Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PANDANGAN BEBERAPA FILSUF TENTANG MANUSIA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Filsafat Umum Dosen
Pengampu : Uswatun Hasanah, S. Psi., M. Si

Kelompok II Oleh:

ABDUL HASIB (2329222020 )

BAHRUL GUNAWAN ( 2329222025 )

STUDI EKONOMI SYARI’AH

JURUSAN EKONOMI

STAI MUAFI SAMPANG

TAHUN AKADEMIK 2024

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
rahmat, kasih dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik.Penyusunan makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah umum di STAI MUAFI yaitu PANDANGAN BEBERAPA FILSUF
TENTANG MANUSIA . Selain itu juga tujuan dari penyusunan makalah ini
untuk menambah wawasan tentang identitas pribadi kelompok dan guru bangsa
yang tentunya menjadi judul utama makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini kami mendapat bantuan dari berbagai


pihak, oleh karena itu kami ingin mengucapkan terimakasih kepada teman dan
kerabat yang telah berpartisipasi dan bekerjasama. Serta kepada dosen Filsafat
Umum yang diampu Oleh : Uswatun Hasanah, S. Psi., M. Si yang telah
membimbing kami dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat menjadi suatu
makalah yang baik.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas tentang
sejarah peradapan islam kepada pembaca, khususnya kepada mahasiswa STAI
MUAFI Kami sadar betul bahwa makalah ini jauh dari kata kesempurnaan. Oleh
karena itu kami menerima kritik dan saran dari pembaca agar pembuatan makalah
selanjutnya dapat menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih
banyak, dan harapan kami semoga makalah ini dapat membantu proses
perkuliahan serta dapat bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan
peningkatan ilmu pengetahuan untuk kami semua.

Ketapang, 05 Februari 2024

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................
C. Tujuan Masalah .............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................................

A. Pengertian Manusia.......................................................................................................
B. Pandangan Filsuf Tentang Manusia................................................................................
C. Ciri-Ciri Filsafat Manusia..............................................................................................
D. Hakikat Tujuan Hidup Manusia...................................................................................
E. Manfaat Mempelajari Filsafat Manusia.......................................................................
F. Kedudukan Dan Peran Manusia...................................................................................

BAB III PENUTUP.........................................................................................................


A. KESIMPULAN..........................................................................................................
B. SARAN.......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan yang Maha Esa. Sejak
dahulu,manusia selalu menjadi pembahasan yang menarik bagi para
pemikir, para filsufdan ilmuan karena melihat manusia sebagai sesuatu
yang unik. Seperti Plato, Ia memandang manusia terdiri dari jiwa dan
tubuh. Dua elemen manusia ini memiliki esensi dan karakteristik yang
berbeda. Jiwa
adalah zat sejati yang berasal dari dunia sejati, dunia idea. Jiwa tertanam d
alam tubuh manusia.sementara tubuh manusia adalah zat semu yang akan
hilang lenyap bersamaan dengan kematian manusia. sedangkan ide tetap
abadi. Sesuatu yang abadi terperangkap di dalam sesuatu yang fana, itulah
Nasib jiwa. Tubuh adalah penjara bagi jiwa.. Sifat utama manusia adalah
rasionalitas, keutamaan moral dan kabajikan selama hidup di dunia ini.
Sedangkan Aristoteles mengemukakan pendapat yang berbeda
dengan Plato,ia memandang manusia sebagai satu kesatuan. Tubuh dan
jiwa adalah satu substansi. Perbedaan keduanya bukan perbedaan esensial.
Bagi Aristoteles jiwa manusia tidak terpenjara dalam tubuh.
Ketidakbebasan manusia bukan dalam kondisi terpenjaranya jiwa oleh
badan melainkan ketidakmampuan mereka menggunakan keseluruhan
sistem psiko-fisik dalam memahami alam semesta dan ketidakmampuan
mengembangkan dirinya dalam kehidupan sehari-hari,termasuk kehidupan
sosial. Tujuan
hidup manusia adalah mencapai kebahagiaan, tetapi bukan kebahagiaan ya
ng hedonistik, bukan yang semata mementingkan kenikmatan fisik.
Kebahagiaan manusia adalah kebahagiaan yang dicapai dengan tindakan-
tindakan rasional.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan manusia?
2. Apa saja ciri-ciri filsafat manusia?
3. Apa saja hakikat dan tujuan hidup manusia?

4
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian manusia
2. Untuk mengetahui ciri-ciri filsafat manusia
3. Untuk mengetahui hakikat dan tujuan hidup manusia

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Manusia

Manusia diartikan sebagai makhluk alamiah yaitu karena manusia


tidak bisa lepas dari alam. Manusia membutuhkan alam untuk hidup. Sebagai
contoh, kita memerlukan oksigen yang berasal dari alam untuk bernafas.Kita
juga menggunakan ikan, sayur mayur, dan air yang berasal dari alam untuk
melangsungkan kehidupan. Manusia memiliki insting untuk menentukan apa
yang akan dia lakukan. Sebagai contoh jika manusia merasakan lapar,
otomatis manusia itu akan mencari makanan untuk mengatasi rasa laparnya.

Manusia juga disebut sebagai makhluk sosial. Artinya manusia


memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi
dan berinteraksi dengan manusia yang lain. Dalam hidup bersama dengan
sesamanya (bermasyarakat), setiap individu menempati kedudukan (status)
tertentu, mempunyai dunia dan tujuan hidupnya masing masing, namun
demikian sekaligus ia pun mempunyai dunia bersama dan tujuan hidup
bersama dengan sesamanya. Melalui hidup dengan sesamanyalah manusia
akan dapat mengukuhkan eksistensinya. Sehubungan dengan ini Aristoteles
menyebut manusia sebagai makhluk social atau makhluk bermasyarakat.

2. PANDANGAN BEBERAPA FILSUF TENTANG MANUSIA.

Dibawah ini adalah beberapa pengertian tentang manusia oleh para tokoh Filsuf :

a) PLATO

5
Menurut plato, martabat manusia sebagai pribadi tidak terbatas pada mulainya
jiwa bersatu dengan raga. Jiwa telah berada lebih dulu sebelum jatuh kedunia dan
disatukan dengan badan (Timaeus). maka bagi plato, yang disebut manusia atau
pribadi adalah diri sendiri. Sedangkan badan oleh plato dianggap sebagai alat
yang berguna alat yang berguna ketika masih hidup didunia ini, disamping
berguna, sekaligus juga memberati usaha jiwa untuk mencapai kesempurnaan,
yaitu kembali pada dunia ide.1

b) THOMAS AQUINAS

Thomas menolak pendapat dari plato tentang manusia diatas, bagi thomas,
yang disebut manusia sebagai pribadi adalah “ makhluk inidifidu yang dianugrahi
kodrat rasional” (summa theologi). yang disebut makhluk individual, yang hidup,
ialah makhluk yang merupakan kesatuan antara jiwa dan badan. Maka sejauh jiwa
dan badan sudah menyatu, itu sudah dikatakan hidup walaupun belum dapat
berdikari, haruslah disebut sebagai pribadi yang utuh.

Dari pendapat dua tokoh tadi. Yang paling digunakan oleh filosof adalah
pendapat dari thomas, namun pendapat thomas juga masih ada keganjalan,yaitu
bahwa jiwa manusia itu diciptakan lengsung oleh ALLAH tanpa berhubungan
dengan badan. Masih bisa dipertanyakan : seandainya manusia diciptakan secara
langsung tanpa hubungan aktifitas dari manusia dan pengaruh orang tua(GEN),
maka cocokkah dengan teori biologi yang dipercayai manusia pada zaman
sekarang.? Jadi bisa disimpulkan bahwa pendapat tomas masih ada
kekurangannya.

c) DAFID HUME

Dafid menyimpulkan bahwa pribadi adalah identitas diri. Yaitu kesaan jati
diri manusia dalam kaitannya dengan waktu. David berpegang teguh pengetahuan
ilmiyah hanya dapat diciptakan dengan titik tolak pengalaman inderawi, yaitu dari
penglihatan, penciuman, perabaan, pencicipan, dan pendengaran. Dari
penyidikannya, dia menyimpulkan bahwa ‘pribadi’ “hanyalah suatu untingan atau

1 A Treatise of Human Nature, hlm. 258.

6
kumpulan persepsi yang berbeda-beda, yang saling menggantikan secara
berturutan dengan kecepatan yang luar biasa, selalu mengalir dan bergerak”.2

d) IMANUEL KANT

Imanuel Kant memahami ‘pribadi’ sebagai berikut, “ sesuatu yang sadar


akan identitas numerik mengenai dirinya sendiri pada waktu yang berbeda-beda
disebut seorang pribadi. Jiwa itu sadar, dan lain-lain. Maka jiwa adalah pribadi”

e) JOHN STUART MILL

Untuk Mill, yang disebut ‘pribadi’ adalah manusia individual yang


mempunyai kebebasan mutlak dalam hubungannya dengan masyarakat. Mill
mempertentangkan individu dengan masyarakat. Bagi Mill, individu mempunyai
kedudukan yang lebih tinggi dari masyarakat. Apa pun alasannya individu harus
diprioritaskan di atas masyarakat. Menjadi jelas bahwa baginya kepentingan
individu tidak pernah boleh dikorbankan demi kepentingan masyarakat. 3

f) JOHN DEWEY

Kata ‘pribadi’ bagi John Dewey berarti seseorang yang bertindak sebagai
wakil dari suatu grup atau masyarakat. Seorang individu hanya bisa disebut
pribadi kalau ia mengemban dan menampikan nilai-nilai sosial masyarakat
tertentu. Maka ada hubungan erat antara martabat seseorang sebagai pribadi dan
perannya di dalam masyarakat. Dewey menolak mentah-mentah ide Mill yang
mempertentangkan individu dengan masyarakat.

Gagasan mengenai individu haruslah memasukkan nilai-nilai masyarakat


– bukannya memandang masyarakat sebagai penghalang bagi kebebasan dan
perkembangan individual. Hal ini jelas di dalam pandangan Dewey mengenai
pribadi.

2 Ctritique of Pure Reason, A 361


3 John Stuart Mill, On Liberty, Indianapolis: Hackett Publishing Company, Inc., 1978

7
g) JOHN MACMURRAY

John Macmurray menggunakan kata ‘pribadi’ untuk menunjuk kepada


seorang pelaku yang konkret dan rill. pribadi, menurut Macmurry, pertama-tama
adalah pelaku (agent), bukannya pemikir. Baginya “ I do” lebih penting daripada “
I think”. Sifat khusus manusia adalah kemampunnya untuk bertindak, bukannya
untuk berpikir. Akal terutama merupakan unsur pelengkap atau bagian integral
dari tindakan. Artinya fungsi akal adalah untuk mengabdi tindakan Tindakan
merupakan pelaksanaan dari suatu maksud tertentu, dan dengan tindakkannya
seseorang sekaligus masuk ke dalam relasi dengan pelaku-pelaku yang lain. Maka
setiap masyarakat manusia adalah kesatuan dari pribadi-pribadi.

Namun, Macmurry menyadari bahwa tidak semua interaksi manusia


bersifat personal atau pribadi. Hanya kalau manusia memperlakukan sesamanya
sebagai pribadi, yaitu sebagai manusia yang mempunyai maksud atau cita-cita,
maka interaksi itu bersifat personal. Karena masyarakat bukanlah melulu
kenyataan yang terjadi begitu saja, tetapi melibatkan maksud atau intensi, maka
maksud memainkan peranan penting di dalam hubungan manusiawi.

3. CIRI-CIRI FILSAFAT MANUSIA

Bila melihat secara umum, filsafat manusia bercirikan :

Ekstensif: dapat kita saksikan dari luasnya jangkauan atau menyeluruhnya


objek kajian yang di geluti oleh filsafat.

Intensif (mendasar): filsafat adalah kegiatan intelektual yang hendak


menggali inti hakikat (esensi), akar, atau struktur dasar, yang melandasi segenap
kenyataan.

Kritis: karena tujuan filsafat manusia pada taraf akhir tidak lain adalah
untuk memahami diri sen diri maka hal apa saja yang secara langsung maupun
tidak langsung berhubungan dengan pemahaman diri manusia, tidak luput dari
kritik filsafat.

Diatas mungkin itulah ciri singkat daripada filsafat manusia, sebagai


penjelasanya dari ciri ekstensif itu sendiri ialah bahwa filsafat manusia adalah

8
gambaran menyeluruh atau synopsis tentang realitas manusia. Berbeda dengan
ilmu-ilmu tentang manusia, filsafat mansuia tidak menyoroti aspek-aspek tertentu
dari gejala dan kejadin mansuia secara terbatas.

Aspek-aspek seperti kerohanian dan kejasmanisan, kebebasan dan


determinisme, serta dimensi-dimensi seperti sosialitas dan individualitas.
Semuanya itu ditempatkan dalam kesatuan gejala dan kejadian manusia, yang
kemudian disoroti secara integral oleh filsafat manusia. Dan tentunya filsafat
mansuia hanya menggambarkan realitas mamnusia secara garis besar saja. Ia
berbeda dengan ilmu, tidak mempunyai pengetahuan dan informasi yang sangat
mendetail dan spesifik tentang dimensi-dimensi tertentu dari manusia.

Kemudian ciri lain dari filsafat manusia adalah penjelasan yang intensif
(mendasar). filsafat adalah kegiatan intelektual yang hendak menggali inti hakikat
(esensi), akar, atau struktur dasar, yang melandasi segenap kenyataan. Dalam
hubungannya dengan filsafat manusia, dapatlah kita katakan, bahwa filsafat
manusia hendak mencari inti, hakikat (esensi), akar atau struktur dasar, yang
melandasi kenyataan manusia, baik yang tampak pada gejala kehidupan sehari-
hari (prailmiah), maupun yang terdapat di dalam data-data dan teori-teori ilmiah.
Orang bisa menggugat ciri intensif filsafat ini, misalnya dengan menyatakan
bahwa ilmu pun pada prinsifnya hendak mencari dasar atau akar (sebab) dibalik
gejala atau kejadian tertentu (akibat). Tetapi tentu saja, ada perbedaan dalam
derajat dan intensitasnya.

Dan ciri kritis dari filsafat manusia ialah peka terhadap apa yang
digelutinya atau terhadap objek yang dikajinya. Filsafat manusia hendak
memahami manusia secara intensif dan ekstensif, maka ia tidak puas terhadap
pengetahuan atau informasi yang bersifat sempit, dangkal dan simplistic tentang
manusia. Sambil menjalankan usahaya dalam memahami manusia secara ekstensif
dan intensif, filsafat manusia tidak henti-hentinya mengecam kekuatan-kekuatan
atau ideologi-ideologi yang ada itu.4

4 John Dewey, individualis Old and New, New York: Capricon Books, 1962

9
4. HAKIKAT TUJUAN HIDUP MANUSIA

Hakikat kehidupan manusia adalah menuju kematian,suka tidak suka,mau tidak


mau,manusia pasti akan mengalami yang namanya mati. Sesungguhnya kita
datang kedunia ini bukanlah atas kehendak kita,manusia datang kedunia,bukanlah
atas kehendak manusia itu sendiri,tetapi manusia datang kedunia atas kehendak
Allah SWT. Kattasoff . Oleh karena itu, dalam menjalani kehidupan, manusia
tidak boleh menyia-nyiakan masa hidupnya untuk berbuat kebajikan dan pada
dasarnya manusia diciptakan di dunia ini untuk beribadah, sepertihalnya yang
telah diterangkan pada surat Adz Dzaariyat Ayat 56 ;

Yang artinya ; “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku (ALLAH)”. (Adz Dzaariyat Ayat 56).

Pada hakikatnya tujuan manusia dalam menjalankan kehidupannya


mencapai perjumpaan kembali dengan Penciptanya. Perjumpaan kembali tersebut
seperti kembalinya air hujan kelaut. Kembalinya manusia sesuai dengan asalnya
sebagaimana dalam dimensi manusia yang berasal dari Pencipta maka ia kembali
kepada Tuhan sesuai dengan bentuknya misalkan dalam bentuk imateri maka
kembali kepada pencinta dalam bentuk imateri. sedangkan unsur materi yang
berada dalam diri manusia akan kembali kepada materi yang membentuk jasad
manusia. 5

5. MANFAAT MEMPELAJARI FILSAFAT MANUSIA

Manfaat mempelajari filsafat manusia berguna untuk mengetahui apa dan


siapa manusia secara menyeluruh. Selain itu, untuk mengetahui siapakah
sesungguhnya diri manusia didalam pemahaman manusia yang menyeluruh itu.
Abidin . Maksud dari menyeluruh ialah tidak hanya mempelajari dari segi fisik
dan mental, tetapi semua aspek yang berkaitan tentang diri manusia.

5 John Macmurry, Persons in Relations, Atlantic Highlands, N.J.: Humanities Press, 1984

10
Filsafat manusia juga dapat membantu memberikan makna pada apa yang
tengah kita alami, menentukan tujuan hidup, dan sebagainya. Secara teoritis,
filsafat manusia dapat membantu kita meninjau secara kritis asumsi-asumsi yang
tersembunyi di dalam teori-teori tentang manusia yang terdapat di dalam ilmu
pengetahuan. Mufida. Manfaat lainnya dalalm mempelajari filsafat manusia yaitu
memberikan pemahaman esensial tentang manusia dan hakikat tujuan hidup
manusia agar lebih bermakna.

Menurut latif , dengan mengetahui dan mengenal siapa diri manusia, maka
manusia menjadi sadar tentang kehadiraya di dunia. Bukan itu saja, mengenal diri
manusia sangat penting, artinya mengenal manusia berarti membebaskan manusia
dari keterasingan, paling tidak terbebas dari keterasingan diri sendiri.Dengan kata
lain, mengenal siapa diri manusia berarti memahami makna hadirnya manusia di
dunia.

Hidup manusia dipimpin oleh pengetahuan manusia sendiri, oleh karena


itu mengetahui kebenaran-kebenaran yang mendasar dalam hidup berarti
mengetahui dasar-dasar hidup yang sebenarnya. Hal ini akan benar-benar Nampak
pada etika manusia tersebut. Salam . Dengan mempelajari filsafat manusia berarti
mempelajari dasar-dasar dari esensi manusia. Setelah manusia mengetahui hakikat
dirinya maka akan Nampak pada perubahan etika dalam menjalani kehidupan,
serta lebih memaknai masa hidupnya.

6. KEDUDUKAN DAN PERAN MANUSIA

Manusia sebagai mahluk yang berdimensional memiliki peran dan


kedudukan yang sangat mulia. Manusia yang memiliki eksistensi dalam hidupnya
sebagai abdullah (kedudukan ketuhanan), an-nas (kedudukan antar manusia), al
insan (kedudukan antar alam), al basyar (peran sebagai manusia biasa) dan
khalifah (peran sebagai pemimpin). Seperti yang tercantumkan pada Al_Qur’an
Surat Al_Baqarah Ayat 30 ;

Yang Artinya ; Dan Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para


malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi

11
itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui". (Al_Baqarah Ayat 30).

Kedudukan dan peran manusia adalah memerankan ia dalam kelima


eksistensi tersebut. Misalkan sebagai khalifah di muka bumi sebagai pengganti
Tuhan manusia di sini harus bersentuhan dengan sejarah dan membuat sejarah
dengan mengembangkan esensi ingin tahu menjadikan ia bersifat kreatif. Manusia
terhadap Tuhan memiliki kedudukan sebagai hamba, yang memiliki inspirasi
nilai-nilai ke-Tuhan-an yang tertanam sebagai penganti Tuhan dalam muka bumi.
Manusia dengan manusia yang lain memiliki korelasi yang seimbang dan saling
berkerjasama dala rangka memakmurkan bumi. Manusia dengan alam sekitar
merupakan sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan rasa syukur kita terhadap
Tuhan dan bertugas menjadikan alam sebagai subjek dalam rangka mendekatkan
diri kepada Tuhan, di mana harus menjaga agama, jiwa, keturunan, harta, akal
dan, ekologi.

a) Hubungan kepada Tuhan (Manusia sebagai Hamba)

Dalam kondisi sosial tertentu, tidak sedikit manusia yang melupakan faktor
ketuhanan sehingga mereka menjadi ateis. Utamanya bagi penganut materialisme
yang mempercayai bahwa segala sesuatu berasal dari benda. Tidak ada unsur
spiritual yang membuat benda itu tercipta. Hal ini bertolak belakang dengan
ajaran agama-agama di dunia yang mengatakan sumber segala sumber ialah
Tuhan.

Agama apapun itu pasti mengajarkan hubungan kepada Tuhan sebagai


hubungan yang dinomor-satukan sepertihalnya ketika kita memohon kepadanya,
keterangan yang tercantum pada Suran Al’Araf Ayat 55 ;

Artinya : “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara


yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui
batas”. (Al’Araf Ayat 55).

12
tidak berarti mengutamakan hubungan ketuhanan dan memandang remeh
hubungan-hubungan yang lain. Namun ketiga hubungan sebagai manusia perlu
dijalankan secara bersamaan. Hanya saja hubungan kepada Tuhan hendaknya
dijadikan patokan untuk berhubungan dengan dua yang lain. Dengan cara selalu
ingat bahwa manusia dan alam merupakan ciptaan Tuhan. Sebagai manusia perlu
adanya interaksi kepada semua makhluk agar kearifan kehidupan dapat berjalan
sebagaimana mestinya.

b) Hubungan Antar Manusia. (Manusia sebagai makhluk sosial)

Hubungan lain yang harus dijalankan manusia dalam kedudukannya


sebagai makhluk sosial ialah hubungan antarmanusia itu sendiri. Setelah
membahas mengenai hubungan kepada Tuhan, pasti menimbulkan perbedaan
pendapat antar satu golongan dengan golongan yang lain yang diterangkan pada
Surat Al_Hujaraat Ayat 13 ;

Yang Artinya ; Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari


seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di
antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
(Al_Hujaraat Ayat 13).

Tuhan yang dibahasakan secara berbeda oleh masing-masing keyakinan


bisa menjadi sumber perpecahan apabila tidak dipahami secara kemanusiaan.
Bahwa setiap manusia itu berbeda-beda, pilihan keagamaan merupakan jalan
pribadi yang tidak dapat diganggu gugat keabsahannya.

Semua orang boleh mengklaim dirinya lebih baik dibanding yang lain.
Namun itu terbatas pada tataran keyakinan yang tidak harus diungkapkan dengan
gerakan-gerakan yang justru membuat hubungan antarmanusia menjadi terhalang.
Merasa lebih baik merupakan sifat manusiawi yang tidak dapat dihilangkan,
namun dapat dikendalikan dengan pemahaman-pemahaman asas ketuhanan.

c) Hubungan kepada Alam (manusia sebagai makhluk)

13
Hubungan terpenting lainnya ialah hubungan kepada alam. Alam tidak
terjustifikasi sebagai bentuk dari pepohonan, tumbuh-tumbuhan dan lain
sebagainya. Namun alam mencakup semua hal, baik alam yang terlihat maupun
yang tidak terlihat.

Adapun ayat yang menerangkan ada pada Surat Al-Luqman Ayat 20 ;

Yang Artinya ; Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah


menundukkan untuk (kepentingan) mu apa yang di langit dan apa yang di bumi
dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara
manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan
atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.(Al_Luqman Ayat 20).

Dari ayat tersebut kita dapat memahami ternyata seluruh alam semesta
dengan semua bentuk keteraturannya dan hokum-hukum yang berlaku lalu
diserahkan dan ditundukkan kepada manusia untuk dikelola dan dimanfaatkan
oleh manusia itu sendiri, manusia yang telah diberi wewenang untuk
mengelolanya dan juga merawat dan memanfaatkan alam semesta ini dengan
sebaik mungkin.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Manusia dan Filsafat mempunyai kaitan yang cukup erat dalam suatu
kehidupan. Manusia memiliki akal pikiran dan berbagai kebutuhan untuk suatu
hal yang diinginkan yang akan melahirkan suatu pemikiran filsafat. Filsafat
merupakan suatu sikap atau pandangan hidup manusia. Karena filsafat seseorang
ialah keseluruhan jumlah kepercayaan atau keyakinannya. Jadi setiap manusia
cenderung mempunyai suatu filsafat hidup atau pedoman hidup. Karena filsafat
akan memberikan alternatif mana yang paling baik untuk dijadikan pegangan
manusia.

14
Dalam sisi lain, dapat kita tarik dalam garis besarnya bahwa manusia
memiliki kodratnya sebagai makhluk alamiah dan di sisi lain manusia. Juga
sebagai makhluk sosial yang memiliki peranan penting dalam kehidupan
bermasyarakat termasuk dalam hal Pendidikan yang memiliki pedoman dan
pegangan sendiri. Manusia sebagai makhluk alamiah mengandung arti bahwa
manusia secara individualitas dapat belajar secara langsung maupun tidak
langsung belajar mempelajari kehidupannya sendiri dan tidak dapat lepas juga
dari alam yang ada disekelilingnya yang seringkali dimanfaatkan untuk
kehidupannya.

Manusia juga tidak lepas dari hubungannya dengan manusia yang lainnya.
Dimana manusia tidak hanya memiliki peran sebagai manusia alamiah yang
bergantung pada kehidupan pribadinya sendiri atau yang sering kita sebut sebagai
makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial harus mampu berinteraksi secara
hakekat dan keberadaannya, termasuk dalam bidang Pendidikan pula manusia
memiliki peranan yang berpedoman pada filsafat yang sangat begitu penting dan
erat kaitannya. Jadi, manusia pada hakekatnya berperan sebagai makhluk alamiah
dan sosial yang memiliki kaitan yang erat dengan filsafat Pendidikan sebagai
pegangan dan pedoman dalam kehidupannya.

Saran

Demikian makalah yang dapat saya susun,. Sebagai mahasiswa kita harus
mengembangkan ilmu yang kita peroleh dan mencari kebenaran ilmu itu, semoga
dapat bermanfaat bagi kita semua, akhir kata saya menyadari bahwa makalah ini
bukanlah proses akhir, tetapi merupakan langkah awal yang masih banyak
memerlukan perbaikan. Karena itu saya sangat mengharapkan tanggapan, saran
dan kritik yang membangun demi sempurnanya makalah saya yang selanjutnya,
atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA
Filsafat Manusia. Zaenal Abidin. Pt Remaja Rosdakarya.
Dr.P.Hardono Hadi. Jati Diri Manusia. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.1996.

15
John Stuart Mill, On Liberty, Indianapolis: Hackett Publishing Company, Inc.,
1978
John Dewey, individualis Old and New, New York: Capricon Books, 1962
John Macmurry, Persons in Relations, Atlantic Highlands, N.J.: Humanities Press,
1984
A Treatise of Human Nature, hlm. 258. Ctritique of Pure Reason, A 361

16

Anda mungkin juga menyukai