Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SEJARAH FILSAFAT YUNANI DAN TOKOH-TOKOHNYA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Filsafat Umum

Dosen Pengampu:

MUHAMMAD AMIRIL A’LA, M.H

Disusun Oleh:

KELOMPOK 3

1. WAHYU INDAH CHAIRUN NISA’ (126101212176)


2. INTAN SABILA RAMADHANI (126101212197)
3. RESTYA PUTRI AGISTA (126101212210)

HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM

UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

MARET 2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Segala puji syukur kepada Allah SWT karena ridha-Nya, makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW serta keluarganya, para sahabatnya, dan
seluruh umatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman nanti.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat umum sebagai salah
satu ilmu pengetahuan umum yang nantinya dapat memberikan wawasan kepada
pembaca tentang dunia filsafat yang tak asing lagi. Selain itu, penyusunan makalah ini
dengan judul Sejarah Filsafat Yunani dan Tokoh-Tokohnya bertujuan untuk memberikan
wawasan ilmu pengetahuan filsafat umum tentang peranannya masing-masing, karena
pada dasarnya setiap hal memiliki fungsi dan peran dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam menyelesaikan makalah ini, kami satu kelompok mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, kami ucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag.


2. Bapak Dekan FASIH Dr. H. Nur Effendi, M.Ag.
3. Bapak Kajur HES Abd Khair Wattimena, MH
4. Dosen Pengampu Filsafat Umum Muhammad Amiril A’la, M.H
5. Semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah

Kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih kurang sempurna dengan
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan kami dalam menggali informasi. Oleh karena
itu, kami sebagai penulis mohon maaf atas kesalahan yang ada dan ketidaksempurnaan
yang pembaca temukan dalam makalah ini sekaligus diharapkan berbagai saran dan kritik
dari pembaca untuk membantu menyempurnakan pembuatan makalah ini.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Tulungagung, 9 Maret 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................i

KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................3

A. Sejarah Filsafat Yunani..............................................................................................3


B. Perkembangan Zaman Filsafat Yunani......................................................................5
C. Tokoh-tokoh Filsafat Yunani.....................................................................................9

BAB III PENUTUP..............................................................................................................16

A. Kesimpulan................................................................................................................16
B. Saran..........................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Membahas pengertian filsafat salah satu sistem adalah berawal dari penelusuran
asal makna dan bahasanya ; yakni dalam bahasa yunani disebut "Philosophia", sedang
dalam bahasa inggeris disebut " Philosophy" demikian pula dalam bahasa arab disebut"
Al-Falsafah"; sedang orang yang berpikir filsafat disebut : Failasuf, philosopher. Filsafat
dalam pengertian etimologi, berasal dari bahasa yunani philosophia yang terdiri dari dua
kata yakni : kata philein ( mencintai) atau philos, philia atau love yang berarti cinta atau
suka. Sedanga kata shopia atau wisdom berarti kebijaksanaan, jadi philosophia berarti
suka pada kebijaksanaan, maka dapat dikatakan setiap orang yang berfilsafat akan
melahirkan pandangan yang bijaksana. Menurut K. Bertens memiliki kebijaksanaan
berarti mencapai suatu status adimanusiawi . Hal itu tak ada bedanya dengan " Hybris",
rasa sombong, yang selalu ditakuti dan dihindari orang yunani, manusia seharusnya
menghormati batas- batas yang berlaku bagi status insaninya. Karena dia adalah Manusia
bukan sebagai Allah, ia harus puas dengan mengasihi kebijaksanaan, berarti selalu
mencari kebijaksanaan dan bahkan mengejarnya. Tetapi tugas dan usaha itu dalam
kenyataannya tidak akan mungkin pernah berujung selesai di alam hidup ini.
Kebijaksanaan tidak pernah akan menjadi milik manusia secara komplit dan
difinitif. Oleh karena antara lain dengan alasan alasn itulah sehingga orang yunani
memilih nama dari hasil usaha akal budi itu denga " Filsafat" (ilmu /teori) "filsuf" sebagai
subyek pelakunya.( K.Bertens: 1994:2). Secara praktis filsafat memiliki pengertian" alam
berpikir atau alam fikiran". Berfilsafat berarti berfikir, meskipun demikian tidaklah
semua berfikir itu dapat berarti berfilsafat, karena berfilsafat minimal memiliki kriteria
dari ciri-ciri berfikir filsafat ( Radikal, universal, konseptual, koheren, sistematik,
komprehensif, bebas tidak terikat, dan bertanggung jawab). Berdasar dari ciri-ciri
berfikir filsafat tersebut, maka dapat dibedakan antara filsafat dan ilmu-ilmu lain yang
dapat dilihat pada hal- hal sebagai berikut: Adapun ilmu ilmu selain dari filsafat atau
sering disebut ilmu Vak atau spesialisasi, yakni dapat memberikan pengertian dalam

1
ruang lingkup pembatasan sesuai dengan kaplingnya, makin menjurus bahasan suatu
disiplin ilmu, namun kelihatannya pembahasan lebih luas akan tetapi makin berada pada
garis kejelasan batas lingkupnya. Misalnya: Ilmu Bahasa; dalam ruang lingkup
pembahasan bisa saja menjelaskan seluruh ilmu yang berkaitan dengan bahasa, dalam arti
seluas apapun pembahasan yang akan dijelaskan masih tetap berporos pada bahasa;
dengan kata lain tidak melewati batasan lingkup bahasa seperti menyebrangi pembahasan
lingkup perhitungan angka, rumus-rumus kimia dan sebagainya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah filsafat Yunani ?
2. Bagaimana perkembangan zaman filsafat Yunani?
3. Siapa tokoh-tokoh filsafat Yunani?

C. Tujuan Penulisan
1. Memperkaya wawasan pengetahuan soal filsafat umum
2. Mengetahui apa saja sejarah filsafat Yunani
3. Mengetahui siapa tokoh-tokoh filsafat Yunani
4. Memperkaya bahasan topik filsafat yang sudah berkembang secara luas

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Filsafat Yunani


Sekitar abad ke-6 SM orang yang hidup di Yunani pada waktu itu mempunyai sistem
kepercayaan bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai sesuatu yang bersumber pada
legenda, nenek moyang, mitos atau dongeng-dongeng dan lain sebagainya. Artinya suatu
kebenaran lewat akal pikir (logis) tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang
bersumber dari mitos (dongeng-dongeng). Pada masa itu munculah pemikirpemikir yang
mempersoalkan tentang alam. Dari mana terjadi nya alam, apa dasar utama atau asas alam ini.
Pemikirpemikir ini terkenal dengan sebutan filsuf alam. Pemikirpemikir ini tidak percaya begitu
saja tentang legenda, cerita nenek moyang, mitos atau sejenisnya. Karena kekritisan dan
pemikiran tersebut bisa dikatakan filsafat Yunani merupakan tonggak pangkal munculnya
filsafat. Walaupun pada masa ini sudah menggunakan akal, akan tetapi tidak sampai
mendominasi penuh, khususnya pada masamasa awal. Hal ini membuktikan cara berfilsafatnya
masih terpengaruh kepercayaan.
Setelah abad ke-6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya mitos. Mereka
menginginkan adanya pertanyaan tentang misteri alam semesta ini, jawabannya dapat diterima
akal (rasional). Keadaan yang demikian ini sebagai suatu demitiologi, artinya suatu kebangkitan
pemikiran untuk menggunakan akal pikir dan meninggalkan hal-hal yang sifatnya mitologi.
Upaya para ahli pikir untuk mengarahkan kepada suatu kebebasan berfikir, ini kemudian banyak
orang mencoba membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal pikir secara murni, maka
timbulah peristiwa ajaib The Greek Miracle yang artinya dapat dijadikan sebagai landasan
peradaban dunia. Pelaku filsafat adalah akal dan musuhnya adalah hati. Pertentangan antara akal
dan hati itulah pada dasarnya isi sejarah filsafat.1
Di dalam sejarah filsafat terlihat akal pernah menang dan pernah kalah, begitu pula
dengan hati pernah berjaya dan juga pernah kalah. Pernah juga kedua-duanya sama-sama
menang. Diantara keduanya, dalam sejarah, telah terjadi pergumulan berebut dominasi dalam
mengendalikan kehidupan manusia. Yang dimaksud dengan akal disini ialah akal logis yang
bertempat di kepala, sedangkan hati adalah rasa yang kira-kira bertempat di dalam dada.

1
Muzairi, M.Ag, Filsafat Umum, (Yogjakarta: Teras, 2009).

3
Akal itulah yang menghasilkan pengetahauan logis yang disebut filsafat, sedangkan hati
pada dasarnya menghasilkan pengetahuan supralogis yang disebut pengetahuan mistik,
iman termasuk disini. Ciri umum filsafat yunani adalah rasionalisme yang dimana
mencapai puncaknya pada orang-orang sofis. Dalam sejarah filsafat biasanya filsafat yunani
dimajukan sebagai pangkal sejarah filsafat barat, karena dunia barat (Erofa Barat) dalam
alam pikirannya berpangkal kepada pemikiran yunani. Pada masa itu ada keterangan-
keterangan tentang terjadinya alam semesta serta dengan penghuninya, akan tetapi
keterangan ini berdasarkan kepercayaan. Ahli-ahli pikir tidka puas akan keterangan itu lalu
mencoba mencari keterangan melalui budinya. Mereka menanyakan dan mencari jawabannya
apakah sebetulnya alam itu. Mungkin yang beraneka warna yng ada dalam alam ini dapat
dipulangkan kepada yang satu. Mereka mencari inti alam, dengan istilah mereka: mereka
mencari arche alam (arche dalam bahasa yunani yang berarti mula, asal). Terdapat tiga faktor
yang menjadikan filsafat yunani ini lahir, yaitu:
1. Bangsa yunani yang kaya akan mitos (dongeng), dimana mitos dianggap sebagai
awal dari upaya orang untuk mengetahui atau mengerti. Mitos-mitos tersebut
kemudian disusun secara sistematis yang untuk sementara kelihatan rasional
sehingga muncul mitos selektif dan rasional, seperti syair karya Homerus,
Orpheus dan lain-lain.
2. Karya sastra yunani yang dapat dianggap sebagai pendorong kelahiran filsafat
yunani, karya Homerous mempunyai kedudukan yang sangat penting untuk
pedoman hidup orang-orang yunani yang didalamnya mengandung nilai-nilai
edukatif.
3. Pengaruh ilmu-ilmu pengetahuan yang berasal dari Babylonia (Mesir) di lembah
sungai Nil, kemudian berkat kemampuan dan kecakapannya ilmu-ilmu tersebut
dikembangkan sehingga mereka mempelajarinya tidak didasarkan pada aspek
praktis saja, tetapi juga aspek teoritis kreatif. Dengan adanya ketiga faktor
tersebut, kedudukan mitos digeser oleh logos (akal), sehingga setelah pergeseran
tersebut filsafat lahir.
Periode yunani kuno ini lazim disebut periode filsafat alam. Dikatakan demikian,
karena pada periode ini ditandai dengan munculnya para ahli pikir alam, dimana arah dan

4
perhatian pemikirannya kepada apa yang diamati sekitarnya.mereka membuat pertanyaan-
pertanyaan tentang gejala alam yang bersifat filsafati (berdasarkan akal pikir) dan tidak
berdasarkan pada mitos. Mereka mencari asas yang pertama dari alam semesta (arche) yang
sifatnya mutlak, yang berada di belakang segala sesuatu yang serba berubah. Para pemikir
filsafat yunani yang pertama berasal dari Miletos, sebuah kota perantauan Yunani yang
terletak di pesisir Asia Kecil. Mereka kagum terhadap alam yang oleh nuansa dan ritual dan
berusaha mencari jawaban tas apa ynag ada di belakang semua materi itu.2

B. Perkembangan Zaman Filsafat Yunani


Dalam perkembangannya filsafat berkembang melalui beberapa zaman yaitu diawali dari
Zaman Yunani Kuno, Zaman kegelapan (Abad 12-13 M), Zaman Pencerahan (14-15 M), Zaman
awal Modern dan Modern (Abad 16-18 M), dan Zaman Pos Modern (Abad 18-19) hingga saat
ini. Dalam karya ilmiah ini akan dibahas mengenai sejarah dan perkembangan filsafat dari
Zaman Yunani Kuno hingga saat ini, berikut penjelasannya:
1. Zaman Yunani Kuno
Pada periode ini munculah filosof pertama yang mengkaji tentang asal usul alam yaitu
Thales (624-546 SM). Pada masa itu, Ia mengatakan bahwa asal alam adalah air karena unsur
terpenting bagi setiap makhluk hidup adalah air. Air dapat berubah menjadi gas seperti uap dan
benda padat seperti es, dan bumi ini juga berada di atas air. Sedangkan Heraklitos berpendapat
bahwa segala yang ada selalu berubah dan sedang menjadi. Ia mempercayai bahwa arche (asas
yang pertama dari alam semesta) adalah api. Api dianggapnya sebagai lambang perubahan dan
kesatuan. Heracllitos menyimpulkan bahwa yang mendasar dalam alam semesta ini adalah bukan
bahannya, melainkan aktor dan penyebabnya, yaitu api. Zaman keemasan atau puncak dari
filsafat Yunani Kuno atau Klasik dicapai pada masa Sokrates (± 470 – 400 SM), Plato (428-348
SM) dan Aristoteles (384-322 SM). 3
2. Jaman Kegelapan (Abad 12-13 M)
Jaman ini dikenal sebagai Abad Pertengahan. Filsafat pada jaman ini dikuasai oleh
pemikiran keagamaan yaitu Kristiani. Puncak dari filsafat Kristiani adalah Patristik (Lt.
“Patres”/Bapa-bapa Gereja) dan Skolastik Patristik. Skolastik Patristik dibagi menjadi dua yaitu
Patristik Yunani (Patristik Timur) dan Patristik Latin (Patristik Barat). Tokoh-tokoh Patristik
2
Diakses dari: https://adoc.pub/filsafat-yunani-kuno.html. Pada tanggal: 09/03/2022
3
K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (Yogyakarta : Kanisius, 1997), 28.

5
Yunani antara lain Clemens dari Alexandria (150-215), Origenes (185-254). Gregorius dari
Naziane (330-390), Basilius (330-379). Tokoh-tokoh dari Patristik Latin antara lain Hilarius
(315-367), Ambrosius (339-397), Hieronymus (347-420) dan Augustinus (354-430). Ajaran dari
para Bapa Gereja ini adalah falsafi-teologis. Ajaran ini ingin memperlihatkan bahwa iman sesuai
dengan pikiran-pikiran paling dalam dari manusia. Ajaran-ajaran ini banyak pengaruh dari
plotinos. Pada jaman Skolastik pengaruh Ploinus diambil alaih oleh Aristoteles. Pada masa ini,
pemikiran-pemikiran Aristoteles kembali dikenal dalam karya beberapa filsuf Yahudi maupun
Islam yaitu melalui Avicena Ibn. Sina, 980-1037), Averroes (Ibn. Rushd, 1126-1198) dan
Maimonides (1135-1204). Pengaruh Aristoteles sangatlah besar sehingga ia disebut sebagai
“Sang Filsuf” sedangkan Averroes yang banyak membahas karya Aristoteles dijuluki sebagai
“Sang Komentator”. Pertemuan pemikiran Aristoteles dengan iman Kristiani menghasilkan filsuf
penting sebagian ordo Dominikan dan Fransiskan.
3. Jaman Pencerahan (Abad 14-15 M)
Pada Abad Petengahan ini muncullah seorang astronom berkebangsaan Polandia.
Astronom tersebut bernama N. Copernicus. Pada saat itu, N. Copernicus mengemukakan
temuannya bahwa pusat peredaran benda-benda angkasa adalah matahari (Heleosentrisme).
Namun temuan N. Copernicus ini tidak disambut baik oleh otoritas Gereja sebab mereka
menganggap bahwa teori yang dikemukakan oleh N. Copernicus bertentangan dengan teori
geosentrisme (Bumi sebagai pusat peredaran benda-benda angkasa) yang dikemukakan oleh
Ptolomeus. Oleh karena itulah, N. Copernicus dihukum kurungan seumur hidup oleh otoritas
Gereja. Galilieo Galilei adalah seorang penemu terbesar di bidang ilmu pengetahuan. Ia
mnemukan bahwa sebuah peluru yang ditembakkan membuat suatu gerak parabola, bukan gerak
horisontal yang kemudian berubah menjadi gerak vertikal. Ia menerima pandangan bahwa
matahari adalah pusat jagad raya. Dengan telekospnya, ia mengamati jagad raya dan menemukan
bahwa bintang Bimasakti terdiri dari bintang-bintang yang banyak sekali jumlahnya dan masing-
masing berdiri sendiri. Karena pandangannya yang bertentangan dengan tokoh Gereja akhirnya
di hukum mati.
4. Jaman Awal Modern (Abad 16 M)
Pada masa ini Kristen yang berkuasa dan menjadi sumber otoritas kebenaran mengalami
kehancuran, dan juga awal abad kemunduran bagi umat Islam. Pada masa ini muncullah berbagai
pemikiran Yunani antara lain rasionalisme, empirisrme, dan kritisme. Selain itu, masa ini juga

6
memunculkan seorang intelektual yang bernama Gerard Van Cromona yang menyalin buku Ibnu
Sina, “The canon of medicine”. Fransiscan Roger Bacon, yang menganut aliran pemikiran
empirisme dan realisme berusaha menentang berbagai kebijakan gereja dan penguasa saat itu.
Dalam hal ini Galileo dan Copernicus juga mengalami penindasan dari penguasa. Masa ini juga
menyebabkan perpecahan dalam agama Kristen, yaitu Kristen Katolik dan Protestan. Pada masa
ini, para filsuf jaman modern menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau
ajaran agama, tidak juga dari penguasa, tetapi dari diri mereka sendiri. Kemudian, terjadilah
perbedaan pendapat dalam memahami aspek tersebut. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa
sumber pengetahuan adalah rasio yakni kebenaran pasti berasal dari (akal). Berbeda dengan
aliran rasionalisme, aliran empirisme meyakini bahwa pengalamanlah sumber pengetahuan itu,
baik yang batin, maupun yang inderawi. Kemudian, muncullah aliran kritisisme yang mencoba
untuk memadukan kedua pendapat tersebut. Aliran rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes
(1596-1650 M). Dalam buku Discouse de la Methode tahun 1637 ia menegaskan perlunya ada
metode yang jitu sebagai dasar yang kokoh bagi semua pengetahuan, yaitu dengan
menyangsikan segalanya secara metodis. Pelopr kaum rasionalis disebut Descartes. Kaum
rasionalis ini percaya bahwa dasar semua pengetahuan ada dalam pikiran.
Sedangkan pelopor aliran empirisme adalah David Hume (1711-1776). David Hume memilih
pengalaman sebagai sumber utama pengetahuan sebab pengalaman dapat bersifat lahiriyah
(yang menyangkut dunia), maupun yang batiniah (yang menyangkut pribadi manusia). Oleh
karena itu pengenalan inderawi merupakan bentuk pengenalan yang paling jelas dan sempurna.
Hume merupakan pelopor para empirisis, yang percaya bahwa seluruh pengetahuan tentang
dunia berasal dari indera. Menurut Hume ada batasan-batasan yang tegas tentang bagaimana
kesimpulan dapat diambil melalui persepsi indera kita.
Adapun aliran kritisisme di pelopori oleh Imanuel Kant (1724-1804). Imanuel Kant mencoba
untuk mengembangkan suatu sintesis atas dua pendekatan yang betentangan tersebut. Kant
berpendapat bahwa masing-masing pendekatan benar separuh dan salah separuh. Benarlah
bahwa pengetahuan kita tentang dunia berasal dari indera kita, namun dalam akal kita ada faktor-
faktor yang menentukan bagaimana kita memandang dunia sekitar kita. Ada kondisi-kondisi
tertentu dalam manusia yang ikut menentukan konsepsi manusia tentang dunia. Menurut Kant,
ada dua unsur yang memberi sumbangan kepada pengetahuan manusia tentang dunia. Yang
pertama adalah kondisi-kondisi lahirilah ruang dan waktu yang tidak dapat kita ketahui sebelum

7
kita menangkapnya dengan indera kita. Ruang dan waktu adalah cara pandang dan bukan atribut
dari dunia fisik. Itu materi pengetahuan. Yang kedua adalah kondisi-kondisi batiniah dalam
manusia mengenai proses-proses yang tunduk kepada hukum kausalitas yang tak terpatahkan.
5. Jaman Modern (Abad 17-18 M)
Pada abad kedelapan belas mulai memasuki perkembangan baru. Filsuf-filsuf pada jaman
ini disebut sebagai para empirikus, yang ajarannya lebih menekankan bahwa suatu pengetahuan
adalah mungkin karena adanya pengalaman indrawi manusia. Para empirikus besar Inggris
antara lain J. Locke (1632-1704), G. Berkeley (1684-1753) dan D. Hume (1711-1776), di
Perancis JJ.Rousseau (1712-1778) dan di Jerman Immanuel Kant (1724-1804). Immanuel Kant
dalam karyanya yang berjudul Kritik der reinen vernunft (Ing. Critique of Pure Reason) yang
terbit tahun 1781, memberi arah baru mengenai filsafat pengetahuan. Dalam bukunya itu Kant
memperkenalkan suatu konsepsi baru tentang pengetahuan. Pada dasarnya dia tidak mengingkari
kebenaran pengetahuan yang dikemukakan oleh kaum rasionalisme maupun empirisme, yang
salah apabila masing-masing dari keduanya mengkalim secara ekstrim pendapatnya dan menolak
pendapat yang lainnya. Dengan kata lain memang pengetahuan dihimpun setelah melalui
(aposteriori) sistem penginderaan (sensory system) manusia, tetapi tanpa pikiran murni (a priori)
yang aktif tidaklah mungkin tanpa kategorisasi dan penataan dari rasio manusia.
6. Jaman Pos Modern (Abad 18-19 M)
Pada abad ketujuh belas dan kedelapan belas perkembangan pemikiran filsafat
pengetahuan memperlihatkan aliran-aliran besar: rasionalisme, empirisme dan idealisme dengan
mempertahankan wilayah-wilayah yang luas. Dibandingkan dengan filsafat abad ketujuh belas
dan abad kedelapan belas, filsafat abad kesembilan belas dan abad kedua puluh banyak
bermunculan aliran-aliran baru dalam filsafat antara laian: positivisme, marxisme,
eksistensialisme, pragmatisme, neokantianisme, neo-tomisme dan fenomenologi. Berkaitan
dengan filosofi penelitian Ilmu Sosial, aliran yang tidak bisa dilewatkan adalah positivisme yang
digagas oleh filsuf A. Comte (1798-1857). Menurut Comte pemikiran manusia dapat dibagi
kedalam tiga tahap, yaitu:
1. Teologis
2. Metafisis
3. Positif-ilmiah.

8
Bagi era manusia dewasa (modern) ini pengetahuan hanya mungkin dengan menerapkan
metode-metode positif ilmiah, artinya setiap pemikiran hanya benar secara ilmiah bilamana dapat
diuji dan dibuktikan dengan pengukuran-pengukuran yang jelas dan pasti sebagaimana berat,
luas dan isi suatu benda. Dengan demikian Comte menolak spekulasi “metafisik”, dan oleh
karena itu ilmu sosial yang digagas olehnya ketika itu dinamakan “Fisika Sosial” sebelum
dikenal sekarang sebagai “Sosiologi”. Bisa dipahami, karena pada masa itu ilmu-ilmu alam
(Natural sciences) sudah lebih “mantap” dan “mapan”, sehingga banyak pendekatan dan metode-
metode ilmu-ilmu alam yang diambil-oper oleh ilmu-ilmu sosial (Social sciences) yang
berkembang sesudahnya.
Pada periode terkini (kontemporer) setelah aliran-aliran sebagaimana disebut di atas
munculah aliran-aliran filsafat, misalnya : “Strukturalisme” dan “Postmodernisme”. Pada periode
ini juga muuncul aliran “Pragmatisme”. Pragmatisme berasal dari kata pragma yang artinya
guna. Maka pragmatisme adalah suatu aliran yang benar adalah apa saja yang membuktikan
dirinya sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang bermanfaat secara praktis. Tokohnya
William James (1842-1910) lahir di New York, memperkenalkan ide-idenya tentang
pragmatisme kepada dunia. Ia ahli dalam bidang seni, psikologi, anatomi, fisiologi dan filsafat.
Selain itu juga muncullah filsafat analitis. Tokoh aliran ini adalah Ludwig Josef Johan
Wittgenstein (1889-1951). Ilmu yang ditekuninya adalah ilmu penerbangan yang memerlukan
studi dasar matematika yang mendalam. Filsafat analitis ini berpengaruh di Inggris dan Amerika
sejak tahun 1950. Filsafat ini membahas mengenai analisis bahasa dan analisis konsep-konsep.4

C. Tokoh-tokoh Filsafat Yunani


1. Thales (625-545 SM)
Nama Thales muncul atas penuturaan sejarawan Herodotus pada abad ke-5 SM.
Thales sebagai salah satu dari tujuh orang bijaksana (Seven Wise Men of Greece). Selain
itu Thales juga diberi gelar The Father of Philosophy (bapak filsafat) oleh Aristoteles,
karena dialah orang yang mula-mula berfilsafat. Selain itu Thales juga menjadi penasihat
teknis ke-12 kota Ionia. Salah satu jasanya yang besar adalah meramal gerhana matahari
pada tahun 585 SM. Sebagai ilmuan pada masa itu ia mempelajari magnetisme dan listrik
yang merupakan pokok soal fisika.

4
Diakses dari: https://spada.uns.ac.id/mod/assign/view.php?id=153870. Pada tanggal 02/03/2022

9
2. Anaximandros (640-546 SM)
Ia adalah orang pertama yang mengarang suatu traktat dalam kesusasteraan
Yunani, dan berjasa dalam bidang astronomi, geografi. Jadi, ia merupakan orang pertama
yang membuat peta bumi. Usahanya dalam bidang geografi diajukan oleh herakleios,
sewarga polis dengan dia. Ia berhasil memimpin sekelompok orang yang membuat kota
baru di Apollonia, Yunani. Pemikirannya, dalam memberikan pendapat tentang arche
(asas pertama alam semesta),ia tidak menunjuk pada salah satu unsur yang dapat diamati
oleh indra, tetapi ia menunjuk dan memilih pada sesuatu yang tidak dapat diamati indra,
yaitu apeiron.5

3. Heraclitus (535-475 SM)

Ia lahir di Ephesus, sebuah kota perantauan di Asia Kecil, dan merupakan kawan
dari Pythagoras dan Xenophanes, akan tetapi lebih tua. Ia mendapat julukan si gelap,
karena untuk menelusuri gerak pemikirannya sangat sulit. hanya dengan melihat
fragmen-fragmenny, ia mempunyai kesan berhati tinggi dan sombong sehingga ia mudah
mencela kebanyakan manusia untuk mengatakan jahat dan bodoh, juga mencela orang-
orang terkemukaka di negeri Yunani.

Pemikirannya filsafatnya terkenal dengan dengan filsafat menjadi. Ia


mengemukakan bahwa segala sesuatunya (yang ada itu) sedang menjadi dan selalu
berubah. Ucapannya yang terkenal yaitun Panta Rhei Kai Uden Menci artinya segala
sesuatunya mengalir bagaikan arus sungai dan tidak satu orang pun dapat masuk ke
sungai yang sama dua kali. Alasannya, karena air sungai yangpertama telah mengalir,
berganti dengan air yang berada di belakangnya. Demikian juga segala yang ada, tidak
ada yang tetap, semuanya berubah. Akhirnya, dikatakan bahwa hakikat segala sesuatu
adalah menjadi, maka filsafatnya dikatakan filsafat menjadi.

4. Parmanides (540-475 SM)

Parmanides lahir di kota Elea, kota perantauan Yunani di Italia Selatan. Ia adalah
seorang tokoh relativesme yang penting. Ia dikatakan sebagai logikawan pertama dalam

5
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), 23.

10
sejarah filsafat, bahkan disebut filosof pertama dalam pengertian modern. Sistemnya
secara keseluruhan disandarkan pada deduksi logis, tidak seperti Heraclitus, misalnya,
yang menggunakan metode intuisi. Ternyataan Plato amat menghargai metode
Parmanides itu, dan Plato lebih banyak mengambil dari Parmanides dibandingkan dengan
filosof lain yang terdahulu.

Menurut Parmanides, gerak dan perubahan tidak mungkin terjadi. Menurutnya,


realitas merupakan keseluruhan yang bersatu, tidak bergerak dan tidak berubah. Dia
menegasakan bahwa yang ada itu ada. Inilah kebenaran.6

5. Socrates (469-399 SM)

Mengenai riwayat socrates tidak banyak diketahui, tetapi sebagai sumber utama
keterangan tentang dirinya dapat diperoleh dari tulisan Aristophanes, Xenophon, Plato
dan Aristoteles. Ia sendiri tidak meninggalkan tulisan, sedangkan keterangan dirinya
didapat dari muridnya. Orang yang paling banyak menulis tentang Socrates adalah Plato
yang berupa dialog-dialog.

Socrates berpendapat bahwa ajaran dan kehidupan adalah satu dan tak dapat di
pisahkan satu dengan yang lain. Oeh karna itu, dasar dari segala penelitian dan
pembahasan adalah pengujian diri sendiri. Bagi secrotes, pengetahuan yang sangat
berharga adalah pengetahuan tentang diri sendiri. Semboyan yang paling di gemarinya
adalah apa yang tertera pada Kuil Delphi,yaitu,”kenalilah dirimu sendiri”. Socrates
dengan pemikiran filsafatnya untuk menyelidiki manusia secara keseluruhan, yaiitu
dengan menghargai nilai-niai jasmaniah dan rohania yang keduanya tidak dapat di
pisahkan karena denga keterkaitan kedua hal tersebut banyak nilai yang dihasilkan .

6. Plato (427-347 SM)

Plato adalah pengikut socrates yang taat diantara para pengikutnya yang
mempunyai pengaru besar. Selain dikenal sebagai ahli pikir juga dikenal sebagai
sastrawan yang terkenal. Tulisannya sangat banyak, sehingga keterangan tentang dirinya
dapat diperolehnya secara cukup. Ia lahir di Athena, dengan nama asli Aristocles. Ia

6
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum ( Bandung: Remaja Posdakarya), 49.

11
belajar filsafat dari Socrates, Pythagoras, Heracleitos dan Elia, akan tetapi ajarannya yang
paling besar pengaruhnya dari nama Ariston dan ibunya bernama Periktione.

Plato berpendapat bahwa manusia berada dalam dua dunia, yaitu dunia
pengalaman yang bersifat tidak tetap, bermacam-macam dan berubah. Sedangkan dunia
ide bersifat tetap, hanya stu macam dan tidak berubah. Dunia pengalaman merupakan
bayang-bayang dari dunia ide sedangkan dunia ide merupakan dunia yang sesungguhnya,
yaitu dunia realitas. Dunia inilah yang menjadi “model” dunia pengalaman. Dengan
demikian, dunia sesungguhnya atau dunia realitas itu adalah dunia ide.7

7. Aristoteles (384-322 SM)

Ia dilahirkan di Stageria, Yunani Utara pada tahun 384 SM. Ayahnya seorang
dokter pribadi di raja Macedonia Amyntas. Karena hidupnya di lingkungan istana, ia
mewarisi keahliannya dalam pengetahuan empiris dari ayahnya. Pada usia 17 tahun ia
dikirim ke Athena untuk belajar di Akademia Plato selama kira-kira 20 tahun hingga
Plato meninggal. Beberapa lama ia menjadi pengajar di Akademia Plato untuk mengajar
logika dan retorika. Setelah Plato meninggal dunia, Aristoteles berasam rekannya
Xenokrates meninggalkan Athena karena ia tidak setuju dengan pendapat pengganti Plato
di Akademia tentang filsafat. 8

D. Tokoh-Tokoh Filsafat Zaman Modern

1. Descartes (1596-1650)

Buku Descartes yang terpenting dalam filsafat murni adalah Discours de la Methode
(1637) dan Meditation (1642). Kedua buku ini saling melengkapi satu sama lain. Di dalam
kedua buku inilah ia menuangkan metodenya yang terkenal, metode keraguan Descartes
(Cartesian Doubt). Metode ini sering juga disebut Cogito Descartes, atau metode Cogito saja.
Tahapan metode Descartes dapat diringkas sebagai berikut:

1. Benda inderawi tidak ada


7
Dalam karyanya, Apologia. Plato memberikan pembelaan Socrates di pengadilan. Karya-karyanya yang lain : Kriton,
Protagoras, Gorgias dll. Plato memberikan komentarnya bahwa Socrates adalah seorang yang paling baik, paling bijaksana,
paling jujur, dan merupakan manusia yang paling adil dari seluruh zamannya. Asmoro Ahmadi. Filsafat Umum, 51.
8
Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004, cet, IX,259.

12
2. Gerak, jumlah, volume (ilmu pasti) tidak ada

3. Saya sedang ragu, saya ada

4. Saya ragu karena saya berpikir

5. Jadi, saya berpikir, saya ada

2. Hegel (1770-1831)

Filosof Amerika, M.R. Cohen menyebut Hegel sebagai filosof terbesar abad ke-19. Kalau
melihat pengaruhnya pada Marx saja agaknya pernyataan Cohen itu cukup beralasan. Dalam
pengantar bukunya, Das Kapital edisi kedua, Marx mengatakan bahwa dirinya adalah murid
Hegel sekalipun “dialektika saya berlawanan dengan dialektika Hegel”.

Untuk menjelaskan filsafatnya, Hegel menggunakan dialetika sebagai metode. Proses


dialektika selalu terdiri dari tiga fase. Fase pertama (tesis) dihadapi antithesis (fase kedua), dan
akhirnya timbul fase ketiga (sintesis). Dalam sintesis itu, tesis dan antithesis menghilang. Dapat
juga tidak menghilang, ia masih ada tapi sudah diangkat pada tingkat yang lebih tinggi. Proses
ini berlangsung terus. Sintesis segera menjadi tesis baru, dihadapi oleh antitesis baru dan
menghasilkan sintesis baru, sintesis baru ini segera pula menjadi tesis baru lagi, dan seterusnya.9

3. Immanuel Kant (1724-1804)

Sejarah filsafat adalah sejarah pertarungan akal dan iman dalam berebut dominasi
mengendalikan jalan hidup manusia. Setidaknya ada tiga filosof besar yang mempunyai peran
dalam mendudukkan akal dan iman: Socrates yang berhasi menghentikan pemikiran sofisme dan
mendudukkan akal dan iman pada posisinya. Descartes berhasil menghentikan dominasi iman
(Kristen) dan menghargai kembali akal, dan Kant yang berhasil menghentikan sofisme modern
untuk mendudukkan kembali akal dan iman pada kedudukan masing-masing. Dalam kerangka
inilah sepertinya Kant mendapat tempat yang lebih lumayan dalam sejarah filsafat.

4. John Locke (1632-1704)


9
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, 129-132

13
Dia adalah filosof Inggris, lahir di Wrington, Somersetshire. Filsafatnya dapat dikatakan
antimetafisika. Ia menerima keraguan sementara yang diajarkan Descartes. Ia juga menolak
metode deduktif Descartes dan menggantinya dengan generalisasi berdasarkan pengalaman; jadi,
induksi. Bahkan Locke juga menolak akal (reason). Ia hanya menerima pemikiran matematis
yang pasti dan cara penarikan dengan metode induksi.

Kesimpulan Locke tentang filsafatnya adalah substance is we know not what, tentang
substansi kita tidak tahu apa-apa. Ia menyatakan bahwa apa yang dianggapnya substansi adalah
pengertian tentang objek sebagai idea tentang objek itu yang dibentuk oleh jiwa berdasarkan
masukan dari indera. Akan tetapi, Locke tidak berani menegaskan bahwa idea itu adalah
substansi objek, substansi kita tidak tahu. Persoalan substansi agaknya adalah persoalan
metafisika sepanjang masa.

5. William James (1842-1910)

Tokoh yang dilahirkan di New York City ini menjadi orang yang paling bertanggung
jawab membuat pragmatisme terkenal di seluruh dunia. Secara ringkas, William James
mengatakan pragmatisme adalah realitas sebagaimana yang kita ketahui.

Pemikiran filsafatnya lahir karena dalam sepanjang hidupnya ia mengalami konflik antara
pandangan agama. Ia beranggapan bahwa masalah kebenaran tentang asal/tujuan dan hakikat
bagi orang Amerika terlalu teoritis. Yang ia inginkan adalah hasil-hasil yang konkrit. Dengan
demikian, untuk mengetahui kebenaran dari ide tau konsep haruslah diselidiki konsekuensi-
konsekuensi praktisnya.

6. Soren Kierkegaard

Suatu reaksi terhadap idealisme yang sama sekali berbeda dari reaksi materialisme ialah
yang berasal dari pemikiran Denmark yang bernama Soren Kierkegaard, filsafat tidak
merupakan suatu sistem,tetapi suatu pengekspresian eksistensi individual. Keberatan utama yang
diajukan oleh Kierkegaardkepada Hegel ialah karena Hegel meremehkan eksistensi yang
kongkret karena ia ( Hegel) mengutamakan idea yang sifatnya umum. Menurut Kierkegaard ,
manusia tidak pernah hidup sebagai suatu”aku umum” tetapi sebagai ”aku individual” yang sama
sekali unik dan tidak dapat dijabarkan ke dalam suatu yang lain. Dengan demikian , Kierkegaard

14
memperkenalkan istilah” eksistensi ” dalam suati arti yang mempunyai peran besar pada abad
ke-20.10

10
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, 217

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kelahiran pemikiran Filsafat Barat diawali pada abad ke-6 sebelum Masehi, yang
diawali oleh runtuhnya mite-mite dan dongeng-dongeng yang selama ini menjadi
pembenaran terhadap setiap gejala alam. Orang Yunani yang hidup pada abad ke-6 SM
mempunyai sistem kepercayaan bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai sesuatu
yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng. Dalam sejarah filsafat biasanay
filsafat yunani dimajukan sebagai pangkal sejarah filsafat barat, karena dunia barat
(Eropa Barat) dalam alam pikirannya berpangkal kepada pemikiran Yunani. Pada masa
itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya alam semesta serta dengan
penghuninya, akan tetapi keterangan ini berdasarkan kepercayaan. Ahli-ahli pikir tidak
puas akan keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan melalui budinya. Mereka
menanyakan dan mencari jawabannya apakah sebetulnya alam itu. Ciri yang menonjol
dari Filsafat Yunani Kuno di awal kelahirannya adalah ditunjukkannya perhatian
terutama pada pengamatan gejala kosmik dan fisik sebagai ikhtiar guna menemukan
suatu (arche) yang merupakan unsur awal terjadinya segala gejala.
B. Saran
Kami selaku penulis makalah menyadari bahwa jika penulisan dalam makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu diperlukan saran yang membangun dari
para pembaca untuk lebih teliti dan membantu dalam penyempurnaan makalah. Kami
berharap pembaca dapat meningkatkan kekritisannya dalam mencari sumber referensi
lain untuk menambah wawasan dan pengetahuan sesuai topik yang dibahas sehingga
dapat melengkapi isi dari materi terutama kalimat efektif dalam kehidupan sehari-hari.

16
DAFTAR PUSTAKA

Muzairi, M.Ag, Filsafat Umum, (Yogjakarta: Teras, 2009).


K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (Yogyakarta : Kanisius, 1997), 28.
Ahmadi, Asmoro. Filsafat Umum, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2007
Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009
Muzairi. Filsafat Umum. Jogjakarta: Teras, cetakan I, 2009
Tafsir, Ahmad. Filsafat Umum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009
O. Kattsoff, Louis. Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004, cet, IX
http://www.m-edukasi.web.id/2012/12/pengertian-filsafat-pendidikan.html
http://id.scribd.com/doc/29433980/FILSAFAT-UMUM
http://kuliahfilsafat.blogspot.com/2009/08/filsafat-zaman-yunani-kuno.html
http://matapinkpong.blogspot.com/2012/11/filsafat-yunani-kuno.html

17

Anda mungkin juga menyukai