Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“Hubungan Filsafat Dengan Ilmu”


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Filsafat umum”

Dosen Pengampu:
Sukron Makmun, M.Pd.I

Disusun oleh :
Binti Mahnin (126405202093)
Amirul Putra Pratama (126405202102)
Ginda Aprilia Devitasari (126405202099)

SEMESTER II
PROGAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
JUNI 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena kuasa dan kasihnya kepada kami,
akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah “Hubungan Filsafat Dengan Ilmu” dengan
tepat pada waktunya.

Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas Kelompok yang diberikan oleh dosen
Pengampu mata kuliah Filsafat Umum Sukron makmun, M.Pd.I.

Makalah ini disusun agar dapat memberi referensi tambahan materi pembelajaran Mata
Kuliah Filsafat Umum sehingga bermanfaat khususnya untuk kelompok kami dan teman-teman
mahasiswa. Dalam penyusunan makalah ini tentu saja tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan.
Oleh karena itu, saya mohon maaf atas segala kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Terimakasih kami ucapkan kepada dosen Mata kuliah Filsafat Umum Sukron makmun, M.Pd.I
yang telah membimbing dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua.

Tulungagung, 10 Juni 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………….……..ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………….……….iii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………..1

A. Latar Belakang ………………………………………………………………………1

B. Rumusan Masalah …………………………………………………..........................2

C. Tujuan ……………………………………………………………………………......2

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………....3

A. Pengertian Filsafat …………………………………………………………………....3

B. Pengertian Ilmu ……………………………………………………………….……..4

C. Hubungan Filsafat Dengan Ilmu …………..............................................................5

BAB III PENUTUP ...........................................................................................................8

A. Kesimpulan …………………………………………………………………………...8

B. Saran …………………………………………………………………………………..8

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai induk dari segela ilmu, filsafat telah berjasa dalam kelahiran sebuah
disiplin ilmu, kajian, gagasan, serta aliran pemikiran sebagai ideologi. Ada mulanya
ilmu yang pertama kali muncul adalah filsafat dan ilmu-ilmu khusus menjadi bagian
dari filsafat, sehingga ada yang mengatakan filsafat sebagai induk atau ibu ilmu
pengetahuan, karena objek material filsafat sangat umum yaitu seluruh kenyataan.
Padahal ilmu-ilmu membutuhkan objek material yang khusus, hal ini berakibat
berpisahnya ilmu dari filsafat. Meskipun dalam perkembangannya masing-masing
ilmu memisahkan diri dari filsafat, ini tidak berarti hubungan filsafat dengan
ilmuilmu khusus menjadi terputus. Disinilah filsafat berusaha untuk menyatupadukan
masing-masing ilmu. Tugas filsafat adalah mengatasi spesialisasi dan merumuskan
suatu pandangan hidup yang didasarkan atas pengalaman kemanusiaan yang luas.
Oleh karena itu filsafat merupakan salah satu bagian dari proses pendidikan secara
alami dari mahluk yang berfikir
Ada hubungan timbal balik antara ilmu dengan filsafat. Banyak masalah filsafat
yang memerlukan landasan pada pengetahuan ilmiah apabila pembahasannya tidak
ingin dikatakan dangkal dan keliru. Ilmu dewasa ini dapat menyediakan bagi filsafat
sejumlah besar bahan yang berupa fakta-fakta yang sangat penting bagi
perkembangan ide-ide filsafat yang tepat sehingga sejalan dengan pengetahuan
ilmiah. Interaksi antara filsafat dan ilmu-ilmu khusus juga menyangkut suatu tujuan
yang lebih jauh dari filsafat.
Ilmu berasal dari keingintahunya manusia terhadapat sesuatu. Filsafat adalah
salah satu ilmu pengetahuan yang mengajarkan manusia tentang mencari kebenaran
dalam menjalani hidup, banyak hal yang dapat diketahui dengan mempelajari filsafat.
Bagi manusia, berfilsafat itu berarti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya,
senetralnetralnya dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab terhadap
dasar hidup yang sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam, atau pun kebenaran. Dengan
kata lain filsafat merupakan hal mendasar yang pada dasarnya dimiliki oleh umat
manusia. Setiap manusia, baik yang tergolong terpelajar bahkan yang tergolong awam
sekalipun, memiliki kemampuan untuk berpikir mengenai hal-hal disekitarnya. Oleh
karena itu penulis mengambil judul “Hubungan Filsafat dengan Ilmu” pada makalah
ini, yang diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah perbedaan Filsafat dengan Ilmu?


2. Bagaimanakah persamaan Filsafat dengan Ilmu?
3. Bagaimanakah hubungan Filsafat dengan Ilmu?

C. Tujuan

1. Untuk menngetahui perbedaan Filsafat dengan Ilmu.


2. Untuk mengetahui persamaan Filsafat dengan Ilmu.
3. Untuk mengetahui hubungan Filsafat dengan Ilmu.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat
Secara etimologis kata „filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia dari kata
“philos” berarti cinta atau “philia” (persahabatan, tertarik kepada) dan “sophos” yang
berarti kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman. praktis, intelegensi).
Dalam bahasa Inggris adalah philosophy. Filsafat boleh dimaknakan ingin mengerti
dengan mendalam atau cinta dengan kebijaksanaan.
Secara harfiah, filsafat berarti cinta akan kebijaksanaan. Hal ini menunjukkan
bahwa manusia tidak pernah secara sempurna memiliki pengertian menyeluruh tentang
segala sesuatu yang dimaksudkan kebijaksanaan, namun terus menerus harus
mengejarnya. Filsafat adalah pengetahuan yang dimiliki rasio yang menembus dasar-
dasar terakhir dari segala sesuatu. Filsafat menggumuli seluruh realitas, tetapi teristimewa
eksistensi dan tujuan manusia.
Kecintaan pada kebijaksanaan haruslah dipandang sebagai suatu bentuk proses,
artinya segala usaha pemikiran selalu terarah untuk mencari kebenaran. Orang yang
bijaksana selalu menyampaikan suatu kebenaran sehingga bijaksana mengandung dua
makna yaitu baik dan benar. Sesuatu dikatakan baik apabila sesuatu itu berdimensi etika,
sedangkan benar adalah sesuatu yang berdimensi rasional, jadi sesuatu yang bijaksana
adalah sesuatu yang etis dan logis. Dengan demikian berfilsafat berarti selalu berusaha
untuk berfikir guna mencapai kebaikan dan kebenaran, berfikir dalam filsafat bukan
sembarang berfikir namun berpikir secara radikal sampai ke akar-akarnya, oleh karena itu
meskipun berfilsafat mengandung kegiatan berfikir, tapi tidak setiap kegiatan berfikir
berarti filsafat atau berfilsafat. Sutan Takdir Alisjahbana menyatakan bahwa pekerjaan
berfilsafat itu ialah berfikir, dan hanya manusia yang telah tiba di tingkat berfikir, yang
berfilsafat.
Guna lebih memahami mengenai makna filsafat, berikut ini akan dikemukakan
definisi filsafat yang dikemukakan oleh para filsuf:
 Plato salah seorang murid Socrates yang hidup antara 427 – 347 SM mengartikan filsafat
sebagai pengetahuan tentang segala yang ada, tidak ada batas antara filsafat dan ilmu
(Gazalba, 1992)
 Aristoteles (382 – 322 SM) murid Plato, menurutnya, filsafat bersifat sebagai ilmu yang
umum sekali yaitu ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di
dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,politik dan estetika
(Suharsaputra, 2004) Dia juga berpendapat bahwa filsafat itu menyelidiki sebab dan asas
segala benda.
 Al Farabi (870 – 950 M) adalah seorang Filsuf Muslim yang mendefinisikan filsafat
sebagai ilmu pengetahuan tentang alam maujud, bagaimana hakikatnya yang sebenarnya.

3
 Immanuel Kant (1724 – 1804). Mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pokok dan pangkal
segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan yaitu :
a. Metafisika (apa yang dapat kita ketahui).
b. Etika (apa yang boleh kita kerjakan).
c. Agama (sampai dimanakah pengharapan kita)
d. Antropologi (apakah yang dinamakan manusia). (Suharsaputra, 2004)

B. Pengertian Ilmu
Van Peursen mengemukakan bahwa dahulu ilmu merupakan bagian dari filsafat,
sehingga definisi tentang ilmu bergantung pada sistem filsafat yang dianut (Peursen,
1985). Dahulu seorang filsuf memiliki pengetahuan yang luas sehingga beberapa ilmu
dipahaminya karena pada waktu itu jumlah atau volume pengetahuan belum sebanyak
zaman kini. Sebagai contoh, Plato adalah filsuf yang mampu di bidang politik
kenegaraan, kosmologi, filsafat manusia, filsafat keindahan, dan juga seorang pendidik.
Aristoteles adalah filsuf yang ahli di dalam masalah epistemologi, etika, dan ketuhanan.
Plotinos bahkan ahli disemua cabang filsafat kecuali filsafat politik.
Sejalan dengan perubahan dan perkembangan zaman ilmu mulai terpisah dari
induknya yaitu filsafat. Ilmu mulai berkembang dan mengalami deferensiasi/pemisahan
hingga spesifikasinya semakin terperinci bahkan satu cabang ilmu pada 23 tahun yang
lalu diperkirakan berkembang menjadi lebih dari 650 ranting disiplin ilmu. Sebenarnya
dapat dianggap sebagai suatu tanda bahwa kelak dikemudian hari perkembangan ilmu
akan semakin luas bentangannya dan para peneliti akan semakin leluasa memilih bidang
kajiannya. Kalau diamati sampai pada era mileneum ketiga ini tidak terhitung spesialisasi
ilmu yang bermunculan di perguruan tinggi yang dikaji oleh para peneliti, khususnya
yang menempuh studi magister, doktoral, dan spesialis.
Kini terbukti bahwa Filsafat Yunani Kuno yang tadinya merupakan satu kesatuan
kemudian menjadi terpecah-pecah. Ilmu-ilmu cabang dengan metodologinya masing-
masing mengembangkan spesialisasinya sendiri-sendiri secara intens. Lepasnya ilmu
cabang dari “batang filsafatnya” diawali oleh ilmu-ilmu alam atau fisika (Wibisono,
1997). Hal ini terjadi pada abad ke-17, maka mulailah terjadi perpisahan antara filsafat
dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa sebelum abad ke-
17 tersebut ilmu pengetahuan adalah identik dengan filsafat.
Untuk memahami ilmu, ada banyak definisi yang menuntun dan mengarahkan
kepada pengertian yang jelas. Secara etimologis “ilmu” merupakan kata serapan yang
berasal dari bahasa Arab alima yang berarti tahu atau mengetahui), sementara itu secara
istilah ilmu diartikan sebagai Idroku syai bi haqiqotih (mengetahui sesuatu secara hakiki).
Dalam bahasa Inggeris Ilmu dipadankan dengan kata science, sedang pengetahuan
dengan knowledge. Dalam bahasa Indonesia kata science berasal dari bahasa Latin dari
kata Scio, Scire yang berarti (mengetahui) umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga
diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu pada makna
yang sama. Sinonim yang paling akurat dalam bahasa Yunani adalah episteme.

4
Untuk lebih memahami pengertian Ilmu (science) di bawah ini akan dikemukakan
beberapa pengertian :
 Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem
menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan
gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu.
 Aristoteles memandang ilmu sebagai pengetahuan demonstratif tentang
sebabsebab hal.
 Ilmu merupakan alat untuk mewujudkan tujuan politis secara efektif dan alamiah.
 Ilmu sebagi metode, artinya ilmu pada dasarnya adalah suatu metode untuk
menangani masalah-masalah, atau suatu kegiatan penelaahan atau proses
penelitian yang mana ilmu itu mengandung prosedur, yakni serangkaian cara dan
langkah tertentu yang mewujudkan pola tetap. Rangkaian cara dan langkah ini
dalam dunia keilmuan dikenal sebagai metode.
Dari pengertian di atas nampak bahwa Ilmu memang mengandung arti
pengetahuan, tapi bukan sembarang pengetahuan melainkan pengetahuan dengan ciri-ciri
khusus yaitu yang tersusun secara sistematis, dan untuk mencapai hal itu diperlukan
upaya mencari penjelasan atau keterangan. Lebih jauh dengan memperhatikan
pengertian-pengertian Ilmu sebagaimana diungkapkan di atas, dapatlah ditarik beberapa
kesimpulan berkaitan dengan pengertian ilmu yaitu :
- Ilmu adalah sejenis pengetahuan
-Tersusun atau disusun secara sistematis
- Sistimatisasi dilakukan dengan menggunakan metode tertentu
- Pemerolehannya dilakukan dengan cara studi, observasi, eksperimen.

Dengan demikian sesuatu yang bersifat pengetahuan biasa dapat menjadi suatu
pengetahuan ilmiah bila telah disusun secara sistematis serta mempunyai metode berfikir
yang jelas, karena pada dasarnya ilmu yang berkembang dewasa ini merupakan
akumulasi dari pengalaman/pengetahuan manusia yang terus dipikirkan,
disistimatisasikan, serta diorganisir sehingga terbentuk menjadi suatu disiplin yang
mempunyai kekhasan dalam objeknya.

C. Hubungan Filsafat Dengan Ilmu


Dalam sejarah filsafat Yunani, filsafat mencakup seluruh bidang ilmu
pengetahuan. Lambat laun banyak ilmu-ilmu khusus yang melepaskan diri dari filsafat.
Meskipun demikian, filsafat dan ilmu pengetahuan masih memiliki hubungan dekat.
Sebab baik filsafat maupun ilmu pengetahuan sama-sama pengetahuan yang metodis,
sistematis, koheren dan mempunyai obyek material dan formal. Yang membedakan
diantara keduanya adalah: filsafat mempelajari seluruh realitas, sedangkan ilmu
pengetahuan hanya mempelajari satu realitas atau bidang tertentu.
Filsafat adalah induk semua ilmu pengetahuan. Dia memberi sumbangan dan
peran sebagai induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan
hingga ilmu pengetahuan itu itu dapat hidup dan berkembang. Filsafat membantu ilmu
pengetahuan untuk bersikap rasional dalam mempertanggungjawabkan ilmunya.

5
Pertanggungjawaban secara rasional di sini berarti bahwa setiap langkah langkah harus
terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan dan harus dipertahankan secara
argumentatif, yaitu dengan argumen-argumen yang obyektif (dapat dimengerti secara
intersuyektif).
Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan
mengalami perkembangan yang sangat menyolok. Pada permulaan sejarah filsafat di
Yunani, “philosophia” meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam
perkembangan ilmu pengetahuan di kemudian hari, ternyata juga kita lihat adanya
kecenderungan yang lain. Filsafat Yunani Kuno yang tadinya merupakan suatu kesatuan
kemudian menjadi terpecah-pecah (Bertens, 1987, Nuchelmans, 1982). Lebih lanjut
Nuchelmans (1982), mengemukakan bahwa dengan munculnya ilmu pengetahuan alam
pada abad ke 17, maka mulailah terjadi perpisahan antara filsafat dan ilmu pengetahuan.
Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa sebelum abad ke 17 tersebut ilmu
pengetahuan adalah identik dengan filsafat. Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran
Van Peursen (1985), yang mengemukakan bahwa dahulu ilmu merupakan bagian dari
filsafat, sehingga definisi tentang ilmu bergantung pada sistem filsafat yang dianut.
Dalam perkembangan lebih lanjut menurut Koento Wibisono (1999), filsafat itu
sendiri telah mengantarkan adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana
“pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar-bercabang secara subur. Masing-masing
cabang melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing
mengikuti metodologinya sendiri-sendiri. Dengan demikian, perkembangan ilmu
pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada
akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru bahkan kearah ilmu
pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Oleh karena itu
tepatlah apa yang dikemukakan oleh Van Peursen (1985), bahwa ilmu pengetahuan dapat
dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-
ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan.
Terlepas dari berbagai macam pengelompokkan atau pembagian dalam ilmu
pengetahuan, sejak F.Bacon (1561-1626) mengembangkan semboyannya “Knowledge Is
Power”, kita dapat mensinyalir bahwa peranan ilmu pengetahuan terhadap kehidupan
manusia, baik individual maupun sosial menjadi sangat menentukan. Karena itu implikasi
yang timbul menurut Koento Wibisono (1984), adalah bahwa ilmu yang satu sangat erat
hubungannya dengan cabang ilmu yang lain serta semakin kaburnya garis batas antara
ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu terapan atau praktis.
Untuk mengatasi antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya, dibutuhkan
suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi perbedaan yang muncul.
Oleh karena itu, maka bidang filsafatlah yang mampu mengatasi hal tersebut. Hal ini
senada dengan pendapat Immanuel Kant yang menyatakan bahwa filsafat merupakan
disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan
manusia secara tepat. Oleh sebab itu Francis Bacon menyebut filsafat sebagai ibu agung
dari ilmu-ilmu (the great mother of the sciences). Lebih lanjut Koento Wibisono dkk.
menyatakan, karena pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan “a higher level of
knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat

6
pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek sasarannya: Ilmu
(Pengetahuan). Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-
komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu: ontologi,
epistemologi dan aksiologi. Hal ini didukung oleh Israel Scheffler (dalam The Liang Gie,
1999), yang berpendapat bahwa filsafat ilmu mencari pengetahuan umum tentang ilmu
atau tentang dunia sebagaimana ditunjukkan oleh ilmu.
Interaksi antara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa filsafat dewasa ini tidak
dapat berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu. Ilmu tidak dapat tumbuh dengan
baik tanpa kritik dari filsafat. Dengan mengutip ungkapan dari Michael Whiteman bahwa
ilmu kealaman persoalannya dianggap bersifat ilmiah karena terlibat dengan persoalan-
persoalan filsafati sehingga memisahkan satu dari yang lain tidak mungkin. Sebaliknya,
banyak persoalan filsafati sekarang sangat memerlukan landasan pengetahuan ilmiah
supaya argumentasinya tidak salah.

7
BAB III

PENUTUPA

A. Kesimpilan
Filsafat adalah pengetahuan yang dimiliki rasio yang menembus dasar-dasar
terakhir dari segala sesuatu. Filsafat menggumuli seluruh realitas, tetapi teristimewa
eksistensi dan tujuan manusia. Sejalan dengan perubahan dan perkembangan zaman ilmu
mulai terpisah dari induknya yaitu filsafat. Ilmu mulai berkembang dan mengalami
deferensiasi/pemisahan hingga spesifikasinya semakin terperinci bahkan satu cabang
ilmu pada 23 tahun yang lalu diperkirakan berkembang menjadi lebih dari 650 ranting
disiplin ilmu. Sampai pada abad ke-17, maka mulailah terjadi perpisahan antara filsafat
dan ilmu pengetahuan.Filsafat adalah induk semua ilmu pengetahuan. Dia memberi
sumbangan dan peran sebagai induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan
ilmu pengetahuan hingga ilmu pengetahuan itu itu dapat hidup dan berkembang.
hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang sangat
menyolok. Pada permulaan sejarah filsafat di Yunani, “philosophia” meliputi hampir
seluruh pemikiran teoritis.

B. Saran

Pentingnya memahaami filsafat dan ilmu agar lebih menegrti hubungan antara
filsafat dan ilmu itu sendiri, supaya kedepannya kita dapat menerapka ilmu dan filsafat
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penulisan makalah ini pada dasarnya kami masih
banyak memiliki kekurangan dan dalam tahap pembelajran. Oleh karena itu guna bahan
revisi pembuatan makalah kami, pembaca diharapkan memberikan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk menyempurnaka penulisan makalah kami selanjutnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

http://penulisbima.blogspot.com/2015/09/hubungan-filsafat-dengan-ilmu.html?m=1

https://osf.io/nwmfc/download#:~:text=Filsafat%20adalah%20salah%20satu
%20ilmu,dapat%20diketahui%20dengan%20mempelajari%20filsafat

http://repository.unikama.ac.id/104/1/Hubungan%20Filsafat%20dan%20Ilmu
%20Pengetahuan.pptx#:~:text=Filsafat%20hendak%20memberikan%20pengetahuan
%2C%20insight,khusus%2C%20mempersatukan%2C%20dan
%20mengkoordinasikannya

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://jurnal.isi-ska.ac.id/
index.php/gelar/article/download/
1441/1415&ved=2ahUKEwis7IjCzo7xAhWQb30KHaZ0DREQFjAAegQIBRAC&usg=
AOvVaw2ikiKMZI8IN9jvjQ1PNAVx

Anda mungkin juga menyukai