Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.L DENGAN DEMAM TYPOID DI RUANG


SANDEWA PUSKESMAS PAKIS KAB. MALANG

UNTUK MEMENUHI TUGAS PRAKTEK PROFESI


KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH

DISUSUN OLEH :
ANIS MARSELINA
AOA0180873

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluaan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny.L Dengan Demam Typoid Di
Ruang Sandewa Puskesmas Pakis Kab. Malang Dilaksanakan Pada Tanggal 17-22 Mei 2021 .
Nama : Anis Marselina
Nim : AOA0180873
Prodi : DIII Keperawatan
Instusi : Stikes Kendedes Malang

Mengetahui:

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

(Ns. Putu Sintya Arlinda Asra, M.Kep )

Kaprodi DIII Kep

(Ns. Chinthia Kartikaningtyas,M.Kep)


LAPORAN
PENDAHULUAAN

1.1 Konsep Dasar Demam Typhoid


1.1.1 Definisi Demam Typhoid
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi Salmonella Thypi.
Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses
dan urine dari orang yang terinfeksi kuman Salmonella(Smeltzer, 2014).Demam tifoid
merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella thypi yang
masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama terletak di daerah
tropis dan subtropis. Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk,
kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar higiene industri
pengolahan makanan yang masih rendah
1.1.2 Manifestasi klinis Demam typoid
Menurut Ngastiyah (2012) Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika
dibanding dengan penderita dewasa. Selama inkubasi mungkin di temukan gejala prodomal
perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat. Kemudian
menyusul gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu :
A. Demam
1) Minggu I

Dalam minggu pertama gejala serupa dengan penyakit infeksi akut


pada umumnya, yaitu demam, nyeri kepala, pusing, anoreksia, mual,
muntah, diare, perasaan tidk enak di perut, batuk. Pada pemeriksaan
fisiknya hanya di dapatkan suhu badan meningkat.
2) Minggu II
Dalam minngu kedua gejala menjadi lebih jelas dengan demam, bradikardi relative,
lidah yang khas (kotor di tengah, tepi dan ujung merah dan tremor), hepatomegali,
splenomegaly, meteroismus, gangguan mental berupa salmonella, stupor, koma,
delirium atau psikosis, roseolae jarang ditemukan pada orang Indonesia.
3) Minggu III
Dalam minggu ke tiga suhu badan berangsur angsur menurun dan normal kembali
pada akhir minggu ketiga.

B. Gangguan pada saluran pencernaan


Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-pecah (ragaden).
Lidah ditutupi selaput putih kotor, ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor.
Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan limpa membesar
disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi, akan tetapi mungkin pula
normal bahkan dapat terjadi diare.
C. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapadalam, yaitu apatis
sampai somnolen. Jarang terjadi stupor, koma atau gelisah.

1.1.3 Etiologi Demam Typoid


Penyakit tipes Thypus abdominalis merupakan penyakit yang ditularkan melalui makanan
dan minuman yang tercemar oleh bakteri Salmonella typhosa, (food and water borne
disease). Seseorang yang sering menderita penyakit tifus menandakan bahwa dia
mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri ini. Salmonella thyposa
sebagai suatu spesies, termasuk dalam kingdom Bakteria, Phylum Proteobakteria, Classis
Gamma proteobakteria, Ordo Enterobakteriales, Familia Enterobakteriakceae, Genus
Salmonella. Salmonella thyposa adalah bakteri gram negative yang bergerak dengan bulu
getar, tidak berspora mempunyai sekurang kurangnya tiga macam antigen yaitu: antigen 0
(somatik, terdiri dari zat komplek lipopolisakarida), antigen H (flagella) dan antigen V1
(hyalin, protein membrane). Dalam serum penderita terdapat zat anti (glutanin) terhadap
ketiga macam anigen tersebut (Zulkhoni, 2011).
Salmonella typhi mempunyai 3 macam antigen, yaitu:
a. Antigen O (Antigen somatik), yaitu terletak pada lapisan luar dari tubuh kuman. Bagian
ini mempunyai struktur kimia lipopolisakarida atau disebut juga endotoksin. Antigen ini
tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak tahan terhadap formaldehid.
b. Antigen H (Antigen flagela), yang terletak pada flagela, fimbriae atau pili dari kuman.
Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap formaldehid
tetapi tidak tahan terhadap panas dan alkohol yang telah memenuhi kriteria penilaian.
C. Antigen Vi yang terletak pada kapsul (envelope) dari kuman yang
dapat melindungi kuman terhadap fagositosis. Ketiga macam antigen
tersebut di atas di dalam tubuh penderita akan menimbulkan pula
pembentukan 3 macam antibodi yang lazim disebut aglutinin (Sudoyo
A.W., 2010).
Tanda dan gejala demam tifoid meliputi :
1. Demamnya tinggi sekitra 38-40 celsius
2. Sakit kepala
3. Tubuhnya yang lemah
4. Kelelahan
5. Batuk kering
6. Penurunan nafsu makan
7. Sakit perut
8. Sakit perut yang parah akibat komplikasi perforasi usus
9. Gejala pendarahan saluran cerna seperti muntah atau tinja
berwarna hitam
10.Demam tifoid berlansung sejak 1-3 minggu ketika tubuh terinfeksi

1.1.4 Patofisiologi Demam Typoid


Salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F
yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui
Feses. Yang paling menojol yaitu lewat mulut manusia yang baru terinfeksi selanjutnya
menuju lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi
lolos masuk ke usus halus bagian distal (usus bisa terjadi iritasi) dan mengeluarkan
endotoksin sehingga menyebabkan darah mengandung bakteri (bakterimia) primer,
selanjutnya melalui aliran darah dan jaringan limpoid plaque menuju limfa dan hati. Di dalam
jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah sehingga
menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa usus. Tukak dapat menyebabkan
perdarahan dan perforasi usus. Perdarahan menimbulkan panas dan suhu tubuh dengan
demikian akan meningkat.sehingga beresiko kekurangan cairan tubuh.Jika kondisi tubuh
dijaga tetap baik, akan terbentuk zat kekebalan atau antibodi. Dalam keadaan seperti ini,
kuman typhus akan mati dan penderita berangsurangsur sembuh (Zulkoni.2011).
Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi masuk kedalam tubuh manusia melalui
makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan
sebagian lagi masuk ke usus halus dan berkembang biak. Bila respon imunitas humoral
mukosa IgA usus kurang baik maka kuman akan menembus sel-sel epitel dan selanjutnya ke
lamina propia. Di lamina propia kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit
terutama oleh makrofag Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan
selanjutnya dibawa ke plaque Peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening
mesenterika. Selanjutnya melalui duktus torasikus kuman yang terdapat di dalam makrofag
ini masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakteremia pertama yang asimptomatik)
dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa. Di organ-
organ ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian berkembang biak di luar sel atau
ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi yang mengakibatkan
bakteremia yang kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi
sistemik, seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepaladan sakit perut (Sudoyo A.W., 2010).
1.1.5 Pathway Demam Typoid

Kuman salmonella typhi yang Masuk


ke gastrointestinal

Lolos dari asam Dimusnakan oleh


asam lambung

Bakteri
masuk Ke
usus halus

Pembuluh darah
Limfa

Peredaran darah Masukretikulo endothelial

(bakterimia promer) (RES) terutama hati dan limfe


Berkembang biak di hati Masuk ke aliran darah (bacteria sekunder)

Empedu Endotoksin

Rongga usus pada Terjadi


kel. Limfoid halus kerusakan sel

Pembesaran limfe Merangsang melepas


zat epirogen oleh
leokosit

peningkatan asam lambung

Mempengar
uhi pusat
theroregulat
or di
hipotalamus
Anoreksia mual muntah
Hipertermi

Resiko defisit nutrisi


1.1.6 Pemeriksaan Penunjang Demam Typoid
Menurut Suryadi (2006) pemeriksaan pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan
laboratorium, yang terdiri dari:
1) Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan
limposistosis relat if tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada
kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada
batas-batas normal bahkan kadang- kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada
komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak
berguna untuk diagnosa demam typhoid.
2) Pemeriksaan SGOT DAN SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal
setelah sembuhnya typhoid.
3) Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah
negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan
hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor:
a. Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini
disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu
pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat
bakteremia berlangsung.
b. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit
Biakan darah terhadap Salmonella thypii terutama positif pada minggu pertama dan
berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat
positif kembali.
c. Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi
dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah
negatif.
d. Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin
negatif.
4) Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella thypii terdapat dalam serum klien dengan
typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan
pada uji widal adalah suspensi Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di
laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam
serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh Salmonella thypii,
klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari
tubuh kuman).
2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari
flagel kuman).
3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari
simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang
ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar
klien menderita typhoid.
Uji Widal merupakan suatu metode serologi baku dan rutin
digunakan sejak tahun 1896. Prinsip uji Widal adalah memeriksa
reaksi antara antibodi agglutinin dalam serum penderita yang telah
mengalami pengenceran berbeda-beda terhadap antigen somatik (O)
dan flagela (H) yang ditambahkan dalam jumlah yang sama sehingga
terjadi aglutinasi. Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan
aglutinasi menunjukkan titer antibodi dalam serum. Semakin tinggi
titernya, semakin besar kemungkinan infeksi ini.
Uji Widal ini dilakukan untuk deteksi antibodi terhadap
kuman Salmonella typhi. Pada uji ini terjadi suatu reaksi aglutinasi
antara antigen kuman Salmonella typhi dengan antibodi yang disebut
aglutinin. Antigen yang digunakan pada uji Widal adalah suspensi
Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Maksud
uji Widal adalah menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita
tersangka demam tifoid (Sudoyo A.W., 2010).
5) Pemeriksaan urin
Didapatkan protein urin ringan (<2 gr/liter) juga di dapatkan peningkatan leukosit pada
urin.
6) Pemeriksaan feses
Didapatkan lender dan darah, dicurigai akan adanya perdarahan usus dan perforasi.
7) Pemeriksaan bakteriologis
Untuk identifikasi kuman salmonella pada biakan darah tinja, urin, cairan empedu, atau
sumsum tulang.
8) Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada kelainan atau komplikasi akibat demam
typoid. (Muttaqin & Sari, 2013)
9) Pemeriksaan sumsum tulang
Pada pemeriksaan kultur sumsum tilang, biakan salmonella typhi dapat tetap positif
walaupun setelah pemberian antibiotikserta menunjukkan gambaran hiperaktif sumsum
tulang. (Suriadi. 2012)
1.1.7 Penularan
Transmisi Salmonella Typhi ke dalam tubuh manusia dapat melalui hal hal berikut :
1) Transmisi oral,
melalui makanan yang terkontaminasi kuman salmonella typhi.
2) Transmisi dari tangan ke mulut,
dimana tangan yang tidak higienis yang mempunyai Salmonella typhi langsung
bersentuhan dengan makanan yang dimakan.
3) Transmisi kotoran,
dimana kotoran yang indivisu yang mempunyai hasil Salmonella typhi ke sungai atau
dekat dengan sumber air yang digunakan sebagai air minum yang kemudian langsung
diminum tanpa masak. (Muttaqin & Sari, 2013)

1.1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada demam tifoid adalah sebagai berikut:
A. Perawatan Pasien dengan demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi,
observasi dan pengobatan. Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas
demam atau kurang lebih 14 hari. Mobilisasi pasien harus dilakukan secara bertahap,
sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien. Pasien dengan kesadaran yang menurun, posisi
tubuhnya harus diubah-ubah pada waktu tertentu untuk menghindari komplikasi
pneumonia hipostatik dan dekubitus. Defekasi dan buang air kecil perlu di perhatikan
karena kadang-kadang terjadi obstipasi dan retensi air kemih.
1) Diet
Makanan yang dikonsumsi adalah makanan lunak dan tidak banyak serat.
2) Obat
Obat-obat antimikroba yang sering dipergunakan ialah:
 Kloramfenikol
Menurut Damin Sumardjo (2019), kloramfenikol atau kloramisetin adalah
antibiotik yang mempunyai spektrum luas, berasal dai jamur Streptomyces
venezuelae. Dapat digunakan untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh
beberapa bakteri gram posistif dan bakteri gram negatif. Kloramfenikol dapat
diberikan secara oral. Rektal atau dalam bentuk salep. Efek samping penggunaan
antibiotik kloramfenikol yang terlalu lama dan dengan dosis yang berlebihan
adalah anemia aplastik. Dosis pada anak : 25 – 50 mg/kg BB/hari per oral atau 75
mg/kg BB/hari secara intravena dalam empat dosis yang sama.
 Thiamfenikol
Menurut Tan Hoan Tjay dan Kirana Raharja (2017), Thiamfenikol (Urfamycin)
adalah derivat p-metilsulfonil (SO2CH3) dengan spektrum kerja dan sifat yang
mirip kloramfenikol, tetapi kegiatannya agak lebih ringan. Dosis pada anak: 20-30
mg/kg BB/hari.
 Ko-trimoksazol
Adalah suatu kombinasi dari trimetoprim-sulfametoksasol (10 mg TMP dan 50
mg SMX/kg/24 jam). Trimetoprim memiliki daya kerja antibakteriil yang
merupakan sulfonamida dengan menghambat enzim dihidrofolat reduktase. Efek
samping yang ditimbulkan adalah kerusakan parah pada sel – sel darah antara lain
agranulositosis dan anemia hemolitis, terutama pada penderita defisiensi glukosa-
6- fosfodehidrogenase. efek samping lainnya adalah reaksi alergi antara lain
urticaria, fotosensitasi dan sindrom Stevens Johnson, sejenis eritema multiform
dengan risiko kematian tinggi terutama pada anak- anak. Kotrimoksazol tidak
boleh diberikan pada bayi di bawah usia 6 bulan. Dosis pada anak yaitu
trimetoprim-sulfametoksasol (10 mg TMP dan 50 mg SMX/kg/24 jam, secara
oral dalam dua dosis). Pengobatan dengan dosis tepat harus dilanjutkan minimal
5-7 hari untuk menghindarkan gagalnya terapi dan cepatnya timbul resistensi,
(Tan Hoan Tjay & Kirana Rahardja, 2007, hal:140).
 Ampisilin dan Amoksilin Ampisilin: Penbritin, Ultrapen, Binotal.
Ampisilin efektif terhadap E.coli, H.Inflienzae, Salmonella, dan beberapa suku
Proteus. Efek samping, dibandingkan dengan perivat penisilin lain, ampisilin
lebih sering menimbulkan gangguan lambung usus yang mungkin ada kaitannya
dengan penyerapannya yang kurang baik. Begitu pula reaksi alergi kulit
(rash,ruam) dapat terjadi. Dosis ampisilin pada anak (200mg/kg/24 jam, secara
intravena dalam empat sampai enam dosis). Dosis amoksilin pada anak (100
mg/kg/24 jam, secara oral dalam tiga dosis), (Behrman Klirgman Arvin, 2000,
hal:942).
(1) Obat – obat simptomatik:
o Antipiretika (tidak perlu diberikan secara rutin)
o Kortikosteroid (dengan pengurangan dosis selama 5hari)
o Vitamin B komplek dan C sangat di perlukan untuk menjaga kesegaran dan
kekutan badan serta berperan dalam kestabilan pembuluh darah kapiler.
Secara fisik penatalaksanaannya yang lain:
a) Mengawasi kondisi klien dengan : pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6
jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau.
Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik keatas, atau apakah anak
mengalami kejang- Demam yang disertai kejang yang terlalu lama akan
berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu mencapai
otak. Terputusnya sulai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel otak. Dalam
kedaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya intelektual
tertentu.
b) Buka pakaian dan selimut yang berlebihan.
c) Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan.
d) Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak
yang akan berakibat rusaknya sel-sel otak.
e) Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak- Minuman yang diberikan dapat
berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan), air buah atau air teh.
Tujuannya agar cairan tubuh yang menguap akibat naiknya suhu tubuh
memperoleh gantinya.
f) Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang.
g) Kompres dengan air hangat pada dahi, ketiak, dan lipatan Tujuannya untuk
menurunkan suhu tubuh di permukaan tubuh anak.

1.1.9 Pencegahan Demam Typoid


Usaha yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit ini adalah :

1) Dari sisi manusia :


a. Vaksinasi untuk mencegah agar seseorang terhindar dari penyakit ini dilakukan
vaksinasi, kini sudah ada vaksin tipes atau tifoid yang disuntikan atau diminum
dan dapat melindungi seseorang dalam waktu 3 tahun.
b. Pendidikan kesehatan pada masyarakat : hygiene, sanitasi, personal hygiene.
2). Dari sisi lingkungan hidup :
a. Penyediaan air minum yang memenuhi syarat kesehatan. (2). Pembuangan
kotoran manusia yang higienis.
b. Pemberantasan lalat
c. Pengawasan terhadap masakan dirumah dan penyajian pada penjual makanan
(Akhsin Zulkoni, 2011).
Sedangkan menurut Nurarif dan Kusuma diascharge planning pada
demam tifoid adalah:
1) Hindari tempat yang tidak sehat.
2) Cucilah tangan dengan sabun dan air bersih.
3) Makanlah makanan bernutrisi lengkap danseimbang dan masak/panaskan sampai
570 beberapa menit dan secara merata.
4) Salmonella thypi didalam air akan mati apabila dipanasi setinggi 570 untuk beberapa
menit atau dengan proses iodinasi/klorinasi.
5) Gunakan air yang sudah direbus untuk minum dan sikat gigi.
6) Mintalah minuman tanpa es kecuali air es sudah dididihkan atau dari botol.
7) Lalat perlu dicegah menghinggapi makanan dan minuman.
8) Istirahat cukup dan lakukan olahraga secara teratur. Jelaskan terapi yang diberikan :
dosis, dan efek samping.
9) Ketahui gejala-gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk
mengatasi gejala tersebut.
10) Tekankan untuk melakukan control sesuai waktu yang ditentukan.
11) Vaksin demam tifoid.
12) Buang sampah pada tempatnya (Nurarif & Kusuma, 2015).
1.1.10 Klasifikasi Demam Typoid
Menurut WHO (2013), ada 3 macam klasifikasi demam tifoid dengan perbedaan gejala
klinis:

1) Demam tifoid akut non komplikasi


Demam tifoid akut dikarakteristikkan dengan adanya demam berkepanjangan
abnormalis, fungsi bowel (konstipasi pada pasien dewasa, dan diare pada anak%anak),
sakit kepala, malaise, dan anoksia. Bentuk bronchitis biasa terjadi pada fase awal
penyakit selama periode demam, sampai 25% penyakit menunjukkan adanya rose spot
pada dada, abdomen dan punggung.
2) Demam tifoid dengan komplikasi
Pada demam tifoid akut, keadaan mungkin dapat berkembang menjadi komplikasi
parah. Bergantung pada kualitas pengobatan dan keadaan kliniknYa, hinngga 10%
pasien dapat mengalami komplikasi, mulai dari melena, perforasi, usus dan
peningkatan ketidaknyamanan abdomen.
3) Keadaan karier
Keadaan karier tifoid terjadi pada 1-5% pasien, tergantung umur pasien. Karier tifoid
bersifat kronis dalam hal sekresi Salmenella typhi difeses. (Fitrianggraini, A., 2012)

2.1 Konsep Asuhan Keperawatan Thypoid


2.1.1 Pengkajiaan
1) Identitas klien
Demam typhoid umumnya terjadi pada kelompok umur 5 – 30 tahun. Laki- laki sama
dengan wanita, jarang terjadi pada umur di bawah 2 tahun atau diatas 60 tahun
(Mutaqin & sari, 2011).
2) Keluhan utama
Keluhan utama demam tifoid adalah panas atau demam yang tidak turun- turun, nyeri perut, pusing
kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan kesadaran.
3) Riwayat penyakit sekarang
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke dalam tubuh.
4) Riwayat penyakit dahulu Adany
riwayat penyakit demam tifoid. Dan HT
5) Riwayat penyakit keluarga
Adanya keluarga pernah menderita demam
tifoid, dan penyakit turun menurun.
.
6) Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola nutrisi dan metabolisme Klien akan mengalami penurunan nafsu makan
karena mual dan muntah saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak
makan sama sekali.
b. Pola eliminasi Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah
baring lama. Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan,
hanya warna urine menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan
demam thypoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat
keringat banyak keluar dan merasa haus, sehingga dapat
meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.
c. Pola aktivitas dan latihan Aktivitas klien akan terganggu karena
harus tirah baring total, agar tidak terjadi komplikasi maka segala
kebutuhan klien dibantu.
d. Pola tidur dan istirahat Pola tidur dan istirahat terganggu
sehubungan peningkatan suhu tubuh.
e. Pola persepsi dan konsep diri Biasanya terjadi kecemasan pada
orang tua terhadap keadaan penyakit anaknya.
f. Pola sensori dan kognitif Pada penciuman, perabaan, perasaan,
pendengaran dan penglihatan umumnya tidak mengalami kelainan
serta tidak terdapat suatu waham pada klien.
g. Pola hubungan dan peran Hubungan dengan orang lain terganggu
sehubungan klien di rawat di rumah sakit dan klien harus bed rest
total.
h. Pola penanggulangan stress Biasanya orang tua akan nampak
cemas.
7) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum dan tingkat kesadaran.
Pada fase awal penyakit biasanya tidak didapatkan adanya perubahan pada tingkat
kesadaran. Pada fase lanjut secara umum pasien terlihat sakit berat dan sering
terjadi penurunan tingkat kesadaran (apatis delirium).
b. Tanda-tanda vital
 Suhu : Pada fase 7-14 hari didapatkan suhu tubuh meningkat 39- 41̊C pada malam
hari dan biasanya turun pada pagi hari.
 Nadi : pada pemeriksaan nadi ditemukan penurunan frekuensi nadi (bradikardi
relatif).
 Pernafasan : Meningkat
 Tekanan darah : Cenderung menurun

a. B1 (Breathing)
Sistem pernafasan biasanya tidak ditemukan adanya kelainan, tetapi akan
mengalami perubahan jika terjadi respon akut dan gejala batuk kering. Pada
beberapa kasus berat bisa didapat adanya komplikasitanda dan gejala pneumonia.

b. B2 (Blood)
Penurunan tekanan darah, keringat dingin, dan diaphoresis sering didapatkan pada minggu
pertama. Kulit pucat dan akral dingin berhubungan dengan penurunan kadar hemoglobin. Pada
minggu ketiga respon toksi sistemik dapat mencapai otot jantung dan terjadi miokarditis
dengan manifestasi penurunan curah jantung dengan tanda denyut nadi lemah, nyeri dada, dan
kelemahan fisik.
c. B3 (Brain)
Pada pasien dengan dehidrasi berat akan terjadi penurunan perfusi serebral dengan manifestasi
sakit kepala, perasaan lesu, gangguan mental seperti halusinasi dan delirium. Pada beberapa
pasien bisa di dapatkan kejang umum yang merupakan respon terlibatnya system saraf pusat
oleh infeksi S. Typhi. Didapatkan icterus pada sklera terjadi pada kondisi berat.
d. B4 (Blader)
Pada kondisi berat akan didapatkan penurunan urin output respon dari penurunan curah
jantung.
e. B5 (Bowel)
Inspeksi :
 Lidah kotor berselaput putih dan tepi hiperemis disertai mistomatitis. Tanda ini jelas mulai
Nampak pada minggu kedua berhubungan dengan infeksi sistemik dan endotoksin kuman.
 Sering muntah
 Perut kembung
 Distensi abdomen

Auskultasi :
Didapatkan penurunan bising usus kurang dari 5 kali per menit pada minggu
pertama dan terjadi kontipasi, serta selanjutnya meningkat akibat diare.

Perkusi :
Didapatkan suara timpani abdomen akibat kembung.

Palpasi :
(1)). Hepatomegaly dan splenomegaly. Pembesaran hati dan linfa
mengindikasikan infeksi yang mulai terjadi pada minggu kedua.
(2)). Nyeri tekan abdomen merupaan tanda terjadinya perforasi dan
peritonitis.

i. B6 (Bone)
Respon sistemik akan menyebabkan maise. Kelemahan fisik
umum dan didapatkan kram otot ekstermitas. Pemeriksaan
integument sering didapatkan kulit menurun, muka tampak pucat,
rambut agak kusam, dan terpenting sering didapatkan tanda
roseola (bitnik merah pada leher, punggung dan paha). Roseola
merupakan suatu nodul kecil sedikit menonjol dengan diameter 2-
4 mm berwarna merah, pucat, serta hilang pada penekanan, lebih
sering terjadi pada akhir minggu pertama dan awal minggu kedua.
Roseola ini merupakan emboli kuman dimana didalamnya
mengandung kuman salmonella dan terutama didapatkan di perut,
dada, dan terkadang bokong maupun bagian fleksor dari lengan
atas (Muttaqin dan sari, 2011).

8) Pemeriksaan Penunjang
a. Darah
Pada penderita demam tifoid bisa didapatkan anemia, jumlah leukosit normal, bisa
menurun atau meningkat.Penelitian oleh beberapa ilmuwan mendapatkan bahwa
hitung jumlah dan jenis leukosit serta laju endap darah tidak mempunyai nilai
sensitivitas, spesifisitas dan nilai ramal yang cukup tinggi untuk dipakai dalam
membedakan antara penderita demam tifoid atau bukan, akan tetapi adanya
leukopenia dan limfositosis relatif menjadi dugaan kuat diagnosis typoid
b. SGOT, SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh.
Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus
c. Uji Widal
Titer 1/160 : masih dilihat dulu dalam 1 minggu ke depan, apakah ada kenaikan
titernya. Jika ada maka dinyatakan (+).Jika 1x pemeriksaan langsung 1/320 atau
1/640,langsung dinyatakan (+) pada pasien dengan gejala khas.

2.1.2 Analisa Data


Setelah dilakukan pengkajian yaitu pengumpulan data pasien, maka selanjutnya
membuat analisa data. Analisa data merupakan proses mengelompokkan data,
mengkaitkan data, dan akhirnya menarik kesimpulan yang mana akan diperoleh
masalah keperawatan yang dialami klien.

2.1.3 Masalah Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien demam tyipoid adalah:
1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi penyakit typoid
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia
2.1.4 Intervensi
Rencana yang dapat diberikan pada klien dengan demam typoid adalah:

DIAGNOSA SLKI SIKI

Hipertermi Termoregulasi Menajemenhipertermia


berhubungan dengan Tujuan:Setelah dilakukan tindakan Observasi:
keperawatan 3x24 jam diharapkan panasnya 1. Identifikasi
respon sistemik dari menurun penyebab
inflamasi Kriteria hasil : hipertermia (mis.
gastrointestinal Indicator 1 2 3 4 5 dehidrasi, terpapar
Suhu tubuh
lingkungan panas,
 Dalam
rentang penggunaan
normal inkubator)
36,5 2. Monitor suhu tubuh
celsius 3. Monitor komplikasi
Nadi dan RR akibat hipertermia
Suhu kulit
Terapeutik:
Keterangan 4. Sediakan lingkungan
X: sebelum intervensi yang dingin
Y: sesudah intervensi 5. Longgarkan atau
1. Menurun lepaskan pakaian
2. Cukup menurun 6. Basahi dan kipasi
3. Sedang permukaan tubuh
4. Cukup meningkat
7. Berikan cairan oral
5. Meninggkat
8. Berikan anti
piretik
R/: Mencegah
hipertermi.
9. Berikan
pengobatan
untuk
mengatasi
penyebab
demam R/:
Mencegah
terjadinya
demam tinggi
dan syok.
10. Selimuti
pasien.
11. R/: dapat
memberikan pasien
tetap keadaan hangat
12. Hindari pemberian
antipiretik atau
asprin

Edukasi
13. Anjurkan tirah
baring

Kolaborasi
14. Kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena, jika perlu

Ketidakseimbang an Status nutrisi Manajemen


nutrisi kurang dari Tujuan: Setelah dilakukan tindakan gangguan makan
kebutuhan tubuh keperawatan 1x8 jam diharapkan kemampuan 1.monitor asupan
berhubungan dengan komunikasi verbal meningkat dan keluarnya
kurangnya intake makanan dan cairan
1 2 3 4 5
makanan yang serta kebutuhan
Porsi makan
adekuat kalori
yang
dihaniskan 2. Kolaborasi
Frekuensi dengan ahli gizi
makan untuk menentukan
Nafsu makan jumlah kalori dan
nutrisi yang
Keterangan dibutuhkan pasien.
X: sebelum intervensi
R/:
Y: sesudah intervensi
3. Memberikan diit
1. Menurun
yang tepat.
2. Cukup menurun
3. Sedang 4. timbang berat
4. Cukup meningkat badan
5. Meninggkat 5. Anjurkan pasien
untuk meningkatkan
protein dan
vitaminC
R/: Mencegah
kurangnya vitamin
dan menjaga
6. Berikan
substansi gula

2.2.1 Implementasi Keperawatan


Implementasi ini merupakan tahap keempat proses keperawatan yang dimulai
setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Dengan rencana keperawatan yang
dibuat berdasarkan diagnosis yang tepat, intervensi di harapkan dapat mencapai tujuan
dan hasil yang diinginkan untuk mendukung dan meningkatkan status kesehatan.
Implementasi meliputi klien, perawat, dan staf lainnya yang akan melaksanakan
rencana. Komponen lain dari proses keperawatan, seperti pengkajian dan perencanaan,
berlanjut selama komponen ini. Kemampuan perawat untuk melaksanakan keterampilan
interpersonal, intelektual dan teknis mempengaruhi efektifitas tindakan yang diberikan.
Implementasi terdiri dari 3 fase yaitu: persiapan, implementasi, dan pasca-implementasi
(Wijaya, 2013).

2.2.2 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil dari suatu tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan selama dalam proses asuhan keperawatan yang penulis lakukan pada klien
dengan hipertensi. Evaluasi proses harus dilaksanakan untuk membantu keefektifan
terhadap tindakan. Kriteria keberhasilan (evaluasi hasil) yaitu menilai hasil asuhan
keperawatan yang ditunjukan dengan perubahan tingkah laku klien. Evaluasi ini
dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan secara paripurna.
ASUHAN KEPERAWATAN

No
Register
Medik : 023846
Ruang : rawat inap
Tanggal MRS : 18 mei 2021
Tanggal didata :18 mei 2021
Diagnosa Medis : Demam Typoid

1. PENGKAJIAN

a. Biodata Pasien
Nama : Ny.l
Umur : 53 Tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SMP
Alamat : Mendit barat
b. Keluhan Utama:
Pasien mengatakan Demam, mual,muntah, lemas selama 10 hari yang lalu dan
nyeri perut.
c. Riwayat penyakit
d. Riwayat Penyakit Sekarang

1. Alasan masuk Rumah Sakit :

Sebelum masuk rumah sakit, pasien mengalami panas, mual, muntah selama 10

hari yang lalu. Sebelum masuk Rumah Sakit pasien mengalami demam tinggi

pada waktu siang dan malam hari, disertai mual, muntah, keluhan bertambah

berat bila beraktivitas, dan kurang bila dikompres, istirahat dan minum obat.

Pasien meminum obat penurun panas paracetamol dan panasnya turun dan

timbul panas lagi. Setelah pasien merasa sakitnya tidak kunjung sembuh, makin

panas dan lemas. Pasien memeriksakan diri ke IGD puskesmas pakis pada

tanggal 18 mei 2021 pukul 13.15 . Setelah dilakuka anamnesa dengan TD :

130/60 mmHg, S : 38.6 C, N : 82 x/menit, RR : 20 x/menit. Setelah dilakukan

anamnesa dan hasil observasi pasien mengalami demam selama lebih dari 10

hari, pasien disarankan untuk dilakukan pemeriksaan lanjut, yaitu pemeriksaan

laboratorium dan uji widal. Hasil dari pemeriksaan laboratorium dan uji widal

terdapat leukosit : 4.45 , trombosit : 125 , salmonella typhi H : Positif 1/80. Dan

pasien positif dinyatakan terdiagnosa demam typoid.

2. Keluhan waktu didata :

Pasien mengatakan Demam, mual,muntah, lemas selama 10 hari yang lalu dan

nyeri perut.

e. Riwayat Kesehatan Dahulu : Hipertensi

f. Riwayat Penyakit Keluarga :

Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit menular

seprti hiprtensi, DM, jantung dll.


g. Pola Aktifitas Sehari –hari (Activity Daily Living)

NO. AKTIVITAS DI RUMAH DI RUMAH


Sehat Sakit SAKIT
1. Pola Nutrisi Makan 3x sehari Tidak nafsu makan Makan 3x sehari, 2
sendok setiap makan
2. Pola Elkminasi BAB 1x1hari, BAK 5- BAB 3 hari sekali, Belum BAB, BAK 4-
6x/hari BAK 4-5x/hari 5x/hari
3. Pola Istirahat Tidur 8 jam tidur cukup Tidak bisa tidur Tidur tapi sering
terbangun
4. Pola Personal Hygiene Mandi 3x sehari Mandi 1x sehari Seka
5. Pola Aktivitas Bersih bersih, Bedrest Bedrest
memasak
6. Ketergantungan Tidak ada Tidak ada Tidak ada

h. Data Psikologis
1. Status emosi : Normal
2. Konsep Diri
a. Body Image :
Pasien mengatakan tubuhnya tidak sehat dan lemah
b. Self Ideal :
Pasien mengatakan ingin sehat kembali
c. Self esteem :
Pasien mengatakan dirinya dihormati serta dihargai dalam keluarga. klien
tidak malu dengan keadaannya saat ini yang sedang sakit dan masih dirawat
di RS.
d. Role : IRT
e. Identitas :
pasien mengatakan dirinya seorang perempuan, bernama Ny.L tinggi badan
154cm , berumur 53 tahun, tinggal di desa mangliawan ,saat ini dia menjadi
seorang ibu bagi anak-anaknya
i. Data Sosial
1. Pendidikan : SMP
2. Sumber penghasilan : suami
3. Pola komunikasi :
pola komunikasi baik, pasien dapat merespon dengan baik
4. Pola Interaksi : pola interaksi baik meski dengan kondisi bedrest
5. Perilaku : baik
j. Data Spiritual : Beragama Islam
k. Pemeriksaan Fisik
Secara Umum
1. Keadaan Umum : Lemas
2. Kesadaran : Komposmentis
3. Antropometri :
a. TB : 153 cm
b. BB : 60-62kg
4. Tanda vital :
a. TD: 130/80 mmhg
b. N : 80x/menit
c. S : 38,6'C
d. RR : 20x/menit
Secara khusus (Chepalo – Cauda)
1. Kepala dan leher
a. Ekspresi wajah : Kadang meringis
b. Rambut : berwarna hitam, panjang
c. Kulit kepala : bersih, tidak ada lesi dan nyeri tekan
d. Mata : simetris,sclera jernih, konjutiva merah muda, pupil isokor, tidak ada
nyeri tekan
e. Hidung : Tidak ada sumbatan, tidak berlendir, tidak ada pernafasan cuping
hidung, septum di tengah, tidak ada nyeri tekan dan lesi
f. Telinga : Bersih, tidak berlendir, tidak ada luka tekan dan lesi
g. Mulut : keadaan mukosa bibir kiring, lidah kotor, uvula letak simetris
h. Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfa dan tiroid, tidak ada
nyeri tekan dan lesi
2. Pemeriksaan Thorak :
a. Pulmonum
 Inspeksi : ic tidak tampak

 Palpasi : ic teraba di sc v

 Perkusi: pekak

 Auskiultasi: BJ II/I normal, tidak ada gallops tidak ada mur-mur

b. Cardiovascular
 Inspeksi : simetris , tidak ada retraksi dinding dada,tidak ada
penggunaan otot bantu nafas
 Palpasi: stem fremitus ,tidak ada nyeri tekan
 Perkusi: sonor seluruh lapang paru
 Auskiultasi: tidak ada suara tambahan
.
3. Abdomen :
 Inspeksi : tidak ada lesi dan tidak ada benjolan
 Palpasi : terdapat nyeri tekan bagian ulu hati
 Perkusi; suara kembung
 Auskiultasi: suara bising usus normal 5x/menit
4. Inguinal – genetalia dan anus : tidak memiliki riwayat ambeien dan tidak
menggunakan kateter.
5. Ekstremitas : pergerakan sendi bebas, tidak ada kelainan pada ekstrimitas.
tangan bagian kiri terpasang infus.
5 4
Kekuatan otot
5 5
6. Integument : kulit kering
l. Data Penunjang
a. Pemeriksaan Diagnostik
laboratorium tgl 18 Mei 2021
DL, Widal, Rapid antibody

WBC 7.1 x 10₃/ul


RBC 4.65 x 10₆/ul
HGB 12.8 g/dl
HCT 39.0%
MCV 83.9 fl
MCH 27.5 pg
MCHC 32.8 g/dl
PLT 289 x 10₃/ul
LYM% 23.5%
MXD% 8.3%
NEUT% 68.2%
LYM 1.8 x 10₃/ul
MXD 0.6 x 10₃/ul
NEUT 5.1 x 10₃/ul
RDW-SD 43.8 fl
RDW-CV 13.8%
PDW 9.6 fl
MPV 8.8 fl
P-LCR 16.1%
PCT 0.25%
Researchw 7.548 x 10₃/ul
Researchs 1.763 x 10₃/ul

b. Pemeriksaan foto : Tidak ada


m. Therapy medik :
1. Ifus RL 20 tpm
2. Obat injeksi
 Antrain 3x500 mg
 Ondancentrone 3x1 ampul 4ml
 Ranitidine 2x1 ampul 50mg/2ml
 Omeprazole 20mg (k/p) muntah
3. Obat oral
 Parasetamol 500 mg3x1tablet
 Vitamin B complek 3x1 tablet
 Antasida400mg 3x1 tablet
 Chloramphenicol 250 mg 3x1 tablet
 Ambroxol 30mg 3x1 tablet
 Amlodipine 1x5mg tablet
3.1.1 ANALISA DATA HIPERTERMI Dx.1
Tabel 1. 7Analisa Data Hipertermi
MASALAH
DATA ETIOLOGI KEPERAWATAN

DS : Bakteri salmonela Hipertermia


1. Pasien mengatakan demam sudah 10 thyposa
hari.
2. Pasien mengatakan demamnya tinggi Masuk lewat
pada waktu siang dan malam hari. makanan
DO :
 Pasien terlihat lemah.
Menginfeksi saluran
 TD : 130/80 mmHg. pencernaan
 S : 38.6 C.
 N : 80 x/menit. masuk ke usus halus
 RR : 20 x/menit.
 Bibir tampak pecah- pecah. demam thypoid
 Akral teraba panas. Inflamasi
 Lidah putih kotor tepi merah
Hasil laboratrium Masuk kedalam
Leukosit 7.1 x 10₃/ul darah

HT 39.0%
Bakteri
Entrosit 4.65 x 10₆/ul mengeluarkan
endotoksin

Peradangan lokal
meningkat

Merangsang
hipotalamsu

HIPERTERMIA

DS : Bakteri salmonela RESIKO DEFISIT


 Pasien mengatakan mual, thyposa NUTRISI
muntah, nafsu makan
berkurang sudah 10 hari Masuk lewat makanan
 Badan lemas
DO : Menginfeksi saluran
 Pasien terlihat lemah pencernaan
 TD :130/80 mmHg 3)
masuk ke usus halus
 S : .38,6 C̊
demam thypoid
 N : 80 x/menit Inflamsi
 RR : 20 x/menit
 Mukosa bibir terlihat kering
 Lidah putih kotor tepi merah Anoreksia
 Berat badan turun Berat badan menurun

 Nyeri abdomen asam lambung


naik

RESIKO DEFISIT
NUTRISI
2.1.5 Masalah Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien demam tyipoid adalah:
1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi penyakit typoid
2. Resiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan kurangnya intake makanan yang adekuat
2.1.6 Intervensi
Rencana yang dapat diberikan pada klien dengan demam typoid adalah:

DIAGNOSA SLKI SIKI

Hipertermi berhubungan Termoregulasi Menajemen hipertermia


dengan respon sistemik Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi:
dari inflamasi 3x24 jam diharapkan panasnya menurun 1. Identifikasi penyebab
gastrointestinal Kriteria hasil : hipertermia (mis.
Indicator 1 2 3 4 5 dehidrasi, terpapar
Suhu tubuh X Y lingkungan panas)
Nadi dan RR X Y  Memberikan
Suhu kulit X Y penyuluhan
buat SAP dan
Keterangan leaflet
X: sebelum intervensi 2. Monitor suhu tubuh
sesering mungkin
Y: sesudah intervensi
 Pantau suhu
1. Meningkat tubuh
2. Cukup meningkat menimal
3. Sedang setiap 2 jam
4. Cukup menurun 3. Monitor warna dan
5. Menurun suhu kulit
4. Monitor tekanan
darah,nadi dan RR
5. Selimuti pasien
6. Berikan cairan oral
7. Kompres pasien pada
lipatan paha
8. Anjurkan tirah baring
9. Kolaborasi pemberian
obat dengan dokter

Resiko deficit Status nutrisi Manajemen


nutrisi Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan gangguan makan
berhubungan 1x8 jam diharapkan kebutuhan nutrisi meningkat 1. monitor asupan
dengan kurangnya nutrisi dan
intake makanan 1 2 3 4 5 kalori pada
Porsi makan X Y
yang adekuat catatan asupan
yang
dihabiskan 2. berikan diet
Frekuensi X Y yang dimakan
makan mengandung
Nafsu makan X Y diit lunak
rendah serat
Keterangan untuk mencegah
X: sebelum intervensi konstipasi.
Y: sesudah intervensi 3. Monitor berat
1. Menurun badan
2. Cukup menurun
4. Monitor
3. Sedang
4. Cukup meningkat lingkungan
5. Meninggkat selama makan
5. Monitor
frekuensi
makanan
6. Monitor mual
mual muntah
7. Kolaborasi obat
dengan dokter
3.1.1 IMPLEMENTASI
Tabel 1. 12 Implementasi pertama
No Hari/Tgl Dx Tindakan implementasi Respon TTD
/jam keperawatan
1. Selasa,18 Hipertermia 1) Mengkaji dan menanyakan keluhan
mei 2021 pasien
(16;00)  Ds : Klien mengatakan
badanya panas ,mual,batuk
 Do : Pasien terlihat lemah,
Akral teraba panas, Lidah Saat dilakukan tindakan oleh
putih kotor tepi merah
perawat klien dan

2) Mengukur TTV;tekanan keluarganya komperatif dan


darah,nadi,suhu dan pernafasan menerima dengan baik
 TD :106/70mmHg.
 S : 38 C.
 N : 107 x/menit.
 RR : 20 x/menit

3) Mengedukasi kepada pasien untuk


menggunakan pakiaan yang
tipis,longer dan selimut yang tipis
 Pasien menggunakan
pakaiaan yang longer dan
selimut yang tipis
4) Mengedukasi kepda keluarga klien
untuk minum air putih menimal 8
gelas
 Klien minum air putih 4
gelas dala sehari
5) Mengajarkan kepada keluarga klien
untuk kompres hangat dibagian
lipatan paha
 Keluarga klien sedang
melakukan kompres dingin
6) Mengkolabrosai pemberiaan obat
dengan dokter dokter
 Infus RL 20 TPM
 Injeksi Antrain 3x500mg
(iv)
 Injeksi Ondancentrone
3X1ampul 2ml (iv)
 Chloramphenicol 250 mg
3x1 table (oral)
 Antasida 400mg 3x1 tablet
(oral)

2. Selasa,18 Resiko deficit 1. Mengajurkan keluarga untuk


mei 2021 nutrisi membantu dalam pemberiiaan
(17;00) makanan dan cairan peroral secara
adekuat dan sesuai dengan diet dan Klien dan keluarga koperatif
kesukaaan klien saat diberikan tindakan oleh
 Klien diberikan buah perawat
pisang dan biscuit yang
disedikan oleh keluarganya
 Klien makan bubur dan dan
lauk yang disedikan oleh
puskesmas
2. Menganjurkan klien untuk makanan
diit rendah serat
 Edukasi makan bubur tidak
boleh makan gorengan dan
pedas
3. Memonitor frekuensi asupan
makanan
 Edukasi klien makan
sedikit tapi sering
4. Memonitor mual dan mutah
 Menanyakan mual muntah
klien hari ini
5. Mengkolbroasikan obat dengan
dokter
 Infus RL 20 tpm
 Ondancentrone 3x1 ampul
4ml (iv)
 Ranidine 2x1 ampul 50mg
(iv)
 Vitamin B komplek 3x1
tablet (oral)
3.1.1 EVALUASI
3.1.2 Tabel evaluasi hari pertama

N Hari/tgl Dx keperawatan Perkembangan TTD


O /jam
1 Rabu, 19 Hipertermia S:
mei 2021  Klien mengatakan badanya masih panas
(13;00) O:
 Td: 116/73 mmhg
 N : 104x/menit
 RR: 20X/menit
 S: 37,5 c
 Infus RL terpasang dan lancar dengan 20 tpm
 Kulit masih kemerahan
 Lidah putih kotor tepi merah
 Akral teraba panas
 Bibir kering dan pecah-pecah
A:
Masalah belum teratasi

P:
Lanjut intervensi poit 1-6

2 Rabu, 19 Resiko defesit nutrisi S:


mei 2021  Klien mengatakan masih mual
(13:15)  Keluarga klien mengatakan hanya makan 2 sendok
O:
 Hanyamakan 2 sendok dari yang disediakan puskesmas
 Minum air 4 gelas
 Infus Rl terpasang dan lancar dengen 20 tpm
 Bibir terlihat masih kering
 Lidah masih putih kotor tepi merah
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjut intervensi point 1-5
3.1.2 IMPLEMENTASI
Tabel 1. 12 Implementasi hari ke-2
No Hari/Tgl Dx Tindakan implementasi Respon TTD
/jam keperawatan
1. Rabu,19 Hipertermia 1) Mengkaji dan menanyakan keluhan
mei 2021 pasien
(13:30)  Ds : Klien mengatakan
badanya tidak panas dan
batuk kering
 Do : Pasien terlihat lemah, Saat dilakukan tindakan oleh
Lidah putih kotor tepi
perawat klien dan
merah, akral dinggin
keluarganya komperatif dan
2) Mengukur TTV; tekanan darah, menerima dengan baik
nadi, suhu dan pernafasan
 TD :103/70mmHg.
 S : 37 C.
 N : 100 x/menit.
 RR : 18 x/menit

3) Mengedukasi kepada pasien untuk


menggunakan pakiaan yang
tipis,longer dan selimut yang tipis
 Pasien menggunakan
pakaiaan yang longer dan
selimut yang tipis
4) Mengedukasi kepda keluarga klien
untuk minum air putih menimal 8
gelas
 Klien minum air putih 5
gelas dala sehari
5) Mengajarkan kepada keluarga klien
untuk kompres hangat dibagian
lipatan paha
 Keluarga klien sedang
melakukan kompres dingin
6) Mengkolabrosai pemberiaan obat
dengan dokter dokter
 Infus RL 20 TPM
 Injeksi Antrain 3x500mg
(iv)
 Inje ksi Ondancentrone
3X1ampul 2ml (iv)
 Chloramphenicol 250 mg
3x1 table (oral)
 Antasida 400mg 3x1 tablet
(oral)
2. Rabu ,19 Resiko deficit 1. Mengajurkan keluarga untuk
mei 2021 nutrisi membantu dalam pemberiiaan
(14:00) makanan dan cairan peroral secara
adekuat dan sesuai dengan diet dan Klien dan keluarga koperatif
kesukaaan klien saat diberikan tindakan oleh
 Klien makan bubur dan dan perawat
lauk yang disedikan oleh
puskesmas
2. Menganjurkan klien untuk makanan
diit rendah serat
 Edukasi makan bubur tidak
boleh makan gorengan dan
pedas
3. Memonitor frekuensi asupan
makanan
 Edukasi klien makan
sedikit tapi sering
4. Memonitor mual dan mutah
 Menanyakan mual muntah
klien hari ini
5. Mengkolbroasikan obat dengan
dokter
 Infus RL 20 tpm
 Ondancentrone 3x1 ampul
4ml (iv)
 Ranidine 2x1 ampul 50mg
(iv)
 Vitamin B komplek 3x1
tablet (oral)
3.1.3 EVALUASI
Tabel 2. evaluasi hari ke -2

N Hari/tgl Dx keperawatan Perkembangan TTD


O /jam
1 Rabu, 19 Hipertermia S:
mei 2021  Klien mengatakan badanya tidak pasa hanya batuk kering
(16;00) O:
 Td: 120/80 mmhg
 N : 81x/menit
 RR: 20X/menit
 S: 36,6 c
 Infus RL terpasang dan lancar dengan 20 tpm
 Kulit masihkemerahan
 Lidah putih kotor tepi merah berkurang
 Bibir kering dan pecah-pecah
A:
Masalah belum teratasi

P:
Lanjut intervensi poit 1,2,,4dan 6

2 Rabu, 19 Resiko defesit nutrisi S:


mei 2021  Klien mengatakan pusing dan mual
(16:15)  Keluarga klien mengatakan hanya makan 2 sendok
O:
 Hanya makan 2 sendok dari yang disediakan puskesmas
 Minum air 4 gelas
 Infus Rl terpasang dan lancar dengen 20 tpm
 Bibir terlihat masih
 Lidah masih putih kotor tepi merah agak berkurang
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjut intervensi point 1-5
3.1.3 IMPLEMENTASI
Tabel 3. Implementasi hari ke-3
No Hari/Tgl Dx Tindakan implementasi Respon TTD
/jam keperawatan
1. kamis, 20 Hipertermia 1. Mengkaji dan menanyakan keluhan
mei 2021 pasien
(8:00)  Salam terapeutik
 Tanya abar dan keadaan
pasien
2. Mengukur TTV; tekanan darah, Saat dilakukan tindakan oleh
nadi, suhu dan pernafasan
perawat klien dan
 Monitor tanda tanda vital
setiap 2 jam keluarganya komperatif dan
menerima dengan baik
3. Mengedukasi kepada pasien untuk
menggunakan pakiaan yang
tipis,longer dan selimut yang tipis
 Pasien menggunakan
pakaiaan yang longer dan
selimut yang tipis
4. Mengedukasi kepda keluarga klien
untuk minum air putih menimal 8
gelas
 Klien minum air putih 5
gelas dala sehari
5. Mengajarkan kepada keluarga klien
untuk kompres hangat dibagian
lipatan paha
 Keluarga klien sedang
melakukan kompres dingin
6. Mengkolabrosai pemberiaan obat
dengan dokter dokter
 Infus RL 20 TPM
 Injeksi Antrain 3x500mg
(iv)
 Injeksi Ondancentrone
3X1ampul 2ml (iv)
 Chloramphenicol 250 mg
3x1 table (oral)
 Antasida 400mg 3x1 tablet
(oral)
2. kamis ,20 Resiko deficit 1. Mengajurkan keluarga untuk
mei 2021 nutrisi membantu dalam pemberiiaan
(8:30) makanan dan cairan peroral secara
adekuat dan sesuai dengan diet dan Klien dan keluarga koperatif
kesukaaan klien saat diberikan tindakan oleh
 Klien makan bubur dan dan perawat
lauk yang disedikan oleh
puskesmas
2. Menganjurkan klien untuk makanan
diit rendah serat
 Edukasi makan bubur tidak
boleh makan gorengan dan
pedas
3. Memonitor frekuensi asupan
makanan
 Edukasi klien makan
sedikit tapi sering
4. Memonitor mual dan mutah
 Menanyakan mual muntah
klien hari ini
5. Mengkolbroasikan obat dengan
dokter
 Infus RL 20 tpm
 Ondancentrone 3x1 ampul
4ml (iv)
 Ranidine 2x1 ampul 50mg
(iv)
 Vitamin B komplek 3x1
tablet (oral)
3.1.4 EVALUASI
Tabel 3. evaluasi hari ke -3

N Hari/tgl Dx keperawatan Perkembangan TTD


O /jam
1 kamis, Hipertermia S:
20 mei  Klin mengatakan sudah tidak panas
2021  batuk
(12:00) O:
 Td: 100/80 mmhg
 N : 91x/menit
 RR: 20X/menit
 S: 36,6 c
 Infus RL terpasang dan lancar dengan 20 tpm
 Pasien sudah tidak panas
 Bibir lembab
 Lindah putih kotor berkurang
A:
Masalah teratasi sebagian

P:
Lanjut intervensi poit 1,2,3,4,dan 6

2 Kamis , Resiko defesit nutrisi S:


20 mei  Klien mengatakan pusing
2021  Keluarga klien mengatakan sudah bisa makan 5 sendok
(12.10) O:
 Pasien sudah mau makan 5 sendok dari yang disediakan puskesmas
 Minum air 8 gelas
 Infus Rl terpasang dan lancar dengen 20 tpm
 Bibir terlihat lembab
 Lidah masih putih kotor tepi merah sudah berkurang berkurang
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjut intervensi point 1,3-5
3.1.4 IMPLEMENTASI
Tabel 3. Implementasi hari ke-4
No Hari/Tgl Dx Tindakan implementasi Respon TTD
/jam keperawatan
1. jumat, 21 Hipertermia 1. Mengkaji dan menanyakan keluhan
mei 2021 pasien
(8:00)  Salam terapeutik
 Tanya abar dan keadaan
pasien
2. Mengukur TTV; tekanan darah, Saat dilakukan tindakan oleh
nadi, suhu dan pernafasan
perawat klien dan
 Monitor tanda tanda vital
setiap 2 jam keluarganya komperatif dan
menerima dengan baik
3. Mengedukasi kepada pasien untuk
menggunakan pakiaan yang
tipis,longer dan selimut yang tipis
 Pasien menggunakan
pakaiaan yang longer dan
selimut yang tipis
4. Mengedukasi kepda keluarga klien
untuk minum air putih menimal 8
gelas
 Klien minum air putih 5
gelas dala sehari
5. Mengajarkan kepada keluarga klien
untuk kompres hangat dibagian
lipatan paha
 Keluarga klien sedang
melakukan kompres dingin
6. Mengkolabrosai pemberiaan obat
dengan dokter dokter
 Infus RL 20 TPM
 Injeksi Antrain 3x500mg
(iv)
 Injeksi Ondancentrone
3X1ampul 2ml (iv)
 Chloramphenicol 250 mg
3x1 table (oral)
 Antasida 400mg 3x1 tablet
(oral)
2. Jumaat ,21 Resiko deficit 1. Mengajurkan keluarga untuk
mei 2021 nutrisi membantu dalam pemberiiaan
(8:30) makanan dan cairan peroral secara
adekuat dan sesuai dengan diet dan Klien dan keluarga koperatif
kesukaaan klien saat diberikan tindakan oleh
 Klien makan bubur dan dan perawat
lauk yang disedikan oleh
puskesmas
2. Menganjurkan klien untuk makanan
diit rendah serat
 Edukasi makan bubur tidak
boleh makan gorengan dan
pedas
3. Memonitor frekuensi asupan
makanan
 Edukasi klien makan
sedikit tapi sering
4. Memonitor mual dan mutah
 Menanyakan mual muntah
klien hari ini
5. Mengkolbroasikan obat dengan
dokter
 Infus RL 20 tpm
 Ondancentrone 3x1 ampul
4ml (iv)
 Ranidine 2x1 ampul 50mg
(iv)
 Vitamin B komplek 3x1
tablet (oral)
3.1.5 EVALUASI
Tabel 4. evaluasi hari ke -4

N Hari/tgl Dx keperawatan Perkembangan TTD


O /jam
1 kamis, Hipertermia S:
20 mei  Klin sudah tidak ada keluhan
2021 O:
(12:00)  Td: 103/90 mmhg
 N :80 x/menit
 RR: 18X/menit
 S: 36,5c
 Infus RL dilepaskan
 Bibir lembab
A:
Masalah teratasi

P:
Hentikan intervensi poit 1-6

2 Kamis , Resiko defesit nutrisi S:


20 mei  Sudah tidak ada keluhan
2021 O:
(12.10)  Pasien sudah mau makan 5 sendok dari yang disediakan puskesmas
 Minum air 8 gelas
 Infus Rl dilepaskan
 Bibir terlihat lembab
A:
Masalah teratasi
P:
Hentikan intervensi point 1-5

Anda mungkin juga menyukai