Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kondisi kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama di bidang

kesehatan yang saat ini terjadi di Indonesia. Tingkat bantuan pemerintah muda

mencerminkan status kesejahteraan suatu negara, karena anak-anak

merupakan ujung tombak negara yang memiliki kemampuan yang dapat

diciptakan dalam menyongsong pergantian peristiwa negara. Padahal,

berkembangnya suatu penyakit merupakan bahaya terbesar yang mengancam

penurunan status kesejahteraan manusia di dunia ini. Bahaya penyakit yang

paling berisiko dalam penurunan status kesehatan anak adalah penyakit yang

tidak bisa dihindari. Penyakit menyedihkan yang paling banyak dikenal di

negara-negara agraris adalah penyakit pada sistem pernapasan dan sistem

pencernaan. Penyakit pada sistem pencernaan termasuk diare, gastritis, usus

buntu yang terinfeksi, dan demam typhoid (Ramaningrum et al., 2017).

Demam typhoid (Typhus abdominalis) adalah penyakit kronis yang tak

tertahankan yang sebagian besar mempengaruhi bagian pencernaan, dengan

efek samping demam selama kira-kira beberapa minggu, mulas, dan gangguan

kesadaran. Pertimbangkan demam tifoid pada demam anak muda dan

memiliki efek samping seperti lari, muntah, sakit perut, dan migrain. Ini

terutama jika demam telah terjadi selama 7 hari atau lebih(Izazi, 2018).

1
2

Demam typhoid adalah sejenis penyakit yang disebabkan oleh bakteri

Salmonella Enterica, khususnya turunan Salmonella Typhi. Salmonella Typhi

akan menyerang dan berkembang menjadi sel fagosit mononuklear dari hati,

limpa, pusat getah bening yang berhubungan dengan perut, dan obsesi Peyer.

Efek samping yang ditimbulkan umumnya tidak jelas dan, yang mengejutkan,

seringkali akan seperti demam serat lainnya, membuatnya sulit untuk dilihat.

Meskipun demikian, kasus ekstrim dapat menyebabkan kesulitan serius dan

bahkan melewati alasan. Sumber utama Salmonella Typhi adalah manusia,

yang jalur penularannya melalui buang air besar melalui mulut. Ini benar-

benar dimaksudkan bahwa ada makanan, minuman atau apapun yang tercemar

kotoran manusia (yang mengandung Salmonella Typhi) dan kemudian

diminum oleh orang yang sebenarnya, maka penularan dapat terjadi.

(Mahardika, 2022).

Angka kejadian demam typhoid cukup tinggi di dunia. WHO menilai

berat penyakit demam tifoid di seluruh dunia dengan 11-20 juta kasus per

tahun menyebabkan sekitar 128.000-161.000 kematian setiap tahun, sebagian

besar kasus terjadi di Asia Tenggara, Asia Selatan dan Afrika Sub-Sahara. Di

Indonesia kasus demam tifoid berkisar antara 350-810 per 100.000 penduduk,

prevalensi penyakit ini di Indonesia adalah 1,6% dan menempati urutan

kelima sebagai penyakit yang tidak dapat dicegah.yang terjadi pada semua

usia di Indonesia yaitu 6,0% dan menempati posisi posisi kelima 15 dengan

alasan kematian semua usia di Indonesia yang identik dengan 1,6%(Juniah &

Arianti, 2023).
3

Kejadian demam tifoid sebagian besar terjadi pada rentang usia 3-19

tahun. Anak-anak yang berusia di bawah 5-11 tahun adalah anak-anak kecil, di

mana kelompok usia ini sering melakukan aktivitas di luar rumah sehingga

mereka lebih rentan terhadap penyakit demam tifoid karena sistem

perlindungan mereka sebagian besar bukan tempat yang aman untuk orang

dewasa atau orang dewasa. dewasa. karena tidak menjaga kerapian saat makan

dan minum, tidak membersihkan tepat setelah buang air kecil atau buang air

besar (Rukmana, 2022).

Demam atau hipertermia dapat dikurangi dengan teknik

nonfarmakologis seperti konduksi dan menghilang. Konduksi panas adalah

pertukaran daya yang dimulai dengan satu item kemudian ke item berikutnya

melalui kontak langsung. Saat kulit hangat kita bersentuhan dengan kulit

hangat, panas dipindahkan melalui penguapan, di mana energy panas

dialihkan sepenuhnya ke gas. Cara non farmakologis Yang dapat digunakan

untuk mengurangi peningkatan demam pada penderita demam adalah fever

board, yaitu dengan memberikan beberapa panduan seperti kompres hangat,

kompres mortir, mengatur pola makan, dan tirah baring..(Windawati &

Alfiyanti, 2020).

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Tujan penulis membuat karya ilmiah akhir ini adalah untuk melaksanakan

asuhan keperawatan pada demam typhoid dengan gangguan hipertermia di


4

rumah sakit islam sultan agung semarang dengan cara pemberian kompres

air hangat.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengkajian asuhan keperawatan pada An.F dengan

demam typhoid

b. Mengidentifikasi diagnosa asuhan keperawatan pada An.F dengan

demam typhoid

c. Mengidentifikasi intervensi asuhan keperawatan pada An.F dengan

demam typhoid

d. Mengidentifikasi implementasi asuhan keperawatan pada An.F dengan

demam typhoid

e. Mengidentifikasi evalusai asuhan keperawatan pada An.F dengan

demam typhoid

C. Manfaat

1. Bagi Rumah Sakit

Bagi rumah sakit karya ilmiah ini dapat bermanfaat untuk memberikan

aturan kepada petugas dan kelompok kesejahteraan lainnya dalam

memberi penanganan, intervensi, implementasi dan evaluasi pada pasien

demam typhoid

2. Bagi Institusi Pendidikan


5

Bagi institusi pendidikan karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat serta

menjadi bahan bincang dan info dalam pengalaman mendidik dan

mendidik tentang penataan asuhan keperawatan oleh demam typhoid.

3. Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat karya tulis ilmiah ini masyarakat dapat memahami

pentingnya penyakit pada anak khususya penyakit demam typhoid.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Demam typhoid

1. Definisi Demam Typhoid

Typhoid hal mendasar yang disebabkan oleh salmonella typhi cara

penyebarannya adalah karena memoles makanan dan minuman yang

telah tercemar oleh mikroorganisme tersebut., selain itu kebiasaan

hidup bersih dan faktor terpenting dalam penyebarannya (Desita,

2022). Angka terjangkitnya demam typhoid berkisar 21 juta kasus

dipenjuru dunia dengan angka kematian lebih dari 600.000 jiwa. Di

Indonesia typhoid adalah salah satu penyakit yang sering dijumpai

(Wahyuni, 2020).

2. Etiologi

Penyebab utama pada demam typhoid adalah bakteri salmonella

typhi. Bakteri ini merupakan bakteri yang berbentuk batang, memiliki

ekor dan tubuh manusia adalah satu-satunya tempat untuk

berkembang biak dimana tempat perkembangbiakannya adalah usus

sehingga menyebabkan masalah pencernaan. Penyebaran demam

typhoid bermula dari makanan dan minuman yang telah tercemar oleh

bakteri tersebut dan membuat seseorang terkontaminasi. Pengambilan

keputusan dan penanganan yang kurang tepat mampu mengakibatkan

kematian karena terjadi perdarahan pada saluran cerna (Widura,

2020).

6
7

3. Patofisiologi

Pathogenesis dari demam typhoid terdapat 4 fase meliputi bakteri

yang menempel di usus, kemudian memperbanyak di makrifag peye’s

patch dan menghasilkan eksotoksin yang dapat menyebabkan

keluarnya cairan yang berlebih di usus halus sehingga menyebabkan

diare dan muntah.

Pada saat melewati lambung yang memiliki kondisi asam maka

akan mengaibatkan beberapa bakteri mati namun ada juga yang tidak

dan berjalan ke usus halus, kemudian menembus dinding ileum dan

jejunum. Kemudian bakteri mampu menghasilkan tukak pada mukosa

usus yang menjadi salah satu faktor penyebab perdarahan dan

perforasiusus. Sesudah gejala- gejala pertama typhoid muncul,bakteri

salmonella keluar dari habitatnya sampai ke limpa, hati kantung

empedu perdarahan dari bakteri melalui empedu keluar dalam bentuk

feses.Endotoksin enzim-enzim dihati limpa, kelenjar limfoid hasil

produk yang menyebabkan nekrosis intestinal maupun sel hati yang

merupakan tanda dari typhoid (Widura, 2020).


8

4. Manifestasi klinis

a. Masa inkubasi

Pada masa inkubasi pada umumnya berlangsung selama

10 sampai 12 hari namuntidak jarang juga yang berlangsung

selama 7 sampai 21 hari. Pada awal keluhan tanda dan gejalanya

berupa:

1) Anoreksia

2) Lidah kotor

3) Kram otot

4) Rasa tidak nyaman pada perut bahkan diare dan muntah

(Jayanti et al., 2020).


9

5. Tanda dan gejala

Contoh demam tifoid pada bayi berubah dari gastroenteritis ringan

menjadi septikemia ekstrem tanpa buang air besar. Demam,

hepatomegali, ikterus, anoreksia, kemalasan, dan penurunan berat

badan dapat ditemukan.

Pada anak yang lebih tua, efek samping termasuk demam tinggi,

dormansi, mialgia, migrain, ruam, hepatosplenomegali, dan nyeri

perut. Lari terjadi pada sebagian kecil anak yang lebih tua pada tahap

awal, namun obstruksi ditemukan pada tahap perkembangan lebih

lanjut. Pasien mungkin menjadi sangat lemah dan mengalami kegilaan

dan kekacauan. Pada periode sakit ini, limpa umumnya melebar dan

perut terasa enak. Ruam kulit makula (bercak mawar) atau

makulopapular dapat terlihat pada sekitar 30% pasien. Hubungan

menakjubkan antara suhu tinggi dan frekuensi detak jantung yang

rendah dapat ditemukan. Biasanya, untuk setiap peningkatan 1 ⁰ di atas

38,3⁰ C (101⁰F), detak akan bertambah 10 detak/menit (Izazi, 2018).

Demam typhoid yang tidak diobati seringkali merupakan penyakit

berat yang berlangsung dan terjadi selama 4 minggu atau lebih

a. Minggu ke-1

Demam tinggi >40°C ,bradikardi, denyut nadi80 sampai 100

kali/ menit.

b. Minggu ke -2
10

Demam, penurunan kesadaran, takikardi, tekanan darah

menurun, dan limfa teraba.

c. Minggu ke-3

Demam menurun diikuti keadaan yang membaik,

berkurangnya gejala-gejala yang muncul. Namun sebenarnya

status kesehatan memburuk apabila masih terdapat derilium, otot

yang bergerak secara tidak terkendali, tidak terkontrolnya

keluaran urin, distensi perut bahkan dapat membuat

penderitaannya meninggal dunia.

d. Minggu ke-4

Apabila kondisi pasien membaik maka akan sembuh (Engel,

2019).

6. Komplikasi

komplikasi yang dapat terjadi antara lain (Desita, 2022)

a. Komplikasi interestinal meliputi:

1) Pendarahan interestinal

Hal ini terjadi apabila ada luka yang sudah menembus usus

dan melukai pembuluh darah hingga mengakibatkan

pendarahan dan akan mengakibatkan perforasi .

2) Perforasi usus

Perforasi usus umumnya terjadi pada pekan ke-3, tetapi tak

menutup kemungkinan terjadi di pekan ke-1 terinfeksi. Tanda

klinis yang muncul yaitu nyeri hebat dari abdomen kanan


11

bagian bawah lalu menjalar ke semua bagian abdomen, nadi

cepat, tekanan darah menurun hingga terjadi syok.

b. Komplikasi ekstra-intestinal, meliputi:

1) Hepatitis tifosa

Hepatitis tifosa dapat menyerang penderita degan kurang

nutrisi dan memiliki imun yang tidak kuat, tanda terjadinya

adalah peningkatan kadar triaminase,icterus dengan tidak

adanya kenaikan kadar triaminasi.

2) Pakreasitis tifosa

Yang disebabkan oleh bakteri ,virus , caving , ataupun

farmakologik. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah

pemberian antibiotic melalui pembulu vena, yaitu seftriaxon

dan kuinolon.

3) Miokarditis

Mungkin tanpa efek samping kardiovaskular atau

mungkin termasuk nyeri dada, gangguan kardiovaskular

kronis, aritmia, syok kardiogenik dan adanya penggambaran

EKG yang tidak normal.

4) Neuropsikiatrik

Tanda dan gejala neuropsikiatrik yaitu terganggunya

tingkat kesadaran bahkan penurunan kesadaran, kebingungan

hingga koma.
12

B. Hipertermia

1. Pengertian hipertermia

Hipertermia adalah peningkatan tingkat panas internal terkait

dengan kekecewaan tubuh untuk menyebarkan panas atau mengurangi

produksi panas. Suhu rektal >37,5℃ dan suhu ketiak >37,5℃(Putri &

Zulaicha, 2019).

2. Etiologi

Hipertermia disebabkan oleh infeksi, cuaca yang terlalu panas atau

kombinasi dari keadaan yang menyedihkan dan panas yang sering

terjadi. Selain itu, bisa juga disebabkan oleh masalah otak atau karena

zat beracun yang bisa mempengaruhi titik fokus penunjuk suhu. Zat

yang dapat menimbulkan dampak stimulasi pada pedoman suhu fokus

menyebabkan demam (Mahardika, 2022).

3. Manifestasi klinis hipertermia

Beberapa tanda dan efek samping hipertermia:

1) Perluasan tingkat panas internal di atas jangkauan biasa

2) Spasme (kejang)

3) Kulit kemerahan

4) Perluasan RR

5) Takikardia (detak jantung cepat)

6) Terasa hangat saat disentuh

Periode hipertermia:

a) Tahap I: awal
13

(1) Ketukan yang diperluas

(2) Peningkatan kecepatan dan kedalaman relaksasi

(3) Menggigil karena tekanan dan penyempitan obat

(4) Kulit pucat dan dingin karena vasokonstriksi

(5) Merasakan sensasi dingin

(6) Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokonstriksi

(7) Bulu-bulu kulit berdiri

(8) Berkeringat berlebihan

(9) Perluasan tingkat panas internal

Tahap II: siklus demam

(1) Sistem getaran lenyap

(2) Kulit terasa hangat/panas

(3) Tidak merasa panas/dingin

(4) Denyut yang diperluas dan laju pernapasan

(5) Rasa haus yang meluas

(6) Lembut hingga sangat kering

(7) Kelesuan, linglung/kejang karena kejengkelan sel saraf

(8) Cedera mulut herpes

(9) Hilangnya rasa lapar

(10) Kelemahan, kelelahan dan siksaan otot ringan karena

katabolisme protein

c) Tahap III: penyembuhan

(1) Kulit tampak merah dan hangat


14

(2) Berkeringat

(3) Getaran ringan

(4) Potensi kekurangan hidrasi

C. Asuhan keperawatan typhoid

1. Pengkajian keperawatan

Pengkajian keperawatan merupakan langkah awal yang

dilakukan untuk mengumpulkan data-data dalam rangka menegakkan

asuhan keperawatan yang akan diberikan kepada pasien. Dalam

pengkajian keperawatan terdapat informasi-informasi yang mampu

membantu perawat dalam menentukan permasalahan yang sedang

dihadapi oleh pasien (Wahyuni, 2020).

Pada pengkajian memuat hal-hal seperti identitas pasien dan

keluarganya,riwayat sakit yang lain, kondisi lingkungan sekitar, peran

dan fungsi keluarga,genogram, pemeriksaan fisik, serta berisi tentang

pemeriksaan dignostik yang telah dilakukan oleh pasien (Juanda,

2021).

2. Diagnosis keperawatan dan fokus intervensi

Diagnosis keperawatan merupakan unsur penting guna

merumuskan rencana keperawatan demi memperoleh asuhan

keperawatan sesuai harapan. Diagnosa keperawatan dirumuskan

setelah melakukan pengkajian dan analisa data yang melibatkan klien

dan penanggung jawab serta keluarga (Jumasing et al., 2022).


15

Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada pasien hipertermia

menurut (SDKI, 2017)

a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

Kriteria hasil :

1) Suhu menurun 36,50-37,50 oc

2) Tidak terjadi kejang

3) Nadi 110-120x/menit pada klien

4) Respirasi 30-40x/menit

5) Kesadaran komposmentis

Intervensi :

Hipertermia para eksekutif

Persepsi:

1) Membedakan penyebab hipertermia

2) Suhu layar

3) Level elektrolit layar

4) Layar hasil kencing

5) Kompleksitas layar karena hipertermia t

Terapeutik :

1) Berikan iklim yang sejuk

2) Lepaskan atau tanggalkan pakaian

3) Basahi dan kipasi permukaan tubuh

4) Berikan cairan peroral

Edukasi :
16

1) Anjurkan tirah barig

Kolaborasi :

1) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena jika

perlu

b. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d merasa lemah

Kriteria hasil :

1) Tingkat ketukan meningkat

2) Kesederhanaan melakukan peningkatan latihan sehari-hari

3) Peningkatan kekuatan area dada

4) Peningkatan kekuatan tubuh bagian bawah

5) Protes kelelahan berkurang

6) Pulsa naik ke level berikutnya

Intervensi :

1) Bukti yang dapat dikenali dari masalah kemampuan tubuh

yang menyebabkan kelelahan

2) Layar kelelahan fisik dan dekat dengan rumah

3) Contoh dan jam istirahat layar

Terapeutik :

1) Sediakan lingkungan yang menyenangkan dan rendah

peningkatan

2) Lakukan latihan gerakan laten dan terpisah

3) Berikan gerakan interupsi yang menenangkan

Edukasi :
17

1) Anjurkan tirah baring

2) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

Kolaborasi :

1) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan

makanan

3. Implementasi

Kegiatan keperawatan merupakan suatu cara berperilaku positif

yang diantisipasi oleh pasien dan tindakan yang harus dilakukan oleh

perawat medis sesuai dengan apa yang diarahkan. (Perry & Potter,

2015)

4. Evaluasi

Informasi dikumpulkan secara terus menerus untuk mengukur perubahan

dan bekerja dalam kehidupan sehari-hari dan dalam aksesibilitas atau

pemanfaatan sumber luar (Jumasing et al., 2022).

D. Konsep teori kompres air hangat


18

1. Definisi kompres air hangat

Kompres pada daerah yang memiliki pembuluh darah besar yang

menggunakan air hangat merupakan definisi dari kompres hangat.

Kompres hangat adalah salah satu teknik untuk mengurangi tingkat

intensitas interior. Pemberian balutan hangat pada daerah ketiak

(ketiak) lebih dianjurkan karena di sekitarnya terdapat banyak

pembuluh darah besar dan terdapat banyak kelenjar apokrin dan

keringat yang memiliki banyak vaskularisasi sehingga akan

menumbuhkan daerah yang mengalami vasodilatasi yang akan izinkan

ketabahan untuk mempercepat perbaikan dari tubuh ke kulit secara

keseluruhan.(Faridah & Soesanto, 2021).

2. Manfaat kompres air hangat

Kompres hangat membuat tingkat intensitas di sekitar hangat

sehingga tubuh akan mengartikan bahwa suhu luar cukup panas,

membuat pembuluh darah tepi di kulit mengembang dan mengalami

vasodilatasi sehingga pori-pori kulit akan terbuka. dan membuatnya

lebih mudah untuk menghilangkan panas. Paket hangat dapat

menurunkan tingkat panas internal melalui sistem menghilang (Kristi,

2019).

E. Kompres hangat untuk mengatasi hipertermi pada pasien dengan demam

typhoid

Salah satu masalah yang muncul pada pasien demam tifoid adalah

hipertermia. Hipertermia dapat ditangani dengan bebas dan berhasil,


19

terutama dengan menekan air hangat. Demam pada anak memerlukan

penanganan dan pengobatan yang berbeda dengan pasien anak. Pasien

anak-anak dengan model hipertermia sangat khas secara lokal dengan hasil

yang mengerikan. Hal ini karena, Jika olah raga menjaga demam yang

tidak wajar dan lambat maka akan mengganggu perkembangan baru dan

kemajuan anak. Demam dapat membahayakan kesehatan anak jika tidak

ditangani dengan cepat dan tepat akan menimbulkan berbagai masalah..

Masalah hipertermia yang paling sulit pada anak-anak adalah kejang

dengan suhu anak mencapai 40°C yang menyebabkan hilangnya

kesadaran. Pemberian balutan hangat pada vena besar merupakan upaya

untuk memberikan sugesti pada daerah preoptik hipotalamus untuk

mengurangi derajat gangguan pencernaan. (Nimah, 2022).

Dampak dan manfaat penggunaan kompres air hangat untuk

mengurangi hipertermia. Kerangka tubuh yang memainkan dan menjaga

tingkat panas internal di dalam batas normal adalah termoregulasi.

Termoregulasi adalah interaksi homeostatis yang dapat mengimbangi

tingkat panas internal agar tetap normal. Penanganan pertama yang harus

bisa dilakukan oleh keluarga jika anak demam adalah dengan mengoleskan

kompres air hangat pada bagian yang terdapat pembuluh darah besar,

khususnya ketiak dan selangkangan selama kurang lebih 15-30 menit.

(Nelson, 2020).

Kompres adalah cara yang paling ampuh untuk menjaga derajat

panas dalam dengan memanfaatkan cairan atau benda yang dapat


20

menimbulkan sensasi panas atau dingin pada tubuh yang

membutuhkannya. Ada dua jenis kemasan, dingin dan hangat. Alasan

memberikan kompres hangat adalah kompres dengan air suhu tinggi atau

air hangat. Paket hangat menutupi lapisan luar kulit dengan handuk

menyerap air hangat dengan suhu paling ekstrim 43°C. Pemberian

kompres air hangat pada pembuluh darah besar seperti aksila (ketiak) dan

femoralis (selangkangan) merupakan upaya untuk memberikan rangsangan

pada daerah preoptik pusat saraf untuk menurunkan tingkat panas dalam.

(Fauziah, 2022).
BAB III

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Hasil penelitian

Hasil studi kasus asuhan keperawatan pada pasien demam typhoid

dengan gangguan cairan dan elektrolit

1. Pengkajian

a. Identitas

1) Pasien I

Pasien masuk IGD pukul 12.30 WIB Tanggal 21 maret 2023

dengan keluhan panas selama 5 hari dan tidak kunjung turun,

nafsu makan menurun, batuk, lemas. Pasien bernama An.A

berusia 13 tahun, berjenis kelamin laki-laki, beragama islam,

pendidikan terakhir TK, tempat tinggal di Purwosari ,

penanggung jawab pasien Ny. R yang merupakan ibu kandung

dari pasien.

2) Pasien II

Pasien masuk IGD pukul 13.00 WIB tanggal 24 maret 2023

dengan keluhan panas sejak 3 hari dan tidak kunjung turun,

sebelum ke rumah sakit,lemas dan pusing. Klien mengatakan

merasakan mual dan muntah pada saat pertama masuk rumah

sakit. Pasien bernama An. Q berusia 12 tahun ,berjenis kelamin

laki-laki,beragama islam, pendidikan terakhir TK, tempat tinggal

21
22

di Kp penjaringan 7/1 kemijen, pennggung jawab pasien Ny. S

yang merupakan ibu kandung dari pasien.

b. Keluhan utama

1) Pasien I

Demam selama 5 hari,lemas dan pusing

2) Pasien II

Demam selama 3 hari,mual muntah, lemas dan pusing

c. Alasan masuk rumah sakit

1) Pasien I

Ibu pasien mengatakan anak panas selama 5 hari,

mengeluh lemas, dan tidak mau makan, dan akhirnya

dibawa ke RSI Sultan Agung Semarang oleh suaminya.

2) Pasien II

Ibu pasien mengatakan anak mengeluh demam, demam

sudah 3 hari dan tidak kunjung sembuh,mengeluh lemas,

dan tidak makan, pasien dibelikan obat warung juga tidak

kunjung sembuh dan akhirnya dibawa ke RSI Sultan Agung

Semarang Bersama suami dan anaknya.

d. Riwayat kesehatan sekarang

1) Pasien I

Klien mengatakan panas sejak 5 hari sebelum ke

rumah,lemas dan pusing. Kemudia klien dibawah ke rumah

sakit pada tanggal 21 maret 2023, jam 12.30 dan dilakukan


23

perawatan kegawat daruratan di IGD yang kemudian

dilanjutkan di ruang baitunnisa 1. Klien mengatakan dia

merasa sakit dan memuntahkan setiap kali dia pertama kali

memasuki klinik medis. Dari hasil pemeriksaan TTV

didapatkan hasil TD : 102/70 mmHg, N : 100 x/menit, RR :

60 x/menit, S : 38,7°C, SPO2 : 100%, KU lemah.

2) Pasien II

Klien mengatakan datang melalui IGD kemudian masuk

ruang baitunnisa 1 pada tanggal 24 maret 2023 jam 19.00

panas sejak 3 hari sebelum ke rumah sakit,lemas dan

pusing. Klien mengatakan dia merasa sakit dan

memuntahkan setiap kali dia pertama kali memasuki klinik

medis. dari hasil pemeriksaan TTV didapatkan hasil TD :

115/65 mmHg, N : 110 x/menit, RR : 62 x/menit, S : 39°C,

SPO2 : 100%, KU lemah.

e. Riwayat kesehatan dahulu

1) Pasein I

Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya tidak memiliki

pengalaman pengobatan atau kepekaan terhadap makanan.

2) Pasien II

Ibu pasien mengatakan anak tidak mempunyai riwayat

alergi obat ataupun makanan.


24

f. Riwayat penyakit keluarga

1) Pasien I

Ibu pasien mengatakan bahwa tidak ada seorang pun di

keluarganya yang menderita hipertensi atau diabetes

melitus, maupun Typhoid .

2) Pasien II

Ibu pasien mengatakan keluarga tidak ada yang

memiliki penyakit typhoid

g. Pemeriksaan fisik

1) Pasien I

Hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil kesadaran

pasien composmentis dengan keadaan umum lemah.

Tanda-tanda vital seperti TD : 102/70mmHg, N : 100

x/menit, RR : 60 x/menit, T : 38,7°C, SPO2 : 100%, Bentuk

mesochepal, rambut tebal bersih warna hitam, tidak rontoh

dan tidak ketombe, penglihatan jelas, pupil normal,

konjungtiva tidak anemis, tidak menggunakan alat bantu,

hidung bersih, tidak ada pelepasan, tidak ada polip, tidak

ada pernapasan kurva hidup, tidak menggunakan oksigen,

telinga seimbang, gangguan pendengaran, tidak

menggunakan alat pendengar, dan tidak ada infeksi, tidak

mengalami masalah berbicara, warna putih gelap, tidak ada

rasa sakit, tidak ada tonjolan di leher, tidak ada pembesaran


25

tonsil, dan vena jugularis. Dada dada simestris, tidak ada

benjolan, tidak ada nyeri tekan, pekak, suara vesikuler.

Paru-paru : dada simestris, tidak ada benjolan, Taktil

fremitus normal, suara normal, tidak ada suara tamabahan

seperti wheezing. Abdomen : simetris, tidak ada bekas luka,

suara vaskuler, bising usus normal, suara timpani, tidak ada

benjolan. Genetalia : Bersih, tidak ada luka dan infeksi,

tidak terpasang kateter. Kuku normal, kulit bersih, turgor

kulit baik, tidak ada edema, capilarry refill < 2 detik,

mobilitas gerak normal, tidak ada infeksi pada tusukan

infus. Hemoglobin 14,4 g/dL, leukosit 2,19 ribu/µL,

trombosit 145 ribu/µL, hematrokit 40,6 %.

2) Pasien II

Hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil kesadaran

pasien composmentis dengan keadaan umum baik. Tanda-

tanda vital seperti TD : 115/65 mmHg, N : 110 x/menit, RR

: 62 x/menit, T : 39°C, SPO2 : 100%, KU lemah. Bentuk

mesochepal, rambut tipis, pendek, hitam, tidak ketombe,

penglihatan jelas, pupil normal, konjungtiva tidak anemis,

tidak menggunakan alat bantu, hidung bersih, tidak ada

secret, tidak polip, tidak ada napas cuping hidup, tidak

memakai oksigen, telinga bentuk simestris, memiliki

gangguan pendengaran, tidak menggunakan alat bantu


26

dengar, dan tidak ada infeksi, tidak mengalami kesulitan

berbicara, warna putih hitam, tidak ada nyeri, tidak ada

benjolan di leher, tidak ada pembesaran tonsil, dan vena

jugularis. Dada dada simestris, tidak ada benjolan, tidak ada

nyeri tekan, pekak, suara vesikuler. Paru-paru : dada

simestris, tidak ada benjolan, Taktil fremitus normal, suara

normal, tidak ada suara tamabahan seperti wheezing.

Abdomen : simetris, tidak ada bekas luka, suara vaskuler,

bising usus normal, suara timpani, tidak ada benjolan.

Genetalia : Bersih, tidak ada luka dan infeksi, tidak

terpasang kateter. Kuku normal, kulit bersih, turgor kulit

baik, tidak ada edema, capilarry refill < 2 detik, mobilitas

gerak normal, tidak ada infeksi pada tusukan infus.

Hemoglobin 12,6 g/dL, leukosit 1,54 ribu/µL, trombosit 87

ribu/µL, hematrokit 37,8 %.

h. Analisis data

1) Pasien I

Pada tanggal 22 maret 2023 hasil analisa data yang

didapatkan dari pengkajian pada An.A diperoleh hasil data

subyektif ibu pasien mengatakan An.A masih merasakan

demam,lemah dan pusing. Data objektif tubuh pasien teraba

panas dengan S : 38,70C dan merasa lemas. Dari data tersebut

didapatkan diagnosa Hipertermi b.d proses penyakit demam


27

Pengkajian pada An.A diperoleh hasil data subjektif ibu

pasien mengatakan lemas dan gemetar jika jalan, pasien

mengatakan pusing dan badan terasa panas. Data objektif KU:

lemah, kesadaran : compos mentis, pasien tampak lemah dan

lemas, pasien tampak pucat, TD : 102/70 mmHg, N : 100

x/menit, RR : 60 x/menit, T : 38,7°C, SPO2 : 100%, pasien

tampak terbaring ditempat tidur pasien dari data tersebut

didapatkan diagnosa Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d

tubuh terasa lemas.

Pengkajian pada An. A diperoleh hasil data subjektif ibu

pasien mengatakan anaknya mengeluh tidak nyaman, menangis

dan merasa lemas. Data objektif paien tampak menangis dan

eliminasi berubah lemah,lesu dan gelisah. Dari data tersebut

didapatkan diagnosa Gangguan rasa nyaman b.d gejala

penyakit.

2) Pasien II

Pada tanggal 25 maret 2023 hasil analisa data yang

didapatkan dari pengkajian pada An.Q diperoleh hasil data

subyektif ibu pasien mengatakan An.Q masih merasakan

demam, disertai pusing. Data objektif tubuh pasien teraba

panas dengan S : 390C dan merasa lemas. Dari data tersebut

didapatkan diagnosa Hipertermi b.d proses penyakit

demam.
28

Pengkajian pada An.Q diperoleh hasil data subjektif Ibu

pasien mengatakan bahwa pasien makan 3xsehari sebelum

masuk rumah sakit, namun setelah masuk rumah sakit

pasien menjadi enggan untuk makan . Data objektif KU:

lemah, kesadaran : compos mentis, pasien tampak lemah

dan lemas, pasien tampak pucat, TB 120 cm BB 43Kg dari

data tersebut didapatkan diagnosa Resiko defisit nutrisi b.d

keengganan untuk makan.

Pengkajian pada An. Q diperoleh hasil data subjektif

ibu pasien mengatakan anaknya mengeluh tidak nyaman,

menangis dan merasa lemas. Data objektif paien tampak

menangis dan eliminasi berubah lemah,lesu dan gelisah.

Dari data tersebut didapatkan diagnosa Gangguan rasa

nyaman b.d gejala penyakit.

i. Diagnosis keperawatan

1) Pasien I dan pasien II

a. Hipertermia b.d proses penyakit

b. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d merasa

lemah
29

j. Intervensi keperawatan

1) Pasien I dan pasien II

a. Hipertermia b.d proses penyakit

Intervensi yang akan saya lakukan yaitu

observasi: Identifikasi penyebab hipertermia, monitor

suhu tubuh, monitor kadar elektrolit, monitor haluaran

urine, monitor komplikasi akibat hipertermia.

Terapeutik : Sediakan lingkungan yang dingin ,

longgarkan atau lepaskan pakaian, basahi dan kipasi

permukaan tubuh. Edukasi :Anjurkan tirah baring.

Kolaborasi :kolaborasi pemberian cairan da elektrolit

itravea jika perlu.

b. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d merasa lemah

Intervensi yang akan saya lakukan yaitu

observasi : Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang

mengakibatkan kelelahan, monitor kelelahan fisik dan

emosional, monitor pola tidur dan jam tidur, monitor

lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan

aktivitas. Terapeutik : Sediakan lingkungan nyaman dan

rendah stimulus (mis. Cahaya,suara,kunjungan).

Edukasi : Anjurkan tirahbaring, anjurkan melalkukan

aktivitas secara bertahap. Kolaborasi : kolaborasi


30

dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan

makanan.

k. Implementasi keperawatan

1. Hari pertama

a. Pasien I

Pada hari pertama tanggal 22 Maret 2023 pukul

10:00 WIB penulis melakukan implementasi dari

intervensi yang telah disusun dari hari pertama yaitu

Hipertermia b.d proses penyakit demam melakukan

pengkajian yaitu mengidentifikasi penyebab

hipertermia, memonitor suhu, memberikan iklim yang

sejuk, mengendurkan atau melepas pakaian, permukaan

tubuh basah dan kipas. menyarankan istirahat di tempat

tidur. mengajarkan teknik relaksasi otot autogenic atau

cara nonfarmakologi lainnya (kompres air hangat). Data

subjektif menunjukkan, ibu pasien mengatakan pasien

masih merasakan demam,pusing . pasien mengatakan

bersedia untuk dilakukan kompres air hangat untuk

menurunkan suhu tubuh. Data objektif menunjukkan

pasien tampak kurang tidur dan lemah, KU: lemah,

kesadaran : composmentis, pasien tampak lemah dan

pucat, TD : 102/70mmHg, N : 100 x/menit, RR : 60


31

x/menit, T : 38,7°C, SPO2 : 100%, pasien tampak

tenang Ketika dilakukan kompres hangat.

Pada hari pertama tanggal 22 Maret 2023 pukul

10:20 WIB sang pencipta melakukan syafaat yang telah

diatur sejak awal, untuk gerakan khusus pikiran sempit

b.d kekurangan d.d merasa rapuh. Mengarahkan

evaluasi, khususnya mengidentifikasi pekerjaan tubuh

penyandang cacat yang mengakibatkan kelelahan,

memeriksa kelelahan fisik dan mendalam, mengamati

pola istirahat, mengamati area dan tekanan selama

latihan, memberikan iklim. Data subjektif menunjukkan

Ibu pasien mengatakan anaknya pusing dan lemas jadi

tidak bisa beraktivitas berlebih. Dan pasien bersedia

untuk dilakukan tirah baring. Data objektif

menunjukkan pasien tampak lemas, KU : Lemah,

pasien tampak gelisah, pasien tampak antusias dan

mengikuti dengan baik, TD : 102/70 mmHg, N : 100

x/menit, RR : 60 x/menit, T : 38,7°C, SPO2 : 100%.

b. Pasien II

Pada hari pertama tanggal 25 Maret 2023 pukul

10:00 WIB penulis melakukan implementasi dari

intervensi yang telah disusun dari hari pertama yaitu

Hipertermia b.d proses penyakit melakukan pengkajian


32

yaitu mengidentifikasi penyebab hipertermia, , suhu

layar, berikan iklim sejuk , rileks atau lepas pakaian,

basahi dan permukaan tubuh kipas. menyarankan

istirahat di tempat tidur. mengajarkan teknik relaksasi

otot autogenic atau cara nonfarmakologi lainnya

(kompres air hangat). Data subjektif menunjukkan, ibu

pasien mengatakan pasien masih merasakan

demam,pusing mual dan Muntah pasien mengatakan

bersedia untuk dilakukan kompres air hangat untuk

menurunkan suhu tubuh. Data objektif menunjukkan

pasien tampak kurang tidur dan lemah, KU: lemah,

kesadaran : composmentis, pasien tampak lemah dan

pucat, TD : 115/65mmHg, N : 110 x/menit, RR : 62

x/menit, T : 39,0°C, SPO2 : 100%, pasien tampak

tenang Ketika dilakukan kompres hangat.

Pada hari pertama tanggal 25 Maret 2023 pukul

10:20 WIB penulis melakukan implementasi dari

intervensi yang telah disusun dari hari pertama yaitu

intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d merasa lemah.

Melakukan pengkajian yaitu Membedakan secara

material disfungsi yang mengakibatkan kelemahan

Mencegah kelelahan fisik dan kelelahan yang

mendalam Desain layar istirahat Area layar dan tekanan


33

selama latihan Memberikan iklim Data subjektif

menunjukkan Ibu pasien mengatakan anaknya pusing

dan lemas jadi tidak bisa beraktivitas berlebih. Dan

pasien bersedia untuk dilakukan tirah baring. Data

objektif menunjukkan pasien tampak lemas, KU :

Lemah, pasien tampak gelisah, pasien tampak antusias

dan mengikuti dengan baik, TD : 115/70 mmHg, N :

100 x/menit, RR : 62 x/menit, T : 39,0°C, SPO2 :

100%.

2. Hari kedua

a. Pasien I

Pada hari kedua tanggal 23 Maret 2023 pukul

10:00 WIB penulis melakukan implementasi dari

intervensi yang telah disusun dari hari pertama yaitu

Hipertermia b.d proses penyakit demam melakukan

pengkajian yaitu mengidentifikasi penyebab hipertrmia,

memberikan iklim yang sejuk, mengendurkan atau

melepas pakaian, permukaan tubuh basah dan kipas.

menyarankan istirahat di tempat tidur. mengajarkan

teknik relaksasi otot autogenic atau cara

nonfarmakologi lainnya (kompres air hangat). Data

subjektif menunjukkan, ibu pasien mengatakan pasien

masih merasakan demam,pusing mual dan untah


34

pasien mengatakan bersedia untuk dilakukan kompres

air hangat untuk menurunkan suhu tubuh. Data objektif

menunjukkan pasien tampak kurang tidur dan lemah,

KU: lemah, kesadaran : composmentis, pasien tampak

lemah dan pucat, TD : 110/600mmHg, N : 100 x/menit,

RR : 62 x/menit, T : 37,8°C, SPO2 : 100%, pasien

tampak tenang Ketika dilakukan kompres hangat.

Pada hari kedua tanggal 23 Maret 2023 pukul

10:20 WIB penulis melakukan implementasi dari

intervensi yang telah disusun dari hari pertama yaitu

intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d merasa lemah.

Melakukan pengkajian yaitu Membedakan secara

material disfungsi yang mengakibatkan kelemahan

Mencegah kelelahan fisik dan kelelahan yang

mendalam Desain layar istirahat Area layar dan tekanan

selama latihan Memberikan iklim Data subjektif

menunjukkan Ibu pasien mengatakan anaknya pusing

dan lemas jadi tidak bisa beraktivitas berlebih. Dan

pasien bersedia untuk dilakukan tirah baring. Data

objektif menunjukkan pasien tampak lemas, KU :

Lemah, pasien tampak gelisah, pasien tampak antusias

dan mengikuti dengan baik, TD : 110/60 mmHg, N :


35

100 x/menit, RR : 62 x/menit, T : 37,8°C, SPO2 :

100%.

b. Pasien II

Pada hari kedua tanggal 26 Maret 2023 pukul

10:00 WIB penulis melakukan implementasi dari

intervensi yang telah disusun dari hari pertama yaitu

Hipertermia b.d proses penyakit demam melakukan

pengkajian yaitu memberikan iklim yang sejuk,

mengendurkan atau melepas pakaian, permukaan tubuh

basah dan kipas. menyarankan istirahat di tempat tidur.

mengajarkan teknik relaksasi otot autogenic atau cara

nonfarmakologi lainnya (kompres air hangat). Data

subjektif menunjukkan, ibu pasien mengatakan pasien

masih merasakan demam,pusing mual dan Muntah

pasien mengatakan bersedia untuk dilakukan kompres

air hangat untuk menurunkan suhu tubuh. Data objektif

menunjukkan pasien tampak kurang tidur dan lemah,

KU: lemah, kesadaran : composmentis, pasien tampak

lemah dan pucat, TD : 110/60mmHg, N : 100 x/menit,

RR : 60 x/menit, T : 38,5°C, SPO2 : 100%, pasien

tampak tenang Ketika dilakukan kompres hangat.

Pada hari kedua tanggal 26 Maret 2023 pukul

10:20 WIB penulis melakukan implementasi dari


36

intervensi yang telah disusun dari hari pertama yaitu

intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d merasa lemah.

Melakukan pengkajian yaitu Bedakan secara material

disfungsi yang mengakibatkan kelemahan Singkirkan

kelelahan fisik dan berat Singkirkan pola istirahat

Singkirkan area dan tekanan selama latihan Berikan

iklim Data subjektif menunjukkan Ibu pasien

mengatakan anaknya pusing dan lemas jadi tidak bisa

beraktivitas berlebih. Dan pasien bersedia untuk

dilakukan tirah baring. Data objektif menunjukkan

pasien tampak lemas, KU : Lemah, pasien tampak

gelisah, pasien tampak antusias dan mengikuti dengan

baik, TD : 110/70 mmHg, N : 100 x/menit, RR : 60

x/menit, T : 38,5°C, SPO2 : 100%.

3. Hari ketiga

a. Pasien I

Pada hari ketiga tanggal 24 Maret 2023 pukul

10:00 WIB penulis melakukan implementasi dari

intervensi yang telah disusun dari hari pertama yaitu

Hipertermia b.d proses penyakit demam melakukan

pengkajian yaitu memberikan iklim yang sejuk,

mengendurkan atau melepas pakaian, permukaan tubuh

basah dan kipas. menyarankan istirahat di tempat tidur.


37

mengajarkan teknik relaksasi otot autogenic atau cara

nonfarmakologi lainnya (kompres air hangat). Data

subjektif menunjukkan, . Data objektif menunjukkan

pasien tampak kurang tidur dan lemah, KU: lemah,

kesadaran : composmentis, pasien tampak lemah dan

pucat, TD : 113/62mmHg, N : 100 x/menit, RR : 63

x/menit, T : 37,3°C, SPO2 : 100%,.

Pada hari ketiga tanggal 24 Maret 2023 pukul

10:20 WIB penulis melakukan implementasi dari

intervensi yang telah disusun dari hari pertama yaitu

intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d merasa lemah.

Melakukan pengkajian yaitu Mengidentifikasi

gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan,

Memonitor kelelahan fisik dan dekat dengan rumah

Contoh memonitor istirahat dan jam tidur memonitor

lokasi dan ketidaknyamanan selama latihan Data

subjektif menunjukkan Ibu pasien mengatakan anaknya

sudah tidak pusing dan lemas berkurang .Dan pasien

bersedia untuk dilakukan tirah baring. Data objektif

menunjukkan pasien tampak lemas, KU : Lemah,

pasien tampak gelisah, pasien tampak antusias dan

mengikuti dengan baik, TD : 113/62 mmHg, N : 100

x/menit, RR : 63 x/menit, T : 37,3°C, SPO2 : 100%.


38

b. Pasien II

Pada hari ketiga tanggal 27 Maret 2023 pukul

10:00 WIB penulis melakukan implementasi dari

intervensi yang telah disusun dari hari pertama yaitu

Hipertermia b.d proses penyakit demam melakukan

pengkajian yaitu memberikan iklim yang sejuk,

mengendurkan atau melepas pakaian, permukaan tubuh

basah dan kipas. menyarankan istirahat di tempat tidur.

mengajarkan teknik relaksasi otot autogenic atau cara

nonfarmakologi lainnya (kompres air hangat). Data

subjektif menunjukkan, ibu pasien mengatakan pasien

masih merasakan demam,pusing mual dan Muntah

pasien mengatakan bersedia untuk dilakukan kompres

air hangat untuk menurunkan suhu tubuh. Data objektif

menunjukkan pasien tampak kurang tidur dan lemah,

KU: lemah, kesadaran : composmentis, pasien tampak

lemah dan pucat, TD : 115/60mmHg, N : 100 x/menit,

RR : 60 x/menit, T : 37,5°C, SPO2 : 100%, pasien

tampak tenang Ketika dilakukan kompres hangat.

Pada hari ketiga tanggal 27 Maret 2023 pukul

10:20 WIB penulis melakukan implementasi dari

intervensi yang telah disusun dari hari pertama yaitu

intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d merasa lemah.


39

Melakukan pengkajian yaitu Mengidentifikasi

gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan,

Memonitor kelelahan fisik dan berat Singkirkan desain

istirahat Memonitor area dan tekanan selama latihan

Berikan iklim Data subjektif menunjukkan Ibu pasien

mengatakan anaknya pusing dan lemas jadi tidak bisa

beraktivitas berlebih. Dan pasien bersedia untuk

dilakukan tirah baring. Data objektif menunjukkan

pasien tampak lemas, KU : Lemah, pasien tampak

gelisah, pasien tampak antusias dan mengikuti dengan

baik, TD : 115/60 mmHg, N : 100 x/menit, RR : 60

x/menit, T : 37,5°C, SPO2 : 100%.

2. Evaluasi

a. Hari pertama

1) Pasien I

Evaluasi pada hari pertama pada tanggal 22 maret 2023

evaluasi diagnosa pertama Hipertermia b.d proses penyakit . Data

subjektif menunjukkan, ibu pasien mengatakan suhu tubuh

anaknya masih panas, lemah dan pusing. Pasien mengatakan

bersedia dilakukan mompres hangat untuk menurunkan

hipertermina. Data objektif menunjukkan tubuh pasien teraba

panas dengan S: 38,7 oC, TD : 102x x/menit, N: 100 x/menit, RR:

60 x/menit, SPO2 : 100 %. Asessment dalam penilaian ini adalah


40

hipertermi belum teratasi. Planning dalam perencanaan lanjutan

intervensi : 1.) longgarkan atau lepaskan pakaian, 2.) sediakan

lingkungan yang dingin.

Evaluasi pada hari pertama pada tanggal 22 maret 2023

evaluasi diagnosa kedua intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d

merasa lemah. Data subjektif pasien mengatakan lemas untuk

melakukan aktivitas, Data objektif : pasien tampak lemah, pasien

tampak terbaring ditempat tidur pasien, TD : 102/70 mmHg, N :

100 x/menit, RR : 60 x/menit, T : 38,7°C, SPO2 : 100%.

Assesment dalam penilaian masalah teratasi sebagian, Planning

dalam perencanaan lanjutkan intervensi : 1) memonitor ttv, 2)

menyediakan lingkungan yang nyaman, 3) memfasilitasi duduk di

tempat tidur, 4) menganjurkan aktivitas secara bertahap.

2) Pasien II

Evaluasi pada hari pertama pada tanggal 25 maret 2023

evaluasi diagnosa pertama Hipertermia b.d proses penyakit . Data

subjektif menunjukkan, ibu pasien mengatakan suhu tubuh anaknya

masih panas,mual,muntah,lemah dan pusing. Pasien mengatakan

bersedia dilakukan mompres hangat untuk menurunkan

hipertermina. Data objektif menunjukkan tubuh pasien teraba panas

dengan S: 39,0oC, TD : 115/65 mmHg , N: 110 x/menit, RR: 62

x/menit, SPO2 : 100 %. Asessment dalam penilaian ini adalah

hipertermi belum teratasi. Planning dalam perencanaan lanjutan


41

intervensi : 1.) longgarkan atau lepaskan pakaian, 2.) sediakan

lingkungan yang dingin.

Evaluasi pada hari pertama pada tanggal 25 maret 2023

evaluasi diagnosa kedua intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d

merasa lemah. Data subjektif pasien mengatakan lemas untuk

melakukan aktivitas, Data objektif : pasien tampak lemah, pasien

tampak terbaring ditempat tidur pasien, TD : 115/65 mmHg, N :

110 x/menit, RR : 62 x/menit, S : 39,0°C, SPO2 : 100%. Assesment

dalam penilaian masalah teratasi sebagian, Planning dalam

perencanaan lanjutkan intervensi : 1) memonitor ttv, 2)

menyediakan lingkungan yang nyaman, 3) memfasilitasi duduk di

tempat tidur, 4) menganjurkan aktivitas secara bertahap.

b. Hari kedua

1) Pasien I

Evaluasi pada hari kedua pada tanggal 23 maret 2023

evaluasi diagnosa pertama Hipertermia b.d proses penyakit . Data

subjektif menunjukkan ibu pasien mengatakan pasien masih

demam tapi sudah menurun panasnya, pasien juga masih pusing.

Data objektif menunjukkan Kulit masih teraba hangat, Pasien

tampak lemas dan pucat, Suhu tubuh di atas normal. S : 37,8 oC TD

: 110/60 mmHg,N: 100X/menit, RR: 62x/menit, SPO2: 100%.

Assesment dalam penilaian masalah hipertermia teratasi sebagian.

Planning dalam perencanaan lanjutkan intervensi : 1.) basahi dan


42

kipasi permukaan tubuh , 2.) Menganti linen setiap hari atau lebih

sering

Evaluasi pada hari kedua pada tanggal 23 maret 2023

evaluasi diagnosa kedua intoleransi aktifitas b.d kelemahan. Data

subjektif menunjukkan ibu pasien mengatakan pasien masih agak

merasa lemas,dan juga merasa pusing apabila banyak beraktivitas

tapi sudah agak mendingan, data objektif menunjukkan Pasien

masih agak sedikit lemas, S : 37,8 oC TD : 110/60 mmHg,N:

100X/menit, RR: 62x/menit, SPO2: 100%. Assassement dalam

penilaian masalah intoleransi aktifitas teratasi sebagian. Planning

dalam perencanaan lanjutan intervensi : 1.) Anjurkan untuk

melakukan latihan terus menerus 2.) Anjurkan untuk menghubungi

petugas medis jika gejala dan efek samping kelemahan tidak

berkurang

2) Pasien II

Evaluasi pada hari kedua pada tanggal 26 maret 2023

evaluasi diagnosa pertama Hipertermia b.d proses penyakit. Data

subjektif menunjukkan ibu pasien mengatakan pasien masih

demam tapi sudah menurun panasnya, pasien juga masih

pusing,mual dan muntah . Data objektif menunjukkan Kulit masih

teraba hangat, Pasien tampak lemas dan pucat, Suhu tubuh di atas

normal. S : 38,5oC TD : 110/60 mmHg,N: 100X/menit, RR:

60x/menit, SPO2: 100%. Assesment dalam penilaian masalah


43

hipertermia teratasi sebagian. Planning dalam perencanaan

lanjutkan intervensi : 1.) basahi dan kipasi permukaan tubuh , 2.)

Menganti linen setiap hari atau lebih sering

Evaluasi pada hari kedua pada tanggal 26 maret 2023

evaluasi diagnosa kedua intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d

merasa lemah. Data subjektif pasien mengatakan lemas untuk

melakukan aktivitas, Data objektif : pasien tampak lemah, pasien

tampak terbaring ditempat tidur pasien, TD : 110/60 mmHg, N :

100x/menit, RR : 60x/menit, S : 38,5°C, SPO2 : 100%. Assesment

dalam penilaian masalah teratasi sebagian, Planning dalam

perencanaan lanjutkan intervensi : 1) memonitor ttv, 2)

menyediakan lingkungan yang nyaman, 3) memfasilitasi duduk di

tempat tidur, 4) menganjurkan aktivitas secara bertahap.

c. hari ketiga

1) pasien I

Evaluasi pada hari ketiga pada tanggal 24 maret 2023

evaluasi diagnosa pertama Hipertermia b.d proses penyakit. Data

subjektif menunjukkan ibu pasien mengatakan pasien masih

demam tapi sudah menurun panasnya, pasien juga masih pusing.

Data objektif menunjukkan Kulit masih teraba hangat, Pasien

tampak lemas, Suhu tubuh di atas normal. S : 37,3 oC TD : 113/62

mmHg, N: 100X/menit, RR: 63x/menit, SPO2: 100%. Assesment

dalam penilaian masalah hipertermia teratasi sebagian. Planning


44

dalam perencanaan lanjutkan intervensi : 1.) basahi dan kipasi

permukaan tubuh , 2.) Menganti linen setiap hari atau lebih sering.

Evaluasi pada hari ketiga pada tanggal 24 maret 2023

evaluasi diagnosa kedua intoleransi aktifitas b.d kelemahan. Data

subjektif menunjukkan ibu pasien mengatakan pasien masih agak

merasa lemas,dan juga merasa pusing apabila banyak beraktivitas

tapi sudah agak mendingan, data objektif menunjukkan Pasien

masih agak sedikit lemas, S : 37,3 oC TD : 113/62 mmHg,N:

100X/menit, RR: 63x/menit, SPO2: 100%. Assassement dalam

penilaian masalah intoleransi aktifitas teratasi sebagian. Planning

dalam perencanaan lanjutan intervensi : 1.) Anjurkan untuk

melakukan latihan terus menerus 2.) Anjurkan untuk

menghubungi petugas medis jika gejala dan efek samping

kelemahan tidak berkurang

2) pasien II

Evaluasi pada hari ketiga pada tanggal 27 maret 2023

evaluasi diagnosa pertama Hipertermia b.d proses penyakit. Data

subjektif menunjukkan ibu pasien mengatakan pasien masih

demam tapi sudah menurun panasnya, pasien juga masih

pusing,mual. Data objektif menunjukkan Kulit masih teraba

hangat, Pasien tampak lemas dan pucat, Suhu tubuh di atas normal.

S : 38,5oC TD : 115/60 mmHg,N: 105 X/menit, RR: 60x/menit,

SPO2: 100%. Assesment dalam penilaian masalah hipertermia


45

teratasi sebagian. Planning dalam perencanaan lanjutkan

intervensi : 1.) basahi dan kipasi permukaan tubuh.

Evaluasi pada hari ketiga pada tanggal 27 maret 2023

evaluasi diagnosa kedua intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d

merasa lemah. Data subjektif pasien mengatakan lemas untuk

melakukan aktivitas, Data objektif : pasien tampak lemah, pasien

tampak terbaring ditempat tidur pasien, TD : 110/60 mmHg, N :

100x/menit, RR : 60x/menit, S : 38,5°C, SPO2 : 100%. Assesment

dalam penilaian masalah teratasi sebagian, Planning dalam

perencanaan lanjutkan intervensi : 1) memonitor ttv, 2)

menyediakan lingkungan yang nyaman, 3) memfasilitasi duduk di

tempat tidur, 4) menganjurkan aktivitas secara bertahap.


BAB IV

PEMBAHASAN

Pada Bab IV ini penulis membahas mengenai asuhan keperawatan pada

penderita Demam typhoid yang telah dilaksanakn sesuai dengan teori yang

didapat. Asuhan keperawatan pada An. A dan An. Q dikelola pada tanggal 22

Maret 2023 dan 25 maret 2023. Pengkajian, diagnosis,intervensi , implementasi,

dan evaluasi praktik keperawatan merupakan bagian dari asuhan keperawatan

penulis. Dari hasil yang diperoleh, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:.

A. Pembahasan proses asuhan keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah fase yang mendasari sistem keperawatan dan

merupakan kursus metodis pengumpulan informasi dari berbagai sumber

informasi untuk menilai dan membedakan status kesejahteraan klien.

Evaluasi adalah suatu siklus untuk mengumpulkan dan mengurai

informasi dalam memutuskan analisis keperawatan (Santa, 2019).

Dalam tahap pengkajian ini, penulis melaksanakan pengkajian

secara komprehensif kepada An.A dan An.Q ditanggal 22 maret 2023dan

25 maret 2023 dengan pertemuan langsung dan persepsi/persepsi kepada

kedua klien dan keluarga untuk membantu informasi yang dibutuhkan

dalam penilaian. Pencipta mengumpulkan informasi dengan cara bertemu

untuk mengumpulkan data serta protes atau kondisi medis yang dialami

oleh An. A dan An. Q dengan sengaja dan gigih. Dalam pertemuan ini

untuk memperoleh data kemudian, kemudian mengingatnya untuk

46
47

informasi emosional, terutama yang diperoleh dari klien dan keluarga

dan pencipta juga menyebutkan fakta-fakta yang dapat diamati secara

langsung, khususnya informasi yang benar memperhatikan kondisi An.

An dan An. Q keberatan dan indikasi efek samping yang dialami klien.

Dalam ulasan ini, informasi abstrak dan informasi objektif mengacu pada

norma analisis keperawatan Indonesia (SDKI), dengan tujuan agar

diperoleh data yang menyertai:

Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) Hipertermia terdiri

dari tanda dan efek samping yang signifikan serta tanda dan efek

samping minor. Tanda dan efek samping yang signifikan adalah tingkat

panas dalam lebih baik dari rata-rata (37,5o C) sedangkan tanda dan efek

samping minor adalah kulit kemerahan, kejang, takikardia, takipnea dan

kulit terasa hangat..

Saat peninjauan dilakukan, terlihat seperti di An. A dan An. Q

dengan demam tifoid, ada beberapa gejala dan efek samping yang mirip

dan tidak sama dengan gejala hipertermia. Tanda dan efek samping yang

serupa adalah tingkat panas internal klien di atas biasa pada An. A

dengan S : 38,7o C dan di An. Q S : 39.0OC kulit klien terasa hangat,

ringkih dan bermata merah. Sementara itu, gejala dan efek samping tidak

ditemukan pada kasus An. A dan An. Q dengan prinsipnya adalah klien

mengalami kejang dan takipnea.

Pada saat penilaian abstrak selesai, penulis mendapatkan data dari

wawancara dengan An. A dan An. Q dan keluarga mengungkapkannya di


48

luar kota 21 maret 2023 An.A di bawa ke rumah sakit karena demam

sudah 5 hari, mual, muntah, lemas dan pusing. Dan An.Q, ibu klien

mengatakan di bawa ke rumah sakit pada tanggal 22 maret 2023 karena

demam sudah 3 hari, lemas dan pusing.

Selama melakukan pengkajian terdapat beberapa unsur pendukung

dan faktor penghambat. Komponen pendukung meliputi klien dan

keluarga yang menunjukkan disposisi menyenangkan yang sangat

berguna sedangkan elemen penghambat adalah waktu yang terbatas

untuk evaluasi yang diberikan.

2. Diagnosis keperawatan

a. Hipertermia b.d proses penyakit

Menurut SDKI (2017) hiperterimia adalah peningkatan tingkat

panas internal di atas jangkauan khas tubuh. Beberapa indikasi efek

samping hipertermia mayor dan minor adalah tingkat panas internal di

atas kualitas biasa, kulit merah, sesak, takikardia, takipnea, dan kulit

terasa hangat.

Indikasi efek samping mayor dan minor yang diperoleh pencipta

sesuai dengan apa yang An . A dan An. Q, untuk lebih spesifiknya

adanya tingkat panas dalam di atas kualitas biasa, kulit merah,

takikardia, dan kulit terasa hangat. Menurut penciptanya, gejala dan

efek samping anak-anak yang mengalami hipertermia disebabkan oleh

peningkatan suhu internal di atas nilai normal, didukung oleh data

abstrak, yaitu Ny. An. A mengatakan anaknya demam selama 5 hari.


49

Dengan suhu informasi yang sebenarnya: 38.7oC kulit terasa hangat,

kulit merona. Juga, Ibu An. Q mengatakan anaknya demam selama 3

hari dengan keterangan yang benar suhu : 39.0oC, kulit terasa hangat,

kulit kemerahan.

Menurut penciptanya, faktor yang berhubungan dengan

hipertermia dapat disebabkan oleh kasus yang dialami oleh pasien,

yaitu memasuki siklus penyakit (misalnya infeksi, pertumbuhan

keganasan), infeksi yang disebabkan oleh bakteri Sallmonela typhi.

Demam, dan itu berarti tingkat panas dalam di atas batas normal

normal, dapat disebabkan oleh kejanggalan pada otak atau oleh zat

beracun yang memengaruhi fokus pedoman suhu, penyakit bakteri,

pertumbuhan otak, atau kekeringan. Faktor hipertermia terjadi karena

banyak protein, hasil pemecahan protein dan zat tertentu lainnya

seperti racun lipopolisakarida yang dikeluarkan oleh bakteri dapat

menyebabkan peningkatan set pengatur suhu pusat saraf dalam

ruangan.

b. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d merasa lemah

Menurut SDKI (2017) intoleransi aktivitas adalah kekurangan

energi untuk melakukan latihan sehari-hari untuk penentuan gerakan

pikiran sempit ada tanda-tanda abstrak utama dan efek samping

mencengkeram kelelahan dan peningkatan denyut nadi objektif yang

signifikan > 20% dari kondisi istirahat, dan ada indikasi emosional

ringan merasa lemah, merasa canggung setelah usaha. Selanjutnya,


50

indikasi signifikan target dari tekanan sirkulasi berubah 20% dari

kondisi istirahat, sianosis.

Pada pasien I yaitu An.A merasa pusing dan lemah diperoleh

dari ibu klien mengatakan anaknya pusing dan lemas jadi tidak bisa

beraktivitas berlebih. Dan pada pasien II yaitu An.Q juga merasakan

pusing,lemas dan menangis. Alasan penulis mengambil diagnosis

intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d merasa lemah dikarenakan

kedua pasien merasa lemah.

3. Intervensi keperawatan

Penulis menyusun intervensi keperawatan dari diagnosis pertama

yaitu hipertermi b.d proses penyakit. Dibuktikan dengan An.A dan An.Q

badannya terasa panas dengan suhu 38,7oc dan 39,0 oc. setelah dilakukan

tindakan keperawatan diharapkan suhu tubuh membaik, suhu kulit

membaik, kadar glukosa darah membaik, tekanan darah membaik (SLKI,

2017). Rencana keperawatan yang disusun oleh penulis untuk klien An.A

dan An. Q adalah dengan melakukan mananjemen hipertermia observasi

identifikasi penyebab hipertermi, monitor suhu tubuh, terapeutik

longgarkan atau lepaskan pakaian ( lakukan kompres air hangat), berikan

cairan oral, edukasi anjurkan tirah baring, kolaborasi kolaborasi

pemberian cairan dan elektrolit intravena (SIKI,2017)

Untuk diagnosis kedua yaitu intoleransi aktivitas berhubungan

dengan kelemahan ditandai dengan merasa lemah, penulis menyusun

intervensi keperawatan dengan dibuktikan An.A dan An. Q merasa


51

lemah, pusing. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapakan

frekuensi detak jantung akan meningkat, latihan punggung dalam

menyelesaikan hari akan meningkat, kekuatan area dada akan meningkat,

kekuatan tubuh bagian bawah akan meningkat, kelelahan akan

berkurang, sensasi kelemahan akan berkurang, tekanan peredaran darah

akan meningkat. (SLKI, 2017). Rencana keperawatan yang disusun untuk

klien An.A dan An.Q dengan melakukan mananjemen energi observasi

identifikasi masalah kemampuan tubuh yang menyebabkan kelelahan,

memonitor fisik dan kelemahan dekat dengan rumah, memonitor pola

tidur dan jam istirahat, terapeutik lakukan latihan rentang gerak pasuf

atau aktif, edukasi Anjurkan tirah baring (SIKI, 2017).

4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan yang diterapkan oleh penulis sudah

sesua dengan rencana keperawatan yang ditetapkan. Respon An.A dan

An, Q sangat kooperatif dan aktif saat bertanya tentag hal yang klien

tidak tahu. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit dapat

diatasi dengan pendinginan luar dengan memadatkan air hangat. Pencipta

mengoleskan kompres air hangat ke ketiak atau ketiak. Pemberian

kompres hangat pada daerah ketiak (ketiak) lebih efektif karena

disekitarnya terdapat banyak pembuluh darah besar dan banyak kelenjar

keringat apokrin yang memiliki banyak pembuluh darah sehingga akan

tumbuh ke daerah yang mengalami vasodilatasi yang akan dipercepat.

perbaikan dari tubuh ke kulit hingga beberapa kali lipat.(Nelson, 2020).


52

Memberikan kompres hangat, tubuh akan melakukan gerakan ke

pusat saraf melalui garis tulang belakang dan akan memperkuat fokus

pedoman intensitas. Sistem efektor mengeluarkan tanda yang

menyebabkan vasodilatasi tepi, memungkinkan energi panas menyebar

melalui kulit (berkeringat).. Kemudian akan terjadi penurunan tingkat

panas dalam, sehingga normal untuk mengembalikan tingkat panas dalam

seseorang ke normal (Faridah & Soesanto, 2021).

Untuk diagnosis kedua intoleransi aktivitas berhubungan dengan

kelemahan ditandai dengan merasa lemah, penulis memberikan

implementasi keperawatan yang diterapkan oleh penulis untuk An.A dan

An.Q sudah sesuai dengan rencana keperawatan yang ditetapkan

implementasi antara lain menganjurkan tirah baring. penurunan perasaan

lemah diantaranya dapat dilakukan dengan istirahat yang cukup.

5. Evaluasi

Evaluasi dari diagnosis pertama hipertermia berhubunga dengan

siklus penyakit, khususnya setelah tindakan keperawatan telah selesai

didapatkan hasil evaluasi An.A dan An.Q mengatakan panasnya turun.

Sehubungan dengan kegiatan keperawatan yang telah diselesaikan

selama 3 hari oleh pencipta, ditemukan bahwa hipertermia An. A dan An.

Q dapat diselesaikan. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan suhu selama

periode siklus penyakit. Selama waktu yang dihabiskan untuk mengawasi

hipertermia di An. A dan An. Q kreator menemukan elemen pendukung

yang bekerja dengan dan mendukung kreator untuk mengatasi masalah


53

tersebut. Komponen pendukungnya dari orang-orang tersayang An. A

dan An. Q ikut kegiatan keperawatan, An. A dan An. Q perlu diberikan

aktivitas sesuai mediasi. Komponen represif dalam mengatasi masalah ini

adalah An. A tidak membutuhkan makanan dari klinik darurat, objek saat

intensitas meningkat, An. A sulit diajak bicara dan An. A bersikap dingin

di malam hari. Ini karena iklim yang asing dan adanya berbagai

kecenderungan. Pilihan jawaban untuk soal tersebut adalah minum air

hangat sebelum makan dan merawat An. A, melamar ibu An. A untuk

menghangatkan dan memberikan penghiburan kepada pasien, dan

meresepkannya untuk orang yang dicintai An. A untuk memberikan

sapuan sambil mencengkeram dingin. Untuk faktor penghambat An.Q

rewel karena masih merasakan panas dan pusing

Setelah dilakukan implementasi keperawatan, evaluasi An.A dan

An.Q suhu menurun dari 38,7oc menjadi 37,3oc dan 39,0oc menjadi

37,5oc. walaupun mereka sama-sama diberikan kompres air hangat tetapi

suhu mereka berbeda hal ini dikarenakan banyak faktor yang

mempengaruhi yaitu umur, gizi (makanan dan miuman), aktivitas dan

latihan, imunitas.

Untuk diagnosis kedua yaitu intoleransi aktivitas berhubungan

dengan kelemahan ditandai dengan merasa lemah, evaluasi An.A

mengatakan masih agak merasa lemas dan merasa merasakan pusing

apabila banyak melakukan aktivitas tapi sudah mendingan. Untuk An Q


54

mengatakan lemas untuk melakukan aktivitas di tandai dengan pasien

tampak berbaring ditempat tidur.


55

BAB V

PENUTUP

Pada bab ini, penulis akan menyimpulkan asuhan keperawatan dasar pasien demam

typhoid di ruang baitunnisa 1 RSI Sultan Agung Semarang yang sudah dikelola selama 3 hari

tanggal 22 maret sampai 24 Maret 2023pada An.A dan An.Q pada tanggal 25 maret sampai 27

maret 2023.

A. Kesimpulan

1. Data hasil pengkajian bahwa An.A dan An. Q merasakan demam dengan S: 38,7 OC dan

S : 39,0OC

2. Diagnosa keperawatan yang muncul An.A dan An. Q adalah hipertermi b.d proses

penyakit.

3. Intervensi yang dilaukan yang difokuskan pada hipertermia b.d proses penyakit adalah

kompres hangat.

4. Implementasi dilakukan dlakukan berdasarkan intervensi yang disusun difokuskan pada

kompres hangat untuk menurunkan suhu

5. Evaluasi Menunjukkan suhu turu setelah dilakukan kompres hangat klien I dari 38,7 OC

menjadi 37,3oC dank lien II dari 39,OC menjadi 37,5 OC

B. Saran

1. Bagi institusi pendidikan

Bagi institusi pendidikan menjadi sumber pembelajaran bagi siswa. Konsekuensi

laporan kasus asuhan keperawatan hipertermis berhubungan dengan proses penyakit

dapat digunakan untuk acuan penanganan hipertermia untuk KIA selanjutnya.


56

2. Bagi perawat

Diharapkan bagi profesi keperawatan dapat digunakan untuk menambah pengetahuan

tenaga kerja dalam meningkatkan pelayanan ketika memberikan asuhan keperawatan

terutama dalam pemberian terapi nonfarmakologi untuk mangatasi demam yaitu dengan

pemberian kompres hangat.

3. Bagi keluarga

Diharapkan mengompres dengan air hangat ini dapat diterapkan kepada masyarakat atau

keluarga khususnya pada klien dengan hipertermia karena teknik ini mudah dipahami

serta mudah dalam pengaplikasiannya

Anda mungkin juga menyukai