Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FILSAFAT MANUSIA

TUGAS DAN PERAN MANUSIA

(Disusun untuk memenuhi tugas filsafat manusia)

Dosen pengampu : Thohir Rohili, M.Pd

Oleh

EDO RAMADHANI

19030094

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke Hadirat Ilahi Rabbi yang telah memberikan
rahmat dan karunianya sehingga tugas ini dapat terselesaikan. Tidak sedikit
hambatan yang ditemukan selama pengerjaan makalah ini, walaupun begitu
kiranya masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini.Sehingga
peran serta semua pihak terutama dosen mata kuliah filsafat manusia dalam hal
kritik dan saran membangun sangatlah saya butuhkan untuk bisa membuat
makalah yang lebih baik di waktu mendatang.Besar harapan saya apabila makalah
ini dapat berguna bagi setiap pihak dan kalangan yang membaca serta
mempelajarinya.

Bandar lampung, 18 Maret 2020

Penyusun

ii
Daftar isi

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
Daftar isi.......................................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................2
D. Metode Penulisan...................................................................................................2
E. Sistematika Penulisan.............................................................................................3
BAB II............................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................3
A. Pengertian Manusia................................................................................................3
B. Hakekat Manusia dalam Pandangan Filsafat..........................................................5
C. Hubungan Manusia dan Filsafat............................................................................8
BAB III........................................................................................................................10
PENUTUP...................................................................................................................10
A. Kesimpulan...........................................................................................................10
B. Saran.....................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................11

iii
BAB I

1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia diciptakan oleh tuhan yang maha esa sebagai mahluk yang
sadar, kesadaran manusia itulah dapat dilihat dari kemampuannya berfikir,
berkehendak, dan merasa. Dengan fikirannya manusia mendapatkan ilmu
pengetahuan, dengan kehendaknya menusia mengarahkan prilakunya, dan
dengan perasaannya manusia dapat mencapai ketenangan. Manusia adalah
subyek pendidikan, yang sekaligus pula sebagai objek pendidikan.Salah satu
peranannya sebagai subyek pendidikan manusia (khususnya manusia dewasa)
bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pendidikan.Secara moral, manusia
berkewajiban atas perkembangan pribadi generasi penerusnya.Dalam sisi
pendidikan, manusia dewasa berfungsi sebagai pendidik yang bertanggung
jawab untuk melaksanankan misi pendidikan sesuai dengan tujuan dan nilai –
nilai yang dikehendaki manusia dimana pendidikan itu berlangsung. Selain itu
sebagai objek pendidikan, manusia (khususnya anak) merupakan “sasaran”,
pembinaan yang dilakukan untuk melaksanakan suatu proses pendidikan yang
pada hakikatnya memiliki kepribadian yang sama seperti manusia dewasa.

Rasional Manusia merupakan makhluk ciptaan Alloh yang paling


sempurna, karena manusia dibekali dengan berbagai kelebihan dibanding
dengan makhluk lain, yaitu nafsu (sifat dasar iblis), taat/patuh/tunduk (sifat
dasar malaikat) dan akal (sifat keistimewaan manusia). Ketiga hal tersebut
membuat manusia memiliki kedudukan yang tinggi di hadapan-Nya, jika
manusia dapat mengatur ketiganya dan dapat memposisikan diri sebagaimana
yang dititahkan oleh sang Robb. Dalam Al qur’an surat Az-Zariyat (51) ayat
56, Alloh swt telah berfiman yang artinya kurang lebih demikian; “Aku (Alloh
swt) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku”. Dari tafsir tersebut terlihat jelas bahwa jin dan manusia diciptakan
untuk beribadah kepada Alloh swt. Namun, banyak dari golongan manusia
yang tidak dapat melakukan sebagaimana yang diharapkan oleh sang pencipta
(Alloh SWT), malah manusia berbuat sebaliknya dan mengingkari apa yang
telah dikaruniakan. Itu karena manusia belum memahami betul hakikat dirinya
diciptakan dan diturunkan dibumi dilihat dari segi agama islam. Dengan
adanya akal, membuat manusia selalu ingin tahu tentang apapun.

2
Filsafat merupakan cabang ilmu pengetahuan yang selalu menggunakan
pemikiran mendalam, luas, radikal (sampai keakar-akarnya), dan berpegang
pada kebijakansanaan dalam melihat suatu problem. Dengan kata lain, filsafat
selalu mencoba mencari hakikat atau maksud dibalik adanya sesuatu tersebut.
Dalam makalah ini, saya mencoba membahas sedikit tentang hakekat manusia
dilihat dari segi filsafat (menyeluruh). Sebenarnya siapa manusia, darimana
asal manusia, dan bagaimana fungsi manusia dalam hidup ini, serta mau
kemana manusia.

B. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud manusia?
2) Bagaimana keberadaan, tugas, peran dan,hakekat manusia?
3) Bagaimana hubungan manusia dengan filsafat?

C. Tujuan Penulisan
1) Mengetahui arti dari manusia.
2) Mengetahui keberadaan, tugas, peran dan, hakekat manusia.
3) Mengetahui hubungan manusia dengan filsafat.

D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, saya menggunakan metode studi pustaka,
dimana saya mendapatkan sumber dari buku dan internet yang kemudian disusun
dijabarkan kembali dengan bahasa yang sesuai kemampuan dan keterampilan diri
sendiri.

E. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari tiga bab. Bab pertama sebagai pendahuluan yang
memiliki sub-bab lima buah yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.Yang kemudian
dilanjutkan pada bab kedua dengan berisi pembahasan yang memiliki tiga sub-bab
yaitu pengertian manusia, hakekat manusia, hubungan manusia dengan filsafat. Di
bab terakhir terdapat bab ketiga yaitu penutup yang berisikan kesimpulan dan
saran dari semua pembahasan yang telah dijelaskan dalam makalah ini.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manusia
Manusia diartikan sebagai makhluk alamiah yaitu karena manusia tidak
bisa lepas dari alam.Manusia membutuhkan alam untuk hidup.Sebagai contoh,
kita memerlukan oksigen yang berasal dari alam untuk bernafas.Kita juga
menggunakan ikan, sayur mayur, dan air yang berasal dari alam untuk
melangsungkan kehidupan. Manusia memiliki insting untuk menentukan apa yang
akan dia lakukan. Sebagai contoh jika manusia merasakan lapar, otomatis manusia
itu akan mencari makanan untuk mengatasi rasa laparnya.

Manusia juga disebut sebagai makhluk sosial. Artinya manusia memiliki


kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi dan berinteraksi
dengan manusia yang lain.Dalam hidup bersama dengan sesamanya
(bermasyarakat), setiap individu menempati kedudukan (status) tertentu,
mempunyai dunia dan tujuan hidupnya masing – masing, namun demikian
sekaligus ia pun mempunyai dunia bersama dan tujuan hidup bersama dengan
sesamanya. Melalui hidup dengan sesamanyalah manusia akan dapat
mengukuhkan eksistensinya. Sehubungan dengan ini Aristoteles menyebut
manusia sebagai makhluk social atau makhluk bermasyarakat (Ernst Cassirer,
1987).

Dari segi antropologi terdapat tiga sudut pandang hakekat manusia, yaitu
manusia sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk susila. Berikut
penjelasan dari ketiganya:

a) Manusia Sebagai Makhluk Individu (Individual Being)

Dalam bahasa filsafat dinyatakan self-existence adalah sumber


pengertian manusia akan segala sesuatu. Self-existence ini mencakup
pengertian yang amat luas, terutama meliputi: kesadaran adanya diri
diantara semua relita, self-respect, self-narcisme, egoisme, martabat
kepribadian, perbedaan dan persamaan dengan pribadi lain, khususnya
kesadaran akan potensi-potensi pribadi yang menjadi dasar bagi self-
realisasi. Manusia sabagai individu memiliki hak asasi sebagai kodrat
alami atau sebagi anugrah Tuhan kepadanya.Hak asasi manusia sebagai
pribadi itu terutama hak hidup, hak kemerdekaan dan hak milik.

4
Disadari atau tidak menusia sering memperlihatkan dirinya
sebagai makhluk individu, seperti ketika mereka memaksakan
kehendaknya (egoisme), memecahkan masalahnya sendiri, percaya diri,
dll.Menjadi seorang individu manusia mempunyai ciri khasnya masing-
masing. Antara manusia satu dengan yang lain berbeda-beda, bahkan
orang yang kembar sekalipun, karena tidak ada manusia di dunia ini yang
benar-benar sama persis. Fisik boleh sama, tetapi kepribadian tidak.

Jadi dalam pendidikan seorang guru sangat perlu memahami


hakekat manusia sebagai individu. Itu kaitanya dengan menghargai
perbedaan dalam setiap anak didiknya, agar sang guru tidak semena-mena
dan memaksakan kehendaknya (diskriminasi) kepada peserta didik.
Perbedaan itu bisa berupa fisik, intelejensi, sikap, kepribadian, agama, dll.

b) Manusia Sebagai Makhluk Sosial (Sosial Being)


Telah kita ketahui bersama bahwa manusia tidak dapat hidup
sendirian, manusia membutuhkan manusia lain agar bisa tetap exsis dalam
menjalani kehidupan ini, itu sebabnya manusia juga dikenal dengan istilah
makhluk sosial. Keberadaanya tergantung oleh manusia lain.

Esensi manusia sebagai makhluk sosial ialah adanya kesadaran


manusia tentang status dan posisi dirinya dalam kehidupan bersama dan
bagaimana tanggung jawab dan kewajibannya di dalam kebersamaan
itu.Adanya kesadaran interdependensi dan saling membutuhkan serta
dorongan-dorongan untuk mengabdi sesamanya adalah asas sosialitas
itu.Kehidupan individu di dalam antar hubungan sosial memang tidak
usah kehilangan identitasnya. Sebab, kehidupan sosial adalah realita sama
rielnya dengan kehidupan individu itu sendiri. Individualitas itu dalam
perkembangan selanjutnya akan mencapai kesadaran sosialitas. Tiap
manusia akan sadar akan kebutuhan hidup bersama segera setelah masa
kanak-kanak yang egosentris berakhir.

Seorang guru dalam kegiatan pembelajaran perlu menanamkan


kerjasama kepada peserta didiknya, agar kesadaran sosial itu dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik.Hal tersebut dapat dicapai dengan
penerapan strategi dan metode yang tepat, juga dengan pemberian
motivasi tentang kebersamaan.

5
c) Manusia Sebagai Makhluk Susila (Moral Being)

Asas pandangan bahwa manusia sebagai makhluk susila


bersumber pada kepercayaan bahwa budi nurani manusia secara apriori
adalah sadar nilai dan pengabdi norma-norma.Kesadaran susila (sense of
morality) tak dapat dipisahkan dengan realitas sosial, sebab, justru adanya
nilai-nilai, efektivitas nilai-nilai, berfungsinya nilai-nilai hanyalah di
dalam kehidupan sosial.Artinya, kesusilaan atau moralitas adalah fungsi
sosial. Asas kesadaran nilai, asas moralitas adalah dasar fundamental
yanng membedakan manusia dari pada hidup makhluk-makhluk alamiah
yang lain. Rasio dan budi nurani menjadi dasar adanya kesadaran moral
itu.

Ketiga esensi diatas merupakan satu kesatuan yang tidak


terlepaskan dari diri manusia, tinggal ia sadar atau tidak. Beberapa
individu mempunyai kecenderungan terhadap salah satu esensi itu.Ada
yang cenderung esensi pertama yang lebih menonjol, ada yang kedua dan
ada yang ketiga.Semua tergantung pemahaman dan pendidikan yang
dialami oleh si individu tersebut.Fungsi pendidikan adalah
mengembangkan ketiganya secara seimbang.Agar manusia dapat
menempatkan diri sesuai situasi dan kondisi yang sedang
dialami.Sesuatu yang berlebihan atau malah kurang itu tidak baik, jadi
yang terbaik itu adalah seimbang.

B. Hakekat Manusia dalam Pandangan Filsafat


Sebelum lebih jauh membahas tentang hakekat manusia dalam pandangan
filsafat, izinkan penulis sedikit memaparkan tentang pengertian filsafat itu sendiri
terlebih dahulu.Secara etimologis, filsafat berakar dari bahasa Yunani yaitu
phillein yang berarti cinta, dan shopia yang berarti kebijaksanaan.Jadi filsafat
adalah “cinta kebijaksanaan”.Kemudian dari pendekatan etimologis tersebut,
dapat disimpulkan bahwa filsafat berarti pengetahuan mengenai pengetahuan, akar
dari pengetahuan atau pengetahuan yang terdalam. Secara terminologis, banyak
sekali pendapat-pendapat yang berkenaan dengan pengertian filsafat.Tidak ada
pengertian yang secara pasti, tetapi berikut beberapa pengertian yang penulis
dapat dari beberapa sumber.

6
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang amat luas (komprehensif) yang
berusaha untuk memahami persoalan-persoalan yang timbul didalam
keseluruhan ruang lingkup pengalaman manusia.

Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh tentang


hakekat kebenaran sesuatu, upaya manusia dengan akal budinya untuk
memahami, mendalami dan menyelami secara radikal, dan integral serta
sistematik mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat
menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakekatnya yang dapat dicapai
akal manusia dan bagaimana sikap manusia seharusnya setelah mencapai
pengetahua tersebut.

Sabagaimana telah sedikit di utarakan di awal tadi, manusia merupakan


makhluk yang sangat unik.Upaya pemahaman hakekat manusia sudah dilakukan
sejak dahulu.Namun, hingga saat ini belum mendapat pernyataan yang benar-
benar tepat dan pas, dikarenakan manusia itu sendiri yang memang unik, antara
manusia satu dengan manusia lain berbeda-beda.Bahkan orang kembar identik
sekalipun, mereka pasti memiliki perbedaaan.Mulai dari fisik, ideologi,
pemahaman, kepentingan dll.Semua itu menyebabkan suatu pernyataan belum
tentu pas untuk di amini oleh sebagian orang.

Para ahli pikir dan ahli filsafat memberikan subtensi kepada manusia
sesuai dengan kemampuan yang dapat dilakukan manusia di bumi ini;

a) Manusia adalah Homo Sapiens, artinya makhluk yang mempunyai


budi,
b) Manusia adalah Animal Rational, artinya binatang yang berpikir,
c) Manusia adalah Homo Laquen, artinya makhluk yang pandai
menciptakan bahasa dan menjelmakan pikiran manusia dan perasaan
dalam kata-kata yang tersusun,
d) Manusia adalah Homo Faber, artinya makhluk yang terampil. Dia
pandai membuat perkakas atau disebut juga Toolmaking Animal
yaitu binatang yang panda membuat alat,
e) Manusia adalah Zoon Politicon, yaitu makhluk yang pandai
bekerjasama, bergaul dengan orang lain dan mengorganisasi diri
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
f) Manusia adalah Homo Economicus, artinya makhluk yang tunduk
pada prinsip-prinsip ekonomi dan bersifat ekonomis,
g) Manusia adalah Homo Religious, yaitu makhluk yang beragama. Dr.
M. J.

7
Langeveld seorang tokoh pendidikan bangsa Belanda, memandang manusia
sebagai Animal Educadum dan Animal Educable, yaitu manusia adalah makhluk
yang harus dididik dan dapat dididik.

Kemudian Setidaknya terdapat empat aliran pemikiran yang berkaitan tentang


masalah rohani dan jasmani (sudut pandang unsur pembentuk manusia) yaitu:
Aliran serba zat, aliran serba ruh, aliran dualisme, dan aliran aksistensialisme.
a) Aliran Serba zat (Faham Materialisme)

Aliran serba zat ini mengatakan yang sungguh-sunguh ada itu adalah zat atau
materi, alam ini adalah zat atau materi dan manusia adalah unsur dari alam, maka
dari itu manusia adalah zat atau materi. Manusia ialah apa yang nampak sebagai
wujudnya, terdiri atas zat (darah, daging, tulang).

Jadi, aliran ini lebih berpemahaman bahwa esensi manusia adalah lebih kepada
zat atau materinya.Manusia bergerak menggunakan organ, makan dengan tangan,
berjalan dengan kaki, dll.Semua serba zat atau meteri. Berdasar aliran ini, maka
dalam pendidikan manusia harus melalui proses mengalami atau pratek
(psikomotor).

b) Aliran Serba Ruh

Dalam buku lain, aliran ini diberi namaAliran Idealisme. Aliran ini
berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia ini adalah ruh, juga
hakekat manusia adalah ruh.Ruh disini bisa diartikan juga sebagai jiwa, mental,
juga rasio/akal.Karena itu, jasmani atau tubuh (materi, zat) merupakan alat jiwa
untuk melaksanakan tujuan, keinginan dan dorongan jiwa (rohani, spirit, ratio)
manusia.

Jadi, aliran ini beranggapan bahwa yang menggerakkan tubuh itu adalah ruh
atau jiwa. Tanpa ruh atau jiwa maka jasmani, raga atau fisik manusia akan mati,
sia-sia dan tidak berdaya sama sekali. Dalam pendidikan, maka tidak hanya aspek
pengalaman saja yang diutamakan, faktor dalam seperti potensi bawaan
(intelegensi, rasio, kemauan dan perasaan) memerlukan perhatian juga.

c) Aliran Dualisme

Aliran ini menganggap bahwa manusia itu pada hakekatnya terdiri dari dua
substansi, yaitu jasmani dan rohani. Aliran ini melihat realita semesta sebagai
sintesa kedua kategori animate dan inanimate, makhluk hidup dan benda mati.
Demikian pula manusia merupakan kesatuan rohani dan jasmani, jiwa dan raga.

8
Misalnya ada persoalan: dimana letaknya mind (jiwa, rasio) dalam pribadi
manusia. Mungkin jawaban umum akan menyatakan bahwa ratio itu terletak pada
otak. Akan tetapi akan timbul problem, bagaiman mungkin suatu immaterial
entity (sesuatu yang non-meterial) yang tiada membutuhkan ruang, dapat
ditempatkan pada suatu materi (tubuh jasmani) yang berada pada ruang wadah
tertentu.

Jadi, aliran ini meyakini bahwa sesungguhnya manusia tidak dapat dipisahkan
antara zat/raga dan ruh/jiwa.Karena pada hakekatnya keduanya tidak dapat
dipisahkan.Masing-masing memiliki peranan yang sama-sama sangat vital. Jiwa
tanpa ruh ia akan mati, ruh tanpa jiwa ia tidak dapat berbuat apa-apa. Dalam
pendidikan pun, harus memaksimalkan kedua unsur ini, tidak hanya salah satu
saja karena keduanya sangat penting.

d) Aliran Eksistensialisme

Aliran filsafat modern berpikir tentang hakekat manusia merupakan eksistensi


atau perwujudan sesungguhnya dari manusia. Jadi intinya hakikat manusia itu
yaitu apa yang menguasai manusia secara menyeluruh. Disini manusia dipandang
dari serba zat, serba ruh atau dualisme dari kedua aliran itu, tetapi memandangnya
dari segi eksistensi manusia itu sendiri di dunia.

C. Hubungan Manusia dan Filsafat

Kaitan antara filsafat dan manusia memang benar-benar erat, dimana


manusia itu sendirilah yang akan melahirkan sebuah filsafat. Memang pada
dasarnya manusia dilahirkan sebagai bayi yang tidak bisa melakukan apa-apa
tanpa bantuan orang lain. Hal ini biasnya digambarkan bahwa manusia yang
baru lahir seperti sebuah kertas putih yang masih bersih dari coret-coretan. Dan
dalam masa tertentu kertas itu sedikit demi sedikit akan terdapat goresan-
goresan. Dalam hal ini yaitu menggambarkan akan fungsi hereditas yang dibawa
manusia itu sendiri dan lingkungan sekitar tempat manusia itu berinteraksi
dengan manusia yang lainnya.
Secara harfiah atau konseptual filsafat dapat juga diartikan sebagai
segala aktifitas manusia untuk merenungkan tentang segala ssuatu yang ada,
sehingga mempunyai makna yang mendalam.Dan biasanya filsafat juga
merupakan suatu sikap atau pandangan hidup manusia, karena filsafat seseorang
ialah keseluruhan jumlah kepercayaan atau keyakinannya, jadi setiap manusia
cenderung mempunyai suatu filsafat hidup atau pedoman hidup.Dilihat dari
definisi diatas telah terlihat dengan jelas kaitan antara filsafat dan manusia.

9
Filsafat bukan semata-mata permainan alam pikiran yang hanya untuk
memenuhi hasrat keingintahuan manusia, tetapi filsafat mempunyai fungsi
dalam kehidupan manusia. Ada beberapa alasan mengapa kita memerlukan
filsafat, yaitu bahwa :

1. filsafat membantu manusia dalam mengambil keputusan dan tindakan


dalam kehidupannya.
2. filsafat sedikit banyaknya dapat mengurangi kesalahpahaman dan konflik
dalam hidup.
3. untuk dasar menghadapi banyak kesimpangsiuran banyak hal dalam dunia yang
selalu berubah.

Kedudukan filsafat dalam kehidupan manusia yaitu memberikanpengertian dan


kesadaran kepada manusia akan arti pengetahuan tentangkenyataan yang diberikan oleh
filsafat. Berdasarkan dasar-dasar hasilkenyataan, maka filsafat memberikan pedoman
hidup kepada manusia,pedoman itu mengenai sesuatu yang berada disekitar manusia
sendiri seperti kedudukan dalam hubungannya dengan yang lainnya.Kita juga
mengetahuibahwa alat-alat kewajiban manusia seperti akal, rasa dan
kehendak.Denganakal, filsafat memberikan pedoman hidup untuk berpikir guna
memperolehpengetahuan.Dengan rasa dan kehendak maka filsafat memberikan
pedomantentang kesusilaan mengenai baik dan buruk.

Dalam proses kehidupan, manusia akan dihadapkan dengan


berbagaimasalah.Untuk dapat memilih dan melaksanakan cara hidup yang baik. Dan
halitu harus melalui pendidikan.Jadi bagi manusia pendidikan merupakan
suatukeharusan (Animal educandum).

Peran filsafat dalam kehidupan manusia disini yaitu sebagai pola pikir manusia
yang yang bijaksana, arif dalam menjalani suatu kehidupan.Sesuai dengan
pengertiannya dari segi etimologi. Filsafat akan mengajarkan dan melatih manusia
untuk bersikap yang bijaksana dalam hidup. Terkadang dengan
berfikirfilsafat,seseorang akan mempunyai suatu filsafat hidup atau pandangan
ataupedoman hidup yang baik.Oleh karena itu erat sekali hubungan antara keberadaan
manusia, filsafat danpendidikan dalam proses kehidupan manusia di dunia ini.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia dan Filsafat mempunyai kaitan yang cukup erat dalam suatu
kehidupan. Manusia memiliki akal pikiran dan berbagai kebutuhan untuk suatu
hal yang diinginkan yang akan melahirkan suati pemikiran filsafati. Filsafat
juga merupakan suatu sikap atau pandangan hidup manusia, karena filsafat
seseorang ialah keseluruhan jumlah kepercayaan atau keyakinannya, jadi setiap
manusia cenderung mempunyai suatu filsafat hidup atau pedoman
hidup.Karena filsafat satu-satunya yan telah mencapai kebenaran atau
pengetahuan. Filsafat akan memberikan alternatif mana yang paling baik untuk
dijadikan pegangan manusia.

Dalam sisi lain, dapat kita tarik dalam garis besarnya bahwa manusia
memiliki kodratnya sebagai makhluk alamiah dan di sisi lain manusia juga
sebagai makhluk social yang memiliki peranan penting dalam kehidupan
bermasyarakat termasuk dalam hal pendidikan yang memiliki pedoman dan
pegangan tersendiri. Manusia sebagai makhluk alamiah mengandung arti
bahwa manusia secara individualitas dapat belajar secara langsung maupun
tidak langsung belajar mempelajari kehidupannya sendiri dan tidak dapat lepas
juga dari alam yang ada di sekelilingnya yang seringkali dimanfaatkan untuk
kehidupannya.

Manusia juga tidak lepas dari hubungannya dengan manusia yang


lainnya. Dimana manusia tidak hanya memiliki peran sebagai manusia alamiah
yang bergantung pada kehidupan pribadinya sendiri atau yang sering kita sebut
sebagai makhluk social.Manusia sebagai makhluk social harus mampu
berinteraksi secara hakekat dan keberadaannya, termasuk dalam bidang
pendidikan pula manusia memiliki peranan yang berpedoman pada filsafat
yang sangat begitu penting dan erat kaitannya.Jadi, manusia pada hakekatnya
berperan sebagai makhluk alamiah dan social yang memiliki kaitan yang erat
dengan filsafat sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupannya.

11
B. Saran

Di dalam kehidupan nyata manusia di hadapkan oleh berbagai macam


fenomena.Manusia dituntut untuk menjadi manusia yang peka terhadap
perkembangan zaman. Oleh sebab itu manusia diharuskan untuk menjadi
manusia yang mempunyai daya fikir yang cerdas dalam menyikapi suatu
masalah yang ada.tapi hal itu kurang lengkap tanpa adanya suatu kebijakanaan
dan tanggung jawab di dalamnya, Selain itu filsafat juga menjadikan kita
menjadi diri sendiri , memiliki cara berpikir yang disempurnakan dan memiliki
sikap kritis terhadap berbagai hal.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribs.com/manusia-dan-filsafat

https://www.acamedia.edu/_Manusia _Dan_Filsafat

13

Anda mungkin juga menyukai