thypi. Penyakit ini banyak ditemui di Indonesia. Penyakit tifoid memang erat
kaitannya dengan higienitas atau kebersihan. Bakteri penyebab tifoid senang
hidup di makanan kotor ataupun tanah sehingga bila seseorang mengonsumsi
makanan kotor dan saat daya tahan tubuhnya turun maka ia dapat terserang tifoid.
PENYEBAB
Penyebab penyakit ini ialah infeksi bakteri Salmonella typhi. Bakteri menular
melalui makanan yang terinfeksi atau mengandung kuman bakteri. Saat seseorang
mengonsumsi maknana tersebut dan daya tahan tubuhnya rendah, bakteri akan
menyerang usus orang tersebut. Selanjutnya, bakteri masuk ke dalam peredaran
darah dan terjadinya penyakit tifoid.
GEJALA
Gejala tifoid tidak khas. Sering kali gejala awal tifoid tampak seperti gejala flu
atau radang tenggorokan. Pada tahap lebih lanjut gejala tifoid juga sering kali
seperti demam berdarah. Gejala tifoid antara lain:
1.
Demam
suhu
di
atas
38
derajat Celsius
Demam pada tifoid cukup khas. Pada minggu pertama setelah seseorang terinfeksi
bakteri penyebab tifoid, orang tersebut akan mengalami demam ringan. Demam
semakin hari semakin meningkat. Demam tinggi akhirnya terjadi pada minggu ke
dua. Demam biasanya muncul pada waktu sore hari dimana pasien merasa
menggigil. Kaki dan tangan teraba dingin sedangkan badan teraba panas.
1
Bradikardia relatif yaitu jumlah nadi per menit yang tidak sesuai dengan kondisi
penderita. Normalnya, bila suhu badan meningkat maka kecepatan nadi akan
meningkat. Namun pada tifoid, kecepatan nadi tidak meningkat.
1. Lidah tifoid: lidah pada penderita tifoid cukup khas, yakni keputihan pada bagian
tengah lidah dan merah di bagian pinggir.
2. Keluhan pencernaan, seperti mual, sukar buang air besar, atau sebaliknya, buang
air besar encer.
3. Keluhan saluran pernapasan, seperti batuk, pilek.
4. Gejala lainnya, seperti mata merah, sakit kepala, sesak napas, pegal-pegal, nyeri
sendi, dan sebagainya.
PENGOBATAN
Karena penyebab demam tifoid adalah bakteri, obat demam tifoid ialah antibiotik.
Antibiotik yang digunakan antara lain ampicilin, kloramfenikol, ciprofloksasin,
kotrimoksasol, ceftriakson, dan sebagainya. Selain itu, penderita juga diberikan
obat untuk mengurangi gejala seperti obat penurun panas, obat mual, obat batuk.
Penderita juga dianjurkan untuk konsumsi makanan lembut.
BAB I
PENDAHULUAN
Lingkungan yang bersih adalah lingkungan yanhg sehat. Apabila lingkungan sehat
maka bakteri dan virus akan lebih sedikit berkembang biak disana. Begitupun
dengan bakterisalmonella typhi penyebab demam tifod akan lebih banyak terdapat
pada lingkungan yang kotor dan tingkat perilaku hidup bersih sehat sangat kurang
sehingga kuman tersebut akan banyak terdapat disana. Kurangnya menjaga
Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella Thypi.Kuman Salmonella Typi masuk tubuh manusia melalui
mulut dengan makanan dan air yang tercemar. Penularan salmonella thypi dapat
ditularkan
melalui
berbagai
cara,
yang
dikenal
dengan
5F
yaitu
dan
2. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mempelajari dan memahami konsep materi mengenai sistem
gastrointestinal dan gangguannya, khusunya mengenai demam tifoid.
1.3 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menyebutkan dan memahami definisi demam tifoid.
2. Mahasiswa mampu menyebutkan dan memahami etiologi demam tifoid.
3. Mahasiswa mampu menyebutkan dan memahami fatofisiologi demam
tifoid.
4. Mahasiswa mampu menyebutkan dan memahami manifestasi klinis
demam tifoid.
5. Mahasiswa mampu menyebutkan dan memahami komploikasi demam
tifoid.
6. Mahasiswa mampu menyebutkan dan memahami penatalaksaan demam
tifoid.
7. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah keperawatan yang muncul
pada klien yang menderita demam tifoid.
8. Mahasiswa mampu membuat rencana tindakan keperawatan kepada pasien
yang menderita demam tifoid.
9. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan
kasus.
10. Mampu menyebutkan dan memahami anatomi serta fisiologi sistem
gastrointestinal.
1.4 Manfaat
1. Keilmuan / Teori
Menambah ilmu pengetahuan terutama dalam keperawatan keluarga yang
berhubungan dengan penyakit demam tifoid.
2. Bagi Perawat / Mahasiswa
Sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan bagi mahasiswa kesehatan
khususnya mahasiswa ilmu keperawatan mnegenai demam tifoid.
3. Bagi Masyarakat / Keluarga
Bagi masyarakat dapat memberikan gambaran tanda-tanda dan gejala serta
penyebab penyakit demam tifoid di masyarakat sehingga dapat melakukan
pencegahan terhadap penyakit tersebut.
BAB II
ISI
1. 1.
Definisi
Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella Thypi(Arief Maeyer, 1999 ).
Tifoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik
yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan
terjadi secara oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer
Orief.M. 1999).
Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan
bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus,
pembentukan mikroabses dan ulserasi nodus peyer di distal ileum. (Soegeng
Soegijanto, 2002)
Anatomi dan Fisiologi Sistem Gastrointestinal
Susunan saluran pencernaan terdiri dari : Oris (mulut), faring (tekak), esofagus
(kerongkongan), ventrikulus (lambung), intestinum minor (usus halus),
intestinum mayor (usus besar ), rektum dan anus. Pada kasus demam
tifoid, salmonella typi berkembang biak di usus halus (intestinum minor).
Intestinum minor adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal
pada pilorus dan berakhir pada seikum, panjangnya 6 m, merupakan saluran
paling panjang tempat proses pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan yang
terdiri dari : lapisan usus halus, lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot
melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (muskulus longitudinal) dan
lapisan serosa (sebelah luar).
Usus halus terdiri dari duodenum (usus 12 jari), yeyenum dan ileum. Duodenum
disebut juga usus dua belas jari, panjangnya 25 cm, berbentuk sepatu kuda
melengkung ke kiri pada lengkungan ini terdapat pankreas. Dari bagian kanan
duodenum ini terdapat selaput lendir yang membukit yang disebut papila vateri.
Pada papila vateri ini bermuara saluran empedu (duktus koledikus) dan saluran
pankreas
(duktus
wirsung/duktus
pankreatikus).
Dinding
duodenum
ini
Yeyenum dan ileum mempunyai panjang sekitar 6 meter. Dua perlima bagian
atas adalah yeyenum dengan panjang 2 meter dari ileum dengan panjang 4 5
m. Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan
perantaraan
lipatan
peritonium
yang
berbentuk
kipas
dikenal
sebagai
mesenterium.
Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang arteri dan
vena mesenterika superior, pembuluh limfe dan saraf ke ruang antara 2 lapisan
peritonium yang membentuk mesenterium. Sambungan antara yeyenum dan ileum
tidak mempunyai batas yang tegas.
Ujung dibawah ileum berhubungan dengan seikum dengan perantaraan lubang
yang bernama orifisium ileoseikalis. Orifisium ini diperlukan oleh spinter
ileoseikalis dan pada bagian ini terdapat katup valvula seikalis atau valvula
baukhim yang berfungsi untuk mencegah cairan dalam asendens tidak masuk
kembali ke dalam ileum.
Didalam dinding mukosa terdapat berbagai ragam sel, termasuk banyak leukosit.
Disana-sini terdapat beberapa nodula jaringan limfe, yang disebut kelenjar soliter.
Di dalam ilium terdapat kelompok-kelompok nodula itu. Mereka membentuk
tumpukan kelenjar peyer dan dapat berisis 20 sampai 30 kelenjar soliter yang
panjangnya satu sentimeter sampai beberapa sentimeter. Kelenjar-kelenjar ini
mempunyai fungsi melindungi dan merupakan tempat peradangan pada demam
usus (tifoid). Sel-sel Peyers adalah sel-sel dari jaringan limfe dalam membran
mukosa. Sel tersebut lebih umum terdapat pada ileum daripada yeyenum. ( Evelyn
C. Pearce, 2000).
Absorbsi makanan yang sudah dicernakan seluruhnya berlangsung dalam usus
halus melalui dua saluran, yaitu pembuluh kapiler dalam darah dan saluran limfe
di sebelah dalam permukaan vili usus. Sebuah vili berisi lakteal, pembuluh darah
epitelium dan jaringan otot yang diikat bersama jaringan limfoid seluruhnya
diliputi membran dasar dan ditutupi oleh epitelium.
Karena vili keluar dari dinding usus maka bersentuhan dengan makanan cair dan
lemak yang di absorbsi ke dalam lakteal kemudian berjalan melalui pembuluh
limfe masuk ke dalam pembuluh kapiler darah di vili dan oleh vena porta dibawa
ke hati untuk mengalami beberapa perubahan. Fungsi usus halus :
1. Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui
kapiler-kapiler darah dan saluran saluran limfe.
2. Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
3. Karbohidrat diserap dalam betuk monosakarida.
Didalam usus halus terdapat kelenjar yang menghasilkan getah usus yang
menyempurnakan makanan. Enzim yang bekerja ialah :
1. Enterokinase, mengaktifkan enzim proteolitik.
2. Eripsin menyempurnakan pencernaan protein menjadi asam amino.
3. Laktase mengubah laktase menjadi monosakarida.
4. Maltosa mengubah maltosa menjadi monosakarida.
5. Sukrosa mengubah sukrosa menjadi monosakarida,
2.Etiologi
Penyebab demam tifoid dan demam paratifoid adalah S.typhi, S.paratyphi A,
S.paratyphi B danS.paratyphi C. (Arjatmo Tjokronegoro, 1997). Ada dua sumber
penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam tifoid dan pasien dengan
carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam tifoid dan masih terus
mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
typi
masuk
ke
aliran
darah
melalui ductus
thoracicus.
Kuman salmonella typi lain mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus.
Salmonella typi bersarang di plaque peyeri, limpa, hati dan bagian-bagian
lain sistem retikuloendotelial. Semula disangka demam dan gejala-gejala toksemia
pada demam tifoid disebabkan oleh endotoksemia. Tapi kemudian berdasarkan
penelitian ekperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan
penyebab utama demam dan gejala-gejala toksemia pada demam tifoid.
Endotoksin salmonella typi berperan pada patogenesis demam tifoid, karena
membantu terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan tempat salmonella
typi berkembang biak. Demam pada tifoid disebabkan karena salmonella typi dan
endotoksinnya merangsang sintesis dan penglepasan zat pirogen oleh zat leukosit
pada jaringan yang meradang.
dengan
5F
tangan/kuku), fomitus (muntah), fly (lalat), dan melalui feses. Feses dan muntah
pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang
lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan
hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat.
Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti
mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke
tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk kedalam
lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian
lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam
jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan
mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-selretikuloendotelial ini kemudian
melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman
selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan
oleh endotoksemia.Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan
bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid.
Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karenamembantu proses
inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypidan
endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada
jaringan yang meradang.
Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi
antara 3-60 hari) bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama masa
inkubasi penderita tetap dalamkeadaan asimtomatis. (Soegeng soegijanto, 2002).
Patway
4. Manifestasi Klinik
1. Masa tunas 10 20 hari yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui
makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari.
2. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal yaitu
perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak
bersemangat, nafsu makan kurang.
3. Demam. Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat
febris remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu
tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari
dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua
pasien terus berada dalam keadaan demam, pada minggu ketiga suhu
berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
4. Gangguan pada saluran pencernaan. Pada mulut terdapat nafas berbau
tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup
selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan.
5. Gangguan kesadaran, umumnya kesadaran pasien menurun walaupun
tidak dalam yaitu apatis sampai somnolen, jarang terjadi stupor atau koma
(kecuali penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan).
6. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola yaitu bintikbintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat
ditemukan pada minggu pertama demam.
5.Komplikasi
Komplikasi demam thypoid dibagi dalam :
1. a.
Komplikasi Intestinal
I.
Pendarahan usus
II.
Perforasi usus
III.
Ileus paralitik
1. b.
Komplikasi ektra-intestinal
2. Komplikasi
kardiovaskuler
darah
paru
hepair
dan
kandung
empedu
ginjal
7. Komplikasi
neuropsikiatrik
6. Test Diagnostik
a. Pemeriksaan darah
Salmonella typhosa dapat ditemukan dalam darah penderita pada minggu pertama
sakit, lebih sering ditemukan dalam urine dan feces dalam waktu yang lama.
Pemeriksaan widal
b.
7.
Penatalaksanaan Medik
a.
Perawatan
Isolasi pasien.
Desinfeksi pakaian.
b.
Diet
c.
Obat
Cloramphenicol
Kotrimaksasol
Dosis untuk anak : 8 20 mg/kg BB/hari dalam 2 dosis sampai 5 hari bebas
panas/minimal 10 hari.
B.
KONSEP KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a.
Pengumpulan data
1. Identitas klien
Meliputi nama,, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa,
agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan
diagnosa medik.
1. Keluhan utama
Keluhan utama demam tifoid adalah panas atau demam yang tidak turunturun, nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan
kesadaran.
b) Pola eliminasi
Eliminasi alvi. Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring
lama. Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna urine
menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan demam tifoid terjadi peningkatan suhu
tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dan merasa haus, sehingga dapat
meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.
7. Pemeriksaan fisik
a)
Keadaan umum
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat
38
b)
Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
c) Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan
gambaran seperti bronchitis.
d) Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah.
e) Sistem integumen
Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut agak
kusam
f) Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual,
muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak, peristaltik
usus meningkat.
g) Sistem muskuloskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
h) Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi
lunak serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung
serta pada auskultasi peristaltik usus meningkat.
2.
Diagnose keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai
oksigen dengan kebutuhan, dispnea.
Intervensi keperawatan
1. Kaji frekuensi, kedalaman, dan upaya pernapasan
R/: Pernapasan dangkal, cepat/dispnea sehubungan dengan peningkatan
kebutuhan oksigen
1. Kolaborasi
Berikan tambahan okseigen sesuai indikasi
R/: Perlu untuk mengatasi/mencegah hipoksia. Bila pernapasan/oksigenasi
tidak adekuat, ventilasi mekanik sesuai kebutuhan.
: 36,5-370 C
: 24-32x/i
Intervensi Keperawatan
1. Observasi tanda-tanda vital
R/: Tanda-tanda vital berubah sesuai tingkat perkembangan penyakit dan
menjadi indikator untuk melakukan intervensi selanjutnya
c.
nyeri hilang/berkurang
Kriteria hasil
: 80-100x/i
: 36,5-370C
: 24-32x/i
Intervensi keperawatan
1. Kaji tingkat nyeri, lokasi, sifat dan lamanya nyeri
dalam
Intervensi Keperawatan
1. Kaji pola tidur klien
R/: Mengetahui kebiasaan tidur klien, mengetahui gangguan yang dialami,
memudahkan intervensi selanjutnya
Intervensi Keperawatan
1. Kaji tanda dan gejala dehidrasi hypovolemik, riwayat muntah, kehausan
dan turgor kulit
R/: Hipotensi, takikardia, demam dapat menunjukkan respon
terhadap dan atau
cairan tubuh
Tujuan
Intervensi keperawatan
1. Kaji kemampuan makan klien
R/: Untuk mengetahui perubahan nutrisi klien dan sebagai indikator
intervensi selanjutnya
1. Kolaborasi
Berikan antiemetik, antasida sesuai indikasi
R/: Mengatasi mual/muntah, menurunkan asam lambung yang dapat memicu
mual/muntah
Konsistensi lunak
Intervensi Keperawatan
1. Kaji pola eliminasi klien
R/: Sebagai data dasar gangguan yang dialami, memudahkan intervensi
selanjutnya
h.
Perubahan
persepsi
sensori
berhubungan
dengan
penurunan
kesadaran
Tujuan
Intervensi Keperawatan
1. Kaji status neurologis
R/: Perubahan endotoksin bakteri dapat merubah elektrofisiologis otak
1. Kolaborasi
Kaji fungsi ginjal/elektrolit
R/: Ketidakseimbangan mempengaruhi fungsi otak dan memerlukan
perbaikan sebelum intervensi terapeutik dapat dimulai
mandiri
Intervensi Keperawatan
j.
baring
Tujuan
Kriteria hasil
Intervensi keperwatan :
1. Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melakukan kebutuhan
sehari-hari
R/: Membantu dalam mengantisipasi / merencanakan pemenuhan kebutuhan
secara individual
1. Anjurkan klien dan keluarga untuk tetap menjaga kebersihan gigi dan
mulut klien
R/: Kebersihan mulut dapat meningkatkan kenyamanan dan selera makan dan
kesehatan pencernaan.
1. Anjurkan orang tua klien untuk mengganti pakaian klien setiap hari
R/: Memberikan kenyamanan kepada klien
E.
Evaluasi
a.
b.
Bebas demam
c.
d.
dengan kriteria :
Mukosa lembab
e.
Konsistensi lunak
1. Gangguan personal hygiene teratasi ditandai dengan klien tampak rapi dan
tampak segar
DAFTAR PUSTAKA
Typhoid
Abdominalis, (online)
Abdominalis, (online)
Medika.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
I.3 Tujuan
Tujuan Umum :
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan demam thypiod.
Tujuan Khusus :
Untuk
patofisiologi,
mengidentifikasi
komplikasi,
pengertian,
penatalaksanaan,
etiologi,
dan
manifestasi
pemeriksaan
klinis,
penunjang
tentang thypoid.
I.4. Manfaat Penulisan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
II.1. Pengertian Thypoid
Thypoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
salmonella Thypi ( Arief Maeyer, 1999 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini
adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1996 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga
paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis (.Seoparman,
1996).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala
sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C.
penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).
Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut, Typhoid
adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A,
B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang
terkontaminasi.
II.2. Manifestasi Klinis
Masa tunas 7-14 (rata-rata 3 30) hari, selama inkubasi ditemukan gejala
prodromal (gejala awal tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas) :
Perasaan
tidak
enak
badan
Lesu
Nyeri
kepala
Pusing
Diare
Anoreksia
Batuk
gejala
klinis
yang
lain
1. Demam
Demam berlangsung 3 minggu
Minggu I : demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada
sore
dan
malam
hari nyeri
atau
kepala, pusing,nyeri
diare, perasaan
tidak
enak
diperut, batuk dan epistaksis, pada pemeriksaan fisik tidak hanya didapat
peningkatan suhu badan
Minggu II : Demam terus, Demam, Bradikardikardi relatif lidah thypoid (kotor
ditengah,
tepi
dan
ujung
merah
kesadaran
konstipasi,
diare
3. Gangguan Kesadaran
Kesadaran yaitu apatis somnole.
Gejala lain ROSEOLA (bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam
kapiler kulit) (Rahmad Juwono, 1996).
II.3. Etiologi
Penyakit tifus disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Typhosa, basil
gram negatif, berflagel (bergerak dengan bulu getar), anaerob, dan tidak
menghasilkan spora. Bakteri tersebut memasuki tubuh manusia melalui saluran
pencernaan dan manusia merupakan sumber utama infeksi yang mengeluarkan
mikroorganisme penyebab penyakit saat sedang sakit atau dalam pemulihan.
Kuman ini dapat hidup dengan baik sekali pada tubuh manusia maupun pada suhu
yang lebih rendah sedikit, namun mati pada suhu 70C maupun oleh antiseptik.
Demam tifoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Salmonella
typhi atau Salmonella paratyphi (Soedarto, 1996).Terdapat ratusan jenis bakteri
salmonella, tetapi hanya 4 jenis yang dapat menimbulkan tifus yaitu:
a.
Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar,
tidak berspora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu:
antigen
(somatic,
terdiri
darizat
komplekliopolisakarida) :merupakan
polisakarida yang sifatnya spesifik untuk grup Salmonella dan berada pada
permukaan organisme dan juga merupakan somatik antigen yang tidak menyebar
antigen H : terdapat pada flagella dan dan bersifat termolabil
antigen V1 (merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi
antigen O terhadap fagositosis) dan protein membrane hialin.
b.
Salmonella parathypi A
c.
salmonella parathypi B
d.
e.
Salmonella parathypi C
Faces dan Urin dari penderita thypus (Rahmad Juwono, 1996).
Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus
mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
II.4. Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus
(muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman
salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui
perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh
orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan
dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella
thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk
ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan
sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid.
Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran
darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial.
Pada akhir masa inkubasi (5-9 hari) kuman kembali masuk dalam darah
(bakteremi sekunder) dan menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam kelenjar
limfoid usus halus, menimbulkan tukak berbentuk lonjong di atas Plak Peyer.
Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Pada masa
bakteremi ini, kuman mengeluarkan endotoksin yang mempunyai peran
membantu proses peradangan lokal dimana kuman ini berkembang. Semula
disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh
endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa
endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid.
Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses
inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan
endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada
jaringan yang meradang.
II.5. Komplikasi
a. Komplikasi intestinal
1)
Perdarahan usus
2)
Perporasi usus
3)
Ilius paralitik
2.
3.
4.
5.
6.
7.
II.6. Pemeriksaan
penunjang
yang
terdiri
dari
a. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat
leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah
sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada
sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat
leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu
pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
b.
Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila
biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid.
Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
1.
Teknik
pemeriksaan
Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal
ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu
pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat
bakteremia berlangsung.
2.
3.
Vaksinasi
di
masa
lampau
Pengobatan
dengan
obat
anti
mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin
negatif.
d.
Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam
serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan.
Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah
dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk
menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita
typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau
aglutinin yaitu :
1.
2.
3.
Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai
kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya
untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.
Faktor faktor yang mempengaruhi uji widal :
a.
1.
2.
3.
typhoid
yang
tidak
dapat
menimbulkan
antibodi
seperti
Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan obat anti mikroba
dapat menghambat pembentukan antibodi.
5.
terjadinya
pembentukan
antibodi
karena
supresi
sistem
retikuloendotelial.
6.
Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan kotipa
atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O biasanya
menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin H menurun
perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab itu titer aglutinin H pada orang
yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai diagnostik.
7.
8.
penyepit,
sendok,
atau
garpu
bersih
untuk
mengambil
adalah
baik
sekiranya
orang
ramai
mengelak
daripada
masak,
kupas
Hindarkan makanan dan minuman yang beresiko (jajanan jalan). Ini mungkin
mengejutkan anda tetapi melihat apa yang anda makan dan minum terutama
saat dalam perjalanan adalah penting untuk kesehatan .Dengan menghindari
makanan beresiko juga mampu melindungi diri anda dari penyakit seperti
kolera/taun, disenteri dan hepatitis A.
b.
Dapatkan
Vaksin
S.Thypi
Jika anda menetap atau dalam perjalanan menuju ke negara yang biasa diserang
wabah demam, anda perlu mempertimbangkan pemberian vaksin demam. Temui
dokter jika ingin mengetahui lebih lanjut tentang pilihan vaksin anda.
Pada pria lebih banyak terpapar dengan kuman S. typhi dibandingkan
wanita karena aktivitas di luar rumah lebih banyak. Semua kelompok umur dapat
tertular
penyakit thypoid,
tetapi
yang
banyak
adalah
golongan
umur
dewasa. Angka kejadian demam thypoid tidak dipengaruhi musim, tetapi pada
daerah daerah yang terjadi endemik demam thypoid, angka kejadian meningkat
pada bulan bulan tertentu. Di Indonesia, angka kejadian demam thypoid
meningkat pada musim kemarau panjang atau awal musim hujan.
Hal ini banyak dihubungkan dengan meningkatnya populasi lalat pada
musim
tersebut
dan
penyediaan
air
bersih
yang
kurang
di
Indonesia.
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh
salmonella type A, B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan
minuman yang terkontaminasi. Etiologi demam thypoid adalah salmonella thypi.
Gejala- gejala yang timbul bervariasi. Penyakit dapat ditimbulkan dari berbagai
factor, dan dapat membahayakan kesehatan bahkan berakibat kematian. Untuk itu
menjaga kebersihan dirasa perlu demi menjaga kesehatan diri dan lingkungan,
agar terhindar dari penyakit yang membahayakan kesehatan kita.
HCL (asam lambung) dalam lambung berperan sebagai penghambat
masuknyaSalmonella spp dan lain-lain bakteri usus. Jika Salmonella spp masuk
bersama-samacairan, maka terjadi pengenceran HCL yang mengurangi daya
hambat terhadapmikroorganisme penyebab penyakit yang masuk. Daya hambat
HCL ini akan menurun pada waktu terjadi pengosongan lamung, sehingga
Salmonella spp dapat masuk ke dalamusus penderita dengan lebih senang.
Dalam makalah ini dapat disimpulkan, bahwa penyakit demam thypoid
merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi dalam masyarakat dan sampai
saat ini masih belum bisa ditangani dan dihentikan. Menjaga diri dan
lingkungan masing masing merupakan cara terbaik untuk mencegah penyakit
ini datang.
III.2. Saran
Demam thypoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada
iklim. Kebersihan perorangan yang buruk merupakan sumber dari penyakit ini
meskipun
lingkungan
hidup umumnya
adalah
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Demam thypoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemis di Asia,
Afrika, Amerika latin, Karibia, Oceania dan jarang terjadi di Amerika Serikat dan
Eropa. Menurut data WHO, terdapat 16 juta hingga 30 juta kasus thypoid di
seluruh dunia dan diperkirakan sekitar 500,000 orang meninggal setiap tahunnya
akibat penyakit ini. Asia menempati urutan tertinggi pada kasus thypoid ini, dan
terdapat 13 juta kasus dengan 400,000 kematian setiap tahunnya.
Kasus thypoid diderita oleh anak-anak sebesar 91% berusia 3-19 tahun
dengan angka kematian 20.000 per tahunnya. Di Indonesia, 14% demam enteris
disebabkan oleh Salmonella Parathypii A. Demam tifoid pada masyarakat dengan
standar hidup dan kebersihan rendah,cenderung meningkat dan terjadi secara
endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah
berhawa dingin. Penyakit ini banyak diderita oleh anak-anak, namun tidak
2.
Rumusan Masalah
a.
Apa konsep medik dan asuhan keperawatan pada penyakit demam thypoid ?
3.
Tujuan
a.
Tujuan umum :
Mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya Demam Thypiod serta
mengimplementasikan asuhan keperawatan demam thypoid di lapangan
b.
Tujuan khusus :
1)
4.
Manfaat Penulisan
a.
b.
BAB II
TINJAUAN TEORI
a.
sejumlah
kecil
enzim
yang
mencerna
protein,
gula
dan
lemak. Lapisan usus halus ; lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot
melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (M longitidinal) dan lapisan
serosa (sebelah luar). Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas
jari (duodenum), usus kosong(jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
1)
Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai
dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus
seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar
pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu
dari pankreas dan kantung
empedu.
dari bahasa
2)
3)
bagian
terakhir
dari usus
halus.
Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak
setelah duodenum dan jejunum,
memiliki pH antara
dan
dan
dilanjutkan
8
(netral
oleh usus
atau
buntu.
sedikit
Ileum
basa)
Absorbsi
Absorbsi makanan yang sudah dicerna seluruhnya berlangsung didalam usus
halus melalui 2 saliran yaitu pembuluh darah kapiler dalam darah dan saluran
limfe disebelah dalam permukaan vili usus. Sebuah vili berisi laktat, pembuluh
darah epithelium dan jaringan otot yang diikat bersama oleh jaringan limfoid
seluruhnya diliputi membran dasar dan ditutupi oleh epithelium.
Fungsi usus halus
-
Menerima zat-zat makanan yang sudah di cernah untuk di serap melalui kapiler
kapiler darah dan saluran saluran limfe.
- Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
- Karbohidrat dalam bentuk monosakarida.
Di dalam usus halus terdapat kelenjar yang menghasilkan getah usus yaitu :
a.
buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
Kolon transversum
b.
memicusistem
saraf yang
menimbulkan
keinginan
untuk
melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan
dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika
defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses
akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi
bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot
yang penting untuk menunda BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan
limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit)
dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh
otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
Fungsi usus besar adalah:
a)
b)
c)
Tempat feses
BAB III
PEMBAHASAN
I. KONSEP MEDIK
A.
DEFINISI
a.
Demam Tifoid (entric fever) adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh
Salmonella Enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Thypii, parathypii
A, B, C pada saluran pencernaan. (Suratum, 2010)
b.
penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna, dengan gejala
demam kurang lebih dari 1 minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan
kesadaran. Penyakit infeksi dari Salmonella (Salmonellosis) ialah segolongan
penyakit infeksi yang disebabkan oleh sejumlah besar spesies yang tergolong
dalam genus Salmonella, biasanya mengenai saluran pencernaan (Hasan dan
Atlas, 1991). Pertimbangkan demam tifoid pada anak yang demam dengan dan
memiliki salah satu tanda seperti diare (konstipasi), muntah, nyeri perut, dan sakit
kepala (batuk). Hal ini terutama bila demam telah berlangsung selama 7 hari atau
lebih dan penyakit lain sudah disisihkan (WHO,2005).
B.
ETIOLOGI
Bakteri Salmonella Typhi
Wujud dari bakteri tersebut adalah berupa basil gram negatif, bergerak
dengan rambut getar, tidak berspora, dan mempunyai tiga macam antigen yaitu
antigen O (somatik yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H
(flegella), dan antigen VI. Dalam serum penderita, terdapat zat (aglutinin)
terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerob dan
fakultatif anaerob pada suhu 15-41C (optimum 37C) dan pH pertumbuhan 6-8.
Faktor pencetus lainnya adalah lingkungan, sistem imun yang rendah, feses, urin,
makanan/minuman yang terkontaminasi, fomitus, etc.
C.
PATOFISIOLOGI
1. Kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan atau minuman yang tercemar
oleh Salmonella (biasanya >10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat
dimusnahkan oleh asam HCL lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus.
Jika respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang baik, maka basil
Salmonella akan menembus sel-sel epitel (sel M) dan selanjutnya menuju lamina
propia dan berkembang biak di jaringan limfoid plak peyeri di ileum distal dan
kelejar getah bening mesenterika.
2.
Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika mengalami
hiperplasia. Basil tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia) melalui ductus
thoracicus dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotalial tubuh, terutama hati,
sumsum tulang, dan limfa melalui sirkulasi portar dari usus.
3.
Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltrasi limfosit, zat plasma, dan sel
mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa(splenomegali).
Di organ ini, kuman S. Thypi berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi,
sehingga mengakibatkan bakterimia kedua yang disertai tanda dan gejala infeksi
sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler,
dan gangguan mental koagulasi).
4.
Pendarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak
peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses patologis ini
dapat berlangsung hinga ke lapisan otot, serosa usus, dan mengakibatkan perforasi
usus. Endotoksin basil menempel di reseptor sel endotel kapiler dan dapat
mengakibatkan komplikasi, seperti gangguan neuropsikiatrik kardiovaskuler,
pernapasan, dan gangguan organ lainnya. Pada minggu pertama timbulnya
penyakit, terjadi jyperplasia (pembesaran sel-sel) plak peyeri. Disusul kemudian,
terjadi nekrosis pada minggu kedua dan ulserasi plak peyeri pada minggu ketiga.
Selanjutnya, dalam minggu ke empat akan terjadi proses penyembuhan ulkus
dengan meninggalkan sikatriks (jaringan parut).
D.
MANIFESTASI KLINIK
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika
dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Masa
tunas tersingkat adalah empat hari, jika infeksi terjadi melalui makanan.
Sedangkan, masa tunas terlama berlangsung 30 hari, jika infeksi melalui
minuman. Selama masa inkubasi, mungkin ditemukan gejala prodomal, yaitu
perasaan tidak enak badan, nyeri kepala, lesu, pusing, dan tidak bersemangat,
yang kemudian disusul dengan gejala-gejala klinis seperti demam, gangguan pada
saluran pencernaan seperti napas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecahpecah, lidah putih kotor (coated tongue) ujung dan tepi kemerahan, perut
kembung, hati dan limpa membesar, disertai nyeri pada perabaan dan terjadi
gangguan kesadaran seperti apatis sampai somnolen.
E.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.
3.
leukopenia, etc
4.
leukosit
5.
Pemeriksaan feses : untuk melihat adanya lendir dan darah yang dicurigai akan
bahaya perdarahan usus dan perforasi
6.
7.
9.
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
F.
PENATALAKSANAAN
1.
Perawatan
a)
b)
c)
Posisi tubuh harus diubah setiap 2 jam sekali untuk mencegah dekubitus
2.
Diet
Dimasa lampau, penderita diberi makan diet yang terdiri dari bubur saring,
kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan
penderita. Beberapa peneliti menganjurkan makanan padat dini yang wajar sesuai
dengan keadaan penderita. Makanan disesuaikan baik kebutuhan kalori, protein,
elektrolit, vitamin maupun mineralnya serta diusahakan makan yang rendah/bebas
selulose, menghindari makanan yang iritatif. Pada penderita gangguan kesadaran
maka pemasukan makanan harus lebih di perhatikan.
3.
Obat-obatan
Ampisilin
b)
Amoxicillin
G.
KOMPLIKASI
1.
Perdarahan usus
2.
Miokarditis
3.
4.
Meningitis ensefalopati
5.
Bronkopneumonia
6.
Anemia
II. KONSEP KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1.
Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no. registrasi, status
perkawinan, agama, pekerjaan, TB, BB, dan tanggal masuk RS.
2.
Riwayat Keperawatan
a.
Keluhan utama
c.
d.
e.
3.
a.
pesepsi
dan
tatalaksana
kesehatan
b.
Pola
nutrisi
dan
metabolisme
Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit, lidah kotor, dan
rasa pahit waktu makan sehingga dapat mempengaruhi status nutrisi berubah.
c.
Pola
aktifitas
dan
latihan
Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik serta pasien
akan mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya.
d.
Pola
eliminasi
Kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi refensi bila dehidrasi karena panas
yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
e.
Pola
reproduksi
dan
sexual
Pada pola reproduksi dan sexual pada pasien yang telah atau sudah menikah akan
terjadi perubahan.
f.
Pola
persepsi
dan
pengetahuan
Pola
persepsi
dan
konsep
diri
Pemeriksaan Fisik
a.
Keadaan
umum
Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas, puccat, mual, perut
tidak enak, anorexia.
b.
Kepala
dan
leher
Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal, konjungtiva
anemia, mata cowong, muka tidak odema, pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi
dan ditengah merah, fungsi pendengran normal leher simetris, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.
c.
Dada
dan
abdomen
Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen ditemukan
nyeri tekan.
d.
Sistem
respirasi
Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat cuping
hidung.
e.
Sistem
kardiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang
meningkat akan tetapi bisa didapatkan tachiardi saat pasien mengalami
peningkatan suhu tubuh.
f.
Sistem
integumen
Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.
g.
Sistem
eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih pasien
bisa mengalami penurunan (kurang dari normal). N -1 cc/kg BB/jam.
h.
Sistem
muskuloskolesal
Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau tidak ada gangguan.
i.
Sistem
endokrin
Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar toroid dan tonsil.
j.
Sistem
persyarafan
Apakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam penderita
penyakit thypoid.
B.
Diagnosa Keperawatan
1.
Kriteria hasil : tanda-tanda vital dalam batas normal, turgor kulit kembali
membaik.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Anjurkan pasien untuk banyak minum (sirup, teh manis, atau apa yang disukai
anak).
g.
h.
2.
Perubahan nutrisi atau cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh b/d
mual muntah.
Tujuan : Pasien mampu mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil : Nafsu makan meningkat, Pasien mampu menghabiskan makanan
sesuai dengan porsi yang diberikan
a.
b.
Berikan makanan yang mengandung cukup cairan, rendah serat, tinggi protein,
dan tidak menimbulkan gas.
c.
Jika kesadaran klien masih membaik Berikan makanan lunak dengan lauk pauk
yang dicincang (hati dan daging), dan sayuran labu siam/wortel yang dimasak
lunak sekali. Boleh juga diberikan tahu, telur setengah matang atau matang yang
direbus. Susu diberikan 2 x 1 gelas/lebih, jika makanan tidak habis berikan susu
extra.
d.
Jika kesadaran klien menurun, berikan makanan cair per sonde dan berikan
kalori sesuai dengan kebutuhannya. Pemberiannya diatur setiap 3 jam termasuk
makanan ekstra seperti sari buah atau bubur kacang hijau yang dihaluskan. Jika
kesadaran membaik, makanan dialihkan secara bertahap dari cair ke lunak.
e.
Pasang infus dengan cairan glukosa dan NaCl jika kondisi pasien payah
(memburuk), seperti menderita delirium. Jika keadaan sudah tenang berikan
makanan per sonde, disamping infus masih diteruskan. Makanan per sonde
biasanya merupakan setengah dari jumlah kalori, sementara setengahnya lagi
masih perinfus. Secara bertahap dengan melihat kemajuan pasien, bentuk
makanan beralih ke makanan biasa.
f.
3.
a.
b.
1.)
2.)
3.)
Bantu pasien dalam melakukan aktivitas fisik , kognitif, social dan spiritual yang
spesifik.
4.)
5.)
6.)
Berikan aktivitas hiburan yang tepat contoh menonton tv, radio dan membaca.
7.)
Ajarkan keluarga atau orang terdekat pasien tentang tehnik perawatan diri.
8.)
Dapatkan bantuan dari keluarga dalam usaha mendukung dan mendorong pasien
dalam menyelesaikan aktivitas.
9.)
10.)
4.
a.
b.
c.
Berikan penyuluhan kepada orang tua tentang hah-hal sebagai berikut : pasien
tidak boleh tidur dengan anak-anak lain, pasien harus istirahat mutlak, pemberian
obat dan pengukuran suhu dilakukan seperti dirumah sakit, feses dan urin harus
dibuang kedalam lubang WC dan di siram air sebanyak-banyaknya.
5.
1)
dalam
R/: Tehnik nafas dalam dapat merelaksasi otot-otot sehingga mengurangi nyeri
2)
3)
6.
a.
b.
c.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti biotik sesuai indikasi.
d.
DISCHARGE PLANNING
1.
Penderita harus dapat diyakinkan cuci tangan dengan sabun setelah defekasi
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Demam tifoid adalah suatu infeksi akut pada usus kecil yang disebabkan
oleh bakteri Salmonella typhi. Di Indonesia penderita demam tifoid cukup banyak
diperkirakan 800/100.000 penduduk per tahun, tersebar dimana-mana, dan
ditemukan hamper sepanjang tahun.
Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling sering
pada anak besar, umur 5-9 tahun. Dengan keadaan seperti ini, adalah penting
melakukan pengenalan dini demam tifoid, yaitu adanya 3 komponen utama :
Demam yang berkepanjangan (lebih dari 7 hari), Gangguan susunan saraf pusat /
kesadaran.
B.
Saran
Dari uraian makalah yang telah disajikan maka kami dapat memberikan
saran untuk selalu menjaga kebersih lingkungan , makanan yang dikonsumsi
harus higiene dan perlunya penyuluhan kepada masyarakat tentang demam tifoid.
DAFTAR PUSTAKA
Keperawatan
dengan
Gangguan
Gastrointestinal
Asuhan
Keperawatan.Penerbit Buku
EGC:Jakarta.
TIFOID http://easthomas.blogspot.com/2010/05/demam-
tifoid.html#ixzz2DmHaeKW8
Judith M. Wilkinson .2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi Nic
dan Kriteria Hasil Noc. EGC : Jakarta.
Sylvia & Lorraine. 2005. Patofisiologi . EGC. Jakarta
Suratun.2010.Asuhan
Keperawatan
Klien
dengan
Gangguan
Sistem
1.1 Pendahuluan
Demam tifoid adalah suatu penyakit sistemik akut yang disebabkan
oleh Salmonella enterica serotype typhi, dapat juga disebabkan oleh Salmonella
enterica serotype paratyphi A, B, atau C (demam paratifoid). Demam tifoid
ditandai antara lain dengan demam tinggi yang terus menerus bisa selama 3-4
minggu, toksemia, denyut nadi yang relatif lambat, kadang gangguan kesadaran
seperti mengigau, perut kembung, splenomegali dan lekopeni.
Di banyak negara berkembang, termasuk di Indonesia, demam tifoid
masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat, berbagai upaya yang
dilakukan untuk memberantas penyakit ini tampaknya belum memuaskan.
Sebaliknya di negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa dan Jepang misalnya,
seiring dengan perbaikan lingkungan, pengelolaan sampah dan limbah yang
memadai dan penyediaan air bersih yang cukup, mampu menurunkan insidensi
penyakit ini secara dramatis.
Di abad ke 19 demam tifoid masih merupakan penyebab kesakitan dan
kematian utama di Amerika, namun sekarang kasusnya sudah sangat berkurang.
Tingginya jumlah penderita demam tifoid tentu menjadi beban ekonomi bagi
keluraga dan masyarakat. Besarnya beban ekonomi tersebut sulit dihitung dengan
pasti mengingat angka kejadian demam tifoid secara tepat tak dapat diperoleh.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan
gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan
dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. (Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak,
1993).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit
ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1998 ).
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran
cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 13
tahun ( 70% - 80% ), pada usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia pada
anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-10% ). (Mansjoer, Arif 1999).
2.2 Etilogi
Salmonella typhii, basil Gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak
berspora, mempunyai sekurang - kurangnya empat macam antigen yaitu : antigen
0 (somatik), H (flagella), Vi dan protein membran hialin. (Mansjoer, 2000).
Nyeri kepala
1)
Demam
Demam berlangsung 3 minggu
Minggu I : Demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat
pada sore dan malam hari
2)
3)
Gangguan kesadaran
2.4 Pathofisiologi
Kuman salmonella masuk bersama makanan atau minuman, setelah berada
dalam usus halus akan mengadakan invasi ke jaringan limfoid pada usus halus
(terutama plak peyer) dan jaringan limfoid mesentrika. Setelah menyebabkan
peradangan dan nekrosis, kuman lewat pembuluh limfe masuk ke darah
(bakteremia primer) menuju organ retikuloendotelial sistem (RES) terutama hati
dan limpa. Pada akhir masa inkubasi 5 - 9 hari kuman kembali masuk ke organ
tubuh terutama limpa, kandung empedu ke rongga usus halus dan menyebabkan
reinfeksi di usus. Dalam masa bakteremia ini kuman yang mengeluarkan
endotoksin
yang
susunan
kimianya
sama
dengan
somatik
antigen
2.5 Penatalaksanaan
1.
Perawatan
Penderita demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk di isolasi,
observasi serta pengobatan. Penderita harus istirahat 5 - 7 hari bebas panas, tetapi
tidak harus tirah baring sempurna seperti pada perawatan demam tifoid dimasa
lampau. Mobilisasi dilakukan sewajarnya, sesuai dengan situasi dan kondisi
penderita.
Penderita dengan kesadaran menurun posisi tubuhnya perlu diubah - ubah
untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus.
2.
Diet
Diet
demam
thypoid
adalah
diet
yang
berfungsi
untuk
2.
3.
4.
perdarahan saluran cerna atau perforasi usus. Syarat-syarat diet sisa rendah
adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Makanan dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu tidak terlalu panas
dan dingin
9.
10. Bila diberikan untuk jangka waktu lama atau dalam keadaan khusus, diet perlu
disertai suplemen vitamin dan mineral, makanan formula, atau makanan
parenteral.
2.
Sumber protein hewani: daging empuk, hati, ayam, ikan direbus, ditumis,
dikukus,diungkep, dipanggang; telur direbus, ditim, diceplok air, didadar,
dicampur dalam makanan dan minuman; susu maksimal 2 gelas per hari
3.
Sumber protein nabati : tahu, tempe ditim, direbus, ditumis; pindakas; susu
kedelai
4.
Sayuran : sayuran berserat rendah dan sedang seperti kacang panjang, buncis
muda, bayam, labu siam, tomat masak, wortel direbus, dikukus, ditumis
5.
Buah-buahan : semua sari buah; buah segar yang matang (tanpa kulit dan biji)
dan tidak banyak menimbulkan gas seperti pepaya , pisang, jeruk, alpukat
6.
Lemak nabati : margarin, mentega, dan minyak dalam jumlah terbatas untuk
menumis, mengoles dan setup
7.
8.
Bumbu : garam, vetsin, gula, cuka, salam, laos, kunyit, kunci dalam jumlah
terbatas
asupan protein harus ditingkatkan untuk 1,5 sampai 2gm protein / kg / berat badan
/ hari. Untuk meminimalkan kehilangan jaringan, makanan protein nilai biologis
tinggi seperti susu dan telur harus digunakan secara bebas karena mereka yang
paling mudah dicerna dan diserap. Untuk mencapai hal ini, makan secara teratur
harus ditambah dengan minuman protein tinggi.
Carbohydrares
Asupan karbohidrat liberal disarankan untuk mengisi toko glikogen habis
tubuh. Mudah dicerna, karbohidrat juga dimasak seperti pati sederhana, glukosa,
madu, gula tebu dll harus dimasukkan karena mereka memerlukan pencernaan
lebih sedikit dan berasimilasi dengan baik.
Diet Serat
Sebagai gejala tipus termasuk diare dan lesi di saluran usus, segala bentuk
iritasi harus dihilangkan dari diet. Semua serat, kasar menjengkelkan harus,
karena itu akan dihindari dalam diet, karena merupakan iritan mekanik.
Lemak
Karena adanya diare, emulsi lemak bentuk seperti krim, mentega, susu,
kuning telur, harus dimasukkan dalam diet, karena mereka mudah dicerna.
Makanan yang digoreng yang sulit untuk dicerna harus dihindari.
Mineral
Karena hilangnya elektrolit yang berlebihan seperti sup natrium, kalium
dan klorida asin, kaldu, jus buah, susu harus dimasukkan untuk mengkompensasi
hilangnya elektrolit. Suplemen zat besi harus diberikan untuk mencegah anemia.
Vitamin
3.
Obat
Obat - obat antimikrobia yang sering digunakan :
a.
Kloramfenikol
b.
Tiamfenikol
c.
Cotrimoxazole
d.
a.
Antipiretika
BAB III
ASKEP PADA KLIEN DENGAN THYPOID
3.1 Pengkajian
3.1.1
Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal MRS, dan diagnosa medis.
3.1.2
1.
2.
3.
4.
3.1.3
1.
Sebelum sakit
: Makan 3 x sehari, dengan nasi, lauk dan sayur, makanan yang tidak disukai yaitu
kubis dan yang paling disukai yaitu mie ayam. Pasien makan dengan piring dan
sendok biasa, tanpa memperhatikan warna dan bahannya. Minum 7 - 8 gelas
sehari.
Selama sakit
: Makan 3x sehari, dengan diet bubur halus, hanya habis porsi, karena lidahnya
terasa pahit. Pasien makan dari tempat yang disediakan oleh rumah sakit. Minum
7 - 8 gelas sehari.
2.
Sebelum sakit
Pola Eleminasi
: BAB 1 x sehari dengan konsistensi lunak, warna kuning.
: selama 2 hari pasien belum BAB. BAK 3-4 x sehari, warna kuning jernih
3.
Sebelum sakit
Selama sakit
Sebelum sakit
Pola Aktivitas
: pasien bermain dengan teman - temannya sepulang sekolah dengan pola
permainan berkelompok dan jenis permainan menurut kelompok.
Selama sakit
3.1.4
1.
Pasien menyadari kalau dia berada dirumah sakit dan dia mengetahui
bahwa dia sakit dan perlu perawatan tetapin dia masih ketakutan dengan
lingkungan barunya.
2.
3.
3.1.5
Pemeriksaan Fisik
1.
Keadaan Umum
2.
Kesadaran
3.
: composmentis.
5.
Hidung : pernapasan tidak menggunakan cuping hidung, tidak ada polip, bersih.
6.
Mulut
Mulut
lidah
: kotor
7.
8.
9.
atas : tangan kanan terpasang infus dan aktifitasnya dibantu oleh keluarga.
Nadi
: 120 x/menit
Suhu
: 39 C
Respirasi
: 24 x/menit
3.1.6
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium
a.
Hematologi
Hb
: 11,6 d/dl
(14 18 d/dl)
Ht
: 34,7%
(34 48%)
Entrosit
: 4,11 juta/uI
(3,7 5,9.106juta/uI)
VER
: 84,5 fl
(78 90 fl)
KHER
: 33,6 g/dl
(30 37 g/dl)
LED 1 jam
2 jam: 80 /1jam
(4,6 11.103/uI)
: 40 /1 jam
(P = 7 15 /jam)
(L = 3 -11 /jam)
(150 400.103 /uI)
Hitung jenis
Eosinofil
:-
Segmen: 91%
Basofil
:-
Limfosit: 9
N. Batang : b.
Bakteriologi Serogi
Monosit: -
Widal
St -
O 1/320
St -
H 1/160
St -
AH
Spt -
BH 1/320
c.
Urine
Phisis
= warna: kuning
Kimia
= PH
Protein
:- (negatif)
Glukosa
: - (negatif)
: agak keruh
Sedimen
= epitel : +
Lekosit
Eritrosit
: + (1 -2)
Kristal
: - (negatif)
Silinder
: - (negatif)
: + (6 8)
3.2
3.3
Diagnosa keperawatan
Rencana asuhan keperawatan
1.
Hipertermia
Tujuan :
Client Outcomes
Nursing Outcomes
Pengaturan suhu
Domain
Class
Scale
080001
080002
080003
080004
080005
080006
080007
080008
080009
: hidrasi adekuat
2.
Domain
Class
Scale
080102
080103
080104
080106
080107
: non-shivering thermogenesis
080112
080113
080114
Nyeri akut
Tujuan :
Client Outcomes
o Pasien tidak meras nyeri
o Pasien merasa nyaman dengan dirinya
Nursing Outcomes
Kemungkinan yan dicapai :
o Tingkat kenyamanan
o Control nyeri
o Tingkat nyeri
Class
Scale
210001
210002
210003
210007
210008
Class
Scale
160501
160502
160503
160504
160507
160509
160510
160511
Class
Scale
210201
: Melaporkan nyeri
210202
210203
: Frekuensi nyeri
210204
3.
210205
210206
210207
210208
: Istirahat
210209
: Ketahanan otot
210210
210211
210212
210213
Client Outcome
Nursing Outcomes
Kemungkinan hasil yang dicapai
Status nutrisi
Class
: Nutrition (K)
Scale
100401
: Pengambilan nutrisi
100402
100403
: Energi
100404
: Massa tubuh
100405
: Berat
100406
: Pengukuran biokimia
3.5
3.4 Nursing Intervention Classification (NIC)
1.
Hyperthermia
2.
Nyeri akut
Nursing Intervention Classification (NIC)
3.
Pengaturan nutrisi
o Menanyakan apakah pasien memiliki alergi terhadap makanan
o Memastikan pemilihan makanan pasien
o Menentukan dalam kolaborasi dengan ahli diet, mana yang tepat jumlah kalori dan
tipe kebutuhan nutrisi yang sarat
o Mengajurkan pemasukan kalori yang tepat untuk tipe tubuh dan gaya hidup
o Menganjurkan peningkatan pemasukan makanan yang mengandung zat besi secara
tepat
o Menganjurkan peningkatan pemasukan protein, zat besi dan vitamin C secara tepat
o Pemberian makanan tambahan (minuman dan buah segar atau jus buah-buahan)
secara tepat
o Berikan makanan lunak, murni dan ringan secara tepat
o Memberikan tambahan gula secara tepat
o Memastikan bahwa diet yang dihasilkan termasuk makanan dengan serat yang
tinggi untuk mencegah konstipasi
o Memberikan tumbuh-tumbuhan dan rempah-rempah sebagai pengganti garam
o Memberikan protein tinggi, tinggi kalori, makanan yang ringan dan minuman yang
selalu tersedia untuk dikonsumsi secara tepat
o Memberikan seleksi makanan
o Monitor dan catat nutrisi dan kalori
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari
penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1998
).
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan
gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan
dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. (Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak,
1993).
4.2
Saran
1.
2.
Lindungi makanan dari lalat, kecoa dan tikus ataupun hewan peliharaan
3.
4.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
NANDA 2012
4.
5.
1.
2.
Resiko
defisit
volume
cairan
b/d
pemasukan
yang
kurang,
mual,
No Diagnosa keperawatan
NIC :
Thermoregulation
Kriteria Hasil :
Fever treatment
Monitor
suhu
sesering
Batasan Karakteristik:
kenaikan
suhu
rentang normal
ada
Monitor tekanan
warna
nadi dan RR
kulit dan tidak ada
Monitor IWL
nyaman
darah,
kulit kemerahan
pertambahan RR
takikardi
saat
disentuh
tangan
terasa hangat
Faktor
faktor
yang
berhubungan :
peningkatan metabolisme
aktivitas yang berlebih
Kolaboraikan
intravena
sesuai
program
medikasi/anastesi
ketidakmampuan/penuruna
kemampuan
dengan
pengaruh
untuk
berkeringat
terpapar
demam
Selimuti pasien
penyakit/ trauma
penyebab
dilingkungan
panas
dehidrasi
terjadinya
menggigil
monitoring
tanda-tanda
pasien
mencegah
untuk
hilangnya
kehangatan tubuh
Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
Diskusikan
tentang
pentingnya
pengaturan
tentang
terjadinya
indikasi
dari
perlu
adanya
fluktuasi
tekanan darah
Monitor VS saat pasien
berbaring,
duduk,
atau
berdiri
Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR,
sebelum,
selama,
dan
setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor
frekuensi
dan
irama pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan
abnormal
Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor
adanya
cushing
bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
Fluid management
popok/pembalut
Hydration
yang berlebihan, diare, panas
tubuh
intravaskuler,
Intake
intrasellular.
normal
Batasan Karakteristik :
Kelemahan
Haus
Membran
kering
batas normal
Tidak
mukosa/kulit
Pertahankan
catatan
Ini
Mempertahankan
mengarah
ke
dehidrasi,
urine output sesuai
kehilangan cairan dengan
dengan usia dan BB,
pengeluaran sodium
BJ urine normal, HT
dan/atau
jika
diperlukan
Nutritional Status :
Timbang
Elastisitas
kelembaban
mukosa,
membran
nadi
adekuat,
masukan
cairan
dan
ada
tanda
tanda
dehidrasi,
turgor
Lakukan terapi IV
Monitor status nutrisi
lembab,
tekanan
penurunan
nadi
-
Temperatur
Hematokrit meninggi
Kehilangan
berat
Berikan
badan
spacing)
muncul meburuk
yang
berhubungan:
Kehilangan volume cairan
Kegagalan
cairan
Atur
berlebih
kemungkinan
tranfusi
secara aktif
-
penggantian
Faktor-faktor
suhu ruangan
Dorong masukan oral
tubuh
meningkat
Berikan cairan
Persiapan
untuk
tranfusi
mekanisme
pengaturan
Resiko
ketidakseimbangan NOC :
Nutrition Management
Kriteria Hasil :
dibutuhkan pasien.
untuk
pasien
untuk
metabolisme tubuh.
dengan tujuan
Anjurkan
pasien
untuk
Batasan karakteristik :
-
Membran
mukosa
Kelemahan
Tidak
dan
penurunan
otot
yang
untuk
menelan/mengunyah
Luka, inflamasi pada rongga
merasa
setelah
kenyang,
mengunyah
makanan
Dilaporkan
atau
fakta
dimakan
yang
mengandung
sudah
Mudah
sesaat
diet
harian.
mulut
-
Yakinkan
terjadi terpilih
digunakan
tinggi
serat
untuk
makanan yang kurang dari
Tidak ada tanda mencegah konstipasi
RDA (Recomended Daily
tanda malnutrisi
Allowance)
Berikan makanan yang
konjungtiva pucat
-
badan
Dilaporkan
perubahan sensasi rasa
adanya
kemampuan
pasien
Perasaan
ketidakmampuan
Miskonsepsi
Kehilangan
dengan
makanan cukup
Keengganan untuk makan
Nyeri
aktivitas
yang
biasa
dilakukan
abdominal
dengan
berat badan
Monitor tipe dan jumlah
normal
Monitor adanya penurunan
Nutrition Monitoring
darah
kapiler
mulai rapuh
Kehilangan
rambut
yang
makan
Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
Kurangnya
Monitor
informasi,
misinformasi
kekeringan,
Faktor-faktor
yang
berhubungan :
Ketidakmampuan pemasukan
kadar
albumin,
zat-zat
Ht
gizi
psikologis
atau
perkembangan
ekonomi.
kekeringan
jaringan
konjungtiva
Monitor kalori dan intake
nuntrisi
Catat
adanya
hiperemik,
edema,
hipertonik
NIC :
Diarhea Management
Fluid Balance
Evaluasi
efek
pengobatan
Hydration
terhadap
gastrointestinal
samping
antidiare
berbentuk,
Instruksikan
untuk
obat
untukmencatat
Menjaga
daerah
frekuenai
dan
iritasi
Tidak
jumlah,
warna,
mengalami
diare
Menjelaskan
yang masuk
diare
Mempertahankan Observasi
turgor kulit
turgor
kulit
secara rutin
Ukur diare/keluaran BAB
Hubungi dokter jika ada
kenanikan bising usus
Instruksikan
pasien
untuk
menghindari laksative
Ajarkan tehnik menurunkan
stress
Monitor persiapan makanan
yang aman
mental,
Knowlwdge
NIC :
: Environmental
personel safety
Management safety
Safety behavior :
falls Prevention
lingkungan
Safety Behavior :
Falls Occurance
Safety behavior
Sediakan
yang
untuk pasien
Identifikasi
kebutuhan
Physical injury
aman
pasien,
keamanan
sesuai
dengan
Menghindarkan
lingkungan yang berbahaya
(misalnya
memindahkan
perabotan)
Menyediakan
tempat tidur yang nyaman
dan bersih
Menempatkan
saklar lampu ditempat yang
mudah dijangkau pasien.
Membatasi
pengunjung
Memberikan
Menganjurkan
keluarga untuk menemani
pasien.
Mengontrol
lingkungan dari kebisingan
Memindahkan
barang-barang yang dapat
membahayakan
Berikan penjelasan
pada pasien dan keluarga
atau
pengunjung
adanya
Perubahan
konstipasi
pola
defeksi
: NOC:
proses
Bowel elimination
peradangan pada dinding usus
halus,
b/d
Hydration
Kriteria Hasil :
Mempertahankan
NIC: Constipation/
Impaction Management
Monitor tanda dan gejala
konstipasi
Monior bising usus
Bebas
dari
Konsultasi dengan dokter
ketidaknyamanan
tentang
penurunan
dan
dan konstipasi
etiologi
rasionalisasi
dan
tindakan
terhadap pasien
Identifikasi
faktor
pemberian