Dosen Pengampu:
Bpk. Dr. Syafrudin
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM FAQIH ASY’ARI (IAIFA)
KEDIRI
2021
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Penjelasan singkat perbedaan manusia dan hewan ................................ 2
B. Perbedaan spesifik manusia dan hewan ................................................. 3
C. Pendapat para filsuf ................................................................................ 7
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, beberapa hal pokok yang akan dibahas
pada makalah ini sebagai berikut:
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
kemampuan berpikir secara sistematik, pertanyaan tentang siapakah dirinya
itu mulai timbul. Namun informasi secara tertulis tentang hal ini baru terlacak
pada masa Para pemikir kuno Romawi yang konon dimulai dari Thales (abad
6 SM)
3
Aristoteles a mere voice. Suara ini bukan bahasa. Suara menandakan
kesenangan (pleasure) dan kepedihan (pain).
Contoh di atas hanyalah salah satu dari sekian banyak contoh. Giorgio
Agamben menyatakan bahwa dalam diskursus filsafat (Barat) problem
mengenai makhluk hidup tidak pernah didefinisikan secara jelas. Seperti
yang ia sampaikan; “Segalanya terjadi seakan-akan, dalam kebudayaan kita
[Barat], kehidupan [life; kata ini merujuk pada kehidupan biologis dan
bukan eksistensial] adalah apa yang tak bisa didefinisikan, namun, karena
itu harus terus-menerus diartikulasikan dan dibagi-bagi [divided].”
1. Teori Descendensi
4
Beberapa ahli filsafat berbeda pemikiran dalam mendefinisikan
manusia. Manusia adalah makhluk yang concerned (menaruh minat
yang besar) terhadap hal-hal yang berhubungan dengannya, sehingga
tidak ada henti-hentinya selalu bertanya dan berpikir.
5
Menurut Ernest Haeskel, bahwa manusia merupakan (animalisme),
tak ada sanksi bahwa segala hal manusia sungguh-sungguh ialah
binatang beruas tulang belakang yakni hewan menyusui. Artinya bahwa
tidak diragukan lagi manusia adalah sejajar dengan hewan yang
menyusui.
Menurut Adi Negara bahwa alam kecil sebagian alam besar yang
ada di atas bumi. Sebagian dari makhluk yang bernyawa, sebagian dari
bangsa antropomoker, binatang yang menyusui, akan tetapi makhluk
yang mengetahui keadaan alamnya, yang mengetahui dan dapat
menguasai kekuatan alam di luar dan di dalam dirinya (lahir dan batin).
2. Metafisika
a. Fisik, yang terdiri dari zat. Artinya bahwa manusia tercipta terdiri
dari beberapa sel, yang dapat di indera dengan panca indera.
b. Ruh, manusia identik dengan jiwa yang mencakup imajinasi,
gagasan, perasaan dan penghayatan semua itu tidak dapat diindera
dengan panca indera.
3. Psikomatik
6
harus dipenuhi, apabila kebutuhan tersebut sudah terpenuhi maka
mereka akan merasa puas terhadap pencapaiannya.
Manusia juga terdiri dari ruh yang memerlukan nilai spiritual yang
diatur oleh nilai keagamaan (pahala). Dalam menjalani kehidupan
duniawi manusia membutuhkan ajaran agama, melalui ceramah
keagamaan untuk memenuhi kebutuhan rohaninya. Dalam hal ini
manusia ingin menjadi manusia yang paling sempurna. Untuk menjadi
manusia sempurna haruslah memiliki unsur-unsur sebagai berikut :
a) Rasionalitas
b) Kesadaran
c) Akal budi
d) Spiritualitas
e) Moralitas
f) Sosialitas
g) Keselarasan dengan alam
7
3) ERNST HAECKEL (1834-1919)
Mengatakan bahwa tempat manusia sudah jelas sama sekali.
Tidakada sangsi bahwa manusia dalam segala hal sungguh-sungguh
adalahbinatang beruas tulang belakang yakni binatang yang
menyusui.
8
a. Hidayat al-Ilhami, instink.
b. Al-Hawesi, indra.
c. Al-Agli, akal
d. Al-Adyani, Agama
e. At-Taufiqi
9) WILLIAM ERNEST HOCKING
Manusia adalah :
a. Yang ketawa
b. Yang menggambarkan lukisan
c. Yang sadar diri
d. Yang dapat merasa malu
e. Yang mempunyai rasa moral
f. Hewan yang berfikir dalam istilah-istilah totalitas.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Esensi Manusia Yang Berbeda Dari Hewan Tidak Pernah Didefinisikan
Secara Jelas, Saintifik Maupun Filosofis. Seperti Yang Sudah Dijelaskan,
Selalu Ada Batasan Yang Muncul Dalam Pendefinisian Manusia, Entah
Karena, Mengutip Derrida Kembali, “Beberapa Hewan Memilikinya, Atau
Karena Manusia Tidak Memiliki Ciri-Ciri Seperti Yang Diklaim.” Selain Itu,
Ada Asumsi Mengenai Karakteristik Manusiawi Tertentu Yang Membuat
Usaha Saintifik Membuktikan Keistimewaan Manusia Mengandung
Kontradiksi. Problem Lain Yang Menyertai Hal Ini Adalah Fakta Bahwa Ada
Banyak Macam Hewan Dan Manusia, Sehingga Untuk Mendefinisikan
“Manusia” Dan “Hewan” Secara Umum Menjadi Hal Yang Sulit.
Yang jelas, perbedaan mendasar antara hewan dan manusia terletak pada
adanya akal dan aturan hidup. Hewan tidak mempunyai aturan, sehingga
ketika berprilaku pun hewan terbiasa hidup bebas,sebebas-bebasnya tanpa
adanya beban aturan.Sedangkan manusia mempunyai aturan, dimana segala
perbuatan manusia itu terikat denganhukum syara, tak bisa sebebas-bebasnya
bertindak, karena manusia mempunyai aturan. Aturan yang bersumber dari Al-
Quran dan Hadits.
10
DAFTAR PUSTAKA
Agamben, G. (2004). The Open: Man and Animal. (K. Attell, Trans.) Stanford:
Stanford University Press.
Aristotle. (1984). The Complete Works of Aristotle. (J. Barnes, Ed.) Princeton:
Princeton University Press.
https://www.kompasiana.com/wrep/5520266981331141709de5e6/manusia dalam
pandangan-filsafat
11