Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

FILSAFAT ISLAM DAN ABAD KEEMASAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Umum

Dosen Pengampu:

M. Fairuzabady AB., M.Pd.I

Disusun Oleh :

1. Fika Luthfia Sari 2620088


2. Dinda Ayu Qomariyah 2620104
3. Mila Riska Putri 2620115

JURUSAN TADRIS METEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur dipersembahkan kepada Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita nabi besar
Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat serta pengikutnya hingga akhir zaman.

Makalah ini berisi tentang Sejarah Filsafat Masa Keemasan yang dibuat untuk
memberikan informasi dan dapat menambah ilmu pengetahuan tentang sejarah filsafat zaman
keemasan.

Harapan kami selaku penyusun, semoga informasi dan pembahasan dalam makalah
ini dapat dijadikan sebagai bahan dalam mempelajari sejarah filsafat masa keemasan dan
dapat digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dan sebagai bahan persentasi kami kepada
teman-teman semoga dapat diambil manfaatnya.

Akhir kata, segala upaya penyusunan makalah ini kami selaku penyusun sadar masih
banyak kekurangannya di sana-sini, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dan
perbaikan selanjutnya sangat dinantikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Amin.

Pekalongan, 26 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
A. Filsafat Dalam Islam................................................................................................................3
B. Sejarah Filsafat Islam..............................................................................................................4
C. Filsafat Islam dan Abad keemasan.........................................................................................5
D. Sifat Filsafat Islam dan Abad keemasan................................................................................6
E. Tokoh-Tokoh Filsafat Islam Pada Abad Keemasan.............................................................8
BAB III...............................................................................................................................................10
PENUTUP..........................................................................................................................................10
A. Kesimpulan............................................................................................................................10
B. Saran.......................................................................................................................................10
DAFTTAR PUSTAKA.......................................................................................................................iv

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa
Arab, falsafah yang juga diambil dari bahasa Yunani, philosophia. Dalam bahasa ini,
kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan,
cinta dsb.) dan (sophia = kebijaksanaan). Sehingga arti harfiahnya adalah seorang
‘pencinta kebijaksanaan’.

Filsafat muncul di Yunani pada abad ke-7 SM. Filsafat muncul ketika orang-
orang mulai memikirkan dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan di
sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama lagi untuk mencari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.

Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filsuf ialah Thales dari Mileta,
sekarang di pesisir barat Turki. Sekitar pertengahan abad ke-5 SM, Athena menjadi
pusat baru seluruh kebudayaan Yunani. Pada masa ini perkembangan filsafat mulai
berpusat di Athena. Selanjutnya filsafat terus berkembang dan mulai menguak apa
yang sekaang disebut sebagai ‘ilmu pengetahuan’.

Zaman keemasan filsafat juga disebut zaman renaissance. Ditandai dengan


berkembangnya pemikiran yang bersifat individualis dan humanis. Pada zaman ini
juga mulai bermunculan tokoh-tokoh yang kelak memberikan kontribusi yang besar
terhadap ilmu pengetahuan. Tokoh-tokoh tersebut diantaranya Nicolaus Copernicus,
Galileo Galilei, dan Johannes Kepler.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud filsafat dalam islam?.
2. Bagaimana sejarah filsafat islam dan abad keemasan?.
3. Bagaimana filsafat islam dan abad keemasan?.
4. Bagaimana sifat filsafat islam pada masa keemasan?
5. Siapa saja tokoh-tokoh filsafat islam pada abab keemasan?.

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu filsafat dalam islam.
2. Untuk mengetahui sejarah filsafat islam.
3. Untuk mengetahui tentang filsafat islam dan abad keemasan.
4. Untuk mengetahui sifat filsafat islam pada masa keemasan.
5. Untuk mengetahui tokoh-tokoh filsafat islam pada abad keemasan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Filsafat Dalam Islam


Sebelum lebih lanjut membicarakan filsafat Islam, terlebih dulu perlu
ditegaskan apa yang dimaksud dengan filsafat Islam di sini. Filsafat Islam
dimaksudkan adalah filsafat dalam perspektif pemikiran orang Islam. Seperti juga
pendidikan Islam adalah dimaksudkan pendidikan dalam perspektif orang Islam.
Karena berdasarkan perspektif pemikiran orang, maka kemungkinan keliru dan
bertentangan satu sama lain adalah hal yang wajar.
Filsafat berasal dari bahasa Yunani, philo dan sophia. Philo berarti cinta dan
sophia berarti kebijaksanaan atau kebenaran. Sedang menurut istilah, filsafat diartikan
sebagai upaya manusia untuk memahami secara radikal dan integral serta sistematik
mengenai Tuhan, alam semesta dan manusia, sehingga dapat menghasilkan
pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia
dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan tersebut.
Harun Nasution menggunakan istilah filsafat dengan “falsafat” atau “falsafah”.
Karena menurutnya, filsafat berasal dari kata Yunani, Philein dan Sophos. Kemudian
orang Arab menyesuaikan dengan bahasa mereka falsafah atau falsafat dari akar kata
falsafa-yufalsifu-falsafatan wa filsafan dengan akar kata (wazan) fa’lala. Musa
Asy’arie (2002:6) menjelaskan, bahwa hakikat filsafat Islam adalah filsafat yang
bercorak Islami, yang dalam bahasa Inggris dibahasakan menjadi Islamic Philosophy,
bukan the Philosophy of Islam yang berarti berpikir tentang Islam.
Dengan demikian, Filsafat Islam adalah berpikir bebas, radikal (radix) yang
berada pada taraf makna, yang mempunyai sifat, corak dan karakter yang dapat
memberikan keselamatan dan kedamaian hati. Dengan demikian, Filsafat Islam tidak
netral, melainkan memiliki keberpihakan (komitmen) kepada keselamatan dan
kedamaian (baca: Islam). Menurut Al-Farabi dalam kitabnya Tahshil as-Sa’adah,
filsafat berasal dari Keldania (Babilonia), kemudian pindah ke Mesir, lalu pindah ke
Yunani, Suryani dan akhirnya sampai ke Arab. Filsafat pindah ke negeri Arab setelah
datangnya Islam. Karena itu filsafat yang pindah ke negeri Arab ini dinamakan
filsafat Islam. Walaupun di kalangan para sejarawan banyak yang berbeda pendapat
dalam penamaan filsafat yang pindah ke Arab tersebut. Namun kebanyakan di antara

3
mereka menyimpulkan, bahwa filsafat yang pindah tersebut adalah filsafat Islam (Al-
Ahwani, 1984:2).
Dalam perspektif Islam, filsafat merupakan upaya untuk menjelaskan cara
Allah menyampaikan kebenaran atau yang haq dengan bahasa pemikiran yang
rasional. Sebagaimana kata Al-Kindi (801-873M), bahwa filsafat adalah pengetahuan
tentang hakikat hal-ihwal dalam batas-batas kemungkinan manusia. Ibn Sina (980-
1037M) juga mengatakan, bahwa filsafat adalah menyempurnakan jiwa manusia
melalui konseptualisasi hal ihwal dan penimbangan kebenaran teoretis dan praktis
dalam batas-batas kemampuan manusia. Karena dalam ajaran Islam di antara nama-
nama Allah juga terdapat kebenaran, maka tidak terelakkan bahwa terdapat hubungan
yang erat antara filsafat dan agama (C.A Qadir, 1989: 8). Pada zaman dulu di
kalangan umat Islam, filsafat Islam merupakan kisah perkembangan dan kemajuan
ruh. Begitu pula mengenai ilmu pengetahuan Islam, sebab menurut al-Qur’an seluruh
fenomena alam ini merupakan petunjuk Allah, sebagaimana diakui oleh Rosental,
bahwa tujuan filsafat Islam adalah untuk membuktikan kebenaran wahyu sebagai
hukum Allah dan ketidakmampuan akal untuk memahami Allah sepenuhnya, juga
untuk menegaskan bahwa wahyu tidak bertentangan dengan akal (C.A. Qadir, 1989:
ix).
Filsafat Islam jika dibandingkan dengan filsafat umum lainnya, telah
mempunyai ciri tersendiri sekalipun objeknya sama. Hal ini karena filsafat Islam itu
tunduk dan terikat oleh norma-norma Islam. Filsafat Islam berpedoman pada ajaran
Islam. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa filsafat Islam adalah merupakan
hasil pemikiran manusia secara radikal, sistematis dan universal tentang hakikat
Tuhan, alam semesta dan manusia berdasarkan ajaran Islam.

B. Sejarah Filsafat Islam


Secara historis, perkembangan filsafat dalam Islam dapat dikatakan dimulai
oleh pengaruh kebudayaan Hellenis, yang terjadi akibat bertemunya kebudayaan
Timur (Persia) dan kebudayaan Barat (Yunani). Pengaruh ini dimulai ketika Iskandar
Agung (Alexander the Great) yang merupakan salah satu murid dari Aristoteles
berhasil menduduki wilayah Persia pada 331 SM. Alkulturasi kebudayaan ini
mengakibatkan munculnya benih-benih kajian filsafat dalam masyarakat Muslim di

4
kemudian hari. Penerjemahan literatur-literatur keilmuan dari Yunani dan budaya
lainnya ke dalam bahasa Arab secara besar-besaran di period Bani Abbasiyah (750-
1250an M) dapat dikatakan memberi pengaruh terbesar terhadap kemunculan dan
perkembangan kajian filsafat Islam klasik. Peristiwa tersebut kemudian menjadikan
periode ini sebagai zaman keemasan dalam peradaban Islam. Ini sekaligus
menunjukan keterbukaan umat Muslim terhadap berbagai pandangan yang
berkembang saat itu, baik dari para penganut keyakinan monoteis lainnya, seperti
kaum Yahudi yang mendapat posisi penting saat itu di negeri-negeri Islam (Ravertz,
2004: 20), hingga kaum Pagan, yang terlihat dari ketertarikan umat Muslim terhadap
literatur bangsa Yunani Kuno yang mana sering diidentikan dengan custom
Paganisme.

Keterbukaan dan ketertarikan umat Islam terhadap literatur-literatur ilmu


pengetahuan dari budaya lain diyakini telah membawa pengaruh besar terhadap
perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan, terutama terhadap perkembangan
filsafat dan ilmu pengetahuan yang di kemudian hari berkembang lebih lanjut pada
Abad Pencerahan di Eropa. Dunia pemikiran Islam kemudian semakin terfokus pada
pendamaian antara filsafat dan agama ataupun akal dan wahyu, yang kemudian
mempengaruhi semakin diusungnya integrasi antara akal dan wahyu sebagai landasan
epistemologis yang berpengaruh pada karakter perkembangan ilmu pengetahuan
dalam dunia Islam. Kondisi tersebut memunculkan semakin banyaknya cabang-
cabang keilmuan dalam dunia Islam, yang tidak hanya bersifat teosentris dengan
merujuk pada dalil-dalil Al-Qur'an dan Al-Hadits sebagai sumber kebenarannya oleh
para Mutakalim (ahli kalam), tetapi juga bersifat antroposentris dengan rasio dan
pengalaman empiris manusia sebagai landasannya tanpa menegasikan dalil dalam Al-
Qur'an dan Al-Hadits. Pada periode ini, dunia Islam menghasilkan banyak filsuf,
teolog, sekaligus ilmuwan ternama seperti Ibnu Sina, Al-Farabi, Al-Kindi, Al-
Ghazali, dan Ibnu Rusyd.

C. Filsafat Islam dan Abad keemasan


Zaman Keemasan filsafat lazimnya dikenal sebagai zaman renaisans
(renaissance). Istilah renaisans berasal dari bahasa Perancis yang terdiri dari kata re
yang berarti lagi atau kembali, dan kata neissance yang berarti kelahiran atau

5
kebangkitan. Zaman renaisans adalah zaman kelahiran-kembali kebudayaan Yunani-
Romawi di Eropa pada abad ke-15 dan ke-16 M sesudah mengalami masa
kebudayaan tradisional yang sepenuhnya diwarnai oleh ajaran kristiani. Namun,
orang-orang kini mencari orientasi dan inspirasi baru sebagai alternatif bagi
kebudayaan Yunani-Romawi sebagai satu-satunya kebudayaan lain yang mereka
kenal dengan baik.. Kebudayaan klasik ini juga dipuja dan dijadikan model serta dasar
bagi seluruh peradaban manusia. Pada zaman ini telah dicapai titik puncak dalam
bidang seni, pemikiran, dan sastra.

Ciri utama renaisens adalah individualisme, humanisme, lepas dari agama.


Manusia sudah mengandalkan akal (rasio) dan pengalaman (empiris) dalam
merumuskan pengetahuan. Yang berkembang pada waktu itu sains, dan penemuan-
penemuan dari hasil pengembangan sains yang kemudian berimplikasi pada semakin
ditinggalkannya agama karena semangat humanisme. Fenomena tersebut cukup
tampak pada abad modern.

Kebudayaan Yunani-Romawi adalah kebudayaan yang menempatkan manusia


sebagai subjek utama. Filsafat Yunani, misalnya menampilkan manusia sebagai
makhluk yang berpikir terus-menerus memahami lingkungan alamnya dan juga
menentukan prinsip-prinsip bagi tindakannya sendiri demi mencapai kebahagiaan
hidup.

D. Sifat Filsafat Islam dan Abad keemasan


 Individualisme dan humanisme
Tidak mudah menentukan batas yang jelas mengenai akhir zaman
pertengahan dan awal yang pasti dari zaman modern. Hal ini disebabkan
perbedaan pandangan para ahli sejarah tentang peralihan zaman
pertengahan ke zaman modern. Sebagian ahli sejarah berpendapat bahwa
zaman pertengahan berakhir ketika Konstantinopel ditaklukkan oleh Turki
Usmani pada tahun 1453 M. Peristiwa tersebut dianggap sebagai akhir
zaman pertengahan dan titik awal zaman modern. Dalam perenungan
mencari alternatif itulah orang teringat pada suatu zaman ketika peradaban
6
begitu bebas dan maju, pemikiran tidak dikungkung, sehingga sains
berkembang, yaitu zaman Yunani kuno.
Pada zaman Yunani kuno tersebut orang melihat kemajuan kemanusiaan
telah terjadi.

Pada abad pertengahan orang telah mempelajari karya-karya para filosof


Yunani dan Latin, namun apa yang telah dilakukan oleh orang pada masa
itu berbeda dengan apa yang diinginkan dan dilakukan oleh kaum
humanis. Para humanis bermaksud meningkatkan perkembangan yang
harmonis dari kecakapan serta berbagai keahlian dan sifat-sifat alamiah
manusia dengan mengupayakan adanya kepustakaan yang baik dan
mengikuti kultur klasik Yunani.

Para humanis pada umumnya berpendapat bahwa hal-hal yang alamiah


pada diri manusia adalah modal yang cukup untuk meraih pengetahuan
dan menciptakan peradaban manusia. Tanpa wahyu, manusia dapat
menghasilkan karya budaya yang sebenarnya. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa humanisme telah memberi sumbangannya kepada
renaisans untuk menjadikan kebudayaan bersifat alamiah.

Zaman renaisans banyak memberikan perhatian pada aspek realitas.


Perhatian yang sebenarnya difokuskan pada hal-hal yang bersifat kongkret
dalam lingkup alam semesta, manusia, kehidupan masyarakat dan sejarah.
Pada masa itu pula terdapat upaya manusia untuk memberi tempat kepada
akal yang mandiri. Hal ini dibuktikan dengan perang terbuka terhadap
kepercayaan terhadap orang-orang yang enggan menggunakan akalnya.
Asumsi yang digunakan adalah, semakin besar kekuasaan akal, maka akan
lahir dunia baru yang dihuni oleh manusia-manusia yang dapat merasakan
kepuasan atas dasar kepemimpinan akal yang sehat.

Zaman ini juga sering disebut sebagai Zaman Humanisme. Maksud


ungkapan tersebut adalah manusia diangkat dari Abad pertengahan. Pada
abad tersebut manusia kurang dihargai kemanusiaannya. Kebenaran
diukur berdasarkan ukuran gereja, bukan menurut ukuran yang dibuat oleh
manusia sendiri. Humanisme menghendaki ukurannya haruslah manusia,
karena manusia mempunyai kemampuan berpikir. Bertolak dari sini, maka

7
humanisme menganggap manusia mampu mengatur dirinya sendiri dan
mengatur dunia. Karena semangat humanisme tersebut , akhirnya agama
Kristen semakin ditinggalkan, sementara pengetahuan rasional dan sains
berkembang pesat terpisah dari agama dan nilai-nilai spiritual.

Menurut Mahmud Hamdi Zaqzuq, ada beberapa faktor penting yang


mempengaruhi kelahiran Renaisans, yaitu:

Implikasi yang sangat signifikan yang ditimbulkan oleh gerakan keilmuan


dan filsafat. Gerakan tersebut lahir sebagai hasil dari penerjemahan ilmu-
ilmu Islam ke dalam bahasa latin selama dua abad, yaitu abad ke-13 dan
14. Bahkan sebelumnya telah terjadi penerjemahan kitab-kitab Arab di
bidang filsafat dan ilmu pengetahuan. Hal itu dilakukan setelah Barat
sadar bahwa Arab memiliki kunci-kunci khazanah turas klasik Yunani.

Pasca penaklukan Konstantinopel oleh Turki Usmani, terjadi migrasi para


pendeta dan sarjana ke Italia dan negara-negara Eropa lainnya. Para
sarjana tersebut menjadi pionir-pionir bagi pengembangan ilmu di Eropa.
Mereka secara bahu-membahu menghidupkan turas klasik Yunani di
Florensia, dengan membawa teks-teks dan manuskrip-manuskrip yang
belum dikenal sebelumnya.

Pendirian berbagai lembaga ilmiah yang mengajarkan beragam ilmu.

Selain itu, ada beberapa faktor yang dikemukakan Slamet Santoso seperti
yang dikutip Rizal Mustansyir, yaitu:

Hubungan antara kerajaan Islam di Semenanjung Iberia dengan Prancis


membuat para pendeta mendapat kesempatan belajar di Spanyol kemudian
mereka kembali ke Prancis untuk menyebarkan ilmu pengetahuan yang
mereka peroleh di lembaga-lembaga pendidikan di Prancis.

Perang Salib (1100-1300 M) yang terulang enam kali, tidak hanya


menjadi ajang peperangan fisik, namun juga menjadikan para tentara atau
serdadu Eropa yang berasal dari berbagai negara itu menyadari kemajuan
negara-negara Islam, sehingga mereka menyebarkan pengalaman mereka
itu sekembalinya di negara-negara masing-masing.

8
E. Tokoh-Tokoh Filsafat Islam Pada Abad Keemasan.
Dalam bidang filsafat, zaman renaisans tidak menghasilkan karya penting bila
dibandingkan dengan bidang seni dan sains. Filsafat berkembang bukan pada zaman
itu, melainkan kelak pada zaman sesudahnya yaitu zaman modern. Meskipun terdapat
berbagai perubahan mendasar, namun abad-abad renaisans tidaklah secara langsung
menjadi lahan subur bagi pertumbuhan filsafat. Baru pada abad ke-17 dengan
dorongan daya hidup yang kuat sejak era renaisans, filsafat mendapatkan
pengungkapannya yang lebih jelas. Jadi, zaman modern filsafat didahului oleh zaman
renaisans. Ciri-ciri filsafat renaisans dapat ditemukan pada filsafat modern. Ciri
tersebut antara lain, menghidupkan kembali rasionalisme Yunani, individualisme,
humanisme, lepas dari pengaruh agama dan lain-lain.

Tokoh-tokoh dalam Islamic Golden Age, ilmu pengetahuan dan budaya yang berkembang
pesat di masa itu?

1. Abu Ali al Husayn Ibn Abdallah Ibn Al Hasan Ibn Ali Ibn Sina
Ibn Sina atau Avicenna adalah seorang polymath jenius asal Uzbekistan yang bener-bener
mendalami hampir semua ilmu pengetahuan, dari mulai filsafat, kedokteran, astronomi,
sekaligus ilmuwan. Avicenna ini ngeluarin mahakarya kedokteran yang judul "Al Qanun fi al
Tibb" atau "The Canon of Medicine" dan jadi buku pegangan utama para mahasiswa
kedokteran di penjuru Eropa sampe abad ke-18, atau kurang lebih 700 tahun ke depan.
Dunia medis masih sangat miskin pengetahuan, kebanyakan tabib hanya meraba-raba
berdasarkan pengalaman tanpa didasari eksperimen serta pengetahuan yang sahih tentang
bagaimana sistem tubuh manusia bekerja. Ibn Sina-lah mengumpulkan seluruh
pengetahuan ilmu faal, anatomi, intervensi medis dari jaman klasik Yunani/Romawi dan
Persia/India sejak jaman Hippokrates dan Galen, sekaligus digabung sama riset medis yang
dilakuin sendiri sama Ibn Sina.
Pada masanya, Ibn Sina ini dikenal sebagai orang yang berpikiran sangat logis dan
rasional, jauh melampaui manusia-manusia pada zamannya. Perkembangan intelektual Ibn
Sina sangat dipengaruhi dari ajaran Aristoteles dan Plato sebagai perintis pertama konsep
filsafat logika serta budaya untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu sampai sedalam-
dalamnya.

2. Abu Yusuf Ya'qub Ibn Ishaq Al Sabbah Al Kindi


Al Kindi bisa disebut sebagai ilmuwan Muslim terbesar sepanjang masa. Awalnya, Al
Kindi dipercaya oleh Khalifah Al Ma'mun buat jadi ketua tim penerjemah naskah-naskah
filsafat kuno dari Yunani dan Romawi di Bayt al Hikmah. Al Kindi tidak hanya
menerjemahkan saja, dengan pengetahuan yang dia serap sambil memterjemahkan dan

9
membaca, dia juga mensintesa hasil pemikirannya sendiri dengan membuat buku. Berapa
banyak bukunya? Total jumlah buku yang dia tulis tuh lebih dari 260 judul.
Beberapa kontribusi dia dalam ilmu pengetahuan: dalam bidang optik, dia menyebutkan
bahwa agar mata bisa melihat benda, perlu perantara yang bisa mengarahkan benda ke
mata kita, dalam hal ini udara. Dalam bidang kimia, Al Kindi salah satu orang yang pertama
kali menyuling alkohol dan memproduksi alkohol pabrikan dalam jumlah banyak. Selain itu,
dia juga menentang para ahli alkimia yang menyebutkan bahwa unsur bisa berubah-ubah.
Dalam bidang matematika, Al Kindi merupakan salah satu orang pertama yang ngadaptasi
angka India jadi sistem bilangan Hindu-Arab (0--9) yang kita gunakan sampai saat ini.

3. Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa Al Khwarizm


Al Khwarizmi adalah Ilmuwan asal Khwarezm, Uzbekistan, ini berasal dari keluarga
dengan latar belakang penganut agama Zoroastrianisme (Majusi).
Kata Algoritma berasal dari nama ilmuwan ini. Kontribusi terbesarnya ialah
mengembangkan pendekatan khusus untuk memecahkan persamaan linear dan kuadrat,
yang kita kenal dengan nama Aljabar. Konsep aljabar ini, dia tulis dalam Kitb Al Mukhtasar fi
Hisb al Jabr wa'l-Muqbalah atau "Buku Rangkuman untuk Kalkulasi dengan Melengkapkan
dan Menyeimbangkan".

Tokoh-tokoh lain yang berpengaruh pada masa tersebut diantaranya adalah:

Bidang seni dan budaya


1. Albrecht Dührer (1471-1528)
2. Desiserius Eramus (1466-1536)
3. Donatello
4. Ghirlandaio
5. Hans Holbein (1465-1506)
6. Hans Memling (1430-1495)
7. Hieronymus Bosch (1450-1516)
8. Josquin de Pres (1445-1521)
9. Leonardo da Vinci (1452-1519)
10. Lucas Cranach (1472-1553)
11. Michaelangelo (1475-1564)
12. Perugino (1446-1526)
13. Raphael (1483-1520)
14. Sandro Botticelli (1444-1510)

10
15. Tiziano Vecelli (1477-1526)

Bidang Penjelajahan
1. Christopher Columbus (1451-1506)
2. Ferdinand Magellan (1480?-1521)
Bidang Ilmu Pengetahuan
1. Johann Gutenberg (1400-1468)
2. Nicolaus Copernicus (1478-1543)
3. Andreas Vesalius (1514-1564)
4. William Gilbert (1540-1603)
5. Galileo Galilei (1546-1642)
6. Johannes Kepler (1571-1642)

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Zaman Keemasan filsafat lazimnya dikenal sebagai zaman renaisans
(renaissance). Istilah renaisans berasal dari bahasa Perancis yang terdiri dari kata re
yang berarti lagi atau kembali, dan kata neissance yang berarti kelahiran atau
kebangkitan. Ciri utama renaisens adalah individualisme, humanisme, lepas dari
agama. Manusia sudah mengandalkan akal (rasio) dan pengalaman (empiris) dalam
merumuskan pengetahuan. Ciri-ciri filsafat renaisans dapat ditemukan pada filsafat
modern. Ciri tersebut antara lain, menghidupkan kembali rasionalisme Yunani,
individualisme, humanisme, lepas dari pengaruh agama.

B. Saran
Sebelumnya kami penyusun makalah ini mohon maaf apabila terdapat
kesalahan dalam penulisan kata-kata, dan makalah kami pun di sini masih belum
sempurna, untuk itu sekiranya apabila masih di rasa pembaca masih belum cukup
bahasan-bahasan di dalam makalah ini di sarankan untuk mencari sumber referensi
dari buku-buku atau sumber-sumber yang semacamnya.

12
DAFTTAR PUSTAKA

Arifin,H.M,2000.Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara.

Jalaludin,Said Usman,1999.Filsafat Pendidikan islam dan Perkembangan. Jakarta : Rajawali


Pers.

Leaman,Oliver,2002.Pengatar Filsafat Islam : Sebuah Pendekatan Tematis, terj. Musa


khazim dan Arif Mulyadi. Bandung : Mizan.

Madjid, Cholish Nur,1994.Khazanah Intelektual Islam. Jakarta : Bulan Bintang.

Munawar-Rahman, Budhy,1996.Filsafat Islam, dalam Muhammad Wahyuni Nafis


(ed.)Rekonstruksi dan Renungan Religius Islam. Jakarta : Paramadina.

https://www.uin-malang.ac.id/blog/post/read/131101/sejarah-pertumbuhan-dan-
perkembangan-filsafat-islam.html

iv

Anda mungkin juga menyukai