Anda di halaman 1dari 20

Makalah penyakit

“THYPOID FEVER”

Disusun Oleh

Siti Nurfadillah k

XII-Keperawatan
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-NYA
maka penulis dapat menyelsaikan penyusunan makalah yang berjudul “Thypus
Abdominalis”.

Dalam penulisan karya tulis mandiri ini penulis menyampaikan ucapan


terima kasih yang tidak terhinga kepeda pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan penuisan ini,

Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang


setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan dan dapat menjadikan
semua bantuan ini sebagai ibadah. Amiin Yaa Robbal ‘ Alamiin.

Bekasi, 21 Agustus 2019


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demam typhoid atau yang juga dikenali dengan nama lain yaitu, Typhus
abdominalis, Typhoid fever atau Enteric fever merupakan penyakit infeksi
akut yang biasanya mengenai saluran cerna, dengan gejala demam kurang
lebih 1 minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran.
Penyakit infeksi dari Salmonela ialah segolongan penyakit infeksiyang
disebabkan oleh sejumlah besar spesies yang tergolong dalam genus
Salmonella, biasanya mengenai saluran pencernaan.(Hasan & Alatas, 1991,
dikutip Sodikin, 2011: hal.240).

Dari berbagai macam penyakit infeksi bakteri yang ada di belahan dunia ini,
demam typhoid menjadi masalah besar di Negara-negara
berkembang.Kebanyakan penyakit ini terjadi pada penduduk Asia Tenggara,
Afrika, dan Amerika latin.

Dampak yang akan terjadi pada pasien penderita typhoid yang tidak segera
ditangani mengakibatkan keadaan yang semakin memburuk, didalam usus
bisa terjadi pendarahan usus, perforasi dan peritonitis, diluar usus
mengakibatkan terjadinya lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakterimia),
yaitu meningitis, kolestisiasis, ensefelopati.

Peran perawat yang lebih optimal sangat diharapkan dalam menangani pasien
dengan masalah typhoid. Diantaranya peran perawat dari aspek prefentif
adalah pencegahan terjadinya thypoid atapun penularan penyaklit typhoid
dengan cara memelihara kebersihan perorangan, pemberia vaksin atau
imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut. Peran perawat dari
aspek kuratif adalah dengan cara memberikan perawatan secara maksimal
kepada pasien, menganjurkan kepada pasien atau keluarga yang menemani
untuk menjaga kebersihan, pemberian nutrisi yang sesuai dan adekuat,
menganjurkan istirahat total atau titah baring bila terjadi peningkatan suhu
tubuh, serta menempatkan pasien di ruangan khusus, atau isolasi. Peran
perawat ditinjau dari aspek promotif yaitu dengan memberikan pendidikan
kesehatan atau penjelasan tentang penyakit terhadap klien atau keluarga
tentang penyebab, gejala, perawtan, pengobatan serta pencegahanannya. Dari
aspek rehabilitatif peran perawat yaitu dengan pemulihan keadaan pasien
yang mengalami penyakit typhoid, seperti menjaga kebersihan makanan dan
minuman.

1.2 Tujuan Penulisan


 Untuk mengetahui defenisi dari thypoid abdomenalis/thypoid fever
 Untuk mengetahui tanda dan gejala dari thpoid abdomenalis khusus
nya pada anak dan orang dewasa
 Untuk mengetahui proses patofisiologi dari thypoid
 Menentukan tindakan perawat dan diagnosa perawat berhubungan
dengan keluhan dari pasien dengan thypoid abdomenalis

1.3 Sisematika Penulisan

BAB I : terdiri dari PENDAHULUAN dengan latar belakang,


tujuan penulisan dan metode penulisan

BAB II : terdiri dari ASPEK TEORITIS dengan defenisi,


epidemiologi, gejala klinis, Patofisiologi, pathway,
komplikasi, pencegahan, pemeriksaan laboratorium,
penatalaksanaan, Asuhan Keperawatan,

BAB III : terdiri dari PENUTUP dengan Kesimpulan dan Saran.


BAB II
ASPEK TEORITIS

2.1 Definisi

Typhus Abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh


kuman Salmonella typhosa, bercirikan lesi definitif di plak Peyer, kelenjar
mesenterika dan limpa, disertai oleh gejala demam yang berkepanjangan,
sakit kepala dan nyeri abdomen.

Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai


saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada
saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak
usia 12 – 13 tahun ( 70% - 80% ), pada usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan
diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-10% ).
(Mansjoer,Arif1999).
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu,
gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran (FKUI. 1999).

Penyebab penyakit ini adalah Salmonella Typhosa.Merupakan kuman basil


gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora.Inkubasi kuman
Salmonella ini dapat terjadi melalui makanan dan minuman yang terinfeksi
oleh bakteri Salmonella typhosa.Kuman ini masuk melalui mulut terus ke
lambung lalu ke usus halus.Di usus halus, bakteri ini memperbanyak diri lalu
dilepaskan ke dalam darah, akibatnya terjadi panas tinggi.Typus biasanya di
temukan pada anak berumur 1 tahun keatas.
2.2 Epidemiologi

Infeksi berasal dari penderita atau seorang yang secara klinik tampak sehat
tetapi yang mengandung kuman yang keluar bersama faccesnya atau bersama
kemih (carrier).Kuman-kuman ini mengkontaminasi makanan, minuman dan
tangan. Lalat merupakan penyebar kuman typhus terpenting, karena dari
tempat kotor ia dapat mengotori makanan.Masa inkubasi (masa sejak
terpapar oleh virus sampai timbulnya gejala pertama) berkisar antara 1-3
minggu (rata-rata 10-14 hari).

Penyakit typhus abdominallis sangat cepat penularanya yaitu melalui kontak


dengan seseorang yang menderita penyakit typhus, kurangnya kebersihan
pada minuman dan makanan, susu dan tempat susu yang kurang
kebersihannya menjadi tempat untuk pembiakan bakteri salmonella,
pembuangan kotoran yang tidak memenuhi syarat dan kondisi saniter yang
tidak sehat menjadi faktor terbesar dalam penyebaran penyakit typhus.

Faktor Risiko :

 Kebiasaan jajan di tempat-tempat yang tidak memenuhi syarat


kesehatan
 Lingkungan yang kotor
 Daya tahan tubuh yang rendah
2.3 Gejala Klinis

Gejala pada anak-anak lebih ringan daripada orang dewasa. Masa inkubasi
rata-rata 10 - 20 hari, yaitu :

1) Demam

Pada kasus yang khas ,demam 3 minggu remiten. Minggu pertama suhu
tubuh terus meningkat setiap hari dan menurun pada pagi hari.dan
meningkat lagi disore dan malam hari yang di ikuti perubahan kesadaran
berupa mengigau. Minggu kedua terus dalam keadaan demam minggu
ketiga suhu tubuh berangsur-angsur turun dan normal pada akhir minggu
ketiga.

2) Gangguan pada saluran pencernaan

Napas berbau, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kotor,tampak


berselaput putih susu,bagian tepinya merah terang, jarang disertai
tremor ,muntah, perut kembung, hati dan limpa membesar. Perut terasa
sakit, konstipasi ataupun diare.Hilangnya nafsu makan, sehingga
menyebabkan badan terasa lemas dan berat badan berkurang.

3) Gangguan kesadaran

Umumnya kesadaran menurun antara apatis sampai samnolen jarang


terjadi sopor atau koma atau gelisah.Dan tidak dapat berpikir secara jelas.

4) Gejala lainnya
Punggung dan anggota gerak mengalami keseleo, pada minggu pertama
demam, bradikardi (nadi cepat), epistaksis (mimisan).Otot terasa nyeri.
Sakit kepala yang hebat, menggigil dan keringat dingin. - Timbul beberapa
bercak kecil berwarna merah dadu di daerah dada dan perut. Jika sudah
lanjut, mungkin muncul gejala kuning, sebab pada tipus organ hati bisa
membengkak seperti gejala hepatitis.Pada tipus limpa juga membengkak.

2.4 Patofisiologi
PATHWAY
Salmonella tyhpi masuk ke dalam saluran pencernaan melalui makanan dan
atau minuman yang tercemar. Sebagian kuman akan mati akibat barier asam
lambung, tapi sebagian lagi akan lolos ke dalam usus.

Sesampainya di usus, bakteri akan menembus masuk ke dinding usus halus


melalui kelenjar yang disebut plak Peyer dan menimbulkan peradangan di
sana.

Bakteri ini kemudian berkembang biak dalam makrofag plak peyer


tersebut.Lama-kelamaan plak Peyer yang membesar akan menekan dinding
usus sehingga terjadi nekrosis dan akhirnya pecah. Akibatnya kuman akan
tersebar melalui darah (septikemi) ke seluruh organ tubuh.

Kelainan yang timbul pada jaringan limfoid usus dapat dibagi atas beberapa
tingkat :

A. Tingkat I
 Waktu inkubasi
 Proloiferasi sel retikuloendotel yang mempunyai daya fagosit dan
membentuk sel-sel besar, mengandung satu inti yang jelas
(mononukleus) dan mempunyai sitoplasma yang berlebihan
berwarna merah (eosinofil). Dalam sitoplasma sel-sel ini terdapat
kuman atau sisa-sisa jaringan nekrotik dan eritrosit
(erythrophagocytosis). Sel-sel ini disebut pula sel typhus. Akibat
kerusakan pada susuan retikuloendotel sumsum tulang dan
tempat hemopoiesis, maka pembentukan lekosit berkurang.
 Pelebaran pembuluh darah (hiperemi) : lekosit jarang.1 minggu.
 Bercak-bercak peyer dan lymphonoduli akibat hiperemi dan
hiperplasi tampak membengkak dan menonjol di atas permukaan
selaput lendir. Lamanya

B. Tingkat II

Nekrosis daripada jaringan limfoid yang membengkak itu dan mengeras


seperti kerak dan disebut tingkat keropeng.

C. Tingkat III

Keropeng yang terdiri atas jaringan limfoid nekrotik dilepaskan, terjadilah


tukak (ulkus).Tukak itu bertempat pada bercak peyer dan berbentuk
lonjong dan memanjang menurut poros usus.Dasar tukak diliputi fibrin
yang mengandung lekosit dan jaringan nekrotik dan secara mikroskopik
tempat makrofag pada semua lapisan usus.

D. Tingkat IV

 Tingkat resolusi (pembersihan) atau penyembuhan, jika terjadi


perforasi.
 Tukak sembuh dengan regenerasi mukosa yang sempurna tanpa
parut dan tanpa stenosis.

2.5 Komplikasi

Komplikasi biasanya timbul pada minggu ke-3 atau ke-4 dan terjadi pada ±
25% kasus yang tidak mendapatkan pengobatan.Kematian sering mengikuti
komplikasi ini. Komplikasi tersebut antara lain :

 Gangguan metabolic
 Perdarahan saluran cerna
 Perforasi saluran cerna
 Peritonitis
 Hepatitis tifosa
 Pnemonia
 Ensefalopati tifosa
 Abses otak
 Meningitis
 Osteomielitis
 Endokarditis
 Abses pada berbagai organ
 Komplikasi yang paling sering terjadi dan berbahaya adalah perdarahan
dan perforasi saluran cerna. Turunnya suhu tubuh secara drastis sering
menjadi pertanda terjadinya komplikasi tersebut.
2.6 Pencegahan
1. Usaha terhadap lingkungan hidup :
 Penyediaan air minum yang memenuhi
 Pembuangan kotoran manusia (BAK dan BAB) yang hygiene
 Pemberantasan lalat.
 Pengawasan terhadap rumah-rumah dan penjual makanan.
2. Usaha terhadap manusia.
 Imunisasi
 Pendidikan kesehatan pada masyarakat : hygiene sanitasi
personal hygiene. (Mansjoer, Arif 1999).

2.7 Pemeriksaan Laboratorium


 Pembiakan kuman dari darah penderita. Pembiakan akan positif
selama minggu pertama penyakit, yaitu pada saat-saat
terjadinya bekteremi.
 Tes serologi Widal ialah percobaan terhadap antibodi, berupa
aglutinasi antigen-antibodi.
 Perhitungan lekosit merupakan cara penting bagi diagnosis
penyakit typhus, yaitu akan ditemukan lekopeni yang terutama
disebabkan menurunnya jumlah sel polinukleus dan sering
menghilangnya sel eosinofil.
 Pada minggu ke-3, kemih dapat mengandung kuman typhus.

2.8 Penatalaksanaan
 Isolasi penderita (untuk mencegah penularan)
 Tirah baring
 Diet bergizi tinggi dan mudah dicerna. Makanan sebaiknya tidak
banyak mengandung serat dan tidak merangsang (seperti pedas
dan asam)
 Masukan cairan harus cukup
 Kompres hangat bila terjadi panas tinggi
 Pembedahan kadang diperlukan bila penggunaan obat-obatan dan
dekompresi usus gagal mengatasi perdarahan saluran cerna yang
berat. Tindakan tersebut juga dibutuhkan bila terjadi perforasi
usus.

Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a) Biodata
Biodata klien, terdiri dari nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis
kelamin, tanggal MRS, tanggal di kaji, No. CM No. Registrasi. Di sini
termasuk juga identitas lengkap dari penanggung jawab klien.
b) Riwayat Kesehatan
 Riwayatt kesehatan klien sekarang
Alasan masuk rumah sakit/keluhan utama yang dirasakan, riwayat
keluhan lain yang menyertai, diagnosa medik
 Riwayat kesehatan masa lalu
Prosedur operasi yang pernah di lakukan, atau perawatan rumah sakit
lainnya yang pernah di terima
 Riwayat kesehatan keluarga
- Genogram 3 generasi
- Identitas berbagai penyakit keturunan
 Riwayat tumbuh kembang
- Cross motor (motorik kasar)
- Fire motor (motorik halus)
- Language (bahasa)
- Imunisasi

BCG, Polio 1,2,3,4, DPT 1,2,3, Campak, hepatitis

 Pola kegiatan sehari-hari


Apakah terjadi perubahan dalam pola kegiatan sehari-hari yakni : pola
nutrisi, pola istirahat, dan tiudur juga termasuk dalam personal hygiene
individu.

2. Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi : tingkat kesadaran, keadaan umum seperti keringat banyak,
demam, mual, muntah, lidah kotor, gangguan eliminasi
(diare/obstipasi)
 Palpasi : untuk mengetahui peningkatan suhu tubuh, turgor kulit dan
meraba apakah ada pembesaran hati dan limpa
 Perkusi : untuk meendnegarkan peristaltik usus pada abdomen
 Auskultasi : untuk mengetahui adanya bunyi timpani apabila terdapat
kembung (distensi) pada abdomen
3. Diagnosa keperawanan
a. Hipertermi b/d gangguan hipotalamus oleh pirogen endogen
b. Resiko tinggi kekurangan cairang tubuh b/d muntah dan diare
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d muntah dan diare

4. Perencanaan Keperawatan
d. dx. 1 : Hipertermi b/d gangguan hipotalamus oleh pirogen endogen

tujuan dan K.H : Suhu tubuh akan kembali normal, keamanan dan
kenyaman pasien dipertahankan selama pengalaman demam dengan
kriteria suhu antara 366-373 0C, RR dan Nadi dalam batas normal,
pakaian dan tempat tidru pasien kering,

intervensi :

- Monitor tanda-tanda infeksidan TTV tiap 2 jam

R/ : Deteksi resiko peningkatan suhu tubuh yang ekstrem, pola


yang dihubungkan dengan patogen tertentu, menurun
idhubungkan denga resolusi infeksi
- Kompres dingin pada daerah yang tinggi aliran darahnya
R/ : Memfasilitasi kehilangan panas lewat konveksi dan konduksi

- Berikan suhu lingkungan yang nyaman bagi pasien

R/ : Kehilangan panas tubuh melalui konveksi dan evaporasi


- Kenakan pakaian tipis pada pasien.

R/ : Kehilangan panas tubuh melalui konveksi dan evaporasi

Dx 2 : Resiko tinggi kekurangan cairang tubuh b/d muntah dan diare

Tujuan & K.H : Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan dengan


kriteria turgor kulit normal, membran mukosa lembab, urine output normal,
kadar darah sodium, kalium, magnesium dna kalsium dalam batas normal.

Intervensi :

- Kaji tanda-tanda dehidrasi, Berikan minuman per oral sesuai


toleransi
R/ : Intervensi lebih dini untukMempertahankan intake yang adekuat

- Ukur semua cairan output (muntah, diare, urine. Ukur semua intake
cairan.
R/ : mengontroll intake dan output cairan

Dx. 3 : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat
dan muntah dan diare

Tujuan & K.H : status nutrisi intake makanan dan cairan adekuat. Ditandai
dengan peningkatan BB sesuai dengan tinggi ideal

Intervensi :

- kaji pola nutrisi klien dan status makanan


R/ : mengetahui pola makan, kebiasaan makan, dan keteraturan
waktu makan

- kaji makan yang disukai dan tidak di sukai


R/ : meningkatkan status makanan yang disukai dan menghindari
makanan yang tidak di sukai
- Anjurkan tirah baring/pembatasan aktivitas selama fase akut
R/ : penghematan tenaga, mengurangi kerja tubuh

- Timbang berat badan tiap hari


R/ : mengetahui adanya penurunan atau kenaikan berat badan

- Anjurkan klien makan sedikit demi sedikit tapi sering


R/ : mengurangi kerja usus, menghindari kebosanan makanan
DAFTAR PUSTAKA

Suzzane C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah


Vol.1.Jakarta : EGC.
Soepaman, Sarwono Waspadji. 2001. Ilmu Penyakit dalam Jilid II Edisi
3.Jakarta : Balai Penerbit FKUI
http://www.mediastore.co.id/kesehatan/news/0602/08/095423.htm
http://www.infokesehatan.co.id

http://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com/2008/07/typhoid-
abdominalis.html

Mansjoer, Arif 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Media Aesculapis,


Jakarta.
Rahmad Juwono, 1996, Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3, FKUI, Jakarta.
Sjaifoellah Noer, 1998, Standar Perawatan Pasien, Monica Ester, Jakarta.

Lab/UPF Ilmu Kesehatan Anak, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi,


RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai