Anda di halaman 1dari 16

M A K A LA H

PENGERTIAN FILSAFAT

Oleh :

HUSNUL KHATIMAH ( 201941093 )

Jurusan : Ekonomi Syariah

Dosen Pembimbing : Dr. Iskandar, S.Hubungan,.I.M.S.I

SEKOLAH INSTITUS AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )


LHOKSEUMAWE
Tahun 2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Tuhan yang


Maha Pengasih dan Penyayang. Kasih-Nya tiada batas dan sayang-Nya melimpah
kepada hamba-Nya. Atas rahmat dan pertolongan Allah, kami mampu
menyelesaikan penyusunan makalah tentang “ Pengertian Filsafat dan Makna
Pendidikan “

Makalah tersebut kami susun dengan maksud sebagai bahan presentasi


Mata Kuliah Filsafat Pendidikan dan menjadikan penambahan wawasan sekaligus
pemahaman terhadap materi tersebut.

Harapan kami, semoga setelah penyusunan makalah ini selesai kami


semakin memahami tentang Arti Filsafat dan Makna Pendidikan

Di lain sisi, kami mendapatkan pengalaman dan ilmu yang berharga dalam


penyusunan makalah ini. Kami sangat berterima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, khususnya kepada:

1. Bapak Nurul Amin, M.Ag selaku Ketua STAIM Tulungagung.


2. Bapak Afiful Ikhwan, M. Pd.I selaku Dosen Pengampu “ Filsafat
Pendidikan “ yang telah memberikan pengarahan terkait penyusunan
makalah ini.
3. Rekan-rekan STAIM yang senantiasa memberikan motivasi agar tugas ini
dapat terselesaikan sesuai waktu yang ditentukan.
Akhirnya, semoga makalah ini bisa bermanfaat khususnya bagi kami
selaku penyusun dan umumnya bagi seluruh pembaca.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran, kritik, serta
bimbingan dari para dosen demi penyempurnaan di masa-masa yang akan datang,
semoga makalah ini bermanfaat bagi kami. Akhirnya kami mohon maaf atas
segala kekurangan.

Tulungagung,23 Maret 2015

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Rumusan Masalah .................................................................................. 1


B. Tujuan Masalah ...................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………. 2

A.    PENGERTIAN FILSAFAT..............................................…………….. 2

1.    Arti Filsafat..........................................................…………………….. 2

B. PENGERTIAN PENDIDIKAN.................. …………………………... 5

1. Makna Pendidikan............................................................................... 6

C. HUBUNGAN FILSAFAT DAN PENDIDIKAN................................. 6

BAB III PENUTUP........ ………………………………………………………..9

Kesimpulan ................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Dalam TAP MPR No. II/MPR/1998, menjelaskan bahwa tujuan


Pendidikan Nasional yaitu untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia,
yaitu manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi
pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju,tangguh, cerdas, kreatif, terampil,
berdisiplin, ber-etos kerja, 4rofessional, bertanggung jawab dan produktif serta
sehat jasmani dan rohani. Pendidikan juga harus menumbuhkan jiwa
patriorisme dan mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat
kebangsaan.

Namun dalam kenyataan akhir-akhir ini, banyak sekali kejadian-kejadian


yang timbul akibat dari robohnya system pendidikan di Indonesia. Banyak
sekali kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh para pelaku pendidikan itu
sendiri. Yaitu Pemerintah, peserta didik dan yang terpenting adalah pendidik
itu sendiri. Itu dikarenakan banyak kalangan yang belum memahami secara
mendalam hakikat pendidikan dan juga belum memahami cara berfikir filsafat,

Kita ketahui bersama bahwa antara pendidikan dan juga filsafat sangatlah
erat hubungannya. Secara qodrati manusia sejak lahir sudah bisa berfikir. Dan
cara berfikir inilah yang sebenarnya menjadi permulaan sesorang mencari
hakikat suatu kabijaksaan. Dan kemudian berkembanglah menjadi suatu
pemikiran yang mendalam pada suatu fenomena, yang kemudian menjadi
sebuah teori dan pada akhirnya hasil dari pemikiran ituberbuah sebagai dasar
dari pemikiran orang lain di kemudian hari. Sehingga dari sini penulis
mencoba menggali arti dan makna pendidikan dan filsafat serta mencari
hubungan korelasi dari filsafat dan pendidikan.

1
2

B. Rumusan Masalah

1. Apakah arti Filsafat ?

2. Apakah makna Pendidikan ?

3. Apakah ada hubungan antaraFilsafat dan Pendidikan ?

C. Tujuan Masalah

1. Memahami arti Filsafat.

2. Mengerti Makna Pendidikan.

3. Mengetahui hubungan antara Filsafat dan Pendidikan.


BAB II

PEMBAHASAN
A. Arti Filsafat

Apakah filsafat itu? Bagaimana definisinya? Demikianlah pertanyaan


pertama. yang kita hadapi tatkala akan mempelajari ilmu filsafat. Istilah
"filsafat" dapat ditinjau dari dua segi1, yakni:

1. Segi semantik: perkataan filsafat berasal dari bahasa Arab 'falsafah', yang
berasal dari bahasa Yunani, 'philosophia', yang berarti 'philos' = cinta, suka
(loving), dan 'sophia' = pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi 'philosophia'
berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran.
Maksudnya, setiap orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang
yang cinta kepada pengetahuan disebut 'philosopher', dalam bahasa Arabnya
'failasuf". Pecinta pengetahuan ialah orang yang menjadikan pengetahuan
sebagai tujuan hidupnya, atau perkataan lain, mengabdikan dirinya kepada
pengetahuan.

2. Segi praktis : dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti 'alam pikiran'
atau 'alam berpikir'. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua
berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan
sungguh-sungguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa "setiap manusia
adalah filsuf". Semboyan ini benar juga, sebab semua manusia berpikir.
Akan tetapi secara umum semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua
manusia yang berpikir adalah filsuf. Filsuf hanyalah orang yang memikirkan
hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam. Tegasnya:
Filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan
suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain: Filsafat
adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran
segala sesuatu.

Beberapa definisi karena luasnya lingkungan pembahasan ilmu filsafat,


maka tidak mustahil kalau banyak di antara para filsafat memberikan
definisinya secara berbeda-beda. Coba perhatikan definisi-definisi ilmu filsafat
dari filsuf Barat dan Timur di bawah ini:

4
1 ?
http:// mihwanuddin. wordpress.com. di unggah tgl 13 September 2011,Pengertian Filsafat %E2%80%99/
diunduh tgl 23 Maret 2015 jam 05.30
1. Plato (427SM - 347SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur murid
Socrates dan guru Aristoteles, mengatakan: Filsafat adalah pengetahuan
tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai
kebenaran yang asli).
2. Aristoteles (384 SM - 322SM) mengatakan : Filsafat adalah ilmua
pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-
ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika
(filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).

3. Marcus Tullius Cicero (106 SM - 43SM) politikus dan ahli pidato


Romawi, merumuskan: Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang
mahaagung dan usaha-usaha untuk mencapainya.

4. Al-Farabi (meninggal 950M), filsuf Muslim terbesar sebelum Ibnu Sina,


mengatakan : Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan
bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.

5. Immanuel Kant (1724 -1804), yang sering disebut raksasa pikir Barat,
mengatakan : Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang
mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu:

" apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika)

" apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika)

" sampai di manakah pengharapan kita? (dijawab oleh antropologi)

6. Prof. Dr. Fuad Hasan, guru besar psikologi UI, menyimpulkan: Filsafat
adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya
suatu gejala, dari akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan dengan
jalan penjajakan yang radikal itu filsafat berusaha untuk sampai kepada
kesimpulan-kesimpulan yang universal.

7. Drs H. Hasbullah Bakry merumuskan: ilmu filsafat adalah ilmu yang


menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam
semesta dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang
bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai oleh akal manusia, dan
bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.

5
Setelah mempelajari rumusan-rumusan tersebut di atas dapatlah
disimpulkan bahwa:

a. Filsafat adalah 'ilmu istimewa' yang mencoba menjawab masalah-masalah


yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa karena masalah-
masalah tersebut di luar jangkauan ilmu pengetahuan biasa.

b. Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk
memahami atau mendalami secara radikal dan integral serta sistematis
hakikat pengetahuan yang ada.

B. Makna Pendidikan

Ada berbagai ragam makna rumusan pendidikan yang telah dikemukakan


oleh para pakar sesuai dengan sudut pandang dan konteks penggunaan masing-
masing rumusan tersebut. Pendidikan (education) dalam bahasa Inggris berasal
dari bahasa Latin “educare” berarti memasukkan sesuatu 2.
1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia3, Pendidikan dimaknai sebagai
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam suatu usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran itu
sendiri.

2. Menurut Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 berisi tentang


Sistem Pendidikan Nasional pasal I disebutkan bahwa
makna pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

2 ?
Langgulung, Makna Pendidikan, Jakarta: Penerbit PT Intan Pariwara, 1988 hal. 4
3 ?
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Kamus Besar Bahasa Indinesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1995
3. Driyarkoro (Madya Ekosusilo dan  Kasihadi, 1989) mengatakan bahwa
pendidikan pada dasarnya adalah usaha untuk memanusiawikan manusia.
Dalam konteks tersebut pendidikan tidak dapat dimaknai sekedar membantu
pertumbuhan secara fisik saja, tetapi juga keseluruhan perkembangan
pribadi manusia dalam konteks lingkungan manusia yang memiliki
peradaban.

4. Menurut Langgulung (1988: 3) makna pendidikan berarti pewarisan


kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda, agar hidup masyarakat
tetap berkelanjutan. Atau dengan kata lain, masyarakat mempunyai nilai-
nilai budaya yang ingin disalurkan dari generasi ke genarasi agar identitas
masyarakat tersebut tetap terpelihara.

5. Menurut Kneller (1967: 21) makna pendidikan adalah :Education is the


process by which society, through schools, colleges, universities, and other
institutions, deliberately transmits its cultural heritage – its accumulated
knowledge, value, and skill from one generation to another. Artinya
pendidikan merupakan proses dimana masyarakat melalui sekolah-sekolah,
perguruan tinggi, universitas, dan institusi lain dengan sengaja mewariskan
warisan budayanya-yakni berupa akumulasi pengetahuan, nilai, dan
ketrampilan dari generasi ke generasi yang lain.
6. Laska (1976: 3), bahwa: Education is one of the most important activities in
which human beings engage. It is by means of the educative process and its
role in transmitting the cultural heritage from one generation to the next
that human societies are able to maintain their existence.
Artinya pendidikan merupakan salah satu aktivitas yang paling utama yang
melibatkan tubuh manusia. Pendidikan merupakan sarana proses mendidik
dan perannya di dalam mewariskankan warisan budaya dari satu generasi
kepada generasi berikutnya sehingga masyarakat manusia bisa memelihara
keberadaan mereka.
7
C. Hubungan Filsafat dan Pendidikan
Setelah kita membahas pengertian, jalan, dan tujuan filsafat serta
pendidikan, apa sesungguhnya hubungan antara keduanya sehingga di sini
mesti kita bahas dalam ruang bersamaan?
Jika ditelaah lebih jauh, filsafat dan pendidikan adalah dua hal yang tidak
terpisahkan, baik dilihat dari proses, jalan, serta tujuannya. Hal ini sangat
terpahami karena pendidikan pada hakikatnya merupakan hasil spekulasi
filsafat, terutama sekali filsafat nilai, yaitu terkait dengan ketidakmampuan
manusia di dalam menghindari fitrahnya sebagai diri yang selalu mendamba
makna-kesamaan di dalam proses, ruang etika, dan ruang pragmatis.
Di satu sisi, manusia selalu menjadi satu-satunya primata yang selalu
menyerukan kebaikan, cinta, dan kebenaran. Namun, bersamaan dengan itu,
manusia pula satu-satunya makhluk yang dapat membunuh diri dan sesamanya
dengan begitu tanpa alasan sama sekali, selain hanya sebuah kesenangan.
Dalam ruang inilah pendidikan bagi hidup manusia menjadi sesuatu hal
yang penting untuk membawanya pada hidup yang bermakna. Dengan
pendidikan, manusia akan mampu menjalani hidupnya dengan baik dan benar.
Dengan demikian, ia bisa tertawa, menangis, bicara, dan diam mengambil
ukuran-ukuran yang tepat. Ini sangat berbeda dengan banyak diri yang tidak
terdidik. Hubungan ini menurut pakar merupakan ilmu yang paling tertua
dibandingkan dengan ilmu pengetahuan lainnya. Oleh karena itu, mereka
menyebut bahwa filsafat adalah induk semua ilmu-ilmu pengetahuan di muka
bumi ini.
Sementara, filsafat mengakui bahwa menurut substansinya yang ada itu
tunggal, dan berada di tingkat abstrak, bersifat mutlak, serta tidak mengalami
perubahan. Sedangkan, menurut eksistensinya, yang ada itu plural, berada di
tingkat konkret, bersifat relative, dan mengalami perubahan terus-menerus.
Jadi, segala sesuatu yang ada di dunia pengalaman itu berasal mula dari
satu substansi. Persoalan yang muncul adalah bagaimana menyikapi segala
pluralitas ini agar tidak terjadi benturan antara satu dan lainnya? Misalnya,
8
pluralitas jenis, sifat, dan bentuk manusia, binatang, tumbuhan, dan badan-
badan benda berasal dari satu substansi. Apakah yang seharusnya dilakukan
agar antara manusia satu dan lainnya tidak saling berbenturan kepentingan
sehingga dapat mengancam keteraturan social dan ketertiban dunia?
Jawaban terhadap persoalan di atas adalah manusia harus bersikap dan
berperilaku adil terhadap diri sendiri, masyarakat, dan terhadap alam. Agar
dapat berbuat demikian, manusia harus berusaha mendapatkan pengetahuan
yang benar mengenai keberadaan segala sesuatu yang ada ini, dari mana
asalnya, bagaimana keberadaannya, dan apakah yang menjadi tujuan akhir
keberadaan tersebut. Untuk itu, manusia harus mendidik diri dan sesamanya
secara terus-menerus.
Bertolak dari pemikiran filsafat tersebutlah pendidikan muncul dan
memulai sesuatu. Manusia mulai mencoba mendidik diri dan sesamanya
dengan sasaran menumbuhkan kesadaran terhadap eksistensi kehidupan ini.
Dalam hal ini, kegiatan pendidikan ditekankan pada materi yang berisi
pengetahuan umum berupa wawasan asal mula, eksistensi, dan tujuan
kehidupan. Kesadaran terhadap asal mula dan tujuan kehidupan menjadi
landasan bagi perilaku sehari-hari sehingga semua kegiatan eksistensi
kehidupan ini selalu bergerak teratur menuju satu titik tujuan akhir.
Tanpa filsafat,  pendidikan tidak dapat berbuat apa-apa dan tidak tahu
apakah yang harus dikerjakan. Sebaliknya, tanpa pendidikan, filsafat tetap
berada di dalam dunia utopianya. Oleh karena itulah, seorang guru harus
memahami dan mendalami filsafat, khususnya filsafat pendidikan. Malalui
filsafat pendidikan, guru memahami hakikat pendidikan dan pendidikan dapat
dikembangkan melalui falsafah ontology, epistimologi, dan aksiologi4.
Pengertian filosof pendidikan dan bagaimana penerapannya serta apa
dampak dari pendidikan harus diketahui oleh guru karena pendidikan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan bagi setiap manusia, termasuk guru
di dalamnya. Jadi, seorang guru harus mempelajari filsafat pendidikan karena
9

4 ?
Burhanudin dan Tati Sumiati, Filsafat Pendidikan, Subang, Penerbi RoyyaN Preass, 2010
dengan memahami dan memaknai filsafat itu, akan dapat memberikan
wawasan dan pemikiran yang luas terhadap makna pendidikan.
Filsafat pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan
filsafat lainnya, misalnya filsafat hukum, filsafat agama, filsafat kebudayaan,
dan filsafat lainnya.
Dalam pengertian tersebut, filsafat tidak lain bertujuan membawa manusia
mengalami hidup yang dimilikinya dengan pandangan, pengalaman,
pengetahuan, serta penghayatan yang baik dan benar. Dengan pemahaman
tersebut, manusia mampu menyadari hidup yang dimilikinya dengan benar
tanpa adanya.
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan
rasa ragu-ragu, sedangkan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Oleh karena
itu, dalam filsafat, jauh sebelum persoalan-persoalan mesti dicari jawabannya,
filsafat selalu terlebih dahulu mempertahankan sejauh mana relevansi
persoalan-persoalan tersebut. Adakah ia sungguh-sunggu memang sebuah
problem atau justru hanya diproblematikakan saja?
Di sini, filsafat membahas sesuat dari segala aspeknya yang mendalam.
Maka, dikatakan kebenaran filsafat adalah kebenaan menyeluruh yang sering
dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang sifatnya relative karena
kebenaran ilmu yang ditinjau dari segi yang dapat diamati oleh manusia saja.
Sesungguhnya, isi alam yang dapat diamati hanya sebagian kecil saja,
diibaratkan mengamati gunung es, hanya mampu melihat ang di atas
permukaan laut saja. Sementara, filsafat mencoba menyelami sampai ke dasar
gunung es itu untuk meraba segala sesuatu yang ada melalui pikiran dan
renungan yang kritis.
Sedangkan, pendidikan merupakan salah satu bidang ilmu, sama halnya
dengan ilmu-ilmu lain. Pendidikan lahir dari induknya, yaitu filsafat. Sejalan
dengan proses perkembangan ilmu, ilmu pendidikan juga lepas secara
perlahan-lahan dari induknya. Pada awalnya, pendidikan berada bersama
dengan filsafat sebab filsafat tidak pernah bias mebebaskan diri dengan
10
pembentukan manusia. Filsafat diciptakan oleh manusia untuk kepentingan
memahami kedudukan manusia, pengembangan manusia, dan peningkatan
hidup manusia.
Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan
anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan ruhani kea rah
kedewasaan. Secara garis besar, pengertian pendidikan dapat dibagi menjadi
tiga. Pertama, pendidikan; kedua, teori umum pendidikan; dan ketiga, ilmu
pendidikan.
Dalam pengertian pertama, pendidikan pada umumnya mendidik yang
dilakukan oleh masyarakat umum. Pendidikan seperti ini sudah ada sejak
manusia ada di muka bumi ini. Pada zaman purba, kebanyakan manusia
memerlukan anak-anaknya secara insting atau naluri, suatu sifat pembawaan,
demi kelangsungan hidup keturunannya. Tindakan yang termasuk insting
manusia antara lain sikap melindungi anak, rasa cinta terhadap anak, bayi
menangis, kemampuan menyusu air susu ibu, dan merasakan kehangatan
dekapan ibu.
Pekerjaan mendidik mencakup banyak hal, yaitu segala sesuatu yang
bertalian dengan perkembangan manusia. Mulai dari perkembangan fisik,
kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, social, sampai kepada
perkembangan iman. Kegiatan mendidik bermaksud membuat manusia
menjadi sempurna, membuat manusia meningkatkan hidupnya dari kehidupan
alamiah menjadi berbudaya. Kegiatan mendidik adalah membudayakan
manusia.
Dalam pengertian kedua, pendidikan dalam teori umum, menurut John
Dewey, “The general theory og education dan Philosophy is the general
theory of education.” Dia tidak membedakan filsafat pendidikan dengan teori
pendidikan atau filsafat pendidikan sama dengan teori pendidikan. Sebab itu, ia
mengatakan pendidikan adalah teori umum pendidikan.

11
Konsep di atas bersumber dari filsafat pragmatis atau filsafat pendidikan
progresif. Inti filsafat pragmatis yang berguna bagi manusia itulah yang benar,
sedangkan inti filsafat pendidikan progresif mencari terus-menerus sesuatu
yang paling berguna hidup dan kehidupan manusia. Dalam pengertian ketiga,
ilmu pendidikan dibentuk oleh sejumlah cabang ilmu yang terkait satu dengan
yang lain membentuk suatu kesatuan. Masing-masing cabang ilmu pendidikan
dibentuk oleh sejumlah teori.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Filsafat dan Pendidikan di masa globalisasi sekarang ini turut menunjang


tumbuh kembangnya system tatanan suatu masyarakat. Pada hakikatnya filsafat
dan pendidikan merupakan kegiatan manusia, yang berusaha memanusiakan
manusia. Dari hakikat tersebut dapat dikatakan bahwa filsafat dan pendidikan
merupakan kebutuhan manusia yang tidak bisa ditinggalkan. Filsdafat dan
Pendidikan merupakan gerbang manusia dalam mencapai kesuksesan untuk
masa depan masyarakat yang lebih baik.
Dari beberapa rumusan filsafat dan pendidikan tersebut diatas dapatlah
kiranya ditarik kesimpulan :

1. Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk
memahami dan mendalami secara radikal dan integral serta systematis dari
hakikat permasalahan manusia itu sendiri. Ilmu filsafat adalah ilmu istimewa
yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh ilmu
pengetahuan biasa karena masalah-masalah tersebut di luar jangkauan ilmu
pengetahuan biasa.

2. Pendidikan adalah segala upaya yang dilakukan secara sadar oleh manusia
sebagai proses pengubahan sikap dan tata tingkah laku dalam usaha
mendewasakan manusia melalui proses pendidikan yang berkelanjutan dari
generasi ke generasi.

3. Hubungan Filsafat dan Pendidikan sangat erat dan saling beterkaitan satu
sama yang lainnya.

12

13
DAFTAR PUSTAKA

Burhanudin dan Tati Sumiati. 2010, Filsafat Pendidikan, Subang: RoyyaNPress.

Rasyidin, et.al. 2007, Dasar Filsafat Pendidikan, Jakarta: Depdiknas.

Sadulloh, Uyoh. 2011, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: Alfabeta.

Tim Dosen Filsafat UGM. 2002, Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Liberty.

Langgulung. 1988, Makna Pendidikan, Jakarta: PT Intan Pariwara.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan. 1995, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka.

http://mihwanuddin.wordpress.com. Di Unggah Tgl 13 September


2011,Pengertian Filsafat %E2%80%99/dd,Di unduh Tgl 23 Maret 2015
Jam 05.30

Anda mungkin juga menyukai