Anda di halaman 1dari 13

RESUME PENGANTAR ILMU FILSAFAT

“HAKIKAT KEHIDUPAN”

Disusun auantuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Filsafat

Disusun Oleh :

Mochammmad Hibatulllah 30.0557

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

FAKULTAS HUKUM TATA PEMERINTAHAN

PRAKTIK PERPOLISIAN DAN TATA PAMONG

JATINANGOR

TAHUN AJARAN 2019-2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke Hadirat Ilahi Rabbi yang telah memberikan
rahmat dan karunianya sehingga tugas ini dapat terselesaikan. Tidak sedikit hambatan yang
ditemukan selama pengerjaan makalah ini, walaupun begitu kiranya masih banyak
kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Sehingga peran serta semua pihak dalam hal
kritik dan saran membangun sangatlah kami butuhkan untuk bias membuat makalah yang
lebih baik di waktu mendatang. Besar harapan kami apabila makalah ini dapat berguna bagi
setiap pihak dan kalangan yang membaca serta mempelajarinya.

Jatinangor, Januari 2020

Penyusun

2|Page
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………. 2
DAFTAR ISI……………………………………………………….……….... 3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….…..….. 4
A. Latar belakang…………………………………………………...… 4
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………….….…. 6
A. Filosofi Kehidupan................................................................ 6
B. Tahapan Kehidupan.. ……………………………………………… 6
C. Filosofi Takdir .................................................................... 8
D. Filosofi Perjuangan .............................................................. 9
BAB III PENUTUP ............................................................................ 11
A. Kesimpulan………………………………………………………… 11
B. Saran……………………………………………………………….. 12
C. DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….. 13

3|Page
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia disebut juga insan. Dalam bahasa arab, berasal dari kata nasiya yang
berarti lupa dan jika di lihat dari kata dasar dari al-uns yang berarti jinak. Kata insan
dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat lupa dan jinak artinya
manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru di sekitarnya. Hal yang
paling membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah akal. Seperti yang kita
ketahui bahwa kita sebagai manusia memiliki akal pikiran, sedangkan hewan dan
tumbuhan tidak memiliki akal. Siapapun dan apapun kedudukannya, manusia harus
memahami hakekat diri dan kehidupannya. Keberadaan manusia pada hakekatnya
terwujud sebagai makhluk alamiah dan makhluk sosial.
Manusia adalah subyek pendidikan, yang sekaligus pula sebagai objek pendidikan.
Salah satu peranannya sebagai subyek pendidikan manusia (khususnya manusia dewasa)
bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pendidikan. Secara moral, manusia
berkewajiban atas perkembangan pribadi generasi penerusnya. Dalam sisi pendidikan,
manusia dewasa berfungsi sebagai pendidik yang bertanggung jawab untuk
melaksanankan misi pendidikan sesuai dengan tujuan dan nilai – nilai yang dikehendaki
manusia dimana pendidikan itu berlangsung. Selain itu sebagai objek pendidikan,
manusia (khususnya anak) merupakan “sasaran”, pembinaan yang dilakukan untuk
melaksanakan suatu proses pendidikan yang pada hakikatnya memiliki kepribadian yang
sama seperti manusia dewasa. Namun hal yang membedakannya ialah karena kodratnya
belum berkembang.
Proses pendidikan merupakan suatu interakasi antara manusia dengan manusia,
dengan lingkungan alamiahnya, dan sosialnya. Itu semua sangat ditentukan oleh aspek
manusianya. Kedudukan manusia sebagai subjek pendidikan didalam masyarakat dan di
alam semesta ini berperan bahwa manusia dapat disebut sebagai makhluk alamiah dan
makhluk social yang memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengemban amanat
untuk membina dan mengembangkan manusia sesamanya serta memelihara alam
lingkungan hidupnya secara bersama – sama. Lebih jauh lagi, manusia bertanggung
jawab atas martabat kemanusiaannya.
Pendidikan dalam arti luas dan mendasar adalah suatu usaha membantu manusia
untuk mengembangkan dirinya dan memanusiakan manusia sesuai dengan filsafat yang

4|Page
ada pada dirinya. Pendidikan berusaha membantu manusia untuk menyingkapkan dan
menemui rahasia yang ada di alam, mengembangkan fitrah manusia untuk
mengembangkan potensinya, mengarahkan kecenderungan emosinya dan membimbing
manusia demi kebaikan dirinya dan masyarakat.
Oleh karena itu, pembicaraan tentang manusia, siapa manusia, darimana asal
manusia, untuk apa manusia hidup dan bagaimana fungsi manusia dalam hidup ini, serta
mau kemana manusia, merupakan suatu pembahasan yang sangat mendasar didalam
filsafat pendidikan.

5|Page
BAB II

PEMBAHASAN
A. Filosofi kehidupan
Awal abad ke-6 sm, merupakan awal filsafat kuno yang ditandai peralihan
pola pikir mitos ke logos. Di awal abad ke-6 sm ini, muncullah pemikiran dari
daaerah pesisir di Asia kecil yakni Miletos yang mencoba memahami dan
menjelaskan dunia pada hasi pemikiran yang logis ( logos ). Melalui logos inilah
mereka mencari prinsip-prinsip rasional dan objrktif ilmiah yang menjelaskan
keteraturan ilmiah yang menjelaskan keterantuaran dunia dan posisi manusia
didalamnya sejak saat itu mulailah babak baru dalam sejarah filsafat kuno.
Ditinajau dari aspek hakiakat kehidupan, adayang mengartikan filsafat sebagai
“kebijaksanaan” ada juga “seni hidup”. Menurut Plato, manusia bertugas mencari dan
mencintai kebijaksanaan, yaitu seni bagaimana orang dapat mengebangkan hidupnya
secara lebih sempurna. Secara etimologis, filsafat bearsal dari kata philos yang berarti
mencintai dan shophia yang berarti kebaikan, keutamaan atau kebijaksanaan. Jadi,
philosophia berarti mencitai kebijaksanaan.
Memahami filsafat sebagai pengetahuan yang sistematis, metode, dan koheren.
Sistematis karena pengetahuan yang diperoleh merupakan suatu keseluruhan yang
terpadu, metode karena menggunakan penalaran tertentu yaitu penalaran logis.,
koheren karena setiap bagian merupakan rangkaian yang paling bersesuaian.
Ada juga yang melihat filsafat sebagai usaha untuk menyingkap asumsi-
asumsi atau anggapan-anggapan di balik dan di belakang pandangan atau pandangan-
pandangan tertentu.Lebih dari itu, filsafat berusaha melihat implikasi-implikasi suatu
pandangan, perbuatan atau peristiwa terutama kaitannya denan masalah-masalah
kemanusiaan..

B. Tahapan kehidupan

Menurut Teilhard de Chardin membedakan tiga fase dalam evolusi bumi, yaitu
: (1) fase pra kehidupan atau geosfer (2) fase kehidupan atau biosfer (3) fase
pemikiran atau noosfer.
Fase geosfer atau fase pra kehidupan, menurut Immanuel Kant ( Jerman:1755)
menyatakan bahwa “matahari terjadi dari kabut purba raksasa sebagai himpunan dari
debu dan gas”. Laplase (1800) mengemukakan bahwa kabut purba itu merupakan
bola gas yang berputar-putar. Ide dari Kant masih berlaku sampai sekarang, dengan
catatan bahwa kabut gas purba itu harus ditafsirkan sebagai kumpulan gas yang padat,
dengan muatan energi yang meluap-luap.
Jika energi meluap-luap, tentu pada suatu ketika akan terjadi pelepasan,
pemisahan dan penyebaran dari energi itu, dan energi itu sangat besar , pelepasan
energi itu terjadi melalui letusan yang dahsyat.Dengan demikian, dari gas purba itu
terjadi ribuan bintang-bintang yang merupakan gumpalan dari bintang-bintaang itu.

6|Page
Menurut para ahli, kira-kira lima miliar tahun lalu, segumpal materi yang
terdiri dari atom-atom, memisahkan diri dari matahari juga melelui letusan-
letusan.Kemudian atom-atom dan molekul-molekul tersebut bergabung satu sama
lain, secara terus menerus membentuk materi baru, sehinga terjadi elemen-elemen
mulai dari uranium, terulailah macam-macam batuan (silikat) dan bergabung zat air
dan zat asam membentuk air di atas permukaaan bumi. Sebagaimana yang telah kita
ketahui air merupakan sumber kehidupan, dari sini kemudian berawalnya kehiduan di
bumi.

 Fase Kehidupan atau Biosfer


 Fase Pemikiran atau Noosfer
C. Filosofi Takdir
 Paham Takdir dan Paham Determinisme
D. Filosofi Perjuangan
E. Filosofi Agama
F. Filosofi Kematian

 Fase kehidupan atau biosfer


Fase kehidupan mulai tampak dalam sel-sel, unit hidup yang terkecl. Setelah
diteliti lebih lanjut, sel dapat membelah diri menjadi sel-sek baru, maka kehidupan
cepat merata ke seluruh permukaan bumi.sejak sekitar 100 ribu tahun yang lalu,
munculnya homo sapiens, jenis manusaia yang sudah mampu menggunakan alat-alat,
seperti busur dan panah, korek api, pisau dengan gagang dan satu hal berikut yang
benar-benar membuat homo sapiens bebrbeda dari sebelumnya. Enam puluh ribu
tahun sesudah itu bukti arkeolog menunjukan bahwa manusia pada saat itu sudah
mampu menggambar dan menghias gua. Kenyataan tersebut makin memberikan bukti
bahwa manusia sudah berpikir inovatif dan cukup imajinasu dan mampu melakukan
evolusi ketiga yang dikenal noosfer.
 Fase pikiran atau noosfer
Untuk menjelaskan fase pikiran pada awalnya ditentukan oleh karakter umum
mahkluk hidup untuk merealisasi kan gagasan hidup menurut caranya masing-
masing. Kegiaatannatau aktivitas berbicara menyebabkan manusia dapat mengetahui
bahwa setiap manusia memiliki pemikiran yang berbeda secarea esensial dengan
mahkluk hidup lainya.selain membentuk dan mengembangkan dirinya, mahkluk
hidup juga dapat memperbaiki luka lukanya, karena mesin mengganti bagian-bagian
yang rusak dengan bagian-bagian yang sama yang diambilnya dari luar.

Ditegaskan oleh Oparin bahwa :

 Kehidupan itu berlangsung dalam suatu proses yang terus bekerja berjuang menjadi
sesuatu yang bermanfaat.
 Kehidupan yang ada pada setiap ahkluknya itu mempunyai tujuan.

7|Page
Berbicara tentang kehidupan tidak bias lepasa dari kejahatan dan kebaikan. Dan ada
satu pandangan yang menari bahwa “ mengapa kejahatan itu ada?” seandaiya allah yang baik,
pasti tidak pernah terjadi kejahatan. Tetapi kejahatan merupakan sesuatu yang dapat saja
trjadi bahwa ciptaan itu terbatas atau tidak sempurna maka dapat saja terjadi bahwa ada
kejahatan yang bersumber dari ciptaan yang tidak terbatas tersebut.Manusia hanya dapat
menguasainya dengan suatu usaha dan karya yang gigih serta meyakinkan.

Fakta hidup berdampingan banyak individu yang berbeda satu sama lain, dan itupun
sudah sewajarnya membawa serta banyak kesempatan terjadinya konflik, apalagi dengan
masuknya kebebasan memungkinkan itu tidak bias tidak bertambah besar. Dari situlah
asalnyarisiko munculnya egoism, kekerasan, segala macam ketidakadilan, pada setiap
tingkatak kehidupan manusia. Satu satunya cara melawati masalah tersebut dengan
mengarungi lautan kehidupan ini, tuhan telah menyediakan dua jalan besar yang dapat
ditempuh oleh siapa pun. Dua jalan in ialah jalan yang lurus dan jalan yang keliru.

C. Filosofi Takdir

Menurut para filosof, segala sesuatu telah ditetapkan oleh sang pencipta. Dia
menentukan keteraturan segala sesuatu dengan mantap dan mengarahka pada tujuan yang
telah ditetapkan sejak semula. Keteraturan yang mantap, segala sesuatu ini disebutnya
sebagai takdir atau nasib, sedangkan keterarahan segala sesuatu pada tujuan yang telah
ditetapkan oleh Sang pencipta disebut sebagai penyelenggara (bahasa yunani ; pronoia atau
providentia dalam bahasa latin). Lebih lanjut, menurut Zenon, dalam jagad raya tidak ada
sesuatu pun bisa luput dari keberlangsungan mutlak hukum takdir ini.

Berdasarkan pengertian tentang keharusan mutlak hukum takdir ini, Zenon merancang
ajaran etikanya, Katanya, manusia hendaknya mengikuti saja suratan takdir dan penentuan
nasib bagi dirinya, dengan demikian ia akan mencapai harmoni dan keselarasan dengan
takdirnya yang tentu saja akan membawanya kepada kebahagiaan, atau dalam bahasa Yunani
dikenal dengan istilah eudaimonia. Kalau pun manusia mencoba melawan hukum takdir,
usaha itu tak akan berhasil, karena akibatnya ia akan susah sendiri. Jadi, hukum takdir itu
harus ditaati, terlepas dari perasaan senang atau ridak senang, pokoknya terjadilah hukum
takdir.

Dengan perkataan lain, manusia harus melakukan penyesuaian langkah demi langkah
menjadikan takdir sebagai miliknya, semula tubuh sendiri, keluarga, lalu lingkungan terdekat,
dan akhirnya seluruh realitas. Dengan demikian, manusia pada dapat menyatu dengan
keseluruhan takdir dan hukumnya sehingga akhirnya manusia lantas menemukan
identitasnya. Ketika manusia telah menerima dengan sadar tentang apa yang telah disuratkan
kepadanya oleh takdir illahi, maka ia tidak akan terjadi sesuatu yang melawan kehendaknya.
Dengan perkataan lain, ia seluruhnya bebas dalam arti tidak perlu khawatir akan dampak
takdir dalam kehidupannya, karena ia telah menentukan dirinya sendiri dan tidak merasakan
hukum alam sebagai unsur luar yang bukan miliknya.

8|Page
D. Filosofi Perjuangan

Sebelumnya telah di singgung bahwa hidup itu berlangsung di dalam suatu proses
yang terus-menerus. Terus menerus bekerja, berjuang dan menjadi, bahkan dari evolusi
diketahui bahwa sebelum kehidupan ada di semesta kita, proses bekerja berjuang dan menjadi
terus terjadi. Kita mengetahui terjadinya perubahan dan pembentukan struktur tanah,
bebatuan. Seperti pergeseran lempengan bumi yang kemudian muncul dalam bentuk gejala
ala seperti proses siklus hujan.

Hujan turun membasahi bumi, kemudian menyerap air hujan, dan pada saatnya air
berkumpul menjadi mata air. Terjadinya hujan itu mengalami proses yang sangat indah. Sinsr
matahari yang panas menguapkan air dari dalam laut, sehingga uap air yang hangat itu
menjadi lembab. Udara hangat lembab yang mengandung uap air ini kemudian naik karena
masanya lebih ringan dari pada udara yang dingin, semakin lama semakin tinggi. Tekanan
uap air mengecil dengan turunnya suhu udara, kemudian uap air tersebut berubah menjadi
butir- buitr air sehingga terbentuk lah awan. Butiran-butiran awan tersebut akan bergabung
karena senyawa. Gabungan butiran-butiran air itu tak mampu lagi melayang karena beratnya
kemudian akan jatuh menimpa butiran yang ada di bawahnya, maka jadilah hujan.

Setelah evolusi sampai pada tahap kehidupan proses bekerja, berjuang dan menjadi ini
makin jelaslah kita amati. Pikiran sebagai puncak perkembangan evolusi. Pikiran dapat
dikategorikan ke dalam dua aspek dengan ciri dan fungsinya masing-masing. Pertama pikiran
itu sendiri. Contoh: pengkodean serta perealisasian kode yang tersurat pada gen, kemampuan
pikiran yang terus bekerja mengatur seluruh system biologis kita, entah saat kita terjaga atau
pada saat kita sedang tidur, seperti mengatur kerja jantung.

Aspek pikiran kedua adalah pikiran yang memahami akan dirinya sendiri. Melalui
pikiran jenis kedua ini, manusia bias menaksir suatu nilai yang muncul di dalam pikiran.
Karena itu, ungkapan “berpikirlah sebelum bicara” hendaknya dapat menegaskan dan
meminta agar setiap orang menggunakan akal budinya dalam mempertimbangkan, baik
buruknya, tetap tidaknya sesuatu sebelum di ungkapkan. Fungsi dari jenis pikiran kedua ini
dapat diibaratkan sebagai perialku, seperti: mengamati, mengingat, mengenali, memahami,
bernalar, mengetahui, membedakan, membandingkan dan lain-lain.

Berikut ini perjuangan hidup akan diselidiki lebih rinci ke gejala yang lebih kompleks
, yaitu metamorfose berasal dari kata Yunani: meta (sesudah) dan morphe (bentuk). Secara
harfiah, metamorfose berarti sesudah mengalami perubahan bentuk. Cotoh metamorfose
kupu-kupu. Seekor kupu-kupu dewasa akan segera mencari tempat untuk kawin dan bertelur.
Setelah itu sayap kupu-kupu dewasa akan segera lemah, lalu tidak lagi bisa terbang. Pada
saatnya kupu-kupu itu akan jatuh di sembarang tempat dan mati, namun kupu-kupu telah
meninggalkan telurnya. Telurnya akan segera menjadi ulat . Ulat itu akan tinggal di satu
pohon yang banyak dedaunan hijaunya,ulat itu akan diam di satu bagian pohon itu, tanpa
bergerak secara perlahan tetapi pasti bulu-bulunya akan mengeras untuk melindungi tubuh
ulat itu, jadilah kepongpong.

9|Page
Perilaku kehidupan manusia dari lahir sampai mati diwarnai perjuangan. Lhir saja kita
sudah harus berjuang, apalagi setelah lahir dan tumbuh menjadi manusia dewasa. Ada
ungkapan klasik bertutur bahwa “ hidup itu adalah perjuangan, dan perjuangan berarti
memilih dan untuk memilih manusia harus memiliki pengetahuan yang sistematis.”
Ungkapan tersebut tepat sekali karena semuanya di bangun di atas tumpukan perjuangan, dan
perjuangan tidak pernah habis sampai manusia menutup mata.

Pertanyaan berikutnya adalah, apa yang dimaksud dengan perjuangan tersebut?


Kemajuan apa pun yang telah di capai manusia hingga saat ini, bahkan yang tidak pernah ter
bayangkan sebelumnya maka semua keberhasilan itu adalah merupakan hasil dari perjuangan
yang terus menerus tersebut.

Suatu temuan baru dapat dinyatakan ada karena adanya perjuangan yang tidak
mengenal Lelah secara terus-menerus mencoba, salah, coba lagi salah lagi dan seterusnya
sampai ditemukan sesuatu nilai manfaat dari percobaan tersebut. Ketika kita membaca
maupun mengenal orang-orang yang terkenal dalam sejarah sebagai orang-orang sukses
karena perjuangannya yang tidak kenal Lelah.

Abraham Lincoln berkali-kali gagal, tetapi karena perjuangan nya yang tidak kenal
Lelah, akhirnya ia menjadi presiden. Mahatma Ghandi yang terus-menerus berjuang tanpa
kekerasan, meskipun terus ditekan dan dipenjara, akhirnya ia mampu membebaskan India
dari penjajahn inggris, begitu juga dengan Nelson Mandela. Dari semua orang-orang sukses
yang kita pelajari melaluimembaca, dapat dipahami bahwa belajar dan berjuang tanpa kenal
Lelah akan dapat mengubah hidup kita, masyarakat kita, bahkan dunia kita.

10 | P a g e
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia dan Filsafat mempunyai kaitan yang cukup erat dalam suatu kehidupan.
Manusia memiliki akal pikiran dan berbagai kebutuhan untuk suatu hal yang diinginkan yang
akan melahirkan suati pemikiran filsafati. Filsafat juga merupakan suatu sikap atau
pandangan hidup manusia, karena filsafat seseorang ialah keseluruhan jumlah kepercayaan
atau keyakinannya, jadi setiap manusia cenderung mempunyai suatu filsafat hidup atau
pedoman hidup. Karena filsafat satu-satunya yan telah mencapai kebenaran atau
pengetahuan. Filsafat akan memberikan alternatif mana yang paling baik untuk dijadikan
pegangan manusia.
Dalam sisi lain, dapat kita tarik dalam garis besarnya bahwa manusia memiliki
kodratnya sebagai makhluk alamiah dan di sisi lain manusia juga sebagai makhluk social
yang memiliki peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat termasuk dalam hal
pendidikan yang memiliki pedoman dan pegangan tersendiri. Manusia sebagai makhluk
alamiah mengandung arti bahwa manusia secara individualitas dapat belajar secara langsung
maupun tidak langsung belajar mempelajari kehidupannya sendiri dan tidak dapat lepas juga
dari alam yang ada di sekelilingnya yang seringkali dimanfaatkan untuk kehidupannya.
Manusia juga tidak lepas dari hubungannya dengan manusia yang lainnya. Dimana
manusia tidak hanya memiliki peran sebagai manusia alamiah yang bergantung pada
kehidupan pribadinya sendiri atau yang sering kita sebut sebagai makhluk social. Manusia
sebagai makhluk social harus mampu berinteraksi secara hakekat dan keberadaannya,
termasuk dalam bidang pendidikan pula manusia memiliki peranan yang berpedoman pada
filsafat yang sangat begitu penting dan erat kaitannya. Jadi, manusia pada hakekatnya
berperan sebagai makhluk alamiah dan social yang memiliki kaitan yang erat dengan filsafat
pendidikan sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupannya.

11 | P a g e
B. Saran

Di dalam kehidupan nyata manusia di hadapkan oleh berbagai macam fenomena.


Manusia dituntut untuk menjadi manusia yang peka terhadap perkembangan zaman. Oleh
sebab itu manusia diharuskan untuk menjadi manusia yang mempunyai daya fikir yang
cerdas dalam menyikapi suatu masalah yang ada. tapi hal itu kurang lengkap tanpa adanya
suatu kebijakanaan dan tanggung jawab di dalamnya. Beberapa rumusan tujuan umum bagi
ilmuwan muda ketika mempelajari filsafat yaitu untuk lebih memanusiakan diri, mendidik
dan membangun diri, untuk membangun kebiasaan bersikap objektif , untuk menghilangkan
egoisme (kepicikan) dan membuat kita memiliki pandangan yang luas dan bijak dalam
menyikapi berbagai masalah hidup dan kehidupan. Selain itu filsafat juga menjadikan kita
menjadi diri sendiri , memiliki cara berpikir yang disempurnakan dan memiliki sikap kritis
terhadap berbagai hal. Sebagai seorang ilmuwan muda.

12 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Gerungan, W.A. (2004). Psikologi Sosial. Bandung : Refika Aditama.


Krishna, Anand. (2006). Neo psychic awareness. Jakarta : Gramedia Pusaka Utama.
Rasyidin, Waini.dkk. (2006). Filsafat Pendidikan. Bandung : UPI Press.
Sadulloh, Uyoh. (2007). Filsafat Pendidikan. Bumi Siliwangi : Cipta Utama.
Sri Wahyuni, Niniek. dan Yusniati. (2007). Manusia dan Masyarakat. Jakarta : Ganeca
Exact.

http://hendracliquerz001.blogspot.com/2011/05/makalah-filasafat-pendidikan-dan.html

13 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai