Anda di halaman 1dari 14

PERBEDAAN MANUSIA DAN HEWAN

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Ilmu Filsafat

Dosen Pengampu:
Bpk. Dr. Syafrudin

Disusun Oleh Kelompok 9:


Ahmad Ibnu Mahri
M. Ainur Rofiq
Mohammad Haniful Izza Faqihi
Maulidani Tahbisin

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM FAQIH ASY’ARI (IAIFA)
KEDIRI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat


rahmat-Nya saya bisa menyelesaikan tugas saya yang berjudul Ilmu Rijalul Hadits
& cabang cabangnya. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam segala aspek khususnya Bapak Dr. Syafrudin sebagai
Dosen Pembimbing mata kuliah Ilmu filsafat, sehingga tugas ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Tugas ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
sempurnanya tugas ini. Semoga tugas ini memberikan informasi bagi Maha
Siswa dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.

Kediri, 20 Juni 2021


Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................... i


Kata Pengantar ................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Penjelasan singkat perbedaan manusia dan hewan ................................ 2
B. Perbedaan spesifik manusia dan hewan ................................................. 3
C. Pendapat para filsuf ................................................................................ 7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia merupakan sebangsa binatang. Dia memiliki banyak kesamaan


dengan binatang lainnya. Pada saat yang sama manusia memiliki banyak ciri
yang membedakan dirinya dengan binatang lainnya, dan ciri-ciri ini
menempatkannya lebih unggul daripada binatang. Ada ciri-ciri utama yang
mendasar, yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Sifat-
sifat manusiawi manusia ditentukan oleh ciri-ciri ini. Ciri-ciri ini, yang juga
menjadi sumber dari apa yang dikenal sebagai budaya manusia, berkaitan
dengan dua hal. Yaitu, sikap dan kecenderungan.

Ciri khas manusia yang membedakanya dari hewan terbentuk dari


kumpulan terpadu dari apa yang disebut dengan hakekat manusia. Disebut
sifat hakekat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh
manusia dan tidak terdapat pada hewan. Melalui makalah ini diharapkan
dapat membantu kita dalam memahami tentang perbedaan manusia dan
hewan secara spesifik.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, beberapa hal pokok yang akan dibahas
pada makalah ini sebagai berikut:

1. Bagaimana penjelasan singkat tentang perbedaan dasar manusia dan


hewan?
2. Apa perbedaan spesifik manusia dan hewan?
3. Bagaimana pendapat tentang perbedaan manusia dan hewan menurut
filsuf?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perbedaan Dasar Manusia Dan Hewan

Siapakah manusia? Dari mana asalnya? Di mana kedudukan dan fungsi


manusia? Lalu apa tujuan manusia? Beberapa pertanyaan itu tidak akan usang
dipertanyakan sepanjang jaman apabila membahas topik manusia.

Dalam ilmu mantiq (logika) manusia disebut sebagai Al-Insanu


hayawanun nathiq (manusia adalah binatang yang berfikir). Nathiq sama
dengan berkata-kata dan mengeluarkan pendapatnya berdasarkan pikirannya.
Sebagai binatang yang berpikir manusia berbeda dengan hewan. Walau pada
dasarnya fungsi tubuh dan fisiologis manusia tidak berbeda dengan hewan,
namun hewan lebih mengandalkan fungsi-fungsi kebinatangannya, yaitu
naluri, pola-pola tingkah laku yang khas, yang pada gilirannya fungsi
kebinatangan juga ditentukan oleh struktur susunan syaraf bawaan. Semakin
tinggi tingkat perkembangan binatang, semakin fleksibel pola-pola
tindakannya dan semakin kurang lengkap penyesuaian struktural yang harus
dilakukan pada saat lahirnya.

Pada primata yang lebih tinggi (bangsa monyet) bahkan dapat


ditemukan intelegensi yaitu penggunaan pikiran guna mencapai tujuan yang
diinginkan sehingga memungkinkan binatang untuk melampaui pola-pola
kelakuan yang telah digariskan secara naluri. Namun setinggi-tingginya
perkembangan binatang, elemen-elemen dasar eksistensinya yang tertentu
masih tetap sama.

Manusia menyadari bahwa dirinya sangat berbeda dari binatang apa


pun. Tetapi memahami siapa sebenarnya manusia itu bukan persoalan yang
mudah. Ini terbukti dari pembahasan manusia tentang dirinya sendiri yang
telah berlangsung demikian lama. Barangkali sejak manusia diberi

2
kemampuan berpikir secara sistematik, pertanyaan tentang siapakah dirinya
itu mulai timbul. Namun informasi secara tertulis tentang hal ini baru terlacak
pada masa Para pemikir kuno Romawi yang konon dimulai dari Thales (abad
6 SM)

Dalam buku Pengantar ke Filsafat Sains, Andi hakim Nasution


menyatakan bahwa perbedaanmanusia dengan hewan terletak pada
kemampuan manusia untuk berpikir dan bernalar,sedangkan kemampuan
berpikir dan benalar itu memungkinkan pada manusia, karena
memilikisusunan otak yang paling sempurna dibandingkan dengan otak
berbagai jenis mahkluk hiduplainnya, termasuk hewan-hewan yang bentuk
tubuhnya sangat dekat dengan manusia, yaitu primata.

Dalam buku Agama dan Manusia menyatakan bahwa perbedaan


keduannya terletak pada dimensi pengetahuan, kesadaran dan tingkat tujuan
mereka. Inilah yangmemberikan kelebihan, keunggulan serta
membedakannya dirinya dari semua hewan yang lain.Berpikir dan bernalar
serta dimensi pengetahuan, kesadaran sebagaimana yang dinyatakan
kedua pendapat tersebut adalah merupakan essensi yang membedakan
manusia secara mendasar dengan hewan

B. Perbedaan Spesifik Manusia dan Hewan

Dalam diskursus filsafat, khususnya tradisi Barat, hewan selalu


dioposisikan dengan manusia. Hewan dianggap sebagai makhluk yang tidak
mempunyai (lack) sesuatu yang dimiliki manusia. Contohnya, menurut
Aristoteles, apa yang membedakan manusia dengan hewan adalah bahasa.1
Manusia memiliki bahasa yang membuatnya punya kemampuan untuk
membedakan apa yang baik dan apa yang buruk (the just and unjust; the
good and evil). Hewan, di sisi lain, hanya punya suara atau dalam istilah

3
Aristoteles a mere voice. Suara ini bukan bahasa. Suara menandakan
kesenangan (pleasure) dan kepedihan (pain).

Contoh di atas hanyalah salah satu dari sekian banyak contoh. Giorgio
Agamben menyatakan bahwa dalam diskursus filsafat (Barat) problem
mengenai makhluk hidup tidak pernah didefinisikan secara jelas. Seperti
yang ia sampaikan; “Segalanya terjadi seakan-akan, dalam kebudayaan kita
[Barat], kehidupan [life; kata ini merujuk pada kehidupan biologis dan
bukan eksistensial] adalah apa yang tak bisa didefinisikan, namun, karena
itu harus terus-menerus diartikulasikan dan dibagi-bagi [divided].”

Ada banyak kategori yang membedakan manusia: rasionalitas, bahasa,


kesadaran, jiwa, kemampuan membuat teknologi, dan lebih banyak lagi.
Manusia merupakan insan yang berakal, yang tujuan penciptaannya adalah
berbeda dengan binatang, ia dicipta bukan hanya untuk memenuhi nafsu
semata, tapi ia tercipta dengan tujuan yang agungmenjadi abdi Sang
pencipta.Perbedaan mendasar antara hewan dan manusia terletak pada
adanya akal dan aturan hidup.Hewan tidak mempunyai aturan, sehingga
ketika berprilaku pun hewan terbiasa hidup bebas,sebebas-bebasnya tanpa
adanya beban aturan.Sedangkan manusia mempunyai aturan, dimana segala
perbuatan manusia itu terikat denganhukum syara, tak bisa sebebas-
bebasnya bertindak, karena manusia mempunyai aturan. Aturanyang
bersumber dari Al-Quran dan Hadits.

Ada beberapa sudut pandang tentang perbedaan manusia dan hewan


menurut filsafat, diantaranya :

1. Teori Descendensi

Teori ini meletakkan manusia sejajar dengan hewan berdasarkan


sebab mekanis. Artinya manusia tidaklah jauh berbeda dengan hewan,
dimana manusia termasuk hewan yang berfikir, melakukan segala
aktivitas hidupnya, manusia juga tidak beda dengan binatang yang
menyusui.

4
Beberapa ahli filsafat berbeda pemikiran dalam mendefinisikan
manusia. Manusia adalah makhluk yang concerned (menaruh minat
yang besar) terhadap hal-hal yang berhubungan dengannya, sehingga
tidak ada henti-hentinya selalu bertanya dan berpikir.

Aristoteles (384-322 SM), seorang filosof besar Yunani


mengemukakan bahwa manusia adalah hewan yang berakal sehat, yang
mengeluarkan pendapatnya, yang berbicara berdasarkan akal-
pikirannya. Juga manusia adalah hewan yang berpolitik (zoonpoliticon,
political animal), hewan yang membangun masyarakat di atas famili-
famili menjadi pengelompokkan yang impersonal dari pada kampung
dan negara. Manusia berpolitik karena ia mempunyai bahasa yang
memungkinkan ia berkomunikasi dengan yang lain. Dan didalam
masyarakat manusia mengenal adanya keadilan dan tata tertib yang
harus dipatuhi. Ini berbeda dengan binatang yang tidak pernah berusaha
memikirkan suatu cita keadilan.

Berdasarkan Thomas Hobbes, Homo homini lupus artinya manusia


yang satu serigala manusia yang lainnya (berdasarkan sifat dan tabiat)
Nafsu yang paling kuat dari manusia adalah nafsu untuk
mempertahankan diri, atau dengan kata lain, ketakutan akan kehilangan
nyawa.

Menurut Nietsche, bahwa manusia sebagai binatang kekurangan (a


shortage animal). Selain itu juga menyatakan bahwa manusia sebagai
binatang yang tidak pernah selesai atau tak pernah puas ( das rucht
festgestelte tier). Artinya manusia tidak pernah merasa puas dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya.

Menurut Julien, bahwa manusia manusia tak ada bedanya dengan


hewan karena manusia merupakan suatu mesin yang terus bekerja ( de
lamittezie). Artinya bahwa dari aktivitas manusia dimulai bangun tidur
sampai ia tidur kembali manusia tidak berhenti untuk beraktivitas.

5
Menurut Ernest Haeskel, bahwa manusia merupakan (animalisme),
tak ada sanksi bahwa segala hal manusia sungguh-sungguh ialah
binatang beruas tulang belakang yakni hewan menyusui. Artinya bahwa
tidak diragukan lagi manusia adalah sejajar dengan hewan yang
menyusui.

Menurut Adi Negara bahwa alam kecil sebagian alam besar yang
ada di atas bumi. Sebagian dari makhluk yang bernyawa, sebagian dari
bangsa antropomoker, binatang yang menyusui, akan tetapi makhluk
yang mengetahui keadaan alamnya, yang mengetahui dan dapat
menguasai kekuatan alam di luar dan di dalam dirinya (lahir dan batin).

2. Metafisika

Metafisika adalah teori yang memandang keberadaan sesuatu


dibalik atau di belakang fisik. Dalam teori ini manusia dipandang dari
dua hal yakni:

a. Fisik, yang terdiri dari zat. Artinya bahwa manusia tercipta terdiri
dari beberapa sel, yang dapat di indera dengan panca indera.
b. Ruh, manusia identik dengan jiwa yang mencakup imajinasi,
gagasan, perasaan dan penghayatan semua itu tidak dapat diindera
dengan panca indera.
3. Psikomatik

Psikomatik, memandang manusia hanya terdiri atas jasad yang


memiliki kebutuhan untuk menjaga keberlangsungannya artinya
manusia memerlukan kebutuhan primer (sandang, pangan dan papan)
untuk keberlangsungan hidupnya.

Manusia terdiri dari sel yang memerlukan materi cenderung


bersifat duniawi yang diatur oleh nilai-nilai ekonomi (dinilai dengan
harta / uang) artinya manusia memerlukan kebutuhan duniawi yang

6
harus dipenuhi, apabila kebutuhan tersebut sudah terpenuhi maka
mereka akan merasa puas terhadap pencapaiannya.

Manusia juga terdiri dari ruh yang memerlukan nilai spiritual yang
diatur oleh nilai keagamaan (pahala). Dalam menjalani kehidupan
duniawi manusia membutuhkan ajaran agama, melalui ceramah
keagamaan untuk memenuhi kebutuhan rohaninya. Dalam hal ini
manusia ingin menjadi manusia yang paling sempurna. Untuk menjadi
manusia sempurna haruslah memiliki unsur-unsur sebagai berikut :

a) Rasionalitas
b) Kesadaran
c) Akal budi
d) Spiritualitas
e) Moralitas
f) Sosialitas
g) Keselarasan dengan alam

C. Perbedaan Pendapat Menurut Para Filsuf

Keanekaragaman pemikiran mengenai perbedaan asasi manusia dengan


hewan menurut para filsuf diantaranya :

1) JULLIEN OFFROY DE LAMETTRIE (1709-1751)


Menjelaskan bahwa jiwa adalah produk dari pertumbuhan
badani.Antara manusia dan hewan tidaklah terdapat perbedaan dan
manusia ituadalah suatu mesin
2) CHARLES ROBERT DARWIN (1809-1882)
Berpendapat bahwa mahluk yang lebih tinggi berasal dari
mahlukyang lebih rendah. Darwin menempatkan manusia sejajar
dengan binatangdan menerangkan terjadinya manusia dan sebab-
sebab mekanis

7
3) ERNST HAECKEL (1834-1919)
Mengatakan bahwa tempat manusia sudah jelas sama sekali.
Tidakada sangsi bahwa manusia dalam segala hal sungguh-sungguh
adalahbinatang beruas tulang belakang yakni binatang yang
menyusui.

4) BLAISE PASCAL (1623-1662)


Menyatakan adalah bahaya jika kita menunjukkan manusia
sebagaimahluk yang mempunyai sifat-sifat binatang, dengan tidak
menunjukkankebesaran manusia sebagai manusia. Sebaliknya,
bahaya manusia sebagaimahluk besar dengan tidak menunjukkan
kerendahannya. Dan yang palingbahaya lagi kita tidak menunjukkan
sudut kebesaran dan sudutkelemahannya.
5) ARISTOTELES (384-322)
Manusia itu adalah hewan yang berakal sehat, yang
mengeluarkanpendapatnya, yang berbicara berdasarkan akal
pikirannya, hewan yangberpolitik, juga bahasa manusia mengandung
tanda untuk ide-ide yang umum.
6) IBNU SINA (980-1037)
Berbicara tentang tujuh “kesanggupan” yaitu :makan,
tumbuh,berkembang biak, pengamatan hal-hal yang istimewa,
pergerakkan dibawah kekuasaan, ketahuan dari hal-hal yang umum
dan kehendakmemilih yang bebas.
7) IBNU KHALDUN (1332-1406)
Allah membedakan manusia dari lain-lain hewan
dengankesanggupan berfikir, sumber dari segala kesempurnaan, dan
puncak darisegala kemuliaan dan ketinggian di atas lain-lain mahluk.
8) AS-SYAIKH MUSTAFA AL MARAGHI
Ada lima macam hidayat yang dianugrahkan Allah SWT
kepadamanusia, yaitu :

8
a. Hidayat al-Ilhami, instink.
b. Al-Hawesi, indra.
c. Al-Agli, akal
d. Al-Adyani, Agama
e. At-Taufiqi
9) WILLIAM ERNEST HOCKING
Manusia adalah :
a. Yang ketawa
b. Yang menggambarkan lukisan
c. Yang sadar diri
d. Yang dapat merasa malu
e. Yang mempunyai rasa moral
f. Hewan yang berfikir dalam istilah-istilah totalitas.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Esensi Manusia Yang Berbeda Dari Hewan Tidak Pernah Didefinisikan
Secara Jelas, Saintifik Maupun Filosofis. Seperti Yang Sudah Dijelaskan,
Selalu Ada Batasan Yang Muncul Dalam Pendefinisian Manusia, Entah
Karena, Mengutip Derrida Kembali, “Beberapa Hewan Memilikinya, Atau
Karena Manusia Tidak Memiliki Ciri-Ciri Seperti Yang Diklaim.” Selain Itu,
Ada Asumsi Mengenai Karakteristik Manusiawi Tertentu Yang Membuat
Usaha Saintifik Membuktikan Keistimewaan Manusia Mengandung
Kontradiksi. Problem Lain Yang Menyertai Hal Ini Adalah Fakta Bahwa Ada
Banyak Macam Hewan Dan Manusia, Sehingga Untuk Mendefinisikan
“Manusia” Dan “Hewan” Secara Umum Menjadi Hal Yang Sulit.

Yang jelas, perbedaan mendasar antara hewan dan manusia terletak pada
adanya akal dan aturan hidup. Hewan tidak mempunyai aturan, sehingga
ketika berprilaku pun hewan terbiasa hidup bebas,sebebas-bebasnya tanpa
adanya beban aturan.Sedangkan manusia mempunyai aturan, dimana segala
perbuatan manusia itu terikat denganhukum syara, tak bisa sebebas-bebasnya
bertindak, karena manusia mempunyai aturan. Aturan yang bersumber dari Al-
Quran dan Hadits.

10
DAFTAR PUSTAKA

Agamben, G. (2004). The Open: Man and Animal. (K. Attell, Trans.) Stanford:
Stanford University Press.

Aristotle. (1984). The Complete Works of Aristotle. (J. Barnes, Ed.) Princeton:
Princeton University Press.

Bourke, J. (2013). What It Means To Be Human: Reflections from 1971 to the


Present. Great Britain: Virago Press.

Descartes, R. (1985). Discourses on the Method. (R. Stoothoff,


Trans.)xCambridge: Cambridge University Press.

Kant, I. (2006). Anthropology from a Pragmatic Points of View. (R. B. Louden,


Ed., & R. B. Louden, Trans.) Cambridge: Cambridge University Press.

https://www.kompasiana.com/wrep/5520266981331141709de5e6/manusia dalam
pandangan-filsafat

11

Anda mungkin juga menyukai