Anda di halaman 1dari 14

ALIRAN DALAM FILSAFAT

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Filsafat Pendidikan

Dibimbing oleh:
Dr.Juhariyanto, MM.,M.Pd

Disusun oleh :

Achmad Hassan (190131601240)


Eka Farida Nur Azizah (190131601261)
Erra Sanianingtyas (190131601225)
Faidh Nurfaizi (190131601251)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN

September 2019

1
KATA PENGANTAR

Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga pada kesempatan ini dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Aliran Aliran Filsafat“ tepat waktu. Dengan tanpa mengurangi rasa hormat
penulis ucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Juhariyanto.

Makalah ini disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas kelompok.


Dengan makalah ini mungkin dapat menambah wawasan mengenai mata kuliah
Filsafat Pendidikan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
terdapat berbagai macam kendala, keterbatasan ilmu, dan refrensi. Oleh kerena
itu, penulis harapkan untuk memberikan kritik dan sarannya yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata dari penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Malang, 04 September 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

1.1 Latar belakang....................................................................................................4

1.2 Rumusan masalah..............................................................................................4

1.3 Tujuan................................................................................................................5

BAB II......................................................................................................................6

PEMBAHASAN......................................................................................................6

2.1 ALIRAN FILSAFAT.........................................................................................6

2.2 ALIRAN FILSAFAT EMPIRISME..................................................................6

2.3 ALIRAN FILSAFAT MATERIALISME..........................................................9

2.4 ALIRAN FILSAFAT IDEALISME................................................................10

2.5 ALIRAN FILSAFAT POSITIVME................................................................10

2.6 ALIRAN FILSAFAT PRAGMATISME.........................................................11

2.7 ALIRAN FILSAFAT SEKULARISME..........................................................12

BAB III..................................................................................................................13

PENUTUPAN........................................................................................................13

3.1 KESIMPULAN................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Filsafat adalah induk dari segala ilmu pengetahuan tetap menjadi aktual,
karena berbagai persoalan-persoalan dari sejumlah disiplin ilmu zaman modern
ini, arus dasarnya adalah masalah filsafat Aliran-aliran filsafat dan kaitanya
dengan ilmu pengetahuan, merupakan penelahan dua aspek sekaligus menyangkut
paham dan pandangan para ahli pikir atau filsafat. Filsafat merupakan hasil
pemikiran filosof-filosof sepanjang zaman diseluruh dunia. Ajaran filsafat pada
dasarnya adalah hasil pemikiran seseorang atau beberapa orang ahli filsafat
tentang sesuatu secara fundamental. Sebagai ilmu tersendiri filsafat tidak saja
telah menarik minat dan perhatian para pemikir, tetapi bahkan filsafat telah amat
banyak mempengaruhi perkembangan keseluruh budaya umat manusia. Dengan
adanya filsafat telah mempengaruhi sikap hidup, cara berpikir, kepercayaan atau
ideologinya.

Pendidikan sebagai usaha memanusiakan manusia memiliki skope yang


luas dan multi tafsir. Skope pendidikan dimaknai sebagai pandangan – pandangan
atau aliran –aliran pendidikan yang lahir karena latar belakang filsafat dan
pendekatannya berbeda. Hal ini dapat terjadi karena pendididikan dapat didekati
melalui filsafat, sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi, agama, hokum, politik
dan lainnya.. ragam keilmuan yang melengkapi pendidikan menjadikan kajian
tentangnya dapat menimbulkan tafsir yang banyak.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa definisi dari aliran filsafat ?
2. Apa pengertian dari aliran filsafat empirisme ?
3. Apa pengertian dari aliran filsafat materialisme ?

4
4. Apa pengertian dari aliran filsafat idealisme ?
5. Apa pengertian dari aliran filsafat positivisme ?
6. Apa pengertian dari aliran filsafat pragmatisme ?
7. Apa pengertian dari aliran filsafat sekularisme ?

1.3 Tujuan
1. Memahami maksud dari aliran filsafat
2. Memahami arti dari empirisme.
3. Memahami arti dari materialisme.
4. Memahami arti dari idealisme.
5. Memahami arti dari positivisme.
6. Memahami arti dari pragmatisme.
7. Memahami arti dari sekularisme.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 ALIRAN FILSAFAT


Aliran filsafat terbentuk oleh adanya rekayasa dari para pakar filsafat
untuk menggolongkan hasil dari materi materi filsafat yang dicetuskan oleh para
filosof. Para pakar melihat adanya banyak perbedaan pendapat dari para filosof
dan juga persamaan pendapat sehingga dapat digolongkan menjadi beberapa
pandangan saja, dan tiap padangan atau pendapat yang sama akan digolongkan
sendiri sebagai aliran filsafat.

Pandangan pandangan tersebut bisa dibagi menjadi beberapa aliran


diantaranya: empirisme, materialisme, idealisme, pragmatisme, positivme, dan
sekularisme.

2.2 ALIRAN FILSAFAT EMPIRISME


Istilah empirisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu en (di dalam dan peira
(suatu percobaan). Dari makna awal itu kemudian empirisme diartikan sebagai
suatu cara menemukan pengetahuan berdasarkan pengamatan dan percobaan
(Nasoetion, 1988). Empirisisme merupakan suatu aliran di dalam dunia filsafat
yang menitikberatkan pengalaman inderawi sebagai sumber utama dan asal-usul
pengetahuan manusia. Aliran yang berkembang pesat pada masa Renaisan ini
dirintis oleh seorang filsuf Inggris, Francis Bacon de Verulam (1561-1626), dan
kemudian dilanjutkan oleh filsuf-filsuf lain seperti John Locke, George Berkeley,
Thomas Hobes dan David Hume. Empirisisme muncul pada saat itu sebagai reaksi
atas kelemahan paham rasionalisme – sebuah aliran filsafat yang berkembang
lebih dahulu daripada empirisisme, yang beranggapan bahwa pengetahuan
manusia yang sejati hanyalah berasal dari rasio atau akal semata, sementara
pengalaman inderawi hanya dianggap sebagai pengenalan dan justru sering
diabaikan.

6
Di dalam perjalanannya, aliran ini tercatat mempunyai akselerasi
perkembangan yang pesat pada abad ke-17 dan 18 khususnya di dataran Inggris
dan sekitarnya. Pemicu perkembangan empirisme yang meluas itu adalah karena
ada kekecewaan, khususnya di kalangan pemikir, terhadap aliran rasionalisme
yang memang telah berkembang terlebih dahulu.

Empirisme beranggapan bahwa seluruh pengetahuan adalah keluaran


pengalaman personal. Pengalaman semacam itu biasanya dianggap lahir dari
perjumpaan daya tangakap inderawi antara individu dengan sebuah dunia yang
mengada secara mandiri untuk diketahui (O’ neil, 2002:591). Sasaran pendidikan
pada aliran ini yaitu membentuk akal sehat dalam tubuh yang sehat.

Tokoh-tokoh Empirisisme

1. Francis Bacon de Verulam (1561-1626)


2. Thomas Hobes (1588-1679)
3. John Locke (1632-1704);
4. George Berkeley (1685-1753)
5. David Hume (1711-1776)

Karakter Empirisisme :

Secara lebih detail, paham empirisisme dapat diindikasikan oleh


pemikiran sebagai berikut (Sudaryono, 2001):

1. Dunia merupakan suatu keseluruhan sebab akibat.


2. Perkembangan akal ditentukan oleh perkembangan pengalaman empiris
(sensual).
3. Sumber pengetahuan adalah kebenaran yang nyata (empiris)
4. Pengetahuan datang dari pengalaman (rasio pasif waktu pertama kali
pengetahuan didapatkan)
5. Akal tidak melahirkan pengtahuan dari dirinya sendiri
6. Mengajukan kritik terhadap rasionalisme yang dianggap tidak membawa
kemajuan apapun.
7. Asas filsafatnya bersifat praktis (bermanfaat)

7
8. Awal digunakannya prosedur ilmiah dalam penemuan pengetahuan,
karena sesungguhnya hakikat ilmu pengetahuan itu adalah pengamatan,
percobaan, penyusunan fakta, dan penarikan hukum- hukum umum.
9. Metoda yang dipakai adalah metode induktif.

Menurut Honer dan Hunt (1985), aspek-aspek empirisisme adalah:

1. Adanya perbedaan antara yang mengetahui (subjek) dan yang diketahui


(objek). Terdapat alam nyata yang terdiri dari fakta atau objek yang dapat
ditangkap oleh seseorang.
2. Kebenaran atau pengujian kebenaran dari objek tersebut didasarkan pada
pengalaman manusia. Bagi kaum empiris, pernyataan tentang ada atau
tidaknya sesuatu harus memenuhi persyaratan pengujian publik.
3. Adanya prinsip keteraturan. Pada dasarnya alam adalah teratur. Dengan
melukiskan bagaimana sesuatu telah terjadi di masa lalu, atau dengan
melukiskan bagaimana tingkah laku benda-benda yang sama pada saat ini,
apa yang akan terjadi pada objek tersebut di masa depan akan bisa
diprediksikan.
4. Adanya prinsip keserupaan, berarti bahwa bila terdapat gejala-gejala yang
berdasarkan pengalaman adalah identik atau sama, maka ada jaminan
untuk membuat kesimpulan yang bersifat umum tentang hal itu. Jika kita
mengetahui bahwa sebuah rumah dengan desain tertentu berhawa
nyaman, maka rumah lain yang desainnya serupa dengan rumah yang
pertama kita yakini juga memiliki penghawaan yang nyaman. Makin
banyak pengalaman kita tentang desain rumah, makin banyak juga
pengetahuan yang bisa diperoleh tentang rumah itu sendiri.

Derajat Empirisisme

Empirisisme, baik yang berkaitan dengan pemaknaan maupun


pengetahuan, dapat dibedakan dalam beberapa tingkatan/ derajat (Britannica
Encyclopedia, 1983):

8
1. Empirisisme absolut; menganggap bahwa tidak ada a priori, baik dalam
konsep formal maupun kategorikal, juga dalam proposisi. A priori
berasal dari bahasa Latin yang artinya adalah from the former, kebalikan
dari posteriori (from the latter). Beberapa ilmuwan menyebutkan a priori
ini sebagai ide bawaan, yang dimiliki seseorang sebelum ia bersentuhan
dengan dunia empiri. Konsep formal menunjukkan struktur dasar logika
dan matematika dalam wacana ilmiah , seperti: ‘tidak’, ‘dan’, ‘jika’, ‘atau’,
‘semua’, ‘beberapa’, atau ‘kesatuan’. Sedangkan yang dimaksudkan
dengan konsep kategorikal adalah pengelompokan ide atau gagasan
misalnya: ‘tuhan’, ‘penyebab’, ‘pikiran’ atau ‘substansi’. Sementara
proposisi adalah pernyataan atau dalil tentang suatu hal.
2. Empirisisme substantif; empirisisme ini lebih moderat, mengakui bahwa di
dalam konsep formal ada a priori, tetapi tidak mengakui adanya a priori
dalam konsep kategorikal dan proposisi.
3. Empirisisme parsial; mengakui bahwa ada konsep lain selain konsep
formal yang bersifat a priori, dan bahwa kadang-kadang ada proposisi
informatif substansial tentang alam yang tidak empiris.

2.3 ALIRAN FILSAFAT MATERIALISME


Materialisme berasal dari kata materi dan isme yang berarti “bahan, atau
benda” atau “sesuatu yang tampak”. Materialisme adalah paham yang mencari
segala sesuatu apa yang termasuk dalam kehidupan manusia.

Materialisme membahas tentang keberadaan dan kebenaran semua yang


ada di muka bumi ini hanyalah semata-mata sebuah benda. Menurut
Poedjawijatna (2005:122) cara menggambarkan materialisme yaitu dengan cara
mengemukaan pendapat para pelopor itu sendiri.

Paham materialisme tidak mengenal istilah roh, hantu, setan dan malaikat,
paham tersebut juga myakini tidak ada nya Tuhan.

Paham materialisme mempunyai beberapa ciri-ciri yaitu:

1. Segala sesuatu berasal dari sebuah materi


2. Tidak percaya dengan alam ghaib

9
3. Alat indera merupakan alat satu-satunya untuk mencari ilmu
4. Ilmu merupakan pengganti Agama
5. Tabiat manusia ilmu dijadikan Ahlak

2.4 ALIRAN FILSAFAT IDEALISME


Idealisme dirilis oleh filosof bernama plato yang memberi pernyataan
bahwa realita atau kenyataan adalah sesuatu yang disebut idea, idea ini bersifat
abstrak,universal,dan abadi. Abstrak karena tidak dapat ditangkap oleh indra
manusia. Sedangkan yang ditangkap oleh indera manusia menurut idealisme
merupaakan sesuatu yang semu.
Ada dua filosof yang memberi pemahaman tentang pokok idealisme tentang
manusia yaitu Fichte dan Shelling. Menurut dua filosof ini manusia mengenali
objek dirinya melalui proses intelektual manusia benar benar mengenali objek
dalam bentuk pengertian yang bersifat abstrak. Jadi, yang menjadi hakikat
manusia sendiri adalah bukan seperti yang dapat dilihat oleh mata manusia, itulah
ide manusia.
Dalam banyak hal idealisme bersentuhan pendapatnya dengan rasionalisme.
Kalau idealisme lebih menyangkut keberadaan sesuatu, rasionalime lebih banyak
menyangkut cara memperoleh kebenaran dan tentang kriteria kebenaran.

2.5 ALIRAN FILSAFAT POSITIVME


Aliran ini menurut Atang Abdul Hakim (2008: 296) mirip dengan
aliran empirisme. Namun tidak menyetujui pendapat John Locke yang masih
menngakui pentingnnya jiwa dalam mengolah apa yang ditangkap indra. Bagi
positivism hakikat sesuatu adalah benar –benar pengalaman ndra, tidak ada
campur tangan yang bersifat batiniah. Tokoh filsafat empirisme Augus Comte
(1798 – 1857 M) antara lain berpendapat bahwa masyarakat merupakan bagiaan
dari alam dan merupakan gejala fisik.

Istilah positivisme diperkenalkan oleh Comte. Istilah itu berasal dari kata
―positif‖. Dalam prakata Cours de Philosophie Positive, dia mulai memakai
istilah ―filsafat positif‖ dan terus menggunakannya dengan arti yang konsisten di
sepanjang bukunya. Kata ―filsafat‖ dia artikan sebagai sistem umum tentang

10
konsep-konsep manusia‖, sedangkan ―positif‖ diartikannya sebagai ―teori yang
bertujuan untuk penyusunan fakta-fakta yang teramati‖. Dengan kata lain,
―positif‖ sama dengan faktual, atau apa yang berdasarkan fakta-fakta. Dalam hal
ini, positivisme menegaskan bahwa pengetahuan hendaknya tidak melampaui
fakta-fakta.

Terdapat tiga tahap dalam perkembangan positivisme, yaitu:

1. Tempat utama dalam positivisme pertama diberikan pada Sosiologi,


walaupun perhatiannya juga diberikan pada teori pengetahuan yang
diungkapkan oleh Comte dan tentang Logika yang dikemukakan oleh Mill.
Tokoh-tokohnya Auguste Comte, E. Littre, P. Laffitte, JS. Mill dan
Spencer.
2. Munculnya tahap kedua dalam positivisme – empirio-positivisme –
berawal pada tahun 1870-1890-an dan berpautan dengan Mach dan
Avenarius. Keduanya meninggalkan pengetahuan formal tentang obyek-
obyek nyata obyektif, yang merupakan suatu ciri positivisme awal. Dalam
Machisme, masalah-masalah pengenalan ditafsirkan dari sudut pandang
psikologisme ekstrim, yang bergabung dengan subyektivisme.
3. Perkembangan positivisme tahap terakhir berkaitan dengan lingkaran
Wina dengan tokoh-tokohnya O.Neurath, Carnap, Schlick, Frank, dan
lain-lain. Serta kelompok yang turut berpengaruh pada perkembangan
tahap ketiga ini adalah Masyarakat Filsafat Ilmiah Berlin. Kedua
kelompok ini menggabungkan sejumlah aliran seperti atomisme logis,
positivisme logis, serta semantika. Pokok bahasan positivisme tahap ketiga
ini diantaranya tentang bahasa, logika simbolis, struktur penyelidikan
ilmiah dan lain-lain.

2.6 ALIRAN FILSAFAT PRAGMATISME


Pragmatisme berasal dari kata bahasa Yunani yaitu pragmatikos
merupakan sebuah aliran filsata yang mengajarkan pemikiran yang bersifat
sesuatu yang benar adalah sesuatu yang bisa menyatakan dan membuktikan

11
bahwa dirinya benar dilihat dari akibat-akibat yang telah terjadi bekerja secara
praktis.

Pragmatisme merupakan sebuah filsafat yang pemikirannya bersifat


praktis dan tidak berbelit-belit. Dasar aliran ini adalah logika manusia. Aliran ini
berkembang di Amerika dan dikembangkan oleh William James(1842-1910 M)

Selain William James juga terdapat tokoh-tokoh lai pencetus dan


pengembang paham Pragmatisme yaitu John Dewey (1859-1952 M).

2.7 ALIRAN FILSAFAT SEKULARISME


Abdul Hakim(2008:308) mengemukakan bahwa pelopor aliran
Sekularisme adalahJacub Hoyoake(1917 sampai 1906).Sekularisme sendiri adalah
paham yang mementingkan duniawi dan mengbaikan hal-hal yang bersifat
spiritual,keagamaan,moral dan sebagainnya.Dengan demikian paham ini mirip
dengan paham materarilisme dan empirisme.Dalam pendidikan sekularisme tidak
diberikannya pendidikan moral dan keagamaan sperti yang terjadi di pada negara
demokrasi modern.Di dalam pengembangan ilmu sekularisme menghendki
adanya kebenaran yang diperoleh secara ilmiah,bukan atas dasar
mitos,kekuasaan,doktrin dan sebagainnya.

Tidak semua aliran filsafat yang ada disajikan dalam buku Kapita Selekta Filsafat
ini dan sesuai dengan arah pembahasan yang bermuara pada pemanfaatan filsafat
pada bidang pendidikan maka aliran-aliran filsafat yang dibahas adalah aliran-
aliran yang menyangkut cabang-cabang yang terkait langsung dengan pendidikan.

12
BAB III

PENUTUPAN

3.1 KESIMPULAN
Filsafat mempunyai banyak filosof dan semua nya mempunya pemahaman
yang berbeda-beda, ada beberapa pemaham atau pendapat yang sama atau juga
yang ber tolak belakang. Dalam hal ini perlu lah pengelompokkan dari faham-
faham tersebut.

Pengelompokkan faham-faham tersebut menjadi satu dengan adanya


aliran-aliran filsafat, sehingga dalam pembelajaran bisa mengetahui tanpa
langsung memilah kembali. Dari pembahasan di atas kita dapat mengetahui
maksud dari paham-paham yang ada dalam dunia filsafat itu sendiri.

13
DAFTAR PUSTAKA

Triwiyanto, Teguh. 2013. Hakikat Manusia, Aliran - Aliran, Sistem, Layanan,


& Persoalan pendidikan. Malang : Fakultas Ilmu Pendidikan. 39-42

Soegiono. 2012. Filsafat Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset

Harun Hadiwijono. 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta: Kanisius.


130-131.

Lorens Bagus. 2000. Kamus Filsafat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hlm.
593-600

Arif. 2008. Positivme dan perkembangannya. 115-123


https://journal.uny.ac.id/index.php/inersia/article/download/3683/3156

Nasoetion, (1988)

Francis Bacon de Verulam (1561-1626)

(O’ neil, 2002:591)

Honer dan Hunt (1985)

Britannica Encyclopedia, (1983)

Poedjawijatna (2005:122)

Atang Abdul Hakim (2008: 296)

Comte (1798 – 1857)

Abdul hakim (2008:308)

14

Anda mungkin juga menyukai