Anda di halaman 1dari 17

Tugas Kelompok

MAKALAH FILSAFAT ILMU


“FILSAFAT ILMU DAN PENDIDIKAN LIBERAL”

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2

NUR ISNA HUMAIRAH 210008301008


SR MARIA MAGDALENA BEWA KOBUN 210008301013
SULFIANTY 210008301016
FIQA FITRANA 210008301028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas selesainya


makalah ini yang berjudul “Filsafat Ilmu Dan Pendidikan Liberal”. Selama
pembuatan makalah kami pun mendapat berbagai bantuan dari beberapa pihak,
salah satunya dari bapak dosen pengampuh mata kuliah Filsafat Ilmu ini.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan.


Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat
dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini kedepannya. Terima kasih

Makassar, 30 Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah......................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3
A. Pengertian Filsafat Ilmu......................................................................3
B. Tujuan Filsafat Ilmu............................................................................4
C. Konsep-Konsep Dasar Filsafat Ilmu...................................................5
D. Fungsi dan Kegunaan Filsafat Ilmu.....................................................6
E. Fungsi Filsafat dalam Pendidikan.......................................................7
F. Pengertian Pendidikan Liberal............................................................8
G. Tujuan Pendidikan Liberal..................................................................9
H. Corak-Corak Pendidikan Liberal........................................................10
I. Ciri Umum Pendidikan Liberal..........................................................11
BAB III KESIMPULAN.....................................................................................13
DAFTAR ISI........................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring pergantian zaman, paham-paham yang berkembang didunia
mengalami berbagai perubahan. Hal ini dipengaruhi oleh pola pikir yang
berkembang pada zaman tertentu. Ada pertentangan-pertentangan yang senantiasa
bertarung dan secara silih berganti mendominasi pola pemikiran masyarakat.
Misalnya pertarungan antara agama dan sains. Pada zaman pertengahan agama
mendominasi, dan sains termarjinalkan. Selanjutnya pada zaman renaissance
hingga sekarang, sains mendominasi dan menjadi alat ukur kebenaran sedangkan
agama lebih cenderung dimarjinalkan.
Pendidikan memiliki peranan penting dalam pengembangan
kemampuan seseorang. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk
mendapatkan pengetahuan yang nantinya menjadi bekal dalam kehidupan
ditengah masyarakat. Isu tentang pendidikan menarik dan senantiasa actual
pendidikan tidak pernah lekang oleh zaman, mulai dari zaman Adam,
Hermes, sampai zaman kita sekarang bahkan juga pada zaman-zaman
berikutnya.
Pendidikan juga tidak bisa lepas dari ideologi yang berkembang
ditengah masyarakat. Ideologi ini turut mewarnai pendidikan sehingga
pendidikan yang dilakukan ditengah masyarakat memiliki karakteristik
tertentu yang identik dengan ideologi tertentu pula. Setidaknya ada tiga
ideologi yang berkembang dalam dunia pendidikan, yaitu konservatif,
liberal dan kapitalis. Perbedaan dari ketiga ideologi tersebut terkait dengan
bagaimana pandangan manusia terkait dengan apa yang menimpanya. Hal
ini akan berdampak pada metode dan cara pembelajaran yang diberikan
oleh pendidikan dengan ideologi tertentu. Kapitalisme global berimplikasi
pada pengakuan terhadap hak individu. Hal ini menimbulkan paham
liberalisme yang menekankan kebebasan pada masing-masing individu

1
dalam segala hal. Dalam menghadapi hal tersebut, pendidikan dituntut
untuk mempersiapkan generasi-generasi yang mampu berinteraksi dengan
keadaaan yang terjadi sekarang. Untuk itu kemudian ideologi pendidikan
liberal muncul.

B. Rumusan Masalah
Makalah ini memuat rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apa pengertian filsafat ilmu?
2. Apa saja tujuan filsafat ilmu?
3. Bagaimana konsep-konsep dasar filsafat ilmu?
4. Apa saja fungsi dan kegunaan filsafat ilmu?
5. Apa pengertian pendidikan liberal?
6. Apa saja tujuan pendidikan liberal?
7. Bagaimana corak-corak pendidikan liberal?
8. Apa saja ciri umum pendidikan liberal?

C. Tujuan
Adapun tujuan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk menjelaskan pengertian filsafat ilmu
2. Untuk menjelaskan tujuan filsafat ilmu
3. Untuk menjelaskan konsep-konsep dasar filsafat ilmu
4. Untuk menjelaskan fungsi dan kegunaan filsafat ilmu
5. Untuk menjelaskan pengertian pendidikan liberal
6. Untuk menjelaskan tujuan pendidikan liberal
7. Untuk menjelaskan corak- corak pendidikan liberal
8. Untuk menjelaskan ciri umum pendidikan liberal

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Imu


Filsafat merupakan perkembangan pemikiran kefilsatan, antara satu ahli
filsafat dan ahli filsafat lainya yang selalu berbeda dan hampir sama banyaknya
dengan ahli filsafat itu sendiri. Pengertian filsafat dapat ditinjau dari dua segi,
yakni secara etimologi dan terminologis.
1. Arti filsafat secara etimologi
Kata filsafat yang dalam bahasa arab adalah falsafah dan juga dalam
bahasa inggris dikenal dengan philosophy, merupakan sebuah kata yang
berasal dari Istilah bahasa yunani kuno yakni philosophia. Kata philoshopia
terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan shophia yang berarti
kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi filsafah berarti cinta
kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya.
2. Arti filsafat secara terminologis
Arti filsafat secara terminologis merupakan arti yang dikandung oleh
istilah atau statement ‘filsafah’. Lantaran batasan filsafat itu banyak,maka
sebagai gambaran dikenalkan beberapa batasan, seperti:
a. Plato, filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan
kebenaran yang asli.
b. Aristoteles, filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaraan
yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika,
ekonomi, politik, dan estetika (filsafat keindahan).
c.  Al-Farabi, filsafah adalah ilmu (pengetahuan) tentang alam maujud
bagaimana hakikat yang sebenarnya.

3
Ilmu merupakan pengetahuan rasional dalam kajian tertentu dengan
argumentasi yang sistematis dan memenuhi semua ketentuan yang berlaku dalam
metode ilmiah.
Secara umum, filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap
persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun
hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu
merupakan suatu bidang pengetahuan integrative yang eksistensi dan
pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik dan saling-pengaruh
antara filsafat dan ilmu.
Filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan.
Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu
itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaan. Pengetahuan lama
menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru.
Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan
pengertian filsafat ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam  sejumlah
literatur kajian Filsafat Ilmu.
1. Psillos & Curd (2008) menjelaskan bahwa filsafat ilmu adalah filsafat yang
berhubungan dengan masalah-masalah filosofis dan fundamental yang
terdapat dalam ilmu.
2. Dalton dkk. (2007) menjelaskan bahwa filsafat ilmu mengacu pada keyakinan
seseorang tentang esensi pengetahuan ilmiah, esensi metode dalam pencapaian
pengetahuan ilmiah, dan hubungan antara ilmu dan perilaku manusia.
3. Lacey (1996) mengajukan definisi filsafat ilmu sebagai suatu studi filosofis
yang sangat luas dan mendalam tentang ilmu. Studi filosofis yang sangat luas
dan mendalam tentang ilmu itu pada dasarnya mencakup bahasan-bahasan
seperti: hakekat ilmu, tujuan ilmu, metode ilmu, bagian-bagian ilmu,
jangkauan ilmu. Hubungan ilmu dengan masalah-masalah kehidupan yang
lain (nilai, etika, moral, kesejahteraan manusia).

B. Tujuan Filsafat Ilmu


Secara umum tujuan filsafat ilmu adalah sebagai berikut:

4
1. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang
menjadi kritis dan cermat terhadap kegiatan ilmiah. Maksudnya seorang
ilmuwan harus memiliki sikap kritis terhadap bidang ilmunya sendiri,
sehingga dapat menghindarkan diri dari sikap solipsistik, menganggap bahwa
hanya pendapatnya yang paling benar.
2. Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan
metode keilmuan. Sebab kecenderungan yang terjadi di kalangan ilmuwan
modern adalah menerapkan suatu metode ilmiah  tanpa memperhatikan
struktur ilmu pengetahuan itu sendiri. Satu sikap yang diperlukan disini adalah
menerapkan metode ilmiah yang sesuai atau cocok dengan struktur ilmu
pengetahuan, bukan sebaliknya. Metode hanya saran berpikir, bukan
merupakan hakikat ilmu pengetahuan.
3. Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap
metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggung jawabkan
secara logis-rasional, agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum.
Semakin luas penerimaan dan penggunaan metode ilmiah, maka semakin valid
metode tersebut. Pembahasan mengenai hal ini dibicarakan dalam metodologi,
yaitu ilmu yang mempelajari tentang cara-cara untuk memperoleh kebenaran.
4. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita bisa
memahami, sumber, hakekat, dan tujuan ilmu.
5. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmu di
berbagai bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu
kontemporer secra historis.

C. Konsep-Konsep Dasar Filsafat Imu


 Para filsafat melihat sebuah ancama akibat munculnya pengembangan
iptek  yang  terlepas dari asumsi-asumsi dasar filosofinya seperti landasan
ontologis, epistemonolog, dan aksiologis yang cenderung berjalan sendiri-sendiri.
Untuk memahami gerak perkembangan iptek yang sedemikian itu, maka
kehadiran filsafat ilmu sebagai upaya meletakkan kembali peran dan fungsi iptek
sesuai dengan tujuan semula, yakni mendasarkan diri dan concern terhadap

5
kebahagin umat manusia, sangat di perlukan,Filsafat ilmu merupakan telaah
filosofis dalam rangka menjawab pertanyaan pokok mengenai hakikat ilmu, yang
di tinjau dari segi ontologis, epistemologis dan aksiologisnya.
1. Ontologis
Ontologis merupakan azas dalam menetapkan batas ruang lingkup
yang menjadi objek penelaahan serta penafsiran tentang hakikat realitas
(metafisika). Ontology meliputi permasalahan apa hakikat ilmu, apa hakikat
kebenaran dan kenyataan yang inheren tentang kenyataan itu, yang tidak
terlepas dari pandangan tentang apa dan bagaimana yang ada (being) itu.
2. Epistemologis
Epistemologis adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal-muasal,
metode-metode dan sahnya ilmu pengethuan. Ada tiga persoalan pokok dalam
bidang epistemologis, yaitu:
a. Apakah sumber pengetahuan itu? Dari manakah pengetahuan yang benar
itu? Dan bagaimana cara mengetahuinya?
b.  Apakah sifat dasar pengetahuan itu? Apa ada dunia di luar pemikirn kita?
Dan kalau ada apakah kita bias mengetahuinya?
c. Apakah pengetahuan itu bener (valid)? Dan bagaimana kita membedakan
yang benar dari yang salah?
3. Aksiologi
Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai
pada umumnya ditinju dari sudut pandang kefilsafatan. Aksiologi meliputi
nilai-nilai, parameter bagi apa yang disebut sebagai kebenaran atau kenyataan
itu sendiri, sebagaimana kehidupan kita yang menjalajahi kawasan, seperti
kawasan social, fisik materi dan simbolik yang masing-masing menunjukan
aspeknya sendiri-sendiri.

D. Fungsi dan Kegunaan Filsafat Ilmu


Kita tentunya pernah mendengarkan kata fungsi dan kegunaan dan
terkadang kita juga turut mencanpur adukan atau menganggap kedua aspek ini
sama. Sesungguhnya, kedua aspek ini memiliki perbedaan dalam konteks

6
penyajiannya, namun kedua aspek ini saling berkaitan satu sama lain. Tanpa yang
satu, maka satu aspeknya lagi tidak dapat berjalan atau berfungsi sebaimana
mestinya. Untuk lebih jelasnya simak penjelasan berikut ini.
1. Fungsi Filsafat
Sejauh mana filsafat dapat memenuhi harapan-harapan manusia, itulah
fungsinya. Filsafat memberikan manusia keinsafan dan pandangan jauh
kedepan serta arti pentinnya hidup. Filsafat berfungsi sebagai upaya
menjernikan kepercayaan-kepercayaan pokok yang pada akhirnya menentukan
tekanan perhatian manusia .
Sementara itu, menurut Radhakrisnan dalan buku History of
Philosophy, tugas filsafat bukanlah sekedar mencerminkan masa dimana kita
hidup, melainkan membangunnya maju. Fungsi filsafat adalah kreatif
menetapkan nilai, tujuan, arah dan menentukan jalan baru.
Dari definisi diatas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa fungsi filsafat
adalah untuk menyelamatkan manusia dari kesesatan hidup menghadapi
pengaruh-pengaruh kemajuan dari gaya hidup materialisme, melepaskan
kegelisahan dan ketidakbermaknaan.
2. Kegunaan Filsafat Ilmu
Dengan memperhatikan defenisi dari filsafat itu sendiri, sesungguhnya
telah dapat tergambar dan dipahami mengenai manfaat atau kegunaan
mempelajari ilmu tersebut. Dengan mempelajari filsafat, ada tiga hal yang kita
dapat ambil sebagai pelaran, antara lain:
a. Filsafat telah mengajarkan kita untuk lebih mengenal diri sendiri secara
totalitas, sehingga dengan pemahaman tersebut dapat dicapai hakikat
manusia itu sendiri dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya
b. Filsafat mengajarkan tentang hakikat alam semesta. Pada dasarnya
pemikiran filsafat ialah berusaha untuk menyusun suatu sistem
pengetahuan yang rasional dalam rangka memahami segala sesuatu,
termasuk diri manusia itu sendiri
c. Filsafat mengajarkan tentang hakikat Tuhan. Studi tentang filsafat dapat
membantu manusia untuk membangun keyakinan keagamaan atas dasar

7
yang matang secara intelektual. Dengan pemahaman yang mendalam dan
dengan daya nalar yang tajam, maka akan sampailah kepada kekuasaan
mutlak yaitu Tuhan.
E. Fungsi Filsafat dalam Pendidikan
Filsafat dan pendidikan memiliki hubungan yang erat. Filsafat membantu
memecahkan masalah-maslah yang timbul dalam pendidikan. Hal itu disebabkan
karena tidak semua masalah pendidikan bisa dipecahkan dengan menggunakan
metode ilmiah semata. Banyak di antara masalah-masalah pendidikan tersebut
yang merupakan pertanyaan-pertanyaan filosofis yang memerlukan pendekatan
filosofis pula dalam pemecahannya. Problem-problem tersebut seperi: Apa
hakikat pendidikan itu? Apakah pendidikan itu berguna untuk membina
kepribadian manusia? Apa tujuan pendidikan? Siapa yang bertanggung jawab
dalam pendidikan dan sampai dimana tanggung jawab itu? Apa hakikat pribadi
manusia itu dan manakah yang utama untuk dididik? Apa isi kurikulum yang
relevan dengan pendidikan yang ideal? Bagaimana metode pendidikan yang
efektif untuk mencapai tujuan pendidikan yang ideal? Bagaimana asas
penyelenggaraan pendidikan yang baik? Semua pertanyaan di atas merupakan
problem pendidikan yang dalam pemecahannya memerlukan usaha-usaha
pemikiran yang mendalam dan sistematis, atau memerlukan analisa filsafat.
Selain itu, dalam hubungannya dengan teori pendidikan, Drs. Prasetya
(2002) menyebutkan fungsi filsafat fungsi filsafat terhadap teori pendidikan
adalah sebagai berikut.
1. Filsafat, dalam arti analisa filsafat, berfungsi sebagai salah satu cara yang
digunakan oleh ahli pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan
dan menyusun teori-teori pendidikan, di samping menggunakan metode-
metode ilmiah lainnya.
2. Filsafat berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah
dikembangkan oleh ahlinya mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata.
3. Filsafat berfungsi memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-
teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau pedagogik.

8
F. Pengertian Pendidikan Liberal
Suatu pendidikan ”yang sungguh liberal”– menurut pernyataan
resmi AACU(Association of American Colleges and Universities) —
adalah pendidikan yang mempersiapkan kita untuk hidup bertanggung
jawab, serta hidup produktif dan kreatif di era dunia yang terus berubah
secara dramatis.
Ini adalah suatu pendidikan yang mendorong terbangunnya dasar-dasar
intelektualitas yang kenyal, suatu disposisi menuju belajar seumur hidup,
dan suatu sikap bertanggung jawab untuk konsekuensi etis dari setiap ide
dan aksi yang kita jalankan. Pendidikan liberal menuntut kita untuk
mengerti fondasi dari pengetahuan dan cara memahami alam, cara
memahami budaya dan masyarakat; yang menguasai inti keterampilan,
persepsi, analisis, dan ekspresi; yang menanamkan sikap hormat terhadap
kebenaran; yang menyadari pentingnya arti historis dan konteks budaya;
dan yang mampu mengeksplorasi hubungan antara pembelajaran formal,
kewargaan negara, dan pengabdian kita terhadap masyarakat.
O’neill dalam Soeharto K. (2010:136) membagi ideologi
pendidikan menjadi dua sudut pandang yaitu ideologi konservatif dan
ideologi liberal. Ideologi konservatif meliputi ideologi Pendidikan yang
fundamentalisme, intelektualisme, dan konservatisme. Sedangkan ideologi
liberal meliputi ideologi pendidikan liberalisme, liberasionisme, dan
anarkisme. Pendidikan dalam pandangan liberal diarahkan sebagai proses
hidup yang fleksibel, tidak kaku, tidak menolak perbuatan, dan tidak
terikat oleh doktrin tertentu.

G. Tujuan Pendidikan Liberal


Faham pendidikan liberal bertujuan untuk melestarikan dan memperbaiki
tatanan sosial yang ada dengan cara membelajarkan setiap siswa sebagaimana
caranya menghadapi persoalan-persoalan dalam kehidupannya sendiri secara
efektif (Soeharto,K, 2010: 138)

9
Tujuan jangka panjang pendidikan menurut Liberalisme Pendidikan
adalah untuk melestarikan dan meningkatkan mutu ketahanan sosial yang ada
sekarang dengan cara mengajar setiap anak bagaimana cara mengatasi masalah-
masalah kehidupannya sendiri secara efektif. Dalam arti yang lebih rinci, seorang
pendidik liberalis menganggap bahwa sekolah sebagai sebuah lembaga
pendidikan yang khususnya berupaya untuk : (1) Menyediakan informasi dan
keterampilan yang diperlukan siswa untuk belajar sendiri secara efektif, (2)
Mengajar para siswa bagaimana cara memecahkan persoalan-persoalan praktis
melalui penerapan proses-proses penyelesaian masalah secara individual maupun
kelompok, dengan berdasar kepada tata cara ilmiah-rasional bagi pengujian dari
pembuktian gagasan.

H. Corak- Corak Pendidikan Liberal


Ada tiga corak utama liberalisme pendidikan
1. Liberalisme Metodis
Mereka yang mengambil sikap bahwa selagi metoda-metoda
pengajaran harus disesuaikan dengan zaman supaya mencakup
renungan-renungan psikologis baru dalam hakikat belajar oleh
manusia, namun sasaran-sasaran atau tujuan pendidikan, termasuk isi
tradisionalnya secara fundamental sudah baik dan tidak memerlukan
penyesuaian yang penting.
2. Liberalisme Direktif
Pada dasarnya liberalisme direktif menginginkan pembaharuan
mendasar dalam hal tujuan sekaligus dalam hal cara kerja sekolah.
Mereka menganggap bahwa wajib belajar adalah perlu dan memilih
untuk mempertahankan beberapa keperluan mendasar tertentu serta
mengajukan penetapan lebih dulu tentang isi pelajaran-pelajaran yang
akan diberikan pada siswa. John Dewey dapat dikatakan berada pada
aliran ini.

10
3. Liberalisme Non-Direktif
Kaum liberalisme non-direktif sepakat dengan pandangan
bahwa tujuan dan cara-cara pelaksanaan pendidikan perlu diarahkan
kembali secara radikal dari orientasi otoritariannya yang tradisional kea
rah sasaran pendidikan yang mengajar siswa untuk memecahkan
masalahnya sendiri secara efektif. Tetapi mereka ingin mengurangi
seluruh batasan di dalam situasi persekolahan konvensional, dengan
cara melenyapkan hal-hal seperti wajib belajar, dan pengajaran mata
pelajaran wajib. Tokoh liberalisme non-direktif diwakili oleh A.S Neill
dan Carl Rogers.

Dalam liberasionalisme Pendidikan terdapat 3 corak yaitu:


1. Liberasionisme Reformis (Pembaharu)
Liberasional reformis beranggapan bahwa sangat perlu
meluruskan dan mengoreksi serta membetulkan ketidakadilan sosial
secara mendasar yang ada dalam sistem pendidikan maupun
masyarakatnya secara keseluruhan.
2. Liberasionisme Radikal
Kaum liberasional radikal menggunakan sekolah untuk
mengkritik dan membangun kembali dasar-dasar kebudayaan. Mereka
berendapat bahwa perlu dipikirkan kembali dan memperbaiki secra
radikal lembaga-lembaga tertentu yang paling fundamental yang
menyokong tegaknya masyarakat.
3. Liberasionisme Revolusioner
Kaum liberasionis revolusioner beranggap bahwa karena
sekolah-sekolah adalah lembaga yang melayani kepentingan budaya
pada umumnya, dan kerena budaya itu sendiri adalah kekuatan

11
pendidikan utama dalam kehidupan anak-anak, maka sekolah-sekolah
itu sendiri tidak bisa berharap secara realistis untuk membangun
kembali masyarakat lewat kritik internal apapun juga terhadap praktik-
praktik yang ada.

I. Ciri Umum Pendidikan Liberal


1. Menganggap bahwa pengetahuan adalah alat yang digunakan untuk
melakukan pembaharuan sosial.
2. Menganggap bahwa pengetahuan adalah alat yang digunakan untuk
melakukan pembaharuan sosial.
3. Menekankan analisis obektif (ilmiah-rasional) serta evaluasi/penilaia n
terhadap kebijakan-kebijakan dan praktik sosial yang ada.
4. Menganggap pendidikan sebagai perujudan yang paling utuh dari potensi khas
tiap orang sebagai makhluk manusia.
5. Memusatkan perhatian kepada kondisi sosial yang menghalang-halangi
perujudan paling penuh dari potensi individu ,menekankan masa depan.
6. Menekankan perubahan ruang lingkup besar yang segera harus dilakukan di
dalam masyarakat yyang ada sekarang, menekankan perubahan penting yang
akan mempengaruhi sifat hakiki dan pelaksanaan sistem sosial yang mapan.
7. Didasarkkan pada sistem penyelidikan eksperimental yang terbuka
(pembuktian pengetahuan secara ilmiah-rasional.
8. Didirikan diatas landasan prakiraan manos/ marxis baru tentang keseluruhan
kesadaran personal yang ditentukan oleh faktor sosio-ekonomis.
9. Didirikan diatas landasan prakiraan manos/ marxis baru tentang keseluruhan
kesadaran personal yang ditentukan oleh faktor sosio-ekonomis.

12
BAB III
KESIMPULAN

Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-


persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan
ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu
bidang pengetahuan integrative yang eksistensi dan pemekarannya bergantung
pada hubungan timbal-balik dan saling-pengaruh antara filsafat dan ilmu.
Pendidikan dalam pandangan liberal diarahkan sebagai proses hidup yang
fleksibel, tidak kaku, tidak menolak perbuatan, dan tidak terikat oleh doktrin
tertentu. Paham liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya dari
pemerintah dan agama. Liberalisme menghendaki adanya pertukaran gagasan
yang bebas, begitu juga dengan ekonomi pasar yang mendukung usaha pribadi

13
(private enterprise) yang relatif bebas, dan suatu system pemerintahan yang
transparan, menolak adanya pembatasan terhadap pemilikan individu. Oleh karena
itu paham liberalisme lebih lanjut menjadi dasar bagi tumbuhnya kapitalisme.
Dalam masyarakat modern, liberalisme akan dapat tumbuh dalam system
demokrasi, hal ini dikarenakan keduanya sama-sama mendasarkan kebebasan
mayoritas.

DAFTAR PUSTAKA

Lacey, A.R. 1996. Dictionary of Philosophy. London: Routledge.


Psillos, S. & Curd, M. 2008. Introduction. S. Psillos & M. Curd (Eds.) The
Routledge Companion to Philosophy of Science (xix – xxvii). London:
Routledge.
Dalton, J.H. Elias, M.J., & Wandersman, A. 2007. Community Psychology:
Linking Individuals and Communities. Belmont CA: Thomson.

14

Anda mungkin juga menyukai