesusilaan adalah kepantasan dan kebaikan yang lebih tinggi. Manusia itu dikatakan sebagai
makhluk susila. Drijarkoro mengartikan manusia susila sebagai manusia yang memiliki nilai-
nilai, menghayati, dan melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam perbuatan. Agar manusia
dapat melakukan apa yang semestinya harus dilakukan, maka dia harus mengetahui,
menyadari dan memahami nilai-nilai. Kemudian diikuti dengan kemauan atau kesanggupan
untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religius yang mempercayai adanya kekuatan yang
menguasai alam semesta ini. Dengan adanya agama yang diturunkan oleh Tuhan Yang Maha
Esamanusia pun menganut agama tersebut.Beragama merupakan kebutuhan manusia karena
manusia adalah makhluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang. Manusia
memerlukan agama demi keselamatan hidupnya.
B. Manusia sebagai makhluk individu
Manusia adalah makhluk yang harus hidup bermasyarakat untuk kelangsungan hidupnya,
baik yang menyangkut pengembangan pikiran, perasaan dan tindakannya serta agar dapat
mengembangkan sifat-sifat kemanusiaan dalam lingkungan manusia.
Aspek keagamaan merupakan salah satu karakteristik esensial eksistensi manusia yang
terungkap dalam bentuk pengakuan atau keyakinan akan kebenaran suatu agama yang
diwujudkan dalam sikap dan perilaku.
Manusia merasa bahwa didalam jiwanya ada suatu kekuatan yang memperingatkan perbuatan
buruk dan usaha mencegah dari perbuatan itu. Manusia pada umumnya mengetahui ada baik
dan ada buruk. Pengetahuan bahwa ada baik dan ada buruk itu disebabkan kesadaran
kesusilaan.
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan
Manusia sebagai sosok sentral di alam dunia yang memiliki berbagai potensi seperti potensi
intelektual, rasa, karsa, karya, dan religi sangat membutuhkan pendidikan agar potensi-
potensi tersebut dapat terealisasikan hingga manusia dapat tumbuh dan berkembang secara
fisik maupun non fisik. Pendidikan pada intinya bertujuan untuk membentuk manusia yang
sesungguhnya atau memanusiakan manusia. Dalam hal ini pendidikan berperan penting
dalam proses pendewasaan manusia, hingga manusia menjadi pribadi-pribadi yang unggul
secara individu yang secara akumulatif akan membentuk formasi hubungan sosial yang
unggul pula dan berbasis pada tata susila sesuai dengan norma yang ada.
Jadi, antara manusia dan pendidikan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Manusia
adalah objek dari pendidikan, dan pendidikan yang dilakukan adalah untuk manusia. Belajar
tentang hakikat manusia akan menyempurnakan pendidikan dan belajar tentang hakikat
pendidikan akan menyempurnakan manusia.
2. Saran
a) Kepada semua pihak yang berkepentingan dunia pendidikan wajib berpegang teguh
kepada nilai-nilai kependidikan dalam mengemban tugas dan tanggung jawab kesehariannya
DAFTAR PUSTAKA
Syafril & Zelhendri Zen. (2017). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Depok: KENCANA.
Syafril, Zelhendri Zen, dkk. (2012). Pengantar Pendidikan. Padang: SUKABINA PPERS.
www.spengetahuan.com