Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“KERANGKA DAN SISTEMATIKA FILSAFAT PENDIDIKAN


PANCASILA”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah :
Filsafat Pendidikan

Dosen Pengampu :
Drs. H. Sulaiman, M.Pd., Ph.D
Drs. Asrani, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelas 4D PGSD
Kelompok 13
Helwa Ayuni (1910125120049)
Khairunnida (1910125220029)
Sayyid Ahmad Syifa (1910125210079)
Titi Aryani (1910125220054)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT
karena dengan rahmat, karunia serta taufik dan hidayah-Nya jualah kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kerangka dan Sistematika
Filsafat Pendidikan Pancasila”. Makalah ini telah kami selesaikan dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami mengucapkan rasa
hormat dan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. H. Sulaiman, M.Pd., Ph.D dan Drs. Asrani, M.Pd selaku
dosen pengampu mata kuliah Filsafat Pendidikan.
2. Rekan-rekan Mahasiswa Kelas 4D S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Lambung Mangkurat.

Kami mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini ada


memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat oleh siapapun yang membacanya dan dapat menambah ilmu
kita khususnya pada mata kuliah Filsafat Pendidikan.

Banjarmasin, 20 Februari 2021


Penyusun,

Kelompok 13

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

A. Pengertian Filsafat .................................................................................... 3

B. Hubungan Filsafat, Pendidikan dan Pancasila.......................................... 6

C. Kerangka dan Sistematika Filsafat Pendidikan Pancasila ........................ 8

D. Peran Filsafat Pendidikan Terhadap Pendidikan di Indonesia ................. 9

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 12

A. Kesimpulan ............................................................................................. 12

B. Saran ....................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ajaran filsafat yang komprehensif telah menduduki status tinggi
dalam kebudayaan manusia, yakni sebagai ideologi bangsa dan negara.
Seluruh aspek kehidupan suatu bangsa diilhami dan berpedoman ajara-
ajaran filsafat. Dengan demikian, kehidupan sosial, politik, ekonomi,
pendidikan dan kebudayaan, bahkan kesadaran atas nilai-nilai hukum dan
moral bersumber dari ajaran filsafat.

Manusia sebagai individu, sebagai masyarakat, sebagai bangsa dan


negara, hidup dalam ruang sosial-budaya. Aktivitas pewarisan dan
pengembangan sosial budaya itu tidak lain melalui pendidikan. Dan untuk
menjamin pendidikan itu benar dengan proses yang efektif, dibutuhkan
landasan-landasan filosofis dan ilmiah sebagai asas normatif dan pedoman
pelaksanaan pembinaan.

Pancasila dalam pendekatan filsafat merupakan ilmu pengetahuan


yang mendalam mengenai pancasila. Filsafat Pancasila dapat didefinisikan
secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila dalam
bangunan bangsa dan negara Indonesia. Untuk mendapatkan pengertian
yang mendalam dan berangkat dari sila-sila tersebut kita cari intinya,
hakekat dari inti dan selanjutnya pokok-pokok yang terkandung di
dalamnya.

B. Rumusan Masalah
1. apa pengertian filsafat pendidikan pancasila?
2. Bagaimana hubungan filsafat, pendidikan, dan pancasila?
3. Bagaimana kerangka dan sistematika filsafat pendidikan pancasila?
4. apa peran filsafat pancasila terhadap pendidikan di indonesia?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian filsafat pendidikan pancasila?
2. Untuk mengetahui hubungan filsafat, pendidikan, dan pancasila?
3. Untuk mengetahui kerangka dan sistematika filsafat pendidikan
pancasila?
4. Untuk mengetahui peran filsafat pancasila terhadap pendidikan di
indonesia?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat
Filsafat Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia akan ditinjau
melalui arti, objek, dan tujuan pada filsafat umum dan selanjutnya
memasuki bidang falsafah hidup bangsa Indonesia. Pada dasarnya filsafat
pertama kali lahir di Yunani, selanjutnya lahir filsafat abad pertengahan,
dan seterusnya. Namun, tak ada salahnya sebagai pembuka, dicoba
menyebutkan kapan lahirnya filsafat maupun asal usul filsafat yang dipetik
dari buku beberapa pakar penulisnya, di antaranya sebagai berikut.

Prof. Dr. Achmad Tafsir dalam bukunya (2004), edisi revisi


Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, dalam Bab I hal
1 dijelaskan bahwa orang yang mula-mula sekali menggunakan akal secara
serius adalah orang Yunani bernama Thales (kira-kira tahun 624-546 SM).
Orang inilah yang digelari Bapak Filsafat. Gelar itu diberikan kepadanya
karena ia mengajukan pertanyaan yang aneh, yaitu apakah sebenarnya
bahan alam semesta ini? la sendiri menjawab air. Setelah silih berganti
filsuf yang sezamannya dan sesudahnya mengajukan jawabannya.

Kemudian Dr. Peter Soedoyo B.Sc, dalam bukunya (2004),


Pengantar Sejarah dan Filsafat llmu Pengetahuan Alam, mengemukakan
dalam Bab I, hal 4,5. "llmu Pengetahuan Murni", yakni yang berkembang
atas dasar kegairahan ingin tahu semata-mata, baru lahir dan berkembang
dalam peradaban Yunani kuno antara 600 tahun sebelum Masehi sampai
sekitar tahun 100 sesudah Masehi. Adalah bangsa Yunani yang
meletakkan dasar-dasar ilmu filsafat yang melandasi peradaban umat
manusia sampai sekarang. Thales bersama Anaximander dan Anaximenes
adalah filsuf pertama yang mula-mula membahas hakikat keberadaan
segala sesualu dan asal usul alam dalam kebendaan serta proses perubahan
alam kebendaan.

3
Filsafat lahir pertama kali di Yunani dan tokoh utama dalam
filsafat adalah seorang filsuf Yunani bernama Thales, selanjutnya diikuti
silih berganti oleh tokoh-tokoh lain yang sering kita kenal, seperti Plato,
Aristoteles, Socrates, Cicero, dan dilanjutkan oleh Descartes, dan
Immanuel Kant. Selanjutnya, berbicara tentang filsafat, apabila kita
mendengar kata filsafat, kita akan membayangkan mengenai hal-hal yang
abstrak, yang tidak konkret/ tidak nyata, dan hanya berupa bayang-bayang
atau lamunan. Seseorang yang berfilsafat diilustrasikan sebagai orang yang
berpijak di bumi dan menengadah ke arah bintang-bintang di langit.
Artinya, ia ingin mengetahui hakikat dirinya dalam kesemestaan alam
(Riswandi, 1993: 15), sehingga bisa dinyatakan bahwa ruang lingkup
filsafat hanyalah meliputi hal-hal yang tidak riil, yang seolah-olah
seseorang yang berfilsafat digambarkan sebagai seseorang yang dalam
kehidupannya hanya melamun sepanjang hari. Pada hal, yang sebenarnya
tidaklah demikian, mengingat filsafat juga mempermasalahkan hal-hal
yang tampak atau yang praktis, termasuk hal-hal yang konkret karena
filsafat berhubungan dengan kehidupan manusia dalam kegiatan sehari-
hari, misalnya hubungan dengan sesama manusia, dengan masyarakat luas,
dengan negara dan berkaitan pula dengan masalah-masalah bidang
kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, hukum dan pendidikan.

Berdasarkan tata bahasa, kata filsafat berasal dari bahasa Yunani


Falsafah yang terdiri atas "philein" (artinya cinta) dan "sophos" yang
artinya hikmah, kebijaksanaan atau wisdom. Secara harfiah "filsafat"
bermakna cinta kebijaksanaan, memiliki arti kebenaran yang
sesungguhnya, dan berhubungan dengan hasrat ingin tahu terhadap hal-hal
yang benar. Dalam arti praktis, filsalat mengandung makna alam berpikir,
sedangkan berfilsafat adalah berpikir secara mendalam atau radikal.
Radikal berasal dari kata "radix yang artinya akar sehingga berpikir secara
radikal berarti berpikir sampai kepada akar-akarnya dan sungguh-sungguh
kepada hakikat sesuatu. Hakikat sesuatu sama artinya dengan kebenaran
dari sesuatu yang bisa berupa apa saja seperti tentang manusia, benda,
alam, hukum, ekonomi, dan politik. Di sini berfilsafat bisa mengandung

4
makna mencari kebenaran atas sesuatu. filsafat adalah sesuatu yang
mengarah pada kemungkinan membangun masa depan baru (Bradley,
2021).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan W.J.S.


Poerwadarminta mengartikan kata filsafat sebagai pengetahuan dan
pendidikan dengan akal budi mengenai sebab-sebab, asas-asas, hukum,
dan sebagainya dari segala sesuatu yang ada di alam semesta ataupun
mengenai kebenaran dan arti adanya sesuatu. (Setijo, 2010)

Manusia merupakan subjek dan sekaligus sebagai objek


pendidikan, karena itu manusia memiliki sikap untuk dididik dan siap
untuk mendidik. Akan tetapi, sukses tidaknya usaha tersebut tergantung
pada jelas tidaknya tujuan. Oleh karena itu, tujuan pendidikan harus
berlandaskan pada filsafat hidup bangsa, yaitu Pancasila sebagai pokok
dalam pendidikan, melalui usaha-usaha pendidikan baik dalam keluarga,
masyarakat, sekolah, maupun di perguruan tinggi.

Filsafat pendidikan adalah nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan


fisafat yang menjiwai, mendasari dan memberikan identitas (karakteristik)
suatu sistem pendidikan. Filsafat pendidikan adalah jiwa, roh dan
kepribadian sistem pendidikan nasional, sehingga sistem pendidikan
nasional idealnya dijiwai didasari dan mencerminkan identitas Pancasila,
citra dan karsa bangsa Indonesia sebagaimana yang yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945, sebagai perwujudan jiwa dan nilai Pancasila.
Filsafat adalah proses berfikir secara mendalam dan sungguh-sungguh
untuk mencari kebenaran tentang sesuatu (Gunawan & Wahyudi, 2020).

Secara praktis pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan nilai-


nilai, terutama yang meliputi kualitas kecerdasan, nilai ilmiah, nilai moral,
dan nilai agama yang kesemuanya tersimpul dalam tujuan pendidikan,
yakni membina kepribadian ideal (Jalaluddin, 2012, hal. 136). Tujuan
pendidikan baik pada isinya maupun rumusannya, tidak akan mungkin
dapat ditetapkan tanpa pengertian dan pengetahuan yang tepat tentang

5
nilai-nilai. Sistem pendidikan bertumpu dan dijiwai oleh suatu keyakinan,
pandangan hidup dan filosofis tertentu. Pemikiran inilah yang mendasari
akan pentingnya filsafat pendidikan Pancasila yang merupakan tuntutan
nasional. Oleh karena filsafat Pancasila merupakan satu kesatuan bulat dan
utuh, atau kesatuan organik yang berlandaskan pada Pancasila.

Filsafat menjadikan manusia berkembang dan mempunyai


pandangan hidup yang menyeluruh dan sistematis. Pandangan itu
kemudian dituangkan dalam sistem pendidikan, untuk mengarahkan tujuan
pendidikan. Penuangan pemikiran ini dalam bentuk Kurikulum. Melalui
kurikulum, sistem pengajaran dapat terarah, selain dapat mempermudah
para pendidik dalam menyusun pengajaran yang akan diberikan kepada
peserta didik.

Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan


filsafat, pendidikan, dan Pancasila, dimana filsafat adalah berfikir secara
mendalam dan sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran sesuatu,
sedangkan pendidikan adalah suatu usaha yang dilaksanakan secara sadar
melalui pemikiran yang mendalam berdasarkan filsafat. Lalu jika
dihubungkan fungsi Pancasila dengan sistem pendidikan ditinjau filsafat
aksiologi, maka dapat dijabarkan bahwa Pancasila adalah pedoman hidup
bangsa Indonesia yang mengandung tentang nilai-nilai sebagai acuan
dalam menjalani hidup dan kehidupan. ( Yassa, Sunarni. 2018:6-7)

B. Hubungan Filsafat, Pendidikan dan Pancasila


Manusia merupakan subjek dan sekaligus sebagai objek
pendidikan, karena itu manusia memiliki sikap untuk dididik dan siap
untuk mendidik. Akan tetapi, sukses tidaknya usaha tersebut tergantung
pada jelas tidaknya tujuan. Oleh karena itu, tujuan pendidikan harus
berlandaskan pada filsafat hidup bangsa, yaitu Pancasila sebagai pokok
dalam pendidikan, melalui usaha-usaha pendidikan baik dalam keluarga,
masyarakat, sekolah, maupun di perguruan tinggi.

6
Filsafat pendidikan adalah nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan
fisafat yang menjiwai, mendasari dan memberikan identitas (karakteristik)
suatu sistem pendidikan. Filsafat pendidikan adalah jiwa, roh dan
kepribadian sistem pendidikan nasional, sehingga sistem pendidikan
nasional idealnya dijiwai didasari dan mencerminkan identitas Pancasila,
citra dan karsa bangsa Indonesia sebagaimana yang yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945, sebagai perwujudan jiwa dan nilai Pancasila.

Secara praktis pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan nilai-


nilai, terutama yang meliputi kualitas kecerdasan, nilai ilmiah, nilai moral,
dan nilai agama yang kesemuanya tersimpul dalam tujuan pendidikan,
yakni membina kepribadian ideal (Jalaluddin, 2012, hal. 136). Tujuan
pendidikan baik pada isinya maupun rumusannya, tidak akan mungkin
dapat ditetapkan tanpa pengertian dan pengetahuan yang tepat tentang
nilai-nilai.

Sistem pendidikan bertumpu dan dijiwai oleh suatu keyakinan,


pandangan hidup dan filosofis tertentu. Pemikiran inilah yang mendasari
akan pentingnya filsafat pendidikan Pancasila yang merupakan tuntutan
nasional. Oleh karena filsafat Pancasila merupakan satu kesatuan bulat dan
utuh, atau kesatuan organik yang berlandaskan pada Pancasila. Pancasila
adalah etika dan moral bangsa Indonesia dalam arti merupakan inti
bersama dari pelbagai moral yang secara nyata terdapat di Indonesia yang
mampu mengatasi segala paham golongan di Indonesia. Pancasila adalah
dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia, pada
hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis,
fundamental dan menyeluruh. Maka sila-sila merupakan suatu kesatuan
yang bulat dan utuh, hierarkis dan sistematis (Wibowo, 2020). Filsafat
menjadikan manusia berkembang dan mempunyai pandangan hidup yang
menyeluruh dan sistematis. Pandangan itu kemudian dituangkan dalam
sistem pendidikan, untuk mengarahkan tujuan pendidikan. Penuangan
pemikiran ini dalam bentuk Kurikulum. Melalui kurikulum, sistem

7
pengajaran dapat terarah, selain dapat mempermudah para pendidik dalam
menyusun pengajaran yang akan diberikan kepada peserta didik.

Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan


filsafat, pendidikan, dan Pancasila, dimana filsafat adalah berfikir secara
mendalam dan sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran sesuatu,
sedangkan pendidikan adalah suatu usaha yang dilaksanakan secara sadar
melalui pemikiran yang mendalam berdasarkan filsafat. Lalu jika
dihubungkan fungsi Pancasila dengan sistem pendidikan ditinjau filsafat
aksiologi, maka dapat dijabarkan bahwa Pancasila adalah pedoman hidup
bangsa Indonesia yang mengandung tentang nilai-nilai sebagai acuan
dalam menjalani hidup dan kehidupan. (Yassa, 2018)

C. Kerangka dan Sistematika Filsafat Pendidikan Pancasila


Secara filosofis pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat
memiliki dasar ontologis, dasar epistemologis dan dasar aksiologis sendiri
yang berbeda dengan sistem filsafat yang lainnya. (Irawati & Dkk, 2019)

1. Bidang Ontologi
Ontologi berasal dari kata dasar “ontos”, yang artinya “ada “,
“being” dan “logoi” yang artinya ilmu, sehingga ontologi merupakan
salah satu cabang filsafat yang bekhidmat menelaah hal ihwal ‘ada’
atau ‘being’ pada umumnya. Filsafat ontology atau filsafat metafisika
dalam jajaran cabang-cabang filsafat lainnya menempati posisi yang
sangat sentral dan menentukan. Menurut istilah, Ontologi adalah ilmu
hakekat yang menyelidiki alam nyata ini dan bagaimana keadaan yang
sebenarnya.
Ontologi meliputi masalah apa hakikat ilmu itu, apa hakikat
kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan yang
tidak terlepas dari persepsi kita tentang apa dan bagaimana yang ada.
Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat meliputi dasar
ontologism yang terdiri atas 5 sila yang setiap sila itu bukanlah asas
yang berdiri sendiri-sendiri melainkan memiliki satu kesatuan dasar
ontologism. Dasar ontologis pancasila pada hakikatnya adalah

8
manusia yang memiliki hakikat mutlak monopluralis oleh karena itu,
hakikat dasar ini juga disebut sebagai dasar antropologis. Subjek
pendukung pokoknya adalah manusia. Jika kita pahami dari segi
filsafat Negara bahwa pancasila adalah dasar filsafat Negara. Adapun
pendukung pokok negara adalah rakyat. Dan unsur rakyat adalah
manusia itu sendiri. Sehingga tepatlah jikalau filsafat pancasila bahwa
dasar antropologis sila-sila pancasila adalah manusia.
2. Dasar Epistemologis
Kata Epistemologi berasal dari bahasa Yunani artinya
knowledge yaitu pengetahuan (Bahrum, 2013). Kata tersebut terdiri
dari dua suku kata yaitu logia artinya pengetahuan dan episteme
artinya tentang pengetahuan. Jadi pengertian etimologi tersebut, maka
dapatlah dikatakan bahwa epistemologi merupakan pengetahuan
tentang pengetahuan. Epistemologi adalah ilmu yang membahas
secara mendalam segenap proses penyusunan pengetahuan yang
benar. Pada dasarnya tidak bisa dipisahkan dengan dasar ontologisnya.
Pancasila sebagai suatu ideology bersumber pada nilai-nilai dasarnya
yaitu filsafat pancasila.
3. Dasar Aksiologis
Aksiologi berasal dari kata “Axios” yang berarti “bermanfaat”.
Ketiga kata tersebut ditambah dengan kata “logos” berarti”ilmu
pengetahuan, ajaran dan teori”. Aksiologi adalah ilmu pengetahuan
yang menyelidiki hakikat nilai yang ditinjau dari sudut kefilsafatan.
Pada hakikatnya segala sesuatu itu bernilai hanya nilai macam apa
saja yang ada serta bagaimana hubungan nilai tersebut dengan
manusia. Banyak pandangan tentang nilai terutama dalam
menggolong-golongkan nilai-nilai tergantung pada sudut pandang apa
yang akan dibahas. Contoh: nilai kenikmatan, nilai kehidupan, nilai
kewajiban, dan sebagainya

D. Peran Filsafat Pendidikan Terhadap Pendidikan di Indonesia


Filsafat pendidikan Indonesia berakar pada nilai-nilai budaya yang
terkandung pada Pancasila. Nilai Pancasila tersebut harus ditanamkan pada

9
peserta didik melalui penyelenggaraan pendidikan nasional dalam semua
level dan jenis pendidikan. Ada dua pandangan yang menurut (Jumali dkk,
2004), perlu dipertimbangkan dalam menetukan landasan filosofis dalam
pendidikan Indonesia. Pertama, pandangan tentang manusia Indonesia.
Filosofis pendidikan nasional memandang bahwa manusia Indonesia
sebagai:

1. Makhluk Tuhan Yang Maha Esa dengan segala fitrahnya;


2. Makhluk individu dengan segala hak dan kewajibannya;
3. Makhluk sosial dengan segala tanggung jawab hidup dalam
masyarakat yang pluralistik, baik dari segi lingkungan sosial budaya,
lingkungan hidup, dan segi kemajuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia di tengah-tengah masyarakat global yang senantiasa
berkembang dengan segala tantangannya.

Dalam pandangan filosofis pendidikan nasional dipandang


sebagai pranata sosial yang selalu berinteraksi dengan kelembagaan
sosial lainnya dalam masyarakat. Menurut John Dewey, filsafat
pendidikan merupakan suatu pembentukan kemampuan dasar yang
fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun
daya perasaan (emosional) menuju ke arah tabiat manusia, maka
filsafat juga diartikan sebagai teori umum pendidikan. Brubachen
berpendapat bahwa filsafat pendidikan adalah seperti menaruh sebuah
kereta di depan seekor kuda dan filsafat dipandang sebagai bunga,
bukan sebagai akar tunggal pendidikan. Filsafat pendidikan itu berdiri
secara bebas dengan memperoleh keuntungan karena memiliki kaitan
dengan filsafat umum, meskipun kaitan tersebut tidak penting, yang
terjadi adalah suatu keterpaduan antara pandangan filosofi dengan
filsafat pendidikan karena filsafat sering diartikan sebagai teori
pendidikan secara umum (Arifin, 1993).

Pancasila dengan sistem pendidikan ditinjau dari filsafat


pendidikan, bahwa Pancasila pandangan hidup bangsa yang menjiwai
dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, sistem pendidikan nasional

10
Indonesia wajar apabila dijiwai, didasari, dan mencerminkan identitas
Pancasila. Cita dan karsa bangsa Indonesia diusahakan secara
melembaga dalam sistem pendidikan nasioanl yang bertumpu dan
dijiwai oleh suatu keyakinan, pandangan hidup dan folosofi tertentu.
Inilah dasar pikiran mengapa filsafat pendidikan Pancasila merupakan
tuntutan nasional dan sistem filsafat pendidikan Pancasila adalah sub
sistem dari sistem Negara Pancasila. Dengan memperhatikan fungsi
pendidikan dalam membangun potensi bangsa, khususnya dalam
melestarikan kebudayaan dan kepribadian bangsa yang ada pada
akhirnya menentukan eksistensi dan martabat bangsa, maka sistem
pendidikan nasional dan filsafat pendidikan pancasila seyogyanya
terbina secara optimal supaya terjamin tegaknya martabat dan
kepribadian bangsa. Filsafat pendidikan Pancasila merupakan aspek
rohaniah atau spiritual sistem pendidikan nasional, tiada sistem
pendidikan nasional tanpa filsafat pendidikan. (Semadi, 2019)

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat Pendidikan Pancasila adalah tuntutan formal yang
fungsional dari kedudukan dan fungsi dasar negara Pancasila sebagai
sistem Kenegaraan Republik Indonesia. Kesadaran memiliki dan mewarisi
sistem kenegaraan Pancasila adalah dasar pengamalan dan pelestariannya,
sedangkan jaminan utamanya ialah subjek manusia Indonesia seutuhnya
terbina melalui sistem pendidikan nasional yang dijiwai oleh filsafat
pendidikan Pancasila.

B. Saran
Setelah kita membahas dan menyimpulkan makalah ini, maka kami
menyarankan agar memperhatikan dan memahami semua permasalahan
ini. Hendaknya kita mengaplikasikan semua apa yang telah kita bahas itu
ke dalam kehidupan sehari-hari.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bahrum. (2013). Ontologi, Episyemologi dan Aksiologi. Jurnal Sulesana Vol. 8


No.2, 35-45.

Bradley, J. (2021). Bernard Stiegler, Philosopher of Reorientation. Educational


Philosophy and Theory Vol. 53 No. 4, 323-326.

Gunawan, I., & Wahyudi, A. V. (2020). Fungsi Filsafat Pancasila dalam Ilmu
Pendidikan di Indonesia. Tatar Pasudan : Jurnal Diklat Keagamaan
Vol.14 No.2, 209-218.

Irawati, & Dkk. (2019). Pancasila sebagai Sistem Filsafat. Sidoarjo: Zifatama
Jawara.

Semadi, Y. P. (2019). Filsafat Pancasila dalam Pendidikan di Indonesia Menuju


Bangsa Berkarakter. Jurnal Filsafat Indonesia, 85-87.

Setijo, P. (2010). Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa.


Jakarta: Grasindo.

Wibowo, B. A. (2020). Pancasila sebagai Landasan Filosofi Pendidikan Karakter


Kurikulum 2013. Biormatika : Jurnal Ilmiah Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Vol. 6 No.1, 10-19.

Yassa, S. (2018). Pendidikan Pancasila ditinjau dari perspektif filsafat (aksiologi)


. Jurnal Citizenship: Media Publikasi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, 6-7.

13

Anda mungkin juga menyukai