Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam Thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari
satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran.
Demam tifoid merupakan penyakit demam sistemik akut dan menyeluruh
yang disebabkan oleh Salmonella enterica subspesies enterica serotipe
Typhi. Demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan yang penting
terutama di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Gejala klinis
penyakit ini bervariasi dari sakit ringan dengan demam yang tidak tinggi,
badan terasa tidak enak dan batuk kering hingga gejala klinis yang berat
dengan rasa tidak nyaman (nyeri) pada bagian abdomen dan berbagai
komplikasi lainnya.
Bakteri dari genus Salmonella sudah menjadi salah satu patogen
yang sering menyebabkan penyakit gastrointestinal akut. Meskipun
Salmonella typhi hanya bisa hidup pada manusia, yang berarti tidak
memiliki vektor lain, bakteri ini dapat menyebabkan penyakit demam
tifoid yang mudah menular dan menyerang banyak orang sehingga dapat
menimbulkan wabah. Oleh karena itu, demam tifoid termasuk salah satu
penyakit menular yang tercantum dalam Undang-undang nomor 6 tahun
1962 tentang wabah.
Penyakit typhus abdominallis sangat cepat penularanya yaitu
melalui kontak dengan seseorang yang menderita penyakit typhus,
kurangnya kebersihan pada minuman dan makanan, susu dan tempat susu
yang kurang kebersihannya menjadi tempat untuk pembiakan bakteri
salmonella, pembuangan kotoran yang tak memenuhi syarat dan kondisi
saniter yang tidak sehat menjadi faktor terbesar dalam penyebaran
penyakit typhus.

Dalam masyarakat, penyakit ini dikenal dengan nama thypus,


tetapi didalam dunia kedokteran disebut dengan Tyfoid fever atau thypus

1
abdominalis, karena pada umumnya kuman menyerang usus, maka usus
bisa jadi luka dan menyebabkan pendarahan serta bisa mengakibatkan
kebocoran usus.

B. Tujuan
1. Tujuan umum :
Untuk mengetahui dan mencegah terjadinya Demam Thypoid serta
mengidentifikasi Asuhan Kebidanan pada klien dengan diagnosa
Demam Thypoid di Ruang Marwah Rumah Sakit Umum cut
Meutia.

2. Tujuan khusus :
a. Mengkaji klien dengan pemasangan infus dengan indikasi demam
thypoid diruang Marwah RSUCM..
b. Merumuskan diagnosa kebidanan pada klien dengan pemasangan
infus dengan indikasi demam thypoid diruang Marwah RSUCM..
c. Merenncanakan asuhan kebidanan pada klien dengan diagnosa
pemasangan infus dengan indikasi demam thypoid diruang Marwah
RSUCM..
d. Melakukan asuhan kebidanan pada klien dengan diagnosa
pemasangan infus dengan indikasi demam thypoid diruang Marwah
RSUCM.
e. Mampu mengaplikasikan tindakan Asuhan Kebidanan sesuai
konsep dan sesuai indikasi klien

C. Manfaat Penulisan
1. Mendapatkan pengetahuan tentang penyakit demam tifoid
2. Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan Kebidanan pada klien
dengan demam tifoid

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pemasangan Infus


1. Pengertian Infus
Infus adalah adalah pemasukan suatu cairan atau obat ke dalam
tubuh melalui rute intravena dengan laju konstan selama periode waktu
tertentu. Infus dilakukan untuk seorang pasien yang membutuhkan
obat sangat cepat atau membutuhkan pemberian obat secara pelan
tetapi terus menerus. Dalam memberikan infus kepada pasien harus
dalam keadaan steril baik alat-alat maupun perawat.
Terapi intravena adalah terapi yang bertujuan untuk mensuplai
cairan melalui vena ketika pasien tidak mampu mendapatkan makanan,
cairan elektrolit lewat mulut, untuk menyediakan kebutuhan garam
untuk menjaga kebutuhan cairan, untuk menyediakan kebutuhan
gula(glukose/dekstrosa) sebagai bahan bakar untuk metabolisme, dan
untuk menyediakan beberapa jenis vitamin yang mudah larut melalui
intravena serta untuk memberikan medium untuk pemberian obat secara
intravena.(Aryani, et. Al. 2009).
Pemasangan terapi intravena merupakan tindakan memasukan
jarum (abocath) melalui transkutan yang kemudian disambungkan
dengan selang infus (Edward, 2011).

2. Fungsi Pemasangan Infus


a. Mengganti dan mempertahankan cairan tubuh yang mengandung
air, elektrolit, vitamin, protein lemak, dan kalori yang tidak dapat
dipertahankan secara adekuat melalui oral.
b. untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang akibat sebab
tertentu, seperti penyakit.
c. Memperbaiki keseimbangan asam basa
d. Memperbaiki volume komponen-komponen darah
e. Memberikan nutrisi pada saat gastrointestinal diistirahtkan.

3
3. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keseimbangan cairan
a. Usia.
b. Temperatur.
c. Diet.
d. Stres.
e. Sakit.

4. Jenis-jenis cairan infus


Berdasarkan osmolalitasnya, menurut (Perry dan Potter 2005)
cairan intravena (infus) dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Cairan bersifat isotonis : osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya
mendekati serum (bagian cair dari komponen darah) sehingga terus
berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat padapasien yang
mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan
darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan
cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan
hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal
saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
b. Cairan bersifat hipotonis : osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan
serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum),
sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum.
Maka cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan
sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke
osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju.
Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi, misalnya pada
pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien
hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik.
Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan
dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps
kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak)
pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl45% dan Dekstrosa
2,5%.

4
c. Cairan bersifat hipertonis : osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan
serum, sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke
dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah,
meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak).
Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya
Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate.

5. Cara Menghitung Tetesan Cairan Infus


Rumus dasar menghitung jumlah tetesan cairan dalam satuan menit
dan jam :
Rumus dasar dalam satuan menit :

Rumus dasar dalam satuan jam :

6. Prosedur Pemasangan Infus


a. Memberitahu klien tindakan yang akan dilakukan
b. Menyiapkan alat dan mendekatkan ke pasien : perlak dan pengalas,
bengkok, tiang infus, sarung tangan, torniquet, kapas alkohol,
cairan infus, infus set, abbocath, plester, kassa steril, gunting
plester, jam tangan, buku catatan, waskom larutan klorin 0,5%
c. Memasang Sampiran
d. Mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir,
mengeringkan dengan handuk bersih
e. Memasang perlak dan pengalasnya di bawah daerah yang akan
dipasang infus
f. Memakai Sarung Tangan
g. Menggantungkan flabot pada tiang infus

5
h. Mengatur klem rol sekitar 2-4 cm di bawah bilik drip dan menutup
klem yang ada pada saluran infus.
i. Menusukkan pipa saluran infus ke dalam botol cairan dan mengisi
tabung tetesan dengan cara memencet tabung tetesan infus hingga
setengahnya
j. Membuka klem dan mengalirkan cairan keluar sehingga tidak ada
udara pada slang infus lalu tutup kembali klem
k. Memilih vena yang akan dipasang infus
l. Memilih vena yang akan dipasang infus
m. Melakukan disinfeksi daerah penusukan dengan kapas alcohol
secara sirkular dengan diameter ± 5 cm
n. Menusukkan jarum abbocath ke vena dengan lubang jarum
menghadap ke atas, dengan menggunakan tangan yang dominan

B. Demam Thypoid
1. Pengertian Demam Thypoid
Demam tifoid merupakan penyakit demam sistemik akut dan
menyeluruh yang disebabkan oleh Salmonella enterica subspesies enterica
serotipe Typhi. Demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan yang
penting terutama di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Gejala klinis penyakit ini bervariasi dari sakit ringan dengan
demam yang tidak tinggi, badan terasa tidak enak dan batuk kering hingga
gejala klinis yang berat dengan rasa tidak nyaman (nyeri) pada bagian
abdomen dan berbagai komplikasi lainnya. Oleh karena itu, demam tifoid
termasuk salah satu penyakit menular yang tercantum dalam Undang-
undang nomor 6 tahun 1962 tentang wabah. Demam Tifoid juga dikenali
Entericfever.

6
2. Penyebab
Demam typhoid timbul akibat dari infeksi oleh bakteri golongan
Salmonella yang memasuki tubuh penderita melalui saluran
pencernaan. Sumber utama yang terinfeksi adalah manusia yang selalu
mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit,baik ketika ia sedang
sakit atau sedang dalam masa penyembuhan.Pada masa
penyembuhan, penderita pada masih mengandung Salmonella spp
didalam kandung empedu atau didalam ginjal. Sebanyak 5%
penderita demam tifoid kelak akan menjadi karier sementara,sedang 2
% yang lain akan menjadi karier yang menahun.Sebagian besar dari
karier tersebut merupakan karier intestinal (intestinal type) sedang yang
lain termasuk urinarytype. Kekambuhan yang yang ringan pada karier
demam tifoid,terutama pada karier jenisintestinal,sukar diketahui
karena gejala dan keluhannya tidak jelas.

3. Penyebaran Kuman
Demam tifoid adalah penyakit yang penyebarannya melalui
saluran cerna (mulut,esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus
besar, dstnya). S typhi masuk ke tubuhmanusia bersama bahan makanan
atau minuman yang tercemar. Cara penyebarannyamelalui muntahan,
urin, dan kotoran dari penderita yang kemudian secara pasif
terbawaoleh lalat (kaki-kaki lalat).

4. Gambaran Klinik
Masa Inkubasi
Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun pada umumnya
adalah 10-12 hari.Pada awal penyakit keluhan dan gejala penyakit
tidaklah khas, berupa :
- Anoreksia
- Rasa malas
- Sakit kepala bagian depan
- Nyeri otot

7
- Lidah kotor
- Gangguan perut (perut meragam dan sakit)

5. Gambaran klasik demam tifoid (Gejala Khas)


Biasanya jika gejala khas itu yang tampak, diagnosis kerja pun
bisa langsung ditegakkan.Yang termasuk gejala khas Demam tifoid
adalah sebagai berikut.
- Minggu Pertama (awal terinfeksi)
Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu pada
awalnya samadengan penyakit infeksi akut yang lain, seperti demam tinggi
yang berpanjangan yaitusetinggi 39ºc hingga 40ºc, sakit kepala, pusing,
pegal-pegal, anoreksia, mual, muntah, batuk, dengan nadi antara 80-100
kali permenit, denyut lemah, pernapasan semakin cepatdengan gambaran
bronkitis kataral, perut kembung dan merasa tak enak,sedangkan diaredan
sembelit silih berganti. Pada akhir minggu pertama,diare lebih sering
terjadi. Khaslidah pada penderita adalah kotor di tengah, tepi dan ujung
merah serta bergetar atautremor. Episteksis dapat dialami oleh penderita
sedangkan tenggorokan terasa kering dan beradang. Jika penderita ke
dokter pada periode tersebut, akan menemukan demamdengan gejala-
gejala di atas yang bisa saja terjadi pada penyakit-penyakit lain juga.
Ruamkulit (rash) umumnya terjadi pada hari ketujuh dan terbatas pada
abdomen disalah satusisi dan tidak merata, bercak-bercak ros (roseola)
berlangsung 3-5 hari, kemudian hilangdengan sempurna. Roseola terjadi
terutama pada penderita golongan kulit putih yaitu berupa makula merah
tua ukuran 2-4 mm, berkelompok, timbul paling sering pada kulit perut,
lengan atas atau dada bagian bawah, kelihatan memucat bila ditekan. Pada
infeksiyang berat, purpura kulit yang difus dapat dijumpai. Limpa menjadi
teraba dan abdomenmengalami distensi.
- Minggu Kedua
Jika pada minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap
hari, yang biasanya menurun pada pagi hari kemudian meningkat pada
sore atau malam hari.Karena itu, pada minggu kedua suhu tubuh penderita

8
terus menerus dalam keadaan tinggi(demam). Suhu badan yang tinggi,
dengan penurunan sedikit pada pagi hari berlangsung.Terjadi perlambatan
relatif nadi penderita. Yang semestinya nadi meningkat bersamadengan
peningkatan suhu, saat ini relatif nadi lebih lambat dibandingkan
peningkatansuhu tubuh. Gejala toksemia semakin berat yang ditandai
dengan keadaan penderita yangmengalami delirium. Gangguan
pendengaran umumnya terjadi. Lidah tampak kering,merah mengkilat.
Nadi semakin cepat sedangkan tekanan darah menurun,sedangkan diare
menjadi lebih sering yang kadang-kadang berwarna gelap akibat
terjadi perdarahan. Pembesaran hati dan limpa. Perut kembung dan sering
berbunyi. Gangguankesadaran. Mengantuk terus menerus, mulai kacau
jika berkomunikasi dan lain-lain.
- Minggu Ketiga
Suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di akhir minggu.
Hal itu jikaterjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila keadaan
membaik, gejala-gejala akan berkurang dan temperatur mulai turun.
Meskipun demikian justru pada saat inikomplikasi perdarahan dan
perforasi cenderung untuk terjadi, akibat lepasnya kerak dariulkus.
Sebaliknya jika keadaan makin memburuk, dimana toksemia memberat
denganterjadinya tanda-tanda khas berupa delirium atau stupor,otot-otot
bergerak terus,inkontinensia alvi dan inkontinensia urin. Meteorisme
dan timpani masih terjadi, jugatekanan abdomen sangat meningkat diikuti
dengan nyeri perut. Penderita kemudian mengalami kolaps. Jika denyut
nadi sangat meningkat disertai oleh peritonitis lokalmaupun umum, maka
hal ini menunjukkan telah terjadinya perforasi usus sedangkankeringat
dingin,gelisah,sukar bernapas dan kolaps dari nadi yang teraba
denyutnyamemberi gambaran adanya perdarahan. Degenerasi miokardial
toksik merupakan penyebab umum dari terjadinya kematian penderita
demam tifoid pada minggu ketiga.
- Minggu keempat
Merupakan stadium penyembuhan meskipun pada awal minggu ini dapat
dijumpaiadanya pneumonia lobar atau tromboflebitis vena femoralis.

9
6. Komplikasi
1. Komplikasi Intestinal
- Perdarahan usus
- Perforasi usus
- Ileus paralitik
2. Komplikasi Ekstra –Intestinal~ Komplikasi Kardiovaskuler :
kegagalan sirkulasi perifer (renjatanseptik),miokarditis,trombosis dan
tromboflebitis
- Komplikasi darah : anemia hemolitik ,trombositopenia, dan /atau
DisseminatedIntravascular Coagulation (DIC) dan Sindrom uremia
hemolitik
- Komplikasi paru : Pneumonia,empiema,dan pleuritis
- Komplikasi hepar dan kandung empedu : hepatitis dan kolesistitis~
- Komplikasi ginjal : glomerulonefritis,pielonefritis, dan perinefritis
- Komplikasi tulang : osteomielitis,periostitis,spondilitisdan Artritis
- Komplikasi Neuropsikiatrik : Delirium, meningismus, meningitis,
polineuritis perifer, sindrom guillain-barre, psikosis dan sindrom
katatonia

C. Manajemen Asuhan Kebidanan Menurut Varney


Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan
dan setiap langkah disempurnakan secara periodik.

Langkah 1. Pengkajian/ Pengumpulan data dasar


Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat (up to date),
relevan (sesuai kebutuhan) dan lengkap dari semua kondisi yang berkaitan
dengan kondisi Klien, meliputi :
a. Hasil anamnesa, biodata, keluhan utama, riwayat obstetrik, riwayat
kesehatan dan latar belakang sosial budaya.
b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan
c. Meninjau catatan terbaru dan catatan sebelumnya
d. Meninjau data laboratorium

10
Langkah 2. Interpretasi data dasar (Perumusan Diagnosa dan atau
Masalah Kesehatan)
Pada langkah ini bidan menganalisa data yang diperoleh pada
pengkajian, menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk
menegakkan diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.
Diagnosis kebidanan merupakan diagnosis yang ditegakkan oleh profesi
bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur (tata nama) diagnosis kebidanan.

Langkah 3. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial


Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah atau diagnosis yang telah
diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan, sambil mengamati klien diharapkan dapat bersiap-siap bila
diagnosis/ masalah potensial benar-benar terjadi.

Langkah 4. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang


memerlukan penanganan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan/ untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lalin sesuai dengan kondisi klien
Kebutuhan tindakan segera harus diidentifikasi menurut kewenangan
bidan, meliputi : tindakan mandiri, kolaborasi atau merujuk.

Langkah 5. Merencanakan asuhan yang menyeluruh


Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnose dan
masalah yang ditegakkan.Semua keputusan dalam perencanaan haruslah
rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up
to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan
dilakukan.

11
Langkah 6. Melaksanakan perencanaan/ Implementasi
Melaksanakan perencanaaan secara efisien, efektif dan aman.
Perencanaan bisa dilakukan sepenuhnya oleh bidan atau bersama klien dan
tim kesehatan lainnya.
Jika bidan tidak melakukan sendiri maka bidan tetap mempunyai tanggung
jawab untuk mengarahkan, memastikan langkah pelaksanaan benar-benar
terlaksana.

Langkah 7. Evaluasi
Dilakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk
melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan.
Kriteria :
a. Penilaian dilakukan segera setelah melakukan asuhan.
b. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan kepada klien
dan atau keluarga.
c. Evaluasi dilakukan sesuai standar.
d. Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien.

12
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Manajemen Asuhan Kebidanan Varney


Seorang Pasien yang bernama Ibu Maya Sari datang ke Rumah
Sakit Umum Cut Meutia ingin memeriksa keadaan nya, pasien mengeluh
Demam dialami ± 1 minggu ini dan disertai Mencret ± 2 hari ini.

I. PENGKAJIAN DATA
Data Umum
A. Identitas

Nama : Ny. M
Umur : 29 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Tanah Jambo Aye
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Tanggal Masuk : 28 April 2021

B. Alasan Kunjungan
Ibu mengatakan Demam dialami ± 1 minggu ini dan disertai Mencret
± 2 hari.

C. Riwayat penyakit dulu


Sering mengalami demam, batuk dan pilek.

D. Riwayat Penyakit sekarang


Demam dan Mencret

E. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Lemas
GCS : E 4, V 5, M6
Status gizi : Cukup

13
Tanda vital : Tekanan darah : 100/50mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 38 °C
SPO2 : 99 %

Status Generalis
1. Kulit:
Warna : sawo matang, tidak pucat
Lesi : tidak terdapat lesi primer seperti macula.
Rambut : tumbuh rambut permukaan kulit merata
Turgor : baik
Suhu raba : hangat

2. Mata
Bentuk : normal, kedudukan bola mata simetris
Gerakan : normal, tidak terdapat strabismus, nistagmus
Konjungtiva : tidak anemis
Sklera : tidak ikterik
Pupil : 2 mm / 2 mm

3. Telinga
Bentuk : normotia
Liang telinga : lapang
Serumen : tidak ditemukan serumen pada telinga kanan maupun kiri
Nyeri tekan tragus : tidak ada nyeri tekan pada tragus kanan maupun kiri

4. Hidung
Bagian luar : normal, tidak terdapat deformitas
Septum : terletak ditengah, simetris
Mukosa hidung : tidak hiperemis, konka nasalis eutrofi
Cavum nasi : tidak ada perdarahan

14
5. Mulut dan tenggorok
Bibir : kering, pucat,
Gigi-geligi : hygiene baik
Mukosa mulut : normal, tidak hiperemis
Lidah : normoglosia, tidak tremor, tidak kotor

6. Leher
Bendungan vena : tidak ada bendungan vena
Kelenjar tiroid : tidak membesar, mengikuti gerakan, simetris
Trakea : di tengah

7. Kelenjar getah bening


Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

8. Abdomen
Inspeksi : abdomen simetris, datar, terdapat jaringan parut sikatrik di
inguinal kiri, striae dan kelainan kulit, tidak terdpat pelebaran vena
Palpasi : nyeri tekan daerah epigastrium, teraba supel, hepar dan lien tidak
teraba, tidak ada nyeri lepas, pada pemeriksaan ballottement
didapatkan hasil negative
Perkusi : timpani pada keempat kuadran abdomen, tidak ada nyeri ketok
CVA.
Auskultasi : bising usus positif 3x/menit, normal

9. Genetalia
Inspeksi : tidak terdapat massa, kesan ormal
Palpasi : tidak teraba massa , kesan normal

10. Ekstremitas
Akral hangat pada keempat ekstremitas
Tidak terdapat oedema pada keempat ekstremitas

15
II. INTERPRETASI DATA
Diagnosa Ibu Ny. M Umur 29 Tahun mengalami Demam Thypoid
Data Dasar : - ibu mengatakan Ibu mengatakan Demam
dialami ± 1 minggu ini dan disertai Mencret ± 2
hari.

Masalah : Lemas

Kebutuhan : Konseling dan informasi sesuai dengan keadaan


pasien.

III. DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL DAN ANTISIPASI


Demam Thypoid

IV. TINDAKAN SEGERA


Pemasangan Infus

V. PERENCANAAN
- Istirahat total

- Menyuruh ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti

sayur-sayuran, buha-buahan.

VI. PELAKSANAAN
1. IUFD KA-EN 3 B 20 GH / i
2. Ceftriaxone 1 gr / 12 Jam
3. Omeprazole 1 Ampul / 12 Jam
4. Paracetamol 1 strip / 8 Jam

VII. EVALUASI
1. Ibu mau dipasang infus
2. Ibu mengetahui tujuan pemberian obat
3. Ibu sudah boleh pulang sesuai instruksi dokter

16
B. Data Soap
Tanggal : 29 April 2021
S : - Lemas dan demam
O : TD : 120/70 mmHg
K/U Lemas
A : Demam
P : - Obs K/U lemah
- Linte Dokter
- Infus
- RL (20 tts/m)
- Ciprofloxacin 1 fls / 12 Jam
- Injeksi
- Omperazole 1 Vial / 12 Jam
- Ondancetrone 1 Amp / 12 Jam
- Alinamin 1 Amp / 12 Jam
- Memberi Obat Oral
- diaform 3x1
- Zink 1x1
- cetirizine 2x1
- ambroxol syr 3x1
- antasida syr 3x1

Tanggal : 30 April 2021


S : Os mengatakan Lemas dan Demam
O : K/U Lemah
A : Demam
P : obs K/U Pasien
- Ikut Visit Dokter
- Kontrol Cairan Infus
- Infus
- RL (20 tts/m)
- Ciprofloxacin 1 fls / 12 Jam

17
- Injeksi
- Omperazole 1 Vial / 12 Jam
- Ondancetrone 1 Amp / 12 Jam
- Alinamin 1 Amp / 12 Jam
- Memberi Obat Oral
- diaform 3x1
- Zink 1x1
- cetirizine 2x1
- ambroxol syr 3x1
- antasida syr 3x1

Tanggal : 01 Mei 2021


S : Os mengatakan Lemas dan Demam Sudah Menurun
O : K/U Lemah
A : Lemas
P : - Sudah Boleh Pulang
- obs K/U Pasien
- Ikut Visit Dokter
- Kontrol Cairan Infus
- Infus
- RL (20 tts/m)
- Ciprofloxacin 1 fls / 12 Jam
- Injeksi
- Omperazole 1 Vial / 12 Jam
- Ondancetrone 1 Amp / 12 Jam
- Alinamin 1 Amp / 12 Jam
- Memberi Obat Oral
- diaform 3x1
- Zink 1x1
- cetirizine 2x1
- ambroxol syr 3x1
- antasida syr 3x1

18
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dijelaskan kesenjangan anntara teori dan asuhan kebidanan
secara langsung pada Ny. M dengan diagnosa Medis pemasangan infus dengan
indikasi Demam Thypoid di Ruang Marwah Rumah Sakit Umum cut Meutia
yang berdasarkan SOAP.

1. Data Subjektif
Pada tahap pegumpulan data, penulis tidak mengalami kesulitan
karena penulis telah mengadakan perkenalan dan menjelaskan maksud
penulis yaitu untuk melaksanakan asuhan kebidanan pada klien sehingga
klien dan keluarga tterbuka an mengerti serta kooperatif.
Pada identitas klien menurut tinjauan pustaka yaitu nama lengkap,
tempat tanggal lahir, agama, pendidikan yang rendah biasanya akan
mempengaruhi pengetahuan ibu tentang penyakit demam Thypoid,
dengan ibu yang jarang mengkonsumsi makanan yang bergizi, tidak
menjaga kebersihan sangat rentang terjadi penyakit, yang tidak menjaga
pola makan pada klien.

2. Data Objektif
Data objektif yang ditemukan pada pemeriksaan yaitu keadaan
umum ibu yang lemah sekarang membaik, kesadaran composmentis atau
sadar sepenuhnya, namun tanda-tanda vital ditemukan dalam keadaan
tidak normal. Keadaan ibu sekarang sudah membaik, ibu meminum obat
dengan teratur dan ibu mengikuti sesuai instruksi dokter dan bidan.

3. Asessment
Dari data subjektif dan objektif diatas ditegakkan diagnosa berdasarkan
dokumentasi asuhan kebidanan yaitu ibu mengalami demam Thypoid.
4. Perencanaan
Perencanaan yang dilaksanakan pada kasus ini sesuai dengan teori yang
ada dan disesuaikan dengan kebutuhan pasien.

19
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan kebidanan pada
Ny. MM dengan diagnosa Demam Thypoid, maka penulis dapat
mengambil kesimpulan.
1. Pada pengkajian didapatkan data yaitu keadaan umum pasien lemah
dan demam. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital-vital ditemukan data,
Tekanan darah 100/50 mmHg, Suhu 38o C, Nadi 88 x/Mnt,
Respiratori Rate 20 x/Mnt. Pada pemeriksaan Fisik Bibir Pucat Badan
Lemas dan Mencret.
2. Masalah kebidanan yang muncul adalah badan lemas dan mencret
3. Untuk menyelesaikanmasalah tersebut, penulis melibatkan keluarga
klien secara aktif dalam pelakasanaan asuhan Kebidanan banyak
tindakan keperawatan yang memerlukan kerjasama anatara perawat,
bidan, klien dan keluarga.
4. Pada akhir evaluasi semua tujuan dapat tercapai karena adanya
kerjasama yang baik antara klien, keluarga dan tim kesehatan.

B. Saran
1. Menjaga Kebersihan Lingkungan
2. Menjaga Pola Makan
3. Makan Makanan Yang Bergizi
4. Kurangi Makan Makanan Yang Pedas

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Pandey, CK, Singh RB. Fluid and electrolyte disorders. Indian J.Anaesh.
2003;47(5):380-387
2. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Petunjuk Parktis Anestesiologi, Edisi
Kedua. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta 2001.
3. Leksana E. Terapi Cairan dan Darah. SMF/Bagian Anestesi dan Terapi
Intensif, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. 2000 Mei.
4. Irawan, Anwari. (2005). Cairan Tubuh, Elektrolit, dan Mineral. Jakarta:
PSSP-LAB
5. Widoyono, 2011. Penyakit Tropis. Epidemiologi, Penularan, Pencegahan,
dan Pemberantasannya. Edisi kedua. Erlangga : Jakarta
6. Soedarmo, Sumarmo, 2012. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Edisi
kedua. Ikatan Dokter Anak Indonesia
7. Isselbacher, Kurt, 2010. Harrison’s Principles of Internal Medicine. Edisi 13.
Volume 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
8. Rubenstein, David, 2006. Kedokteran Klinis. Edisi keenam. Erlangga :
Jakarta

21

Anda mungkin juga menyukai