TINJAUAN TEORITIS
1. Definisi
Salmonella thyposa
Saluran pencernaan
Usus halus
Jaringan limfoid
Otak Aliran darah
SSP
Seluruh tubuh kel. Limfoid masuk retikulodentelial
Desisit perawatan
Mual Muntah Anoreksia
diri (oral Hygiene)
Paristaltik Paristaltik
Usus Usus
Gg. Pemenuhan
lidah tertutup nafas berbau
nutrisi Konstipasi Diare
selaput putih tidak sedap
kotor kekurangan
Dehidrasi cairan dan
elektrolit
3. Manifestasi Klinis
a. Demam
Pada mulut terdapat nafas bau tidak sedap, bibir kering dan pecah-
pecah. Lidah ditutupi selaput putih kotor, ujung di temukan
kemerahan, jarang di temui tremor, Pada abdomen mungkin di
temukan keadaan perut kembung. Hati dan limfa membesar disertai
nyeri pada perabaan, biasanya didapatkan konstipasi akan tetapi
mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare.
c. Gangguan kesadaran
Umumnya kesdaran penderita menurun walaupun tidak seberapa
dalam yaitu apatis sampai somnollen. Jarang stupor, koma atau
gelisah. Disamping gejala-gejala yang biasanya di temukan tersebut,
mungkin pula ditemukan gejala lain. Pada punggung dan anggota
gerak dapat ditemukan bintik-bintik kemerahan karena emboli basil
dalam kapiler kulit. Biasanya ditemukan dalam minggu pertama
demam kadang-kadang ditemukan bradikardia pada anak besar dan
mungkin pula di temukan epistaktis. Transmisi terjadi melalui
makanan dan minuman yang terkontraminasi urin/feses dari penderita
tifus akut dan para pembawa kuman /kapiler. Empat F (Fingers, Files,
Fomites dan Fluids) dapat menyebarkan kuman kemakanan, susu,
buah, dan sayuran yang sering di makan tanpa di cuci/dimasak.
sehingga dapat terjadi penularan penyakit, terutama terdapat di
Negara-negara yang sedang berkembang dengan kesulitan pengadaan
pembuangan kotoran (sanitasi) yang andal. Masa inkubasi demam
thypoid berlangsung sehingga 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari)
bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama masa
inkubasi penderita tetap dalam keadaan asimtomatis. (Rief, 2008)
4. Penatalaksanaan
a. Perawatan
b. Diet
10) Harus diberikan rendah serat karena pada thypoid abdominalis ada
Juka di ileum terminale bila banyak selulosa maka akan menyebabkan
11) Peningkatan kerja usus, hal ini menyebabkan luka makin hebat.
c. Obat
1) Kloramfenikol
2) Tiamfenikol
b. Intoleransi Aktivitas
h. Gangguan Eliminasi
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Rutin
Walaupun pada pemeriksaan darah perifer lengkap sering ditemukan
leukopenia, dapat pula terjadi kadar leukosit normal atau leukositos.
Leukositos dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder,
selain itu pula dapat ditemukan anemia ringan dan trombositopenia.
Pada pemeriksaan hitung jenis leukosit dapat terjadi aneosinofilia
maupun limfopenia. Laju endap darah pada demam thypoid dapat
meningkat.
b. SGOT dan SGPT
Sering kali meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh,
kenaikan SGOT dan SGPT tidak memerlukan penanganan khusus
c. Uji Widal
Uji Widal dilakukan untuk deteksi antibody terhadap kuman S.thypy.
pada uji widal terjadi suatu reaksi aglutinasi antara S.thypy dengan
antibody yang di sebut agglutinin. Antigen yang di gunakan pada uji
widal adalah suspense salmonella yang sudah di matikan dan diolah
dilaboratoium (Nursalam, dkk,2008)
d. Uji TUBEX
Uji TUBEX merupakan uji semi-kuantitatif kolometrik yang cepat
(beberapa menit) dan mudah untuk dikerjakan. Uji ini mendeteksi
antibody anti-S thypy 09 pada serum pasien, dengan cara menghambat
ikatan antara lgM anti-09 yang terkonjugasi pada pada partikel
magnetic latek. Hasil positif uji tubex ini menunjukan terdapat infeksi
salmonella sorogrup walau tidak secara spesifik menunjukan pada
S.thypy . infeksi oleh S.parathypy akan memberikan negatif.
e. Uji lgM dipstick
Uji ini secara khusus mendeteksi antibody lgM spesifik terhadap
S.thypi pada specimen serum atau whole blood. Uji ini menggunakan
strip yang mengandung antigen lipopolisakardia (LPS) S.thypy dan
antigen lgM (sebagai control), reagen deteksi yang mengandung
antibody anti lgM yang dilekati oleh lateks pewarna, cairan
membasahi strip sebelum sebelum di inkubasi dengan reagen dan
serum pasien, tabung ujin komponen kelengkapan ini stabil untuk di
simpan selama 2 tahun pada suhu 4-25ºC di tempat kering tanpa
paparan sinar matahari.
f. Kultur Darah
Hasil biakan darah yang positif memastikan demam thypoid, akan
tetapi hasil negatif tidak menyingkirkan demam thypoid, karena
mungkin di sebabkan beberapa hal sebagai berikut :
1) Telah mendapat terapi antibiotic. Bila pasien sebelum dilakukan
kultur darah telah mendapat antibiotic, pertumbuhan kuman
dalam media biakan terhambat dan hasil mungkin negative.
2) Volume darah yang kurang diperlukan kurang lebih 5cc darah.
Bila darah yang di biak terlalu sedikit hasil biakan bisa negative.
Darah yang diambil baiknya secara bedside langsung dimasukan
kedalam media cair empedu untuk pertumbuhan kuman.
3) Riwayat vaksinasi dimasa lampau menimbukan antibody dalam
darah pasien, antibody (agglutinin) ini dapat menekan bakterimia
hingga biakan darah dapat negative.
4) Saat pengambilan darah setelah minggu pertama, pada saat
agglutinin semakin meningkat. (Nursalam, dkk, 2008).
8. Pencegahan
Usaha pencegahan thypoid dapat dibagi sebagai berikut ;
a. Usaha terhadap lingkungan hidup
1) Penyediaan air minum yang memenuhi syarat
2) Pembuangan kotoran manusia yang hygiene
3) Pemberantasan lalat
4) Pengawasan terhadap rumah-rumah makan dan penjualan
makanan
b. Usaha terhadap manusia
1) Imunisasi
2) Menemukan dan mengawasi carrier thypoid
3) Pendidikan kesehatan kepada masyarakat
Dari usaha-usaha tersebut diatas, perbaikan sanitasi, dan
pendidikan kesehatan kepada masyarakat merupakan usaha-usaha
yang paling efektif, walapun membutuhkan waktu yang lama,
akan tetapi hasilnya akan komulatif dan menetap. Vaksinasi
massal merupakan insiden penyakit, tetapi efeknya hilang setelah
beberapa tahun. Oleh karena itu vaksinasi perlu di ulang tiap 5
tahun sekali sehingga memerlukan banyak biaya. (Aru W Sudoyo,
dkk, 2009).
B. Pendekatan Proses Keperawatan
Proses keperawatan adalah metode asuhan keperawatan yang ilmiah,
sistematis, dinamis dan terus menerus serta berkesinambungan dalam rangka
pemecahan masalah kesehatan pasien / klien, dimulai dari pengkajian
(Pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah), diagnosis
keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan dan penilaian
tindakan keperawatan. (Alimun Aziz Hidayat, 2009)
1. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya pengumpulan data secara lengkap dan sisrtematis
untuk di kaji dan di analisa sehingga masalah kesehatan dan keperawatan
yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial, maupun spiritual dan dapat
di tentukan.
a. Pengumpulan data
1) Biodata
Penyakit ini biasanya terjadi pada usia anak-anak dan ada yang
sudah dewasa, biasanya terjadi pada pria maupun wanita yang
kurang menjaga asuhan makanannya dan tidak bisa menjaga pola
hidup sehat.
2) Keluhan utama
Keluhan utama pada klien thypoid, keluhan utama yang menonjol
yang di rasakan oleh klien adalah badan panas, lemas, lesu, mual dan
muntah
3) Riwayat kesehatan sekarang
Membahas masalah kesehatan klien sekarang yang dirasakan dengan
menggunakan pendektan PQRST, yaitu :
a) P (provokatif / Paliatif) merupakan penyebab dari timbulnya
keluhan pasien sekarang.
b) Q (Qualitas / Quantitas) menunjukan berat ringannya keluhan
yang di rasakan klien.
c) R (Region / Radiadi) menunjukan daerah mana yang terkena.
d) S (Skala severity) menunjukan apa yang memperberat dan
memperingan keluhan klien.
e) T (Time) menunjukan waktu terjadinya dan berapa lama
keluhan itu terjadi.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah dahulu klien pernah mengala keterpaparan, penggunaan
obat-obatan, peminum alcohol dan apakah klien pernah menderita
penyakit yang ada hubungannya dengan apa yang di deritai oleh
klien sekarang.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah diantara keluarga klien ada yang menderita penyakit yang
sama dengan yang di derita klien sekarang, penyakit genetic, atau
penyakit menular lainya terutama dengan riwayat penyakit thypoid.
6) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Tanda tanda vital biasanya di temukan penurunan tekanan
darah, frekuensi nadi yang meningkat, pola pernapasan, yang
cepat dan dangkal serta peningkatan suhu tubuh (>37ºC) berat
badan kurang ideal bahkan ada yang hingga penurunan
kesadaran yaitu somnollen sampai apatis.
b) Pemeriksaan persistem
(1) Sistem penglihatan
Biasanya ditemukan konjungtiva yang anemis menurun,
tidak ada kelainan yang lainya pada system penglihatan.
(2) Sistem pendengaran
Pada pasien thypoid tidak ada kelainan pada sistem
pendengaranya.
(3) Sistem penciuman
Bentuk hidung, kebersihan hidung, fungsi hidung, sebagai
alat indera penciuman.
(4) Sistem pernapasan
Frekuensi nafas, tidak ada suara tambahan, dan tidak
terdapat cuping hidung.
(5) Sistem kardiovaskuler
Biasanya dengan pasien thyfoid ditemuikan tekanan darah
yang meningkat akan tetapi bisa di dapatkan takikardi saat
pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.
b) Pola eliminasi
Kebiasaan BAB 5x/hari atau lebih, klien tampak lemah, dan
BAK lancar, peristaltic usus bisa meningkat, frekuensi,
warna, bau, konsistensi dan jumlah.
c) Pola istirahat tidur
Klien tampak lemas dan konjungtiva pucat. Kebiasaan tidur
sehari-hari, jam tidur, kurang tidur, sering terbangun waktu
tidur, masalah yang berhubungan dengan tidur.
d) Personal hygiene
Kebiasaan mandi, cuci rambut, ganti pakaian, gosok gigi,
gunting kuku.
8) Data psikologis, social dan spiritual
a) Data psikologis
Klien dengan penyakit thypoid biasanya klien mengalami
cemas, ketakutan, perasaan tidak berdaya.
b) Data social
Klien dengan penyakit thypoid biasanya klien tidak
ditemukan kelainan pada data sosial.
c) Data spiritual
Dikaji tentang agama yang di anut, dan kebiasaan
beribadah.
9) Data penunjang
a) Darah
Pada penderita demam thypoid bisa didapatkan anemia,
jumlah leukosit normal, bisa menurun atau meningkat.
Penelitian oleh beberapa ilmuan mendapatkan bahwa
hitung jumlah dan jenis leukosit serta laju endap darah
tidak mempunyai nilai sensitivitas, spesifitas dan nilai
normal yang cukup tinggi untuk dipakai dalam
membedakan antara penderita demam thypoid atau
bukan, akan tetapi adanya leukopenia dan limpositos
relatif menjadi dugaan kuat diagnosis thypoid.
b) SGOT, SGPT
sering meningkat,tetapi akan kembali normal setelah
sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak
memerlukan penanganan khusus.
c) Uji Widal
Titer 1/160 : masih dilihat dulu dalam 1 minggu ke
depan, apakah ada kenaikan titernya, jika ada maka
dinyatakan (t). Jika 1x pemeriksaan langsung 1/320 atau
1/640, langsung dinyatakan (t) pada pasien dengan
gejala khas.
10) Analisa data
Analisa data merupakan kegiatan akhir dalam tahap pengkajian
setelah di lakukan validasi data. Melalui identifikasi pola atau
masalah dapat di ketahui gangguan/ masalah keperawatan yang
terdapat dan fungsi kesehatan, seperti pada persepsi tatalaksana
kesehatan, pada aktivitas latihan, pola nutrisi (Hidayat, 2009).
No Data Etiologi Masalah
2. Diagnosa keperawatan
Diagnose keperawatan adalah suatu pertanyaan tentang masalah
ketidaktahuan dan atau ketidakmauan dan atau ketidakmauan pasien baik
dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari maupun dalam penangulangan
masalah kesehatan tersebut berhubungan dengan penyebab (etiologi) dan atau
gejala.
Diagnose keperawatan yang mungkin muncul pada klien thypoid adalah
sebagai berikut :
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi salmonella Thypi.
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
c. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan output yang berlebihan.
d. Gangguan intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
e. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan redaksi perangsangan
pada usus.
f. Gangguan istirahat tidur sehubungan dengan stimulasi demam.
g. Gangguan pola eliminasi sehubungan dengan proses infeksi dalam usus
halus.
h. Gangguan rasa aman cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan.
i. Gangguan deficit perawatan diri sehubungan dengan kurangnya
perawatan diri dan kelemahan fisik.
3. Perencanaan
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi salmonella typhi dan
inflamasi usus, Tujuan : Pasien mempertahankan suhu dalam batas
normal. Kriteria hasil: Suhu tubuh tetap berada dalam batas yang dapat di
terima.
Intervensi Rasional
2. Anjurkan klien menggunakan Untuk menjaga agar klien merasa nyaman, pakaian
pakaian yang tipis dan tipis akan membantu mengurangi penguapan tubuh
menyerap keringat
3. Batasi pengunjung dan kulit Agar klien merasa tenang dan udara di dalam
tidak kemerahan ruangan tidak terasa panas.
4. Observasi TTV tiap 4 jam sekali Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk
dan akral hangat mengetahui keadaan umum pasien.
(Wong, 2007)
b. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan anoreksia.
Tujuan : pasien mengkonsumsi makanan yang cukup untuk
pertumbuhan dan perkembangan.
Kriteria hasil : klien menkonsumsi nutrisi yang cukup.
Intervensi Rasional
1. Berikan makanan sedikit dalam Makan banyak sulit untuk mengatur pasien
frekuensi sering anorexia
3. Anjurkan makan pada posisi Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat
duduk dan tegak meningkatkan pemasukan nafsu makan dan untuk
menambah selera makan
(Wong,2007)
Intervensi Rasional
(Wong, 2007)
3. Libatkan dukungan dan bantuan Diharapkan keluarga mampu untuk aktif dalam
keluarga pada latihan rentang perawatan dan latihan rentang gerak secara
gerak dan aktivitas klien konsisten
(Wong, 2007)
e. Gangguan istirahat tidur sehubungan dengan stimulasi demam
Tujuan : konjungtiva pucat dank lien tampak lemas
Kriteria hasil : konjungtiva tidak pucat , Klien tidak lesu, wajah tampak
segar, dan tidur klien teratur.
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
(arief, 2008)
Intervensi Rasional
(Arief, 2008)
Intervensi Rasional
(Arief, 2008)
i. Gangguan defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan : kuku terlihat panjang, rambut berantakan, penampilan terlihat
tidak rapih
Kriteria hasil : klien mampu bergerak sesuai intoleransi, klien dapat
memakai pakaian secara mandiri, klien dapat mempertahankan kebersihan
diri dank lien mempu membersihakan diri, bantu klien memilih pakaian
yang mudah di pakai/ di lepas.
Intervensi Rasional
(Arief, 2008)
4. Implemintasi
Tahap dimana perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan
intervensi/ peencanaan yang telah di tentukan. Tahap ini merupakan
pelaksanaan dari semua rencana tindakan keperawatan yang telah di tentukan.
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang
telah di tetapkan. Pada tahap ini melibatkan kolaborasi dengan tim kesehatan
lainnya yang bertanggung jawab terhadap perawatan klien. Perencanaan
tindakan keperawatan akan dapat di laksanakan dengan baik jika mempunyai
keinginan untuk berpartisipasi dalam melaksanakan keperawatan (Nursalam,
2009).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujian
melihat sejauh mana diagnosa keperawatan, intervensi keperawata dan
kesalahan yang terjadi selama pengkajian, analisa data, intervensi,
mengimplementasi keperawatan (Hidayat, 2009).
Tujuan evaluasi adalah klien melihat kemampuan klien dalam mencapai
tujuan , ini bisa di di lakukan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap
tindakan i beri yang di berikan. Evaluasi yang di gunakan yaitu evaluasi
formaif yaitu yaitu, evaluasi setelah rencana keperawatan di lakukan untuk
membuat keefekti i ektifan tindakan yang di lakukan seara berkelanjutan
sehingga tujuan tercapai.