Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

LANDASAN ILMU PENDIDIKAN

Hakekat Manusia, Hak Asasi Manusia dan Pendidikan

Disusun Oleh:

Lisa Laila Rafida (17205019)


Febrina Santri (18205056)
Ratih Permata Sari (18205036)
Weni Putri Isriani (18205048)

Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. Azwar Ananda, MA

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur pemakalah ucapkan atas berkat rahmat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada pemakalah, sehingga pemakalah
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hakekat Manusia, Hak Asasi
Manusia dan Pendidikan”.Dalam penulisan makalah ini, pemakalah
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Azwar Ananda, MA. selaku
dosen pembimbing mata kuliah Landasan Ilmiah Ilmu Pendidikan.
Pemakalah menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, pemakalah mengharapkan kritikan maupun saran kepada
pembaca demi kesempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan terutama untuk pemakalah.

Padang, November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan........................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakekat Manusia....................................................................... 2
B. Hak Asasi Manusia.................................................................... 8
C. Pendidikan Hakekat Manusia.................................................... 15
BAB III KESIMPULAN............................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk bertanya, ia mempunyai hasrat untuk mengetahui
segala sesuatu. Atas dorongan hasrat ingin tahunya, manusia tidak hanya bertanya
tentang berbagai hal yang ada diluar dirinya, tetapi juga bertanya tentang dirinya
sendiri. Manusia memiliki banyak kelebihan dibandingkan makhluk lain
diantaranya, manusia memiliki kebebasan dalam memilih jalan kehidupannya serta
memiliki hak-hak sejak mereka dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak
dapat diganggu gugat oleh sipapun yang dikenal dengan “Hak Asasi Manusia
(HAM)”. Hak-hak ini berisi tentang kesamaan atau keselarasan tanpa membeda-
bedakan suku, golongan, keturunan, jabatan dan lain sebagainya antar setiap
manusia yang hakikatnya adalah sama-sama makhluk ciptaan Tuhan. Setiap
manusia harus memiliki kesamaan hak dalam berbagai hal salah satunya dalam
aspek pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian tentang hakekat manusia?
2. Bagaimana Hak Asasi Manusia?
3. Bagaimana tentang Pendidikan?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Menjelaskan pengertian tentang hakekat manusia.
2. Menjelaskan pengertian tentang Hak Asasi Manusia (HAM).
3. Menjelaskan pengertian tentang pendidikan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakekat Manusia
1. Hakekat Manusia dalam Pandangan Filsafat
Hakekat adalah sesuatu yang mendasar, suatu esensi, substansial,
hakiki, penting, diutamakan. Dengan kata lain, hakekat adalah sesuatu yang
harus ada pada sesutau yang jika sesuatu itu tidak ada maka sesuatu itupun
tidak ada (wujud). Jadi hakekat manusia adalah sesuatu yang pasti ada pada
manusia. Upaya pemahaman tentang hakekat manusia sudah dilakukan sejak
dahulu. Namun, hingga saat ini belum mendapatkan pernyataan yang benar-
benar tepat dan pas dikarenakan manusia itu sendiri memang unik, antara
manusia satu dengan manusia lain berbeda-beda. Bahkan orang kembar
identik sekalipun, mereka pasti memiliki perbedaan. Mulai dari fisik,
ideologi, pemahaman, kepentingan. Semua itu menyebabkan suatu
pernyataan belum tentu pas untuk disetujui oleh sebagain orang.
Para ahli pikir dan filsafat memberikan sebutan kepada manusia sesuai
dengan kemampuan yang dapat dilakukan manusia di bumi ini:
a. Manusia adalah Homo Sapiens, artinya makhluk yang mempunyai budi.
b. Manusia adalah Animal Rational, artinya binatang yang berpikir,
c. Manusia adalah Homo Laquen, artinya makhluk yang pandai
menciptakan bahasa dan menjelmakan pikiran manusia dan perasaan
dalam kata-kata yang tersusun,
d. Manusia adalah Homo Faber, artinya makhluk yang terampil. Dia pandai
membuat perkakas atau disebut juga Toolmaking Animal yaitu binatang
yang pandai membuat alat.
e. Manusia adalah Zoon Politicon, yaitu makhluk yang pandai bekerjasama,
bergaul dengan orang lain dan mengorganisasikan diri untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.

2
f. Manusia adalah Homo Economicus, artinya makhluk yang tunduk pada
prinsip-prinsip ekonomi dan bersifat ekonomis,
g. Manusia adalah Homo Religious, yaitu makhluk yang beragama,
h. Manusia adalah Animal Educadum dan Educable, yaitu manusia adalah
makhluk yang harus dididik dan dapat dididik.

2. Pandangan Agama Islam


Hakikat Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT dari
tanah liat kering dan diberikan ruh ke dalam jasad dan merupakan dan
makhluk yang dimuliakan atas segala ciptaanNya.

3. Masalah Rohani dan Jasmani


Setidaknya terdapat empat aliran pemikiran yang berkaitan tentang
masalah rohani dan jasmani (sudut pandang unsur pembentukan manusia)
yaitu:
a. Faham Materialisme (Aliran serba zat)
Aliran serba zat ini berpendapat bahwa yang sungguh-sungguh ada
itu adalah zat atau materi, alam ini adalah zat atau materi dan manusia
adalah unsur dari alam, maka dari itu manusia adalah zat atau materi.
Manusia ialah apa yang nampak sebagai wujudnya, terdiri atas zat (darah,
daging dan tulang).
Jadi, aliran ini lebih berpahaman bahwa esensi manusia adalah lebih
kepada zat atau materinya. Manusia bergerak menggunakan organ, makan
menggunakan tangan, berjalan dengan kaki dan lain-lain. Semua serba zat
atau materi. Berdasarkan aliran ini, maka dalam pendidikan manusia
harus melalui proses mengalami atau praktek (psikomotor).

3
b. Faham Idealisme (Aliran serba ruh)
Aliran ini berpendapat bahwa segala hakekat sesuatu yang ada di
dunia ini adalah ruh, juga hakekat manusia adalah ruh. Ruh disini bisa
juga diartikan sebagai jiwa, mental, rasio/akal. Karena itu, jasmani atau
tubuh (materi/zat) merupakan alat jiwa untuk melaksanakan tujuan,
keinginan dan dorongan jiwa (rohani, spirit, ratio) manusia.
Jadi aliran ini beranggapan bahwa yang menggerakan tubuh itu
adalah ruh atau jiwa. Tanpa ruh atau jiwa maka jasmani, raga atau fisik
akan mati, sia-sia dan tidak berdaya sama sekali. Dalam pendidikan, maka
tidak hanya aspek pengalaman saja yang diutamakan, faktor dalam seperti
potensi bawaan (intelegensi, rasio, kemauan dan perasaa) juga
memerlukan perhatian.
c. Aliran Dualisme
Menurut aliran ini manusia pada hakekatnya terdiri dari dua
substansi, yaitu jasmani dan rohani. Aliran ini melihat realita semesta
sebagai sintesa kedua kategori animate dan inanimate, makhluk hidup
dan benda mati. Demikian pula manusia merupakan kesatuan rohani dan
jasmani, jiwa dan raga.
Misalnya ada persoalan: Dimana letaknya mind (jiwa, rasio) dalam
pribadi manusia? Mungkin jawaban umum akan menyatakan bahwa ratio
itu terletak pada otak. Tetapi akan timbul problem, bagaimana mungkin
suatu immaterial entity (sesuatu yang non-material) yang tiada
membutuhkan ruang, dapate ditempatkan pada suatu materi (tubuh,
jasmani) yang berada pada ruang wadah tertentu.
Jadi, aliran ini meyakini bahwa sesungguhnya manusia tidak dapat
dipisahkan antara zat/raga dan ruh/jiwa. Karena pada hakekatnya
keduanya tidak dapat dipidahkan. Masing-masing memiliki peranannya
yang sama-sama sangat vital. Jiwa tanpa ruh ia akan mati, ruh tanpa jiwa
ia tidak dapat berbuat apa-apa. Dalam pendidikanpun, harus

4
memaksimalkan keduan unsur ini, tidak hanya salah satu saja karena
keduanya sangat penting.
d. Aliran Eksistensialisme
Aliran filsafat modern berpikir tentag hakekat manusia merupakan
eksistensi atau perwujudan sesungguhnya dari manusia. Jadi intinya
hakekat manusia itu yaitu apa yang menguasai manusia secara
menyeluruh. Dissini manusia dipandang dari serba zat, serba ruh atau
dualisme dari kedua aliran itu, tetapi memandangnya dari segi eksistensi
manusia itu sendiri.

4. Sudut Pandang Antropologi dan Metafisika


a. Manusia sebagai Makhluk Individu (individu being)
Manusia sebagai makhluk individu mempunyai jiwa dan raga yang
dalam perkembangannya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kedua
unsur itu merupakan monodualis, Dengan segala potensi keunggulan,
kelebihan yang ada padanya, manusia dapat mencapai derajat paling
tinggi. Sebaliknya, dengan segala potensi negatif, kelemahan yang ada
pada dirinya manusia juga dapat turun ketingkat kemanusiaan terendah,
bahkan bisa jadi lebih rendah dibanding hewan. Berbeda dengan makhluk
hewan yang sejak menjadi hewan akan tetap menjadi hewan. Artinya,
potensi positif dan negatifnya tak lebih dan tak kurang dalam batasan
hewan.
Dengan demikian, tampak sekali bahwa manusia makhluk
berdimensi ganda bahkan lebih dari itu, manusia dapat menjangkau
dimensi luas lain. Akan tetapi, justru selaku makhluk ganda, itupulalah
yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Dalam kehidupannya
manusia berada dalam dinamika terus – menerus, yang berbeda hanya
intensitas dinamika.

5
b. Manusi sebagai Makhluk Sosial (sosial being)
Manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia membutuhkan manusia
yang lain agar bisa tetap exsis dalam menjalani kehidupan ini, itu
sebabnya manusia juga dikenal dengan istilah makhluk sosial.
Keberadaanya tergantung oleh manusia lain.
Esensi manusia sebagai makhluk sosial ialah adanya kesadaran
manusia tentang status dan posisi dirinya dalam kehidupan bersama dan
bagaiman tanggung jawab dan kewajibannya di dalam kebersamaan itu.
Adanya kesadaran interdependensi dan saling membutuhkan serta serta
dorongan-dorongan untuk mengabdi sesamanya adalah asas sosialitas itu.
Kehidupan individu di dalam anata hubungan sosial memang tidak usah
kehilangan identitasnya. Sebab, kehidupan sosial adalah realita sama
rielnya dengan kehidupan individu itu sendiri. Individualitas itu dalam
perkembangan selanjutnya akan mencapai kesadaran sosialitas. Tiap
mausia akan sadar aakan kebutuhan hidup bersama segera setelah masa
kanak-kanan yang ego sentris berakhir.
Seorang guru dalam kegiatan pembelajran perlu menanamkan
kerjasama kepada peserta didiknya, agar kesadaran sosial itu dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik. Hal tersebut dapat dicapai dengan
penerapan starategi dan metode yang tepat, juga dengan pemberian
motivasi tentang kebersamaan.
c. Manusia sebagai Makhluk Susila (moral being)
Ki Hadjar Dewantara (1962) menjelaskan bahwa kesusilaan atau
kehalusan budi menunjukkan sifat hidup lahir manusia yang serba halus
dan indah, sedangkan adab atau keluhuran budi menunjukkan sifat hidup
bathin manusia, misalnya keinsyafan tentang kesucian, kemerdekaan,
keadilan, ketuhanan, cinta kasih, kesetiaan, kedamaian dan kesosialan.
Asas pandangan bahwa manusia sebagai makhluk susila bersumber
pada kepercayaan bahwa budi nurani manusia secara apriori adalah sadar

6
nilai dan pengabdi norma-norma. Kesadaran susila (sense of morality) tak
dapat dipisahkan dengan realitas sosial, sebab, justru adanya nilai-nilai,
efektivitas nilai-nilai, berfungsinya nilai-nilai hanyalah di dalam
kehidupan sosial. Artinya, kesusilaan adalah fungsi sosial. Asas
kesadaran nilai, asas moralitas adalah dasar fundamental yang
membedakan manusia dari pada hidup makhluk-makhluk alamiah yang
lain. Rasio dan nurani menjadi dasar adanya kesadaran moral itu.

5. Pandangan Freud tentang Struktur Jiwa (Kepribadian)


a. Bagian Dasar atau Es (the Id)
Bagian ini merupakan bagian dasar yang berkenaan dengan hasrat-
hasrat atau sumber nafsu kehidupan. Semua tuntutan das Es semata-mata
demi kepuasan, tanpa memperhatikan nilai baik-buruk. Das Es ini
merupakan prototype dari sifat individualistis manusia, egoistis, a-sosial
bahkan a-moral. Dan ketika manusia semata-mata mengikuti dorongan
das Es yang demikian tadi, maka sesungguhnya manusia tidak ada
bedanya dengan makhluk alamiah lain.
b. Bagian Tengah atau das Ich (aku)
Bagian ini terletak di tengah antara das Es dan das Uber Ich. das Ich
menjadi penengah antara kepentingan das Es dan tujuan das Uber Ich.
Das Ich ini bersifat objektif dan realistis, sehingga pribadi seseorang
dapat berjalan dengan seimbang dan harmonis. Sesuai letaknya, das Ich
lebih sadar norma dibanding das Es. Kesadaran das Ich yang bersifat ke-
aku-an ini lebih bersifat social, sehingga das Ich dapat disamakan sebagai
aspek social kepribadian manusia.
c. Bagian Atas atau das Uber Ich (superego)
Bagian jiwa yang paling tinggi, sifatnya paling sadar norma, paling luhur.
Bagian ini yang paling lazim disamakan dengan budi nurani. Setiap motif,
cita-cita dan tindakan das Uber Ich selalu didasarkan pada asas-asas

7
normatif. Superego ini selalu menjunjung tinggi nilai-nilai, baik nilai
etika maupun nilai relegius. Dengan demikian, superego adalah bagian
jiwa yang paling sadar terhadap makna kebudayaan, membudaya dalam
arti terutama sadar nilai moral, watak superego ialah susila.

B. Hak Asasi Manusia


1. Pengertian Hak Asasi Manusia
Secara etimologi, kata “hak” merupakan unsur normatif yang
berfungsi sebagai pedoman perilaku, melindungi kebebasan, kekebalan serta
menjamin adanya peluang bagi manusia dalam menjaga harkat dan
martabatnya. Sedangkan kata “asasi” berarti yang bersifat paling mendasar
yang dimiliki oleh manusia sebagai fitrah, sehingga tak satupun makhluk
dapat mengintervensinya apalagi mencabutnya. Misalnya hak hidup sebagai
hak paling dasar yang dimiliki manusia, sehingga tak satupun manusia ini
memiliki kewenangan untuk mencabut kehidupan manusia lain.

a. HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan
kodratnya.
b. Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam
Teaching Human Rights, United Nations sebagaimana dikutip
Baharuddin Lopa menegaskan bahwa HAM adalah hak-hak yang
melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat
hidup sebagai manusia.
c. John Locke, seorang ahli pikir dibidang Ilmu Negara berpendapat
bahwa hak-hak asasi manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung
oleh Tuhan sebagai hak yang kodrati. Ia memperinci hak sebagai
berikut:
1) Hak hidup (the right to life).
2) Hak kemerdekaan (right to liberty).

8
3) Hak milik (right to property).

d. Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM


disebutkan bahwa “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan
setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia”
Jadi Hak Asasi Manusia adalah Hak yang mengikat yang dibawa oleh
manusia sejak lahir yang merupakan Anugerah Tuhan yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara dan tidak bisa di ganggu gugat.

2. Macam-macam Hak Asasi Manusia


Secara garis besar, hak-hak asasi manusia dapat digolongkan menjadi
enam macam sebagai berikut:
a. Hak Asasi Pribadi/Personal Rights
Hak asasi yang berhubungan dengan kehidupan pribadi manusia. Contoh
hak-hak asasi pribadi ini sebagai berikut.
 Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian, dan berpindah-pindah
tempat.
 Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat.
 Hak kebebasan memilih dan aktif dalam organisasi atau perkumpulan.
 Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, menjalankan agama dan
kepercayaan yang diyakini masing-masing.
b. Hak Asasi Ekonomi/Property Rigths
Hak yang berhubungan dengan kegiatan perekonomian. Contoh hak-hak
asasi ekonomi ini sebagai berikut.
 Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli.
 Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak.
 Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa dan utang piutang.
 Hak kebebasan untuk memiliki sesuatu.
 Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak.

9
c. Hak Asasi Politik/Political Rights
 Hak asasi yang berhubungan dengan kehidupan politik. Contoh hak-hak
asasi politik ini sebagai berikut.
 Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan.
 Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan.
 Hak membuat dan mendirikan partai politik serta organisasi politik
lainnya.
 Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi.

d. Hak Asasi Hukum/Legal Equality Rights


 Hak kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, yaitu hak
yang berkaitan dengan kehidupan hukum dan pemerintahan. Contoh
hak-hak asasi hukum sebagai berikut.
 Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan.
 Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil (PNS).
 Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum.

e. Hak Asasi Sosial Budaya/Social Culture Rights


 Hak yang berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat. Contoh hak-
hak asasi sosial budaya ini sebagai berikut.
 Hak menentukan, memilih, dan mendapatkan pendidikan.
 Hak mendapatkan pengajaran.
 Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan
minat.
f. Hak Asasi Peradilan/Procedural Rights
 Hak untuk diperlakukan sama dalam tata cara pengadilan. Contoh hak-
hak asasi peradilan ini sebagai berikut.
 Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan.
 Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan,
penahanan, dan penyelidikan di muka hukum
3. HAM di Indonesia
Di Indonesia HAM sebenarnya telah lama ada. Sebagai contoh, HAM di
Sulawesi Selatan telah dikenal sejak lama, kemudian ditulis dalam buku-buku
adat (Lontarak). Antara lain dinyatakan dalam buku Lontarak (Timatindo di
Lagana) bahwa apabila raja berselisih paham dengan Dewan Adat, maka Raja

10
harus mengalah. Tetapi apabila para Dewan Adat sendiri berselisih, maka
rakyatlah yang memutuskan. Sedangkan pemikiran HAM Dalam periode
sebelum kemerdekaan dapat dijumpai dalam organisasi pergerakan sebagai
berikut:
a. Budi Utomo, pemikirannya, “hak kebebasan berserikat dan mengeluarkan
pendapat”.
b. Perhimpunan Indonesia, pemikirannya, “hak untuk menentukan nasib
sendiri (the right of self determination).
c. Serekat Islam, pemikirannya, “hak penghidupan yang layak dan bebas dari
penindasan dan diskriminasi rasial”.
d. Partai Komunis Indonesia, pemikirannya, “hak sosial dan berkaitan dengan
alat-alat produksi”.
e. Indische Party, pemikirannya, “hak untuk mendapatkan kemerdekaan dan
perlakuan yang sama”.
f. Partai Nasional Indonesia, pemikirannya, “hak untuk memperoleh
kemerdekaan”.
g. Organisasi Pendidikan Nasional Indonesia, pemikirannya meliputi:
1). Hak untuk menentukan nasib sendiri.
2). Hak untuk mengeluarkan pendapat.
3). Hak untuk berserikat dan berkumpul.
4). Hak persamaan di muka hukum.
5). Hak untuk turut dalam penyelenggaraan negara
Kemudian ditegaskan dalam UU No. 39/1999 tentang hak asasi
manusia, yang mendefinisikan hak asasi manusia sebagai seperangkat hak
yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan
yang Maha Esa. Berdasarkan beberapa rumusan pengertian HAM diatas,
diperoleh kesimpulan bahwa HAM merupakan hak yang melekat pada diri
manusia yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah

11
Tuhan yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi oleh setiap individu,
masyarakat, atau negara.

4. Implementasi Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia


Indonesia adalah negara yang menganut ideologi Demokrasi Pancasila,
sehingga implementasi hak asasi manusia di Indonesia seharusnya dapat
berjalan dengan baik sesuai sifat-sifat dasar dari paham Demokrasi Pancasila.
Menurut ideologi tersebut, HAM setiap rakyat Indonesia pada dasarnya
diimplementasikan secara bebas, namun tetap dibatasi oleh hak-hak asasi
orang lain. Jadi, ideologi ini menawarkan kebebasan yang bertanggung jawab
dalam mengimplementasikanhak asasi manusia. Namun hal tersebut perlu
dikaji lebih dalam, sebab ideologi yang dianut oleh negara Indonesia belum
tentu dapat diterapkan oleh rakyat tersebut dengan benar sepenuhnya.
Dari sisi politik, selama kurang lebih 12 tahun terakhir ini, rakyat
Indonesia telah menikmati kebebasan politik yang luas. Empat kebebasan
dasar yaitu, yaitu:
a. Kebebasan Berekspresi dan Berkomunikasi
Melalui berbagai media hampir semua lapisan rakyat Indonesia sudah
dapat mengekspresikan perasaan dan pendapatnya tanpa rasa takut seperti
zaman orde baru. Rkyat indonesia relatif bebas mengkomunikasikan
gagasan dan informasi yang dimilikinya.
b. Hak Kebebasan Berkumpul
Rakyat Indonesia telah menikmati pula hak atas kebebasan
berkumpul. Pertemuan-pertemuan rakyat, seperti konferensi, seminar,
rapat-rapat akbar tidak lagi mengharuskan meminta izin penguasa seperti
masa orde baru. Kelompok-kelompok masyarakat seperti buruh, petani,
seniman dan lain sebagainya yang ingin melakukan demonstrasi atau
unjuk rasa di depan kantor atau pejabat publik tidak memerlukan izin tapi
sebelum menjalankan unjuk rasa diwajibkan untuk memberitahu polisi.

12
c. Kebebasan Berorganisasi
Rakyat tidak hanya bebas mendirikan partai-partai politik sebagai
wahan untuk memperjuangkan aspirasi politiknya. Rakyat bebas pula
untuk mendirikan organisasi-organisasi kemasyarakatan, seperti serikat
petani, serikat buruh, perkumpulan masyarakat adat dan lain sebagainya.
Perwujudan hak atas kebebasan berorganisasi ini sangat vital bagi upaya
rakyat untuk memperjuangkan kepentingan bersama. Selain itu,
tumbuhnya organisasi-organisasi rakyat dari bawah ini akan memperkuat
masyarakat sipil yang diperlukan bagi berlangsungnya sistem politik dan
pemerintahan yang demokratis.
d. Hak Turut Serta dalam Pemerintahan
Selama kurang lebih 12 tahun terakhir ini, rakyat Indonesia telah pula
menikmati hak politiknya, yaitu hak untuk turut serta dalam pemerintahan
dimana rakyat berperan serta dalam memilih secara langsung para
anggota DPR dan DPRD pada tahun 1999 dan tahun 2004. Pada tahun
2004 untuk pertama kalinya rakyat memilih langsung Presiden dan Wakil
Presiden.

Namun sebagai negara hukum, seharusnya Indonesia tidak hanya


menjamin kebebasan warganya dalam hukum, politik dan pemerintahan, lebih
dari itu, negara ini juga harus menjamin konsistensi penegakan HAM.
Penegakan HAM manusia saat ini memang sudah diatur dalam beberapa
hukum tertulis. Tetapi praktik kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, penegakkan HAM masih dirasa belum konsisten.
Konsistensi penegakan HAM manusia di Indonesia dapat diukur secara
baik dengan menilai fakta-fakta sejarah yang pernah terjadi di negara ini dari
sudut pandang yang objektif. Jika diamati dari sudut pandang yang objektif,
tampaknya upaya pengusutan pelanggaran HAM berat di Indonesia selama ini
masih mengalami kemacetan. Misalnya, pengusutan Peristiwa Trisakti-

13
Semanggi, Peristiwa Wamena-Wasior, Peristiwa Kerusuhan 13-15 Mei 1998,
Peristiwa Penghilangan Orang secara Paksa dan Peristiwa Talangsari 1989
yang berkali-kali dikembalikan oleh pihak Kejaksaan Agung kepada Komnas
HAM. Pihak Kejaksaan Agung menyatakan tak bisa melakukan penyelidikan
karena belum ada penetapan pengadilan HAM ad hoc oleh parlemen.
Ketidakmampuan penuntasan HAM dengan adanya impunitas bagi para
pelakunya telah menimbulkan pertanyaan menyangkut keseriusan pemerintah.
Jadi, pelaksanaan hak asasi manusia (HAM) di Indonesia baru pada tahap
kebijakan belum menjadi bagian dari sendi-sendi dasar kehidupan berbangsa
untuk menjadi faktor integrasi atau persatuan. Problem dasar HAM yaitu
penghargaan terhadap martabat dan privasi warga negara sebagai pribadi juga
belum ditempatkan sebagaimana mestinya. Dalam diskusi dipersoalkan
bagaimana sebenarnya posisi pemerintah untuk melaksanakan HAM secara
tulus. Namun tanggung jawab pemajuan, penghormatan dan perlindungan
HAM tidak saja dibebankan kepada negara, melainkan juga kepada individu
warga negara. Artinya negara dan individu sama-sama memiliki tanggung
jawab terhadap pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM. Karena itu,
pelanggaran HAM sebenarnya tidak saja dilakukan oleh negara kepada
rakyatnya, melainkan juga oleh rakyat kepada rakyat yang disebut dengan
pelanggaran HAM secara horizontal.

5. Contoh-Contoh Kasus Pelanggaran HAM


a. Terjadinya penganiayaan pada praja STPDN oleh seniornya dengan dalih
pembinaan yang menyebabkan meninggalnya Klip Muntu pada tahun
2003.
b. Dosen yang malas masuk kelas atau malas memberikan penjelasan pada
suatu mata kuliah kepada mahasiswa merupakan pelanggaran HAM
ringan kepada setiap mahasiswa.

14
c. Para pedagang yang berjualan di trotoar merupakan pelanggaran HAM
terhadap para pejalan kaki, sehingga menyebabkan para pejalan kaki
berjalan di pinggir jalan sehingga sangat rentan terjadi kecelakaan.
d. Para pedagang tradisioanal yang berdagang di pinggir jalan merupakan
pelanggaran HAM ringan terhadap pengguna jalan sehingga para
pengguna jalan tidak bisa menikmati arus kendaraan yang tertib dan
lancar.
e. Orang tua yang memaksakan kehendaknya agar anaknya masuk pada
suatu jurusan tertentu dalam kuliahnya merupakan pelanggaran HAM
terhadap anak, sehingga seorang anak tidak bisa memilih jurusan yang
sesuai dengan minat dan bakatnya.

C. Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Secara bahasa pendidikan berasal dari bahasa Yunani, paedagogy,
yang mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah
diantar oleh seorang pelayan. Pelayan yang mengantar dan menjemput
dinamakan Paedagogos. Dalam bahasa Romawi pendidikan diistilahkan
sebagai Educate yang berarti mengeluarkan sesuatu yang berada di dalam.
Dalam bahasa Inggris pendidikan diistilahkan to educate yang berarti
memperbaiki moral dan melatih intelektual (Muhajir, 2000 : 20).
Berikut ini beberapa ahli pendidikan barat yang memberikan arti
pendidikan yaitu :
a. Mortimer J. Adle mengartikan : Pendidikan adalah proses dimana semua
kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang dapat
mempengaruhi pembiasaan, disempurnakan dengan pembiasaan–
pembiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistik untuk mencapai
tujuan.

15
b. Herman H. Horne berpendapat : Pendidikan harus dipandang sebagai suatu
proses penyesuaian diri manusia secara timbal balik dan berinteraksi
dengan alam sekitar, dengan sesama manusia.
c. William Mc Gucken, SJ. Seorang tokoh pendidikan katolik berpendapat,
bahwa pendidikan diartikan oleh ahli scholastic, sebagai suatu
perkembangan dan kelengkapan dari kemapuan manusia baik moral,
intelektual, maupun jasmaniah yang diorganisasikan, dengan atau untuk
kepentingan individu atau social untuk mencapai tujuan akhir.
Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan nilai,
yang akan menolong dan menjadi penentu umat manusia dalam menjalani
kehidupan dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat
manusia. Tanpa pendidikan, maka diyakini bahwa manusia sekarang tidak
berbeda dengan generasi manusia masa lampau, yang dibandingkan dengan
manusia sekarang, telah sangat tertinggal baik kualitas kehidupan maupun
proses-proses pemberdayaannya. Secara ekstrim bahkan dapat dikatakan
bahwa maju mundurnya atau baik buruknya peradaban suatu masyarakat,
suatu bangsa, akan ditentukan oleh bagaimana pendidikan yang dijalani oleh
masyarakat bangsa tersebut.
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan
melewati generasi. Pendidikan dapat dipandang sebagai proses membantu
peserta didik untuk mencapai tingkat perkembangan yang optimal dalam

16
seluruh aspek kepribadiannya sesuai dengan potensi yang dimiliki dan sistem
nilai yang berlaku di lingkungan sosial-budaya dimana dia hidup.

2. Tujuan Pendidikan di Indonesia


a. Tujuan Pendidikan Nasional
Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
b. Tujuan Institusional
Tujuan institusional adalah perumusan secara umum pola perilaku
dan pola kemampuannya yang harus dimiliki oleh setiap lembaga
pemdidikan yang berbeda-beda sesuai dengan fungsi dan tugas yang
dipikul oleh setiap lembaga dalam rangka menghasilkan lulusan dengan
kemampuan dan keterampilan tertentu.
Sebagai subsistem pendidikan nasional, tujuan institusional untuk
setiap lembaga pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan nasional.
Hal ini disebabkan setiap lembaga pendidikan ingin menghasilkan lulusan
yang akan menjunjung tinggi martabat bangsa dan negaranya, yang
bertekad untuk mempertahankan falsafah pancasila sebagai dasar negara,
disamping kemampuan dan keterampilan tertentu sesuai dengan
kekhususan setiap lembaga. Dengan demikian, perumusan tujuan
institusional dipengaruhi oleh tiga hal yaitu:
1) Tujuan pendidikan nasional
2) Kekhususan setiap lembaga
3) Tingkat usia peserta didik
Tujuan institusional itu dicapai melalui pemberian berbagai
pemngalaman belajar kepada peserta didiknya.

17
c. Tujuan Instruksional
Tujuan Instruksional adalah rumusan secara terinci apa saja yang harus
dikuasai oleh peserta didik sesudah dia mengikuti kegiatan pengajaran
sesuai dengan pokok bahasan yang bersangkutan.

3. Fungsi Pendidikan
Dalam membahas fungsi pendidikan ini akan difokuskan pada tiga
fungsi pokok dari pendidikan, yaitu :
a. Pendidikan sebagai penegak nilai
Pendidikan merupakan penegak nilai dalam masyarakat. Hal tersebut
berarti bahwa pendidikan memelihara serta menjaga tetap lestarinya nilai-
nilai tersebut dalam masyarakat. Untuk memelihara dan menjaga nilai-
nilai ini dengan sendirinya dunia pendidikan harus selektif sehingga tidak
menimbulkan gejolak dalam masyarakat. Masyarakat dapat melaksanakan
kehidupannya secara tenang sesuai dengan keyakinan masing-masing.
Dengan demikian nilai-nilai yang ada dalam masyarakat tetap menjadi
landasan bagi setiap anggota masyarakat.
b. Pendidikan sebagai sarana pengembang masyarakat
Pendidikan dalam suatu masyarakat akan sangat besar pengaruhnya
terhadap perkembangan masyarakat yang bersangkutan. Kiprah
pendidikan tersebut sangat tergantung pada seberapa aktif dan kreatif para
pendidik dalam masyarakat tersebut. Dalam hal ini biasanya para tokoh
masyarakat, para guru dan para pendidik lain merupakan motor
penggerak serta kemajuan masyarakat yang bersangkutan.
c. Pendidikan sebagai upaya pengembangan potensi manusia
Melalui pendidikan, diharapkan dalam potensi dalam diri
individu akan lebih berkembang. Sehingga dengan hal ini
perkembangan dalam masyarakat akan terus mengarah yang lebih baik
dan tercipta generasi-generasi penerus yang lebih handal.

18
Pengembangan kemampuan anggota masyarakat dalam menyiapkan
generasi penerus merupakan tugas dan fungsi pendidikan yang paling
menonjol

19
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Hakekat adalah sesuatu yang mendasar, suatu esensi, substansial,
hakiki, penting, diutamakan. Jadi hakekat manusia adalah sesuatu yang pasti
ada pada manusia baik dari segi wujud, sifat, kepandaian maupun struktur
jiwanya (kepribadian).
Hak Asasi Manusia adalah Hak yang mengikat yang dibawa oleh
manusia sejak lahir yang merupakan Anugerah Tuhan yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara dan tidak bisa di ganggu gugat.
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan serta salah satu dasar utama untuk mengajar
kebudayaan melewati generasi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Syam, M. Noor. 1988. Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila.
Surabaya:Usaha Nasional
https://id.wikipedia.org/wiki/Hak_asasi_manusia. Diakses pada tanggal: 10
November 2019.

21

Anda mungkin juga menyukai