Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN

ALIRAN ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5:

1. DOMI YANTI SINAGA


2. NURUL KHOVIFA
3. ADELIA PUTRI
4. OVALIA EGINA BR BANGUN
5. RIKA PRATIWI PASARIBU

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberikan kesempatan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas Filsafat Pendidikan dengan tema ALIRAN ALIRAN
FILSAFAT. ini di susun untuk memenuhi tugas mahasiswa jurusan Pendidikan
Guru Sekolah Dasar untuk memahami tentang aliran filsafat pendidikan. Dan
pada kesempatan ini kami berterimakasi kepada Bapak Andri Kristanto
Sintanggang S.pd.M.pd yang telah membimbung kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas kami dengan baik.

Dan kami sadar bahwa dalam tugas ini masih jauh dari kata sempurna
karena masih terdapat banyak kesalahan dari segi fisik maupun isi materi.
Untuk itu kami sangat mengharapkan masukan berupa kritikan dan saran dari
pembaca. Akhir kata kami berharap bahwa tugas ini dapat memenuhi dan
dapat menambah wawasan dan pengetahuan bukan hanya untuk kami tapi
untuk semua para pembaca dan saya ucapkan terimaka

Medan, 10 September 2022


i

Daftar Isi

Kata Pengantar...................................................................................................... ...i

Daftar Isi..................................................................................................................ii

BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….1


1.2 Tujuan……………………………………………………………………..2
1.3 Manfaat…………………………………………………………………....2

BAB 2 : PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat……..………………………………………………...3

2.2 Perkembangan Filsafat……………………………………………………4

2.3 Aliran Aliran Filsafat……………………………………………………..5

BAB 3 : PENUTUP

3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………10

3.2 Saran……………………………………………………………………12

3.3 Daftar Pustaka………………………………………………………….13


ii

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran


manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar.[1] Filsafat tidak
didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan,
tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu,
memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari
proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi,
mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa. Logika merupakan sebuah ilmu
yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat filasafat
menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa
khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan. Filsafat juga
bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya
tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan
segala hal.Semenjak Immanuel Kant yang menyatakan bahwa filsafat merupakan
disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan
manusia secara tepat; maka semenjak itu pula refleksi filsafat mengenai pengetahuan
manusia menjadi menarik perhatian. Dan lahirlah pada abad 18 cabang filsafat yang
disebut sebagai filsafat pengetahuan (theory of knowledge atau epistemology).
Melalui cabang filsafat ini diterangkan sumber serta tatacara untuk menggunakan
sarana dan metode yang sesuai guna mencapai pengetahuan ilmiah. Diselidiki pula
evidensi dan syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi apa yang disebut kebenaran
ilmiah, serta batas batas validitas.Mula-mula filsafat berarti sifat seseorang berusaha
menjadi bijak, selanjutnya filsafat mulai menyempit yaitu lebih menekankan pada
latihan berpikir untuk memenuhi kesenangan intelektual (intelectual curiosity), juga
filsafat pada masa ini ialah menjawab pertanyaan yang tinggi yaitu pertanyaan yang
tidak dapat dijawab oleh sains. Secara terminologi filsafat banyak diartikan oleh para
ahli secara berbeda, perbedaan konotasi filsafat disebabkan oleh pengaruh
lingkungan

dan pandangan hidup yang berbeda serta akibat perkembangan filsafat itu
sendiri.James melihat konotasi filsafat sebagai kumpulan pertanyaan yang tidak
pernah terjawab oleh sains secara memuaskan. Russel melihat filsafat pada sifatnya
ialah usaha menjawab, objeknya ultimate question.Phytagoras menunjukkan filsafat
sebagai perenungan tentang ketuhanan. Poedjawijatna (1974: 11) menyatakan
filsafat diartikan ingin mencapai pandai, cinta, pada kebijakan, dan sebagai jenis
pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala
sesuatu berdasarkan pikiran belaka. Hasbullah Bakry (1971: 11) mengatakan filsafat
menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta,
dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana
hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagiamana sikap manusia
itu harus setelah mencapai pengetahuan itu, dan masih banyak pendapat dari tokoh-
tokoh lainnya.

1.2 Tujuan

1. Agar kita tahu tentang pembagian aliran filsafat.

2. Agar para kita mengetahui tentang macam-macam aliran dalam filsafat.

3. Agar kita dapat mengetahui tentang perkembangan aliran filsafat serta


memamahami aliran-aliran filsafat dalam kehidupan.

1.3 Mamfaat
1.Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari sebuah
buku

2.Mengetahui kelemahan dan kelebihan buku yang di kritik


3.Mengetahui latar belakang dari buku tersebut mengapa diterbitkan.

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat

Filsafat secara harfiah berasal kata Philo berarti cinta, Sophos berarti ilmu
atau hikmah, jadi filsafat secara istilah berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah.
Pengertian dari teori lain menyatakan kata Arab falsafah dari bahasa Yunani,
philosophia: philos berarti cinta (loving), Sophia berarti pengetahuan atau hikmah
(wisdom), jadi Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta pada
kebenaran. Pelaku filsafat berarti filosof, berarti: a lover of wisdom. Orang
berfilsafat dapat dikatakan sebagai pelaku aktifitas yang menempatkan pengetahuan
atau kebijaksanaan sebagai sasaran utamanya. Ariestoteles (filosof Yunani kuno)
mengatakan filsafat memperhatikan seluruh pengetahuan, kadang-kadang
disamakan dengan pengetahuan tentang wujud (ontologi). Adapun pengertian
filsafat mengalami perkembangan sesuai era yang berkembang pula. Pada abad
modern (Herbert) filsafat berarti suatu pekerjaan yang timbul dari pemikiran.
Terbagi atas 3 bagian: logika, metafisika dan estetika (termasuk di dalamnya etika).

Filsafat menempatkan pengetahuan sebagai sasaran, maka dengan demikian


pengetahuan tidak terlepas dari pendidikan. Jadi, filsafat sangat berpengaruh dalam
aktifitas pendidikan seperti manajemen pendidikan, perencanaan pendidikan,
evaluasi pendidikan, dan lain-lain. Karena ada pengaruh tersebut, maka dalam
makalah ini mencoba untuk membahas tentang keterkaitan paradigma aliran-aliran
filsafat tersebut dengan kajian pendidikan khususnya manajemen Pendidikan.
3

2.2 Perkembangan Filsafat

Masyarakat primitif menganut pemikiran mitosentris yang mengandalkan


mitos guna menjelaskan fenomena alam. Perubahan pola pikir dari mitosentris
menjadi logo-sentris membuat manusia bisa membedakan kondisi riil dan ilusi,
sehingga mampu ke-luar dari mitologi dan memperoleh dasar pengetahuan ilmiah.
Ini adalah titik awal ma-nusia menggunakan rasio untuk meneliti serta
mempertanyakan dirinya dan alam raya. Pertama, Filsafat kuno dan abad
pertengahan Di masa ini, pertanyaan tentang asal usul alam mulai dijawab dengan
pendekat-an rasional, tidak dengan mitos. Subjek (manusia) mulai mengambil jarak
dari objek (sehingga kerja logika (akal pikiran) mulai dominan.Sebelum era
Socrates, kaji-an difokuskan pada alam yang berlandaskan spekulasi
metafisik.Menurut Heraklitos (535-475 SM), realita di alam selalu berubah, tidak
ada yang tetap (api sebagai simbol perubahan di alam) sementara Parmenides (515-
440 SM) mengatakan bahwa realita di alam merupakan satu kesatuan yang tidak
bergerak sehingga perubahan tidak mungkin terjadi.Pada era Socrates, kajian
filosofis mulai menjurus pada manusia dan mulai ada pemikiran bahwa tidak ada
kebenaran yang absolut. Beberapa filosof populernya adalah Socrates (479-399
SM), Plato (427-437 SM) dan Aristotles (384-322 SM). Socrates mendefinisikan,
menganalisis dan mensintesa kebenaran objektif yang universal melalui metode
dialog (dialektika). Satu pertanyaan dijawab dengan satu jawaban.Plato
mengembangkan konsep dualisme (adanya bentuk dan persepsi). Ide yang ditangkap
oleh pikiran (persepsi) lebih nyata dari objek material (bentuk) yang dilihat indra.
Sifat persepsi tidak tetap dan bisa berubah, sementara bentuk adalah sesuatu yang
tetap. Aristotles menyatakan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia
ada (eksis). Filsuf ini juga memperkenalkan silogisme, yaitu penggunaan logika
berdasarkan analisis bahasa guna menarik kesimpulan. Silogisme memiliki dua
premis mayor dan satu ke-simpulan sehingga, suatu pernyataan benar harus sesuai
dengan minimal dua pernyataan pendukung. Logika ini disebut juga dengan logika
deduktif yang mengukur valid tidak-nya sebuah pemikiran.

Pada abad pertengahan (abad 12–13 SM) mulai dilakukan analisis rasional
terha-dap sifat-sifat alam dan Allah, analisis suatu kejadian/materi, bentuk,

ketidaknampakan, logika dan bahasa. Salah satu filsufnya adalah Thomas Aquinas.
Kedua, Filsafat modern (abad 15 sampai dengan sekarang) Berkembang beberapa
paham yang menguatkan kedudukan humanisme sebagai dasar dalam
perkembangan hidup manusia dan pengetahuan. Paham rasionalisme menyatakan
bahwa akal merupakan alat terpenting untuk memperoleh dan menguji pengetahuan

2.3 Aliran Aliran Filsafat

1. Utilitarianisme

Utilitarianisme berasal dari kata Latin utilis, yang berarti berguna,


bermanfaat, berfaedah, atau menguntungkan. Istilah ini juga sering disebut sebagai
teori kebahagiaan terbesar (the greatest happiness theory). Utilitarianisme sebagai
teori sistematis pertama kali dipaparkan oleh Jeremy Bentham dan muridnya, John
Stuart Mill.Utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang berpendapat bahwa
yang baik adalah yang berguna, berfaedah, dan menguntungkan. Sebaliknya, yang
jahat atau buruk adalah yang tak bermanfaat, tak berfaedah, dan merugikan. Karena
itu, baik buruknya perilaku dan perbuatan ditetapkan dari segi berguna, berfaedah,
dan menguntungkan atau tidak. Dari prinsip ini, tersusunlah teori tujuan perbuatan.

2.Idealisme

Idealisme berasal dari kata ide yang artinya adalah dunia di dalam jiwa (Plato),
jadi pandangan ini lebih menekankan hal-hal bersifat ide, dan merendahkan hal-hal
yang materi dan fisik. Realitas sendiri dijelaskan dengan gejala-gejala psikis, roh,
pikiran, diri, pikiran mutlak, bukan berkenaan dengan materi. Kata idealisme pun
merupakan istilah yang digunakan pertama kali dalam dunia filsafat oleh Leibniz
pada awal abad 18. Ia menerapkan istilah ini pada pemikiran Plato, seraya
memperlawankan dengan materialisme Epikuros.Istilah Idealisme adalah aliran
filsafat yang memandang yang mental dan ideasional sebagai kunci ke hakikat
realitas. Dari abad 17 sampai permulaan abad 20 istilah ini banyak dipakai dalam
pengklarifikasian filsafat. Tokoh-tokoh lain cukup banyak ; Barkeley, Jonathan
Edwards, Howison, Edmund Husserl, Messer dan sebagainya.

3.Rasionalisme

Rasionalisme atau gerakan rasionalis adalah doktrin filsafat yang menyatakan


bahwa kebenaran haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang
berdasarkan fakta, daripada melalui iman, dogma,atau ajaran agama.Pada
pertengahan abad ke-20,ada tradisi kuat rasionalisme yang terencana, yang
dipengaruhi secara besar oleh para pemikir bebas dan kaum intelektual.
Rasionalisme modern hanya mempunyai sedikit kesamaan dengan rasionalisme
kontinental yang diterangkan René Descartes. Perbedaan paling jelas terlihat pada
ketergantungan rasionalisme modern terhadap sains yang mengandalkan percobaan
dan pengamatan, suatu hal yang ditentang rasionalisme kontinental sama sekali

4.Pragmatisme

Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar adalah
segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan melihat kepada
akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis. Dengan demikian, bukan
kebenaran objektif dari pengetahuan yang penting melainkan bagaimana kegunaan
praktis dari pengetahuan kepada individu-individu. Dasar dari pragmatisme adalah
logika pengamatan, di mana apa yang ditampilkan pada manusia dalam dunia nyata
merupakan fakta-fakta individual dan konkret. Dunia ditampilkan apa adanya dan
perbedaan diterima begitu saja.Representasi atau penjelmaan realitas yang muncul
di pikiran manusia selalu bersifat pribadi dan bukan merupakan fakta-fakta umum.
Ide menjadi benar ketika memiliki fungsi pelayanan dan kegunaan. Dengan
demikian, filsafat pragmatisme tidak mau direpotkan dengan pertanyaan-pertanyaan
seputar kebenaran, terlebih yang bersifat metafisik, sebagaimana yang dilakukan
oleh kebanyakan filsafat Barat di dalam sejarah.

5.Empirisme
Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua
pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. Empirisme menolak anggapan
bahwa manusia telah membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika

dilahirkan. Empirisme lahir di Inggris dengan tiga eksponennya adalah David


Hume, George Berkeley dan John Locke

6. Positivisme

Istilah positivisme sangat berkaitan erat dengan istilah naturalisme dan dapat
dirunut asalnya ke pemikiran Auguste Comte pada abad ke-19. Comte berpendapat,
positivisme adalah cara pandang dalam memahami dunia dengan berdasarkan sains.
Penganut paham positivisme meyakini bahwa hanya ada sedikit perbedaan (jika ada)
antara ilmu sosial dan ilmu alam, karena masyarakat dan kehidupan sosial berjalan
berdasarkan aturan-aturan, demikian juga alam.

7. Materialisme

Kata materialisme terdiri dari kata materi dan isme. Materi dapat dipahami
sebagai bahan; benda; segala sesuatu yang tampak. Materialisme adalah pandangan
hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di dalam
alam kebendaan semata-mata, dengan mengesampingkan segala sesuatu yang
mengatasi alam indra. Sementara itu, orang-orang yang hidupnya berorientasi
kepada materi disebut sebagai materialis. Orang-orang ini adalah para pengusung
paham (ajaran) materialisme atau juga orang yang mementingkan kebendaan semata
(harta,uang,dsb). Maka materilisme adalah paham yang menyatakan bahwa hal yang
dapat dikatakan benar-benar ada adalah materi. Pada dasarnya semua hal terdiri atas
materi dan semua fenomena adalah hasil interaksi material. Materi adalah satu-
satunya substansi. Kemudian, istilah inipun sering digunakan dalam filsafat.Filsuf
yang pertama kali memperkenalkan paham ini adalah Epikuros. Ia merupakan salah
satu filsuf terkemuka pada masa filsafat kuno. Selain Epikuros, filsuf lain yang juga
turut mengembangakan aliran filsafat ini adalah Demokritos dan Lucretius Carus.
Pendapat mereka tentang materialisme, dapat kita samakan dengan materialisme
yang berkembang di Prancis pada masa pencerahan. Dua karangan karya La Mettrie
yang cukup terkenal mewakili paham ini adalah L'homme machine (manusia mesin)
dan L'homme plante (manusia tumbuhan).Dalam waktu yang sama, di tempat lain
muncul seorang Baron von Holbach yang mengemukakan suatu materialisme
ateisme.

Materialisme ateisme serupa dalam bentuk dan substansinya, yang tidak


mengakui adanya Tuhan secara mutlak. Jiwa sebetulnya sama dengan fungsi-fungsi
otak. Pada Abad 19, muncul filsuf-filsuf materialisme asal Jerman seperti
Feuerbach, Moleschott, Buchner, dan Haeckel. Merekalah yang kemudian
meneruskan keberadaan materialisme.

8. Humanisme

Humanisme adalah istilah umum untuk berbagai jalan pikiran yang berbeda
yang memfokuskan dirinya ke jalan keluar umum dalam masalah-masalah atau isu-
isu yang berhubungan dengan manusia. Humanisme telah menjadi sejenis doktrin
beretika yang cakupannya diperluas hingga mencapai seluruh etnisitas manusia,
berlawanan dengan sistem-sistem beretika tradisonal yang hanya berlaku bagi
kelompok-kelompok etnis tertentu. Humanisme modern dibagi kepada dua aliran.
Humanisme keagamaan/religi dan Humanisme Sekular.Diantara tokoh-tokoh
Humanisme: Abraham Maslow, Albert Einstein, Bertrand Russell, Carl Rogers,
Cicero, Edward Said, Erasmus, Gene Roddenberry, Hans-Georg Gadamer, Dr.
Henry Morgentaler, Isaac Asimov, Israel Shahak, Jacob Bronowski.

9. Feminisme

Tokoh feminisme disebut Feminis adalah sebuah gerakan perempuan yang


menuntut emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan pria. Mengenai latar
belakang lahirnya gerakan feminisme adalah ketika pada waktu itu setelah Revolusi
Amerika 1776 dan Revolusi Prancis pada 1792 berkembang pemikiran bahwa posisi
perempuan kurang beruntung daripada laki-laki dalam realitas sosialnya. Ketika itu,
perempuan, baik dari kalangan atas, menengah ataupun bawah, tidak memiliki hak-
hak seperti hak untuk mendapatkan pendidikan, berpolitik, hak atas milik dan
pekerjaan. Oleh karena itulah, kedudukan perempuan tidaklah sama dengan laki-laki
dihadapan hukum.Pada 1785 perkumpulan masyarakat ilmiah untuk perempuan
pertama kali didirikan di Middelburg, sebuah kota di selatan Belanda. Gerakan
feminisme berkaitan dengan Era Pencerahan di Eropa yang dipelopori oleh Lady
Mary Wortley Montagu dan Marquis de Condorcet. Sedangkan mengenai tokoh-
tokoh yang terkenal dalam faham feminisme diantaranya adalah Foucault, Naffine,
Derrida (Derridean)

10. Eksistensialisme

Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang pahamnya berpusat pada manusia


individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan
secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar. Sebenarnya
bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar, tetapi
seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif, dan karenanya masing-
masing individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya
benar.Eksistensialisme adalah salah satu aliran besar dalam filsafat, khususnya
tradisi filsafat Barat. Eksistensialisme mempersoalkan keber-Ada-an manusia, dan
keber-Ada-an itu dihadirkan lewat kebebasan. Pertanyaan utama yang berhubungan
dengan eksistensialisme adalah melulu soal kebebasan. Apakah kebebasan itu?
bagaimanakah manusia yang bebas itu? dan sesuai dengan doktrin utamanya yaitu
kebebasan, eksistensialisme menolak mentah-mentah bentuk determinasi terhadap
kebebasan kecuali kebebasan itu sendiri.

Dalam studi sekolahan filsafat eksistensialisme paling dikenal hadir lewat


Jean-Paul Sartre, yang terkenal dengan diktumnya "human is condemned to be free",
manusia dikutuk untuk bebas, maka dengan kebebasannya itulah kemudian manusia
bertindak. Pertanyaan yang paling sering muncul sebagai derivasi kebebasan
eksistensialis adalah, sejauh mana kebebasan tersebut bebas? atau "dalam istilah
orde baru", apakah eksistensialisme mengenal "kebebasan yang bertanggung
jawab"? Bagi eksistensialis, ketika kebebasan adalah satu-satunya universalitas
manusia, maka batasan dari kebebasan dari setiap individu adalah kebebasan
individu lain.
Namun, menjadi eksistensialis, bukan melulu harus menjadi “seorang yang
lain daripada yang lain”, sadar bahwa keberadaan dunia merupakan sesuatu yang
berada diluar kendali manusia, tetapi bukan membuat sesuatu yang unik ataupun
yang baru yang menjadi esensi dari eksistensialisme.

Membuat sebuah pilihan atas dasar keinginan sendiri, dan sadar akan
tanggung jawabnya dimasa depan adalah inti dari eksistensialisme. Sebagai contoh,
mau tidak mau kita akan terjun ke berbagai profesi seperti dokter, desainer, insinyur,
pebisnis dan sebagainya, tetapi yang dipersoalkan oleh eksistensialisme adalah,
apakah kita menjadi dokter atas

keinginan orang tua, atau keinginan sendiri.Plato mengembangkan konsep


dualisme (adanya bentuk dan persepsi). Ide yang ditangkap oleh pikiran (persepsi)
lebih nyata dari objek material (bentuk) yang dilihat indra. Sifat persepsi tidak tetap
dan bisa berubah, sementara bentuk adalah sesuatu yang tetap. Aristotles
menyatakan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Filsuf
ini juga memperkenalkan silogisme, yaitu penggunaan logika berdasarkan analisis
bahasa guna menarik kesimpulan. Silogisme memiliki dua premis mayor dan satu
ke-simpulan sehingga, suatu pernyataan benar harus sesuai dengan minimal dua
pernyataan pendukung. Logika ini disebut juga dengan logika deduktif yang
mengukur valid tidak-nya sebuah pemikiran.

Pada abad pertengahan (abad 12–13 SM) mulai dilakukan analisis rasional
terha-dap sifat-sifat alam dan Allah, analisis suatu kejadian/materi, bentuk,
ketidaknampakan, logika dan bahasa. Salah satu filsufnya adalah Thomas Aquinas
(1225-1274). Kedua, Filsafat modern (abad 15 sampai dengan sekarang)
Berkembang beberapa paham yang menguatkan kedudukan humanisme sebagai
dasar dalam perkembangan hidup manusia dan pengetahuan. Paham rasionalisme
menyatakan bahwa akal merupakan alat terpenting untuk memperoleh dan menguji
pengetahuan.
10

BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Filsafat adalah hasil pemikiran ahli-ahli filsafat atau filosof-filosof sepanjang


zaman diseluruh dunia. Sejarah pemikiran filsafat yang amat panjang dibandingkan
dengan sejarah ilmu pengetahuan, telah memperkaya khazanah (perbendaharaan)
ilmu filsafat.Sebagai ilmu tersendiri filsafat tidak saja telah menarik minat dan
perhatian para pemikir, tetapi bahkan filsafat telah amat banyak mempengaruhi
perkembangan keseluruh budaya umat manusia. Filsafat telah mempengaruhi sistem
politik, sistem sosial, sistem ideologi semua bangsa-bangsa-bangsa. Juga filsafat
mempengaruhi sistem ilmu pengetahuan itu sendiri, yang tersimpul di dalam filsafat
ilmu pengetahuan tertentu seperti filsafat huku, filsafat ekonomi, filsafat ilmu
kedoteran, filsafat pendidikan dan sebagainya. Akhirnya yang pokok dari semua
iatu, filsfat telah mempengaruhi sikap hidup, cara berpikir, kepercayaan atau
ideologi.

Filsafat telah mewarisi subyek atau pribadi sedemikian kuat, sehingga tiap
orang menjadi penganut suatu faham filsafat baik sadar maupun tidak, langsung
ataupun tidak langsung.Ajaran filsafat pada dasarnya adalah hasil pemikiran
seseorang atau beberapa orang ahli filsafat tentang sesuatu secara fundamental.
Perbedaan-perbedaan cara dalam meng-approach suatu masalah akan melahirkan
kesimpulan-kesimpulan yang berbeda-beda tentang masalah yang sama. Perbedaan-
perbedaan itu dapat juga disebabkan latar belakang pribadi para ahli tersebut, di
samping pengaruh zaman, kondisi dan alam pikiran manusia di suatu tempat.
Kenyataan-kenyataan itu melatar belakangi perbedaan-perbedaan tiap-tiap pokok
suatu ajaran filsafat. Dan oleh penelitian para ahli kemudian, ajaran filsafat tersebut
disusun dalam satu sistematika dengan kategori tertentu. Klasifikasi inilah yang
melahirkan apa yang kita kenal sebagai suatu aliran (sistem) suatu ajaran filsafat.

Suatu ajaran filsafat dapat pula sebagai produk suatu zaman, produk suatu
cultural and social matrix.

11

Dengan demikian suatu ajaran filsafat dapat merupakan reaksi dan aksi atas
sesuatu realita di dalam kehidupan manusia. Filsafat dapat berbentuk cita-cita,
idealisme yang secara radikal berhasrat meninggalkan suatu pola kehidupan
tertentu.Terkhusus pada bidang filsafat awal mula timbulnya berasal dari rasa ingin
tahu kemudian terbentuklah mitos yang mempercayai keberadaan sifat gaib yaitu
roh-roh di balik alam jagat raya ini, dan ini dipercayai oleh orang dahulu sebagai
suatu kebenaran.Selanjutnya rasa kritis pun mulai menderai orang-orang atas
kebenaran mitos itu rasa sangsi pun muncul, lalu ingin kepastian, timbulnya
pertanyaan dan rasa-rasa tersebut adalah dasar timbulnya filsafat.

Berdasarkan kenyataan sejarah, filsafat bukanlah semata-mata hasil


perenungan, hasil pemikiran kreatif yang terlepas daripada pra kondisi yang
menantang. Paling sedikit, ide-ide filosofis adalah jawaban terhadap problem yang
menentang pikiran manusia, jawaban atas ketidak tahuan, atau verifikasi tentang
sesuatu. Filsafat juga merupakan usaha meneuhi dorongan-dorongan rasional
manusiawi demi kepuasan rohaniah, untuk kemantangan pribadi.

3.2 SARAN

Memiliki pemahaman mengenai aliran-aliran dalam filsafat pendidikan ini


secara jelas harus mempelajari berbagai materi yang berhubungan dengan filsafat
pendidikan. Karena dengan mempelajari materi ini, kita dapat memahami perbedaan
cara pandangan seseorang atau pun cara mengenai hakikat dalam pelaksanaan
pendidikan itu. Hendaknya kita memahami terlebih dahulu mengenai aliran-aliran
tersebut kemudian mengajarkannya atau melaksanakannya.
12

3.3 Daftar Pustaka

Gie, The Liang. Pengantar Filsafat Ilmu. Cet VIII. Yogyakarta; Liberty. 2010.
Solihin, M.2007.Perkembangan Pemikiran Filsafat dari Klasik Hingga
Modern.Bandung : Pustaka Setia Siswanto, Joko. Sistem-sistem Metafisika Dunia
Barat: Dari Aristoteles sampai Derrida. Yogyakarta; Pustaka Pelajar. 1998.
Surajiyo.2008.Ilmu Filsafat. Jakarta PT Bumi Aksara Tafsir, Prof. Dr.
Ahmad.2001.Filsafat Umum, Akal dan Hati sejak Thales Sampai Capra. Bandung :
PT Remaja Rordakarya.

http://fdj-indrakurniawan.blogspot.com/

http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/1787015-sejarah-perkembangan-
filsafat-sains#ixzz1eBdPOomx

Anda mungkin juga menyukai