Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

FILSAFAT REALISME DALAM PENDIDIKAN

Disusun oleh:

Gek Dyah Jnana Daivi

(220401140185)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI KANJURUHAN MALANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat serta hidayah-
Nya, penulis bisa menuntaskan tugas makalah yang berjudul " Filsafat Realisme
Dalam Pendidikan" dengan ketentuan waktu yang tepat.

Makalah ini disusun agar tugas UTS dalam bentuk makakalah Mata Pelajaran
Landasan Pendidikan terpenuhi. Tidak hanya itu, makalah ini bertujuan agar
menaikkan pengetahuan tentang filsafat realisme untuk para pembaca serta pula untuk
penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Laurens Kaluge sebagai


dosen Mata Kuliah Filsafat Pendidikam. Karena tugas ini sangat bermanfaat bagi
penulis, dimana banyak hal yang bisa diperoleh dari pembuatan makalah ini. Ucapan
terima kasih pula kepada seluruh pihak yang sudah membantu hingga diselesaikannya
makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa penataan makalah ini
masih jauh dari sempurna sebab pengalaman serta pengetahuan penulis yang terbatas.
Oleh sebab itu, anjuran serta kritik dari seluruh pihak sangat diharapkan demi revisi
makalah di masa mendatang.

Jembrana, 9 Januari 2023

Penyusun

Gek Dyah Jnana Daivi

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………...ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….1


1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………....2
1.3 Tujuan………………………….………...… ……………………...……...2

BAB II PEMBAHASAN…………………..…………………………………….3

2.1 Pengertian Filsafat…………………………………………………..…….3


2.2 Ruang Liangkup Filsafat…………………..…………...………………….3
2.3 Pengertian Filsafat Realisme……………………...……………………….4
2.4 Tokok Aliran Realisme………………………….…….….………………..6
2.5 Filsafat Realisme Diimplikasikan Dalam Pendidikan……….….….……...7
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Filsafat Realisme Bila diterapkan di
Indonesia…………………………………………………………….. …….7

BAB III PENUTUP………………………………………………………………..9


3.1 Kesimpulan………………………………………………………………….9
3.2 Saran………………………………………………………………………...9

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

a) Latar Belakang

Filsafat merupakan kebenaran merata yang kerap dipertentangkan dengan kebenaran


ilmu yang sifatnya relatif. Sebab kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang bisa
diamati oleh manusia saja. Filsafat sebagai sumber dari seluruh aktivitas manusia ataupun
memberi warna seluruh kegiatan masyarakat negeri dari sesuatu bangsa. Pembelajaran
merupakan usaha manusia buat meningkatkan serta meningkatkan potensi- potensi
pembawaan baik jasmani ataupun rohani cocok dengan nilai- nilai yang terdapat di dalam
area warga serta area.
Bidang garapan filsafat ilmu diarahkan pada komponen- komponen yang menjadi
tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, serta aksiologi. Kajian
ontologi mengacu pada hakikat apa yang dikaji (apa serta gimana yang ada ataupun
being), epistemologi terkait dengan sumber, fasilitas, dan tatacara menggunakannya untuk
mendapatkan pengetahuan yang benar, dan aksiologi berhubungan dengan nilai- nilai (
values) kegunaan ilmu dalam kehidupan.
Realisme ialah intrumen perlengkapan indra ialah pokok utama dalam mencari suatu
kebenaran dengan melaksanakan observasi pada area dekat serta menciptakan fakta-
fakta. tertentu bisa menekukan suatu kebenaran. Perihal ini ialah selaku pembeda kalau
idealisme lebih berpegang pada keadaan mental sebaliknya realisme terdapatnya fakta
raga. Ada pula tokoh aliran realisme yitu terdapat Kulpe, Aristoteles, Francis Bacon serta
yang lain.
Filsafat realisme berhubungan dengan pembelajaran, dimana aliran ini sejalan dengan
kovergensi perihal terjadinya karakter manusia. Tiap aliran tentu mempunyai kelebihan
serta kekurangan hingga dari itu butuh di tahu supaya sanggup menyelaraskan terhadap
aliran tersebut.

1
b) Rumusan Masalah

Bersumber pada latar belakang yang sudah dipaparkan lebih dahulu, hingga penulis
merumuskan permasalahan jadi sebagian, antara lain :

1. Apa yang dimaksud dengan filsafat?


2. Apa saja ruang lingkupnya?
3. Apa yang diimaksud dengan filsafat realisme?
4. Siapa saja tokoh filsafat realisme?
5. Bagaimana filsafat realisme diimplikasikan dalam pendidikan?
6. Apa kelebihan dan kekurangan filsafat realisme bila diterapkan di Indonesia?

c) Tujuan

Bersumber pada rumusan permasalahan yang sudah dipaparkan di atas, hingga tujuan
dalam penyusunan makalah ini antara lain :

1. Untuk mengetahui apa itu filsafat


2. Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup filsafat
3. Untuk mengetahui maksud dari filsafat realism
4. Agar mengetahi siapa saja tokoh dalam filsafat realism
5. Untuk mengetahui bagaimana filsafat realism jika diimpikasikan dalam pendidikan
6. Agar mengetahui kelebihan dan kekurangan filsafat realisme jika diterapkan di
Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat

Secara bahasa sebutan filsafat berasal dari Bahasa Yunani. Ialah Philos yang
berarti cinta, bahagia, suka, serta Sophia berarti pengetahuan, hikmah, serta
kebijaksanaan. Jadi Philosophia berarti cinta pengetahuan. Filsafat merupakan
kebenaran merata yang kerap dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang sifatnya
relative. Sebab kebenaran ilmu cuma ditinjau dari segi yang bisa diamati oleh
manusia saja. Filsafat jadi sumber dari seluruh aktivitas manusia. Filsafat sangat
penting dalam memberikan kontribusi menyediakan kerangka kerja sebagai
pemahaman ide ide. Filsafat mencakup pemahaman yang di perlukan untuk
transformasi keberadaan seseorang. Lembaga pendidikan dibentuk dari cara hidup
yang dipilih dari filosofi.
Filsafat itu mempunyai watak umum, yang berarti pemikiran yang terdapat di
dalam aliran filsafat berlaku buat seluruh orang, tidak terkecuali. Setelah itu filsafat
memiliki karakteristik radikal ialah buat menggali suatu sampai ke pangkal ataupun
sumbernya. Dimana seseorang filsuf tidak cuma menyudahi di satu maupun 2
persoalan saja, tetapi persoalan mereka hendak terus timbul hingga telah tidak
terdapat lagi perihal yang membuat mereka merasa ragu maupun bimbang.
Filsafat ini pula mempunyai watak sistematis yang berarti seluruh pemikiran
yang timbul maupun persoalan yang timbul hingga seluruh jawaban berentetan serta
silih berhubungan. Sehingga aliran dalam filsafat ini silih berhubungan satu sama
yang lain.

2.2 Ruang Lingkup Filsafat

1. Ontology
Berasal dari kata ontos yang maksudnya terdapat. Jadi ontologi mengkaji hakikat dari
seluruh suatu yang terdapat serta bisa jadi terdapat. Ontologi merupakan bagian
filsafat yang sangat universal, ataupun ialah bagian dari metafisika, serta metafisika
ialah salah satu bab dari filsafat. Obyek jajak ontologi merupakan yang terdapat tidak
terikat pada satu perwujudan tertentu, ontologi mangulas tentang yang terdapat secara
umum, ialah berupaya mencari inti yang dilansir tiap realitas yang meliputi seluruh
kenyataan dalam seluruh wujudnya. 9 Sehabis menjelajahi seluruh bidang utama
dalam ilmu filsafat, semacam filsafat manusia, alam dunia, pengetahuan, kehutanan,
moral serta sosial.

2. Epistemology
Epistemologi merupakan bagian dari filsafat yang menekankan pada pencarian

3
sumber kebenaran sesuatu pengetahuan. Bawah epistemologis konstruktivisme dalam
pendidikan sains pada dasarnya menitikberatkan pada sains selaku sesuatu kreativitas/
usaha manusia yang dikondisikan oleh historis serta culturalnya, serta pengetahuan
yang dihasilkan itu tidak mutlak. Maksudnya, pengetahuan yang diperoleh seorang
bukan ialah sesuatu kebenaran absolut. Di negara- negara Amerika Serikat serta
Eropa, pemikiran tentang ketidakabsolutan dari sesuatu kebenaran dalam filosofi sains
telah banyak digunakan oleh pusat- pusat pembelajaran serta sekolah- sekolah, meski
perihal ini bukan ialah suatu yang berarti. Sehubungan dengan perihal kebenaran
tersebut, konstruktivisme sangat berkepentingan terhadap posisi epistemologis sebab
sangat efisien buat merasionalkan pengaruh doktrin tersebut. Inti dari konstruktivisme
pada hakikatnya tidak terlepas dari pengaruh uraian subjektif, empiris serta
personalist tentang gimana manusia mendapatkan sesuatu pengetahuan dan
konsekuensinya terhadap pembuatan pengetahuan sains.

3. Axiology
Kata axiology berasal dari kata Yunani, axion; nilai yang berarti teori tentang nilai(
value). Axiology merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang orientasi
ataupun nilai sesuatu kehidupan. Axiology diucap pula teori nilai sebab dia dapat jadi
fasilitas orientasi manusia dalam usaha menanggapi sesuatu persoalan yang amat
fundamental, ialah gimana manusia wajib hidup serta berperan? Yang pada
kesimpulannya teori nilai ini melahirkan etika dan estetika. Secara moral axiologi bisa
dilihat dari terdapatnya kenaikan mutu kesejahteraan serta kemaslahatan umat pada
pertumbuhan keilmuan.

2.3 Pengertian Filsafat Realisme

Awal mulanya realisme ialah filsafat alam, dimana lebih tertarik memepelajari
kenyataan alam dibanding cuma menekuni manusia saja. Realisme ialah aliran filsafat
yang bertolak balik dengan aliran filsafat idealisme, realisme sabagai aksesoris
terdapatnya aliran filsafat idealisme. Bisa dikatakan kalau idealisme ialah gagasan
ataupun ilham yang diutamakan buat mencari suatu kebenaran yang cenderung
abstrak serta metafisik. Sebaliknya realisme ialah intrumen perlengkapan indra ialah
pokok utama dalam mencari suatu kebenaran dengan melaksanakan observasi pada
area dekat serta menciptakan fakta- fakta tertentu bisa menekukan suatu kebenaran.
Perihal ini ialah selaku pembeda kalau idealisme lebih berpegang pada keadaan
mental sebaliknya realisme terdapatnya fakta raga.
Secara ontologis realisme berpikiran kalau panca indera ataupun pengamatan
sesuatu instrumen buat mendapatkan sesuatu pengetahuan serta kebenaran. Seorang
yang mempunyai pemikiran relis tidak cuma yakin dengan terdapatnya gagasan saja
buat meyakinkan sesuatu kebenaran. Seorang wajib senantiasa melaksanakan
pembuktian dengan terdapatnya gagasan tersebut selaku avuan buat meyakinkan

4
sesuatu kebenaran dengan mencari fakta- fakta lewat observasi memakai instrumen
panca indera. Hocking berkata kalau realism ialah kecenderungan seorang buat
melindungi diri berikan batas terhadap sesuatu perihal, supaya seorang bisa mengenali
kalau tidak seluruh perkara bisa diberikan intervensi dalam berikan suatu keputusan
serta objek- objek dekat hendak menanggapi apa yang dia pikirikan.
Pada dasarnya realisme ialah filsafat yang memadankan kenyataan secara
dualitas. Realisme berbeda dengan materialism serta idealism yang bertabiat monitis.
Realisme berkomentar kalau kenyataan terdiri atas dunia raga serta dunia rohani.
Realisme ialah aliran filsafat yang mempunyai berbagai macam wujud. Kneller
membagi realisme jadi 2 wujud, ialah realisme rasional serta realisme naturalis.
Realisme rasional terdiri dari realisme klasik serta realisme religious.
Realisme alami ilmiah menyertai lahirnya sains di Eropa pada abad kelima belas serta
keenam belas., yang dipelopori oleh Francis Bacon, John Locke, Galilo, David Hume,
John Stuart Mill. Realisme ilmiah melaporkan kalau manusia merupakan organisme
biologis dengan system syaraf yang lingkungan serta secara inhern berpembawaan
sosial.
Pembelajaran dalam realisme mempunyai keterkaitan erat dengan pemikiran
John Locke kalau ide, benak, serta jiwa manusia tidak lain merupakan tabularasa,
ruang kosong tidak ubahnya kertas putih setelah itu menerima impresi dari area. Oleh
sebab itu, pembelajaran ditatap diperlukan sebab buat membentuk tiap orang supaya
mereka jadi cocok dengan apa yang ditatap baik. Dengan demikian, pembelajaran
dalam realisme sering diidentikkan selaku upaya penerapan psikologi behaviorisme
ke dalam ruang pengajaran. realisme mempunyai proyeksi kala manusia hendak
dibangun buat hidup dalam nilai- nilai yang sudah jadi common sengse sehingga
mereka sanggup menyesuaikan diri dengan lingkungan- lingkungan yang terdapat.
Sisi kurang baik pembelajaran model ini setelah itu cenderung lebih banyak
dikendalikan skeptisisme positivistik, kala mereka dalam perihal apa juga hendak
memohon fakta dalam bentuk- bentuk yang dapat didemonstrasikan secara indrawi(
Sardianto Markos Siahaan, 2019).
Konsep pembelajaran dalam aliran realisme antara lain:( 1) Tujuan
pembelajaran dalam aliran realisme merupakan berfokus pada pencapaian partisipan
didik dalam keahlian membiasakan diri dengan kilat serta pas dalam menempuh
kehidupan dan melakukan tanggung jawab sosial, Dalam alam semesta yang
kenyataannya terpusat pada ilham gagasan serta hendak benak kejiwaan hingga aspek
sangat berarti dari pelajar merupakan intelektualnya, sebab partisipan didik ialah
suatu ide pikir mikroskosmik. Pada ide serta pikiranlah usaha sungguh- sungguh
pembelajaran wajib ditunjukan, sebab pengetahuan yang benar bisa dicapai cuma
lewat ide serta pikir

5
2.4 Tokoh Aliran Realisme
a) Aristoteles
Kelompok klasik realisme mempunyai komentar yang sama kalau Aristoteles
memiliiki hukum buat berikan norma pada manusia supaya senantiasa
mengandalkan moral ataupun etika yang umum dalam menempuh kehidupan
selaku makhluk. Aristoteles pula memandang kalau kenyataan ialah bentuk alami
yang bisa digerakkan dari alam. Seluruh suatu yang terdapat dihadapan kita yang
bisa ditangkap oleh panca indera dengan memakai observasi terhadap area dekat
ialah sesuatu yang nyata serta terpisah denga alam pikiranakan namun perihal
tersebut bisa menimbulkan sesuatu pemikiran lewat upaya selektif terhadap
pengalaman seorang dalam menggunakan alak manusia.

b) Francis Bacon
Francis Bacon merupakan filsuf, negarawan serta penulis asal Inggris yang lahir
pada 22 Januari 1561 serta wafat pada 19 April 1626. Bacon berikan pendapatnya
terpaut pemikiran realismenya dengan mengatakan" cocok dari bawah filosofi
realisme kalau kebenaran terdapat pada objek yang dapat diukur serta pula di uji.
Hingga seluruh kebenaran wajib dikenal secara tentu serta disimpulkan,
dibanding, dipakai selaku salah satunya bawah atas sesuatu kesimpulan ataupun
pengetahuan.

c) Kulpe
Kulpe berkata realisme yakni aliran yang mengakui bentuknya alam luar yang
leluasa dari ide yang menanggapinya ataupun kesemua idea ataupun yang ide
menjawab melaiui indera tidak lebih dari rumus ide. Rumus yang menampilkan
terdapatnya kenyataan luaran. Bahsa sesuatu pihak terdapat di sisi nyata serta
pihak lain di hantar buat menguasai objek yang lain.Aristoteles

d) John Amos Comenius


Pemikiran realisme yang berarah pada pembelajaran serta pula digolongkan filsuf
realisme yang memegangi mengerti realisme religius, dengan komentar tentang
manusia ialah." Manusia wajib berupaya buat menggapai 2 tujuan antara
keselamatan serta kebahagiaan serta pula kondisi kehidupan yang sejahtera".

e) 4. John Locke
Berkomentar terpaut realisme selaku berikut." Kalau tidak terdapat kebenaran
yang bertabiat metafisik serta umum. Locke lebih berkeyakinan suatu itu
dikatakan benar bila ditumpukan pada pengalaman- pengalaman inderawi yang
sifatnya induksi.

6
2.5 Filsafat realisme diimpikasikan dalam pendidikan.

a) Dalam konteks pembelajaran nasional, jalinan pada tataran makro tersebut berbentuk
undang- undang sistem pembelajaran nasional, serta bermacam peraturan
pelengkapnya
b) Secara konkret, ada ruang untuk wilayah, sekolah, serta guru buat berinisiatif serta
berkreativitas dalam penyelenggaraan pembelajaran, namun inisiatif serta kreativitas
tersebut tidak boleh keluar dari kerangka ketentuan yang sudah diresmikan.
c) Dalam kebijakan pembelajaran, ada ruang desentralisasi ataupun otonomi
d) Secara konkret, ada ruang untuk wilayah, sekolah, serta guru buat berinisiatif serta
berkreativitas dalam penyelenggaraan pembelajaran, namun inisiatif serta kreativitas
tersebut tidak boleh keluar dari kerangka ketentuan yang sudah diresmikan.

2.6 Kelebihan dan kekurangan filsafat realisme bila diterapkan di Indonesia

Kelebihannya:

a. Tidak bergantungan dengan pengetahuan

b. Kurikulum komprehensif yang berisi seluruh pengetahuan yang bermanfaat dalam


penyesuaian diri dalam hidup serta tanggung jawab sosial. Kurikulum berisi unsur-
unsur pembelajaran universal buat meningkatkan keahlian berpikir serta
pembelajaran instan buat kepentingan bekerja

c. Peranan partisipan didik merupakan kemampuan pengetahuan yang profesional


sehingga sanggup menjajaki pertumbuhan Iptek.

d. Dengan metodenya logis serta psikologis, seluruh aktivitas belajar bersumber pada
pengalaman baik langsung ataupun tidak langsung. Tata cara mengajar bertabiat
logis, bertahap serta berentetan.

e. Program pembelajaran terfokus sehingga partisipan didik bisa membiasakan diri


secara pas dalam hidup, serta bisa melakukan tanggung jawab sosial dalam hidup
bermasyarakat.

f. Dalam hubungannya dengan disiplin, tatacara yang baik sangat berarti dalam
belajar. Maksudnya belajar dicoba secara terpola bersumber pada pada sesuatu
pedoman. Sebab partisipan didik butuh memiliki disiplin mental serta moral buat
tiap tingkatan kebaikkan.

Kekuranganya:

a. Di tingkatan pembelajaran yang sangat rendah, anak hendak menerima tipe


pembelajaran yang sama. Baginya pembawaan serta watak manusia sama pada

7
seluruh orang. Oleh sebab seperti itu, tata cara, isi, serta proses pembelajaran wajib
seragam.

b. Kenyataan itu tidak hanya apa yang bisa dilihat secara real, namun kenyataan
merupakan pemikiran ataupun ilham ide

c. Kekeliruan memperhitungkan anggapan, tidak terdapat uraian menimpa objek


khayalan/ halusinasi, seluruh anggapan bergantung konteks visual.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Filsafat merupakan kebenaran merata yang kerap dipertentangkan dengan kebenaran


ilmu yang sifatnya relative. Didalam filsafat ada 3 ruang lingkup yaitu ontologi,
epistemology dan axiologi. Filsafat realisme lebih tertarik memepelajari kenyataan pada
alam dibanding hanya menekuni manusia saja. Filsafat realisme juga bisa diimplikasikan
dengan pendidikan. Dimana bila diterapkan di Indonesia filsafat realisme memiliki
kelebihan dan kekurangan. Maka dari itu sangat penting mempelajari filsafat realisme.

3.2 Saran

Pendidikan di Indonesia juga perlu mengimplikasikan filsafat realisme, dimana aliran


ini mengajarkan peserta didik untuk memahami kehidupan sosial. Metode filsafat
realisme itu logis serta psikologis, dimana belajar bersumber pada pengalaman.

9
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, W. U. R. I. (2017). Hakikat Pendidikan. Over The Rim, 191-199.

Bahrum, B. (2013). Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi. Sulesana: Jurnal Wawasan


Keislaman, 8(2), 35-45.

Barlia, L. (2011). Konstruktivisme dalam pembelajaran sains di SD: tinjauan epistemologi,


ontologi, dan keraguan dalam praksisnya. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 3(3).

Djamaluddin, A. (2014). Filsafat Pendidikan. Istiqra: Jurnal Pendidikan dan Pemikiran


Islam, 1(2).

Imam, I. A. F., & Majid, M. K. A. (2000). Epistemologi: Satu Perbincangan Awal. Afkar-
Jurnal Akidah & Pemikiran Islam, 1(1), 55-70.

Kastamin, N., Anwar, S., & Afif, N. (2021). Tinjauan Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi
terhadap Guru Profesional. Jurnal Dirosah Islamiyah, 3(3), 382-406.

Mauidhotul Khasanah. (2014, April 3). Kelebihan dan Kekurangan Aliran-aliran Filsafat -

Kompasiana.com.

https://www.kompasiana.com/mauidhotulkhasanah/54f7c28da33311c27b8b4c97/kele

bihan-dan-kekurangan-aliranaliran-filsafat
Nurgiansah, H. (2021). Filsafat Pendidikan.

Rif’ati, M. I. REALISME DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN.

riza uma. (2023). Kelebihan dan kekurangan aliran realisme. Academia.edu.


https://www.academia.edu/37875494/Kelebihan_dan_kekurangan_aliran_realisme

Sanprayogi, M., & Chaer, M. T. (2017). Aksiologi Filsafat Ilmu dalam Pengembangan
Keilmuan. AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman, 4(1), 105-120.

Saragih, H., Hutagalung, S., Mawati, A. T., Chamidah, D., Khalik, M. F., Sahri, S., ... &
Kato, I. (2021). Filsafat Pendidikan. Yayasan Kita Menulis.

Sari, F. (2022). BAB 11 ALIRAN PENDIDIKAN DI INDONESIA. Teori Belajar dan


Aliran-Aliran Pendidikan, 144.

Toenlioe, A. J. (2014). Teori dan Filsafat pendidikan. PENERBIT GUNUNG SAMUDERA


[GRUP PENERBIT PT BOOK MART INDONESIA].

10

Anda mungkin juga menyukai