“THYPOID FEVER”
Disusun Oleh
Siti Nurfadillah k
XII-Keperawatan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-NYA
maka penulis dapat menyelsaikan penyusunan makalah yang berjudul “Thypus
Abdominalis”.
Dari berbagai macam penyakit infeksi bakteri yang ada di belahan dunia ini,
demam typhoid menjadi masalah besar di Negara-negara
berkembang.Kebanyakan penyakit ini terjadi pada penduduk Asia Tenggara,
Afrika, dan Amerika latin.
Dampak yang akan terjadi pada pasien penderita typhoid yang tidak segera
ditangani mengakibatkan keadaan yang semakin memburuk, didalam usus
bisa terjadi pendarahan usus, perforasi dan peritonitis, diluar usus
mengakibatkan terjadinya lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakterimia),
yaitu meningitis, kolestisiasis, ensefelopati.
Peran perawat yang lebih optimal sangat diharapkan dalam menangani pasien
dengan masalah typhoid. Diantaranya peran perawat dari aspek prefentif
adalah pencegahan terjadinya thypoid atapun penularan penyaklit typhoid
dengan cara memelihara kebersihan perorangan, pemberia vaksin atau
imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut. Peran perawat dari
aspek kuratif adalah dengan cara memberikan perawatan secara maksimal
kepada pasien, menganjurkan kepada pasien atau keluarga yang menemani
untuk menjaga kebersihan, pemberian nutrisi yang sesuai dan adekuat,
menganjurkan istirahat total atau titah baring bila terjadi peningkatan suhu
tubuh, serta menempatkan pasien di ruangan khusus, atau isolasi. Peran
perawat ditinjau dari aspek promotif yaitu dengan memberikan pendidikan
kesehatan atau penjelasan tentang penyakit terhadap klien atau keluarga
tentang penyebab, gejala, perawtan, pengobatan serta pencegahanannya. Dari
aspek rehabilitatif peran perawat yaitu dengan pemulihan keadaan pasien
yang mengalami penyakit typhoid, seperti menjaga kebersihan makanan dan
minuman.
2.1 Definisi
Infeksi berasal dari penderita atau seorang yang secara klinik tampak sehat
tetapi yang mengandung kuman yang keluar bersama faccesnya atau bersama
kemih (carrier).Kuman-kuman ini mengkontaminasi makanan, minuman dan
tangan. Lalat merupakan penyebar kuman typhus terpenting, karena dari
tempat kotor ia dapat mengotori makanan.Masa inkubasi (masa sejak
terpapar oleh virus sampai timbulnya gejala pertama) berkisar antara 1-3
minggu (rata-rata 10-14 hari).
Faktor Risiko :
Gejala pada anak-anak lebih ringan daripada orang dewasa. Masa inkubasi
rata-rata 10 - 20 hari, yaitu :
1) Demam
Pada kasus yang khas ,demam 3 minggu remiten. Minggu pertama suhu
tubuh terus meningkat setiap hari dan menurun pada pagi hari.dan
meningkat lagi disore dan malam hari yang di ikuti perubahan kesadaran
berupa mengigau. Minggu kedua terus dalam keadaan demam minggu
ketiga suhu tubuh berangsur-angsur turun dan normal pada akhir minggu
ketiga.
3) Gangguan kesadaran
4) Gejala lainnya
Punggung dan anggota gerak mengalami keseleo, pada minggu pertama
demam, bradikardi (nadi cepat), epistaksis (mimisan).Otot terasa nyeri.
Sakit kepala yang hebat, menggigil dan keringat dingin. - Timbul beberapa
bercak kecil berwarna merah dadu di daerah dada dan perut. Jika sudah
lanjut, mungkin muncul gejala kuning, sebab pada tipus organ hati bisa
membengkak seperti gejala hepatitis.Pada tipus limpa juga membengkak.
2.4 Patofisiologi
PATHWAY
Salmonella tyhpi masuk ke dalam saluran pencernaan melalui makanan dan
atau minuman yang tercemar. Sebagian kuman akan mati akibat barier asam
lambung, tapi sebagian lagi akan lolos ke dalam usus.
Kelainan yang timbul pada jaringan limfoid usus dapat dibagi atas beberapa
tingkat :
A. Tingkat I
Waktu inkubasi
Proloiferasi sel retikuloendotel yang mempunyai daya fagosit dan
membentuk sel-sel besar, mengandung satu inti yang jelas
(mononukleus) dan mempunyai sitoplasma yang berlebihan
berwarna merah (eosinofil). Dalam sitoplasma sel-sel ini terdapat
kuman atau sisa-sisa jaringan nekrotik dan eritrosit
(erythrophagocytosis). Sel-sel ini disebut pula sel typhus. Akibat
kerusakan pada susuan retikuloendotel sumsum tulang dan
tempat hemopoiesis, maka pembentukan lekosit berkurang.
Pelebaran pembuluh darah (hiperemi) : lekosit jarang.1 minggu.
Bercak-bercak peyer dan lymphonoduli akibat hiperemi dan
hiperplasi tampak membengkak dan menonjol di atas permukaan
selaput lendir. Lamanya
B. Tingkat II
C. Tingkat III
D. Tingkat IV
2.5 Komplikasi
Komplikasi biasanya timbul pada minggu ke-3 atau ke-4 dan terjadi pada ±
25% kasus yang tidak mendapatkan pengobatan.Kematian sering mengikuti
komplikasi ini. Komplikasi tersebut antara lain :
Gangguan metabolic
Perdarahan saluran cerna
Perforasi saluran cerna
Peritonitis
Hepatitis tifosa
Pnemonia
Ensefalopati tifosa
Abses otak
Meningitis
Osteomielitis
Endokarditis
Abses pada berbagai organ
Komplikasi yang paling sering terjadi dan berbahaya adalah perdarahan
dan perforasi saluran cerna. Turunnya suhu tubuh secara drastis sering
menjadi pertanda terjadinya komplikasi tersebut.
2.6 Pencegahan
1. Usaha terhadap lingkungan hidup :
Penyediaan air minum yang memenuhi
Pembuangan kotoran manusia (BAK dan BAB) yang hygiene
Pemberantasan lalat.
Pengawasan terhadap rumah-rumah dan penjual makanan.
2. Usaha terhadap manusia.
Imunisasi
Pendidikan kesehatan pada masyarakat : hygiene sanitasi
personal hygiene. (Mansjoer, Arif 1999).
2.8 Penatalaksanaan
Isolasi penderita (untuk mencegah penularan)
Tirah baring
Diet bergizi tinggi dan mudah dicerna. Makanan sebaiknya tidak
banyak mengandung serat dan tidak merangsang (seperti pedas
dan asam)
Masukan cairan harus cukup
Kompres hangat bila terjadi panas tinggi
Pembedahan kadang diperlukan bila penggunaan obat-obatan dan
dekompresi usus gagal mengatasi perdarahan saluran cerna yang
berat. Tindakan tersebut juga dibutuhkan bila terjadi perforasi
usus.
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Biodata
Biodata klien, terdiri dari nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis
kelamin, tanggal MRS, tanggal di kaji, No. CM No. Registrasi. Di sini
termasuk juga identitas lengkap dari penanggung jawab klien.
b) Riwayat Kesehatan
Riwayatt kesehatan klien sekarang
Alasan masuk rumah sakit/keluhan utama yang dirasakan, riwayat
keluhan lain yang menyertai, diagnosa medik
Riwayat kesehatan masa lalu
Prosedur operasi yang pernah di lakukan, atau perawatan rumah sakit
lainnya yang pernah di terima
Riwayat kesehatan keluarga
- Genogram 3 generasi
- Identitas berbagai penyakit keturunan
Riwayat tumbuh kembang
- Cross motor (motorik kasar)
- Fire motor (motorik halus)
- Language (bahasa)
- Imunisasi
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : tingkat kesadaran, keadaan umum seperti keringat banyak,
demam, mual, muntah, lidah kotor, gangguan eliminasi
(diare/obstipasi)
Palpasi : untuk mengetahui peningkatan suhu tubuh, turgor kulit dan
meraba apakah ada pembesaran hati dan limpa
Perkusi : untuk meendnegarkan peristaltik usus pada abdomen
Auskultasi : untuk mengetahui adanya bunyi timpani apabila terdapat
kembung (distensi) pada abdomen
3. Diagnosa keperawanan
a. Hipertermi b/d gangguan hipotalamus oleh pirogen endogen
b. Resiko tinggi kekurangan cairang tubuh b/d muntah dan diare
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d muntah dan diare
4. Perencanaan Keperawatan
d. dx. 1 : Hipertermi b/d gangguan hipotalamus oleh pirogen endogen
tujuan dan K.H : Suhu tubuh akan kembali normal, keamanan dan
kenyaman pasien dipertahankan selama pengalaman demam dengan
kriteria suhu antara 366-373 0C, RR dan Nadi dalam batas normal,
pakaian dan tempat tidru pasien kering,
intervensi :
Intervensi :
- Ukur semua cairan output (muntah, diare, urine. Ukur semua intake
cairan.
R/ : mengontroll intake dan output cairan
Dx. 3 : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat
dan muntah dan diare
Tujuan & K.H : status nutrisi intake makanan dan cairan adekuat. Ditandai
dengan peningkatan BB sesuai dengan tinggi ideal
Intervensi :
http://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com/2008/07/typhoid-
abdominalis.html