Anda di halaman 1dari 19

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK DENGAN


DEMAM TIFOID

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kenaikan Status Kepegawaian

Disusun Oleh :

Hani Maharoyani, S.Kep.,Ners


NIK : KMC.0119.05.07.698

RUMAH SAKIT UMUM KUNINGAN MEDICAL CENTER


 Jln. R.E. Martadinata No. 1 Kertawangunan, Sindangagung - Kuningan
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh
Salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang
terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini juga merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan
urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang
buruk serta standar higiene industri pengolahan makanan yang masih rendah
(Simanjuntak, C.H, 2009).
Demam thypoid atau adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan
gangguan keasadaran. Demam thypoid disebabkan oleh infeksi salmonella typhi. (Lestari
Titik, 2016).
Thypoid fever atau demam tifoid adalah penyakit infeksi akut pada usus halus
dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan
dan dengan gangguan kesadaran. (Wijayaningsih kartikasari, 2013).

B. Etiologi
Penyebab utama demam tifoid adalah bakteri Salmonella thypi. Bakteri salmonella
typhi adalah berupa basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidakberspora, dan
mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O (somatik yang terdiri atas zat kompleks
lipopolisakarida), antigen H (flegella), dan antigen VI. Dalam serum penderita,
terdapatzat (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman tumbuh pada
suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15-41 derajat celsius (optimum 37 derajat
celsius) dan pH pertumbuhan 6-8. Faktor pencetus lainnya adalah lingkungan, sistem
imun yang rendah, feses, urin, makanan/minuman yang terkontaminasi, dan lain
sebagainya. (Lestari Titik, 2016).
C. Manifestasi Klinik
Demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Masa
tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan
jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan
gejala prodromal, perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri, nyeri kepala, pusing dan tidak
bersemangat, kemudian menyusul gejala klinis yang biasanya di temukan, yaitu: (Lestari
Titik, 2016)
1. Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remitten dan
suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap
hari, menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam
minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor, ujung dan tepinya kemerahan. Pada
abdomen dapat di temukan keadaan perut kembung, mual, muntah, diare, dan
konstipasi, Hati dan limpa membesar disertai nyeri dan peradangan.
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi
supor, koma atau gelisah (kecuali penyakit berat dan terlambat mendapatkan
pengobatan). Gejala yang juga dapat ditemukan pada punggung dan anggota gerak
dapat ditemukan reseol, yaitu bintikbintik kemerahan karena emboli hasil dalam
kapiler kulit, yang ditemukan pada minggu pertama demam, kadang-kadang
ditemukan pula takikardi dan epistaksis.
4. Relaps
Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam thypoid, akan tetap
berlangsung ringan dan lebih singkat. Terjadinya pada minggu kedua setelah suhu
badan normal kembali, terjadinya sukar diterangkan. Menurut teori relaps terjadi
karena terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh
obat maupun oleh zat anti.
D. Patofisiologi

Kuman Salmonella masuk bersama makanan/minuman. Setelah berada dalam


usus halus kemudian mengadakan invasi ke jaringan limfoid usus halus (terutama Plak
Peyer) dan jaringan limfoid mesenterika. Setelah menyebabkan peradangan dan nekrose
setempat, kuman lewat pembuluh limfe masuk ke aliran darah (terjadi bakteremi
primer) menuju ke organ-organ terutama hati dan limfa. Kuman yang tidak difagosit
akan berkembang biak dalam hati dan limfa sehingga organ tersebut membesar disertai
nyeri pada perabaan.
Pada akhir masa inkubasi (5-9 hari) kuman kembali masuk dalam darah
(bakteremi sekunder) dan menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limfoid
usus halus, menimbulkan tukak berbentuk lonjong di atas Plak Peyer. Tukak tersebut
dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Pada masa bakteremi ini, kuman
mengeluarkan endotoksin yang mempunyai peran membantu proses peradangan lokal
dimana kuman ini berkembang.
Demam tifoid disebabkan karena Salmonella Typhosa dan endotoksinnya
merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh lekosit pada jaringan yang
meradang. Zat pirogen ini akan beredar dalam darah dan mempengaruhi pusat
termoregulator di hipotalamus yang menimbulkan gejala demam.
PATHWAY

Kuman Salmonella typhi yang


Lolos dari asam Dimusnahkan oleh asam
masuk ke saluran
gastrointestinal lambung

Pembuluh darah limfe Bakteri masuk usus halus

Peredaran darah (bakterimia Masuk retikulo endothelial


promer) (RES) terutama hati dan limfa

Masuk kealiran darah


Berkembang biak di hati dan
(bakteremia sekunder)
limfa

Empedu Endotoksin

Terjadi kerusakan sel


Rongga usus pada
kel. Limfoid halus
Merangsang melepas zat
epirogen oleh leukosit
Pembesaran hati Pembesaran limfe

Mempengaruhi pusat
Hepatomegali Splenomegali
thermoregulator
dihipotalamus

Lase plak peyer Penurunan /


peningkatan motalitas Hypertermi
usus

Erosi Resiko kekurangan


Penurunan / peningkatan
volume cairan
peristaltic usus

Nyeri

Konstipasi / diare Peningkatan asam


lambung
Perdarahan masif

Anoreksia mual muntah

Komplikasi perforasi dan Ketidakseimbangan nutrisi


perdarahan usus kurang dari kebutuhan tubuh

(Nanda Nic-Noc.2013)
E. Komplikasi
1. Komplikasi intestinal : perdarahan usus, perporasi usus dan ilius paralitik.
2. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis,
trombosis, tromboplebitis.
3. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia dan syndrome uremia hemolitik.
4. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
5. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, dan kolesistitis.
6. Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
7. Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.
8. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meninggiusmus, meningitis, polineuritis
perifer, sindroma guillain bare dan sindroma katatonia (Lestari Titik, 2016).

F. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut widodo 2007 Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah
pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :
1. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia
dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai.
Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi
berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun
tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah
leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
2. Pemeriksaan SGOT Dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali
normal setelah sembuhnya typhoid.
3. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah
negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan
hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
a. Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal
ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu
pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat
bakteremia berlangsung.
b. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan
berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah
dapat positif kembali.
c. Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi
dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah
negatif.
d. Pengobatan dengan obat anti mikroba
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin
negatif.

4. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan
typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang
digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah
di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin
dalam serum klien yang disangka menderita tifoid. Akibat infeksi oleh salmonella
thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
a. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh
kuman).
b. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel
kuman).
c. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai
kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan
titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita tifoid.
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap kuman
Salmonella typhi. Uji widal dikatakan bernilai bila terdapat kenaikan titer widal 4 kali
lipat (pada pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau titer widal O > 1/320, titer H > 1/60
(dalam sekali pemeriksaan) Gall kultur dengan media carr empedu merupakan
diagnosa pasti demam tifoid bila hasilnya positif, namun demikian, bila hasil kultur
negatif belum menyingkirkan kemungkinan tifoid, karena beberapa alasan, yaitu
pengaruh pemberian antibiotika, sampel yang tidak mencukupi.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada demam typhoid antara lain:
1. Perawatan
a. Klien diistirahatkan 7 hari sampai 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan
usus.
b. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada
komplikasi perdarahan.
2. Diet
a. Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
b. Pada penderita yang akut dapat diberikan bubur saring.
c. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
d. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
3. Obat-obatan
Antibiotika umum digunakan untuk mengatasi penyakit typhoid. Waktu
penyembuhan bisa makan waktu 2 minggu hingga satu bulan. Antibiotika, seperti
ampicilin, kloramfenikol, trimethoprim sulfamethoxazole dan ciproloxacin sering
digunakan untuk merawat demam typhoid di negara-negara barat. Obat-obatan
antibiotik adalah:
- Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali
pemberian, oral atau intravena, selama 14 hari.
- Bilamana terdapat kontra indikasi pemberian kloramfenikol, diberikan ampisilin
dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3- 4 kali. Pemberian intravena
saat belum dapat minum obat, selama 21 hari.
- Amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/ hari, terbagi dalam3-4 kali. Pemberian
oral/intravena selama 21 hari.
- Kotrimoksasol dengan dosis 8 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3 kali pemberian,
oral, selama 14 hari.
- Pada kasus berat, dapat diberi ceftriakson dengan dosis 50 mg/kgBB/hari dan
diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kgBB/hari, sehari sekali, intravena selama 5-7
hari.
- Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotika adalah
meropenem, azithromisin, dan fluoroquinolon.

Bila tak terawat, demam typhoid dapat berlangsung selama tiga minggu
sampai sebulan. Kematian terjadi antara 10% dan 30 % dari kasus yang tidak
terawat. Pengobatan penyulit tergantung macamnya. Untuk kasus berat dan dengan
manifestasi nerologik menonjol, diberi deksamethason dosis tinggi dengan dosis
awal 3 mg/kgBB, intravena perlahan (selama 30 menit). Kemudian disusul
pemberian dengan dosis 1 mg/kg BB dengan tenggang waktu 6 sampai 7 kali
pemberian. Tatalaksanaan bedah dilakukan pada kasus-kasus dengan penyulit
perforasi usus.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA AN.A DENGAN DEMAM TIFOID
DI RUANG RUBI 2 RSU KUNINGAN MEDICAL CENTER

A. Pengkajian
1. Identitas
Nama : An.A
No. RM : 108198
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 09 Juni 2018
Umur : 4 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Alamat : Desa Cilaja, Kec.Kramatmulya
Tanggal masuk RS : 21-07-2022
Tgl. pengkajian : 22-07-2022
2. Keluhan Utama
Demam tinggi
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu pasien mengatakan anaknya demam tinggi. Demam dirasakan sudah ±10 hari,
demam pasien sempat turun selama 3 hari, kemudian pasien demam kembali. Ibu
pasien mengatakan, demam anaknya naik turun, demam naik saat sore hari sampai
malam hari, saat pagi dan siang hari pasien tidak ada demam. Demam turun setelah
anaknya minum obat penurun demam. Demam dirasakan di seluruh tubuh, akral
teraba hangat, suhu tubuh 39,5 ⁰C. Pasien tampak lemah, bibir dan mukosa tampak
kemerahan. Demam disertai sakit perut dan penurunan nafsu makan.
4. Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita
Menurut Ibu pasien, anaknya pernah dirawat dengan keluhan demam dan mencret
saat usia ± 2 tahun.
5. Riwayat Pembedahan
Tidak ada
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut Ibu pasien, di lingkungan keluarga tidak ada yang sedang sakit ataupun ada
penyakit keturunan.
7. Riwayat Alergi
Tidak ada
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
K/u pasien tampak lemah, kesadaran Compos mentis
b. Berat Badan : 15 kg
c. Tanda-tanda vital
TD :-
Nadi : 118x/menit
Respirasi : 25x/menit
Suhu : 39,5 ⁰C
d. Rambut : Tampak Bersih
e. Mata dan Penglihatan : Normal
f. Hidung : Normal
g. Mulut : Tampak bibir dan mukosa kemerahan, tampak bercak putih di lidah
h. Telinga dan Pendengaran : Bersih
i. Leher : Normal, tidak teraba benjolan
j. Dada : Normal, simetris, suara nafas vesikuler
k. Kardiovaskular : Normal, Caffilary refill baik
l. Perdarahan : Tidak ada
m. Turgor kulit : Elastis
n. Ekstremitas : Akral teraba hangat
o. Gastrointentinal : Perut kembung
p. Genitourinaria : Normal
q. Defekasi : Pasien BAB 2x, konsistensi lembek
r. Kulit : Normal
s. Muskuloskeletal : Berjalan

9. Pola Aktivitas Sehari-hari


Kode :
4 = 100% Total Care
3 = 75% Total Care
2 = 50% Minimal Care
1 = 25% Intermediate
0 = Mandiri
Score Pasien = 50%
10. Penanganan Manajemen Nyeri

Berdasarkan pengkajian, pasien mengalami nyeri perut dengan skala nyeri 4


11. Status Emosi Terhadap Hospitalisasi
a. Bagaimana reaksi anak terhadap perawatan di Rumah Sakit?
Pasien tampak tenang.
b. Bagaimana reaksi orang tua terhadap perawatan di Rumah Sakit?
Orang tua tampak tenang.
c. Apakah dokter sudah menjelaskan mengenai kondisi anak kepada keluarga?
Keluarga sudah mendapat penjelasan mengenai kondisi anak oleh dokter IGD.
d. Apakah keluarga mengerti mengenai keadaan penyakit anaknya?
Keluarga mengerti dengan kondisi anaknya.
12. Pemeriksaan Resiko Jatuh Humpty Dumpty Scale
Parameter Kriteria Score Hasil
< 3 tahun 4 3
3 tahun sampai dengan < 7 tahun 3
Umur
7 tahun sampai dengan < 13 tahun 2
13 tahun lebih 1
Laki-Laki 2 2
Jenis Kelamin
Perempuan 1
Penyakit Syaraf 4
Penyakit saluran pernafasan, Anemia, 3
Diagnosa Dehidrasi
Disorientasi Lingkungan 2
Diagnosis Ringan 1 1
Riwayat jatuh dari tempat tidur umur < 3 4
tahun
Kemampuan
Menggunakan alat bantu 3
Kognitif
Berbaring di tempat tidur 2
Di area rawat jalan 1 1
Dalam waktu 24 jam 3
Respon terhadap Dalam waktu 48 jam 2
tindakan/anestesi Lebih 48 jam 1 1

Penggunaan Obat Penggunaan obat sedatif (termasuk pasien 3


ICU lumpuh dan bius), hipnotik
phenobarbital, antidepresan, obat pecahar
diuretik
Menggunakan salah satu obat diatas 2
Tidak menggunakan obat 1 1
TOTAL 9
Ket :
Resiko Ringan : 7-11 √
Resiko Tinggi : >12

13. Riwayat Pemberian Obat di Rumah


Jenis Obat Dosis Pemberian Terakhir
Paracetamol Syrup 3x1 cth Tanggal 21-07-2022
Jam 16.00

14. Pemeriksaan Penunjang


- Pemeriksaan Widal
Thypi O : 1/160
Thypi BO : 1/160
Thypi CO : 1/160
- Pemeriksaan Darah ditemukan nilai Leukosit : 10.900
15. Penatalaksanaan Medis
- Therapy infus : Kaen 1B 12 tpm/makro
- Ceftriaxone 2x500
- Dexamethasone 3x1/4 ampul
- Paracetamol infus 4x150 mg
- Zink Syrup 1x1 cth
B. Analisa Data
Data Subjektif dan Masalah Keperawatan
Tanggal
Objektif Hipertermia Nyeri Akut Defisit Nutrisi
Ibu mengatakan 22/07/22 √
anaknya demam
tinggi.
Ibu mengatakan √
anaknya mengeluh
sakit perut
Ibu mengatakan √
anaknya tidak mau
makan
Nadi 118x/m √ √
Respirasi 25x/m √
Suhu 39,5 ⁰C √
Kesadaran : CM
Skala Nyeri : 4 √
Turgor Kulit : Elastis √
Porsi makan : 2-3 √
sendok makan
Keadaan mulut : Bibir √ √
dan mukosa
kemerahan, bercak
putih di lidah
Mobilisasi : (+)
Muntah (-)
Hasil Lab : √
- Pemeriksaan Widal
Thypi O : 1/160
Thypi BO : 1/160
Thypi CO : 1/160

- Leukosit : 10.900

C. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia b.d proses inflamasi ditandai dengan suhu tubuh diatas nilai normal
2. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologis (inflamasi) ditandai dengan skala nyeri 4
3. Defisit nutrisi b.d anoreksia ditandai dengan nafsu makan menurun
D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Hipertermia b.d proses Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermi:
inflamasi ditandai keperawatan selama 2x24 Observasi
dengan suhu tubuh jam, masalah teratasi 1. Monitor suhu tubuh
diatas nilai normal dengan kriteria hasil : 2. Monitor tekanan darah,
- Demam turun frekuensi nafas, dan
- Suhu tubuh menurun nadi
- Tidak ada menggigil 3. Monitor warna dan suhu
- Kulit dan bibir tidak kulit
merah 4. Monitor haluaran urine
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan
yang dingin
2. Longgarkan atau
lepaskan pakaian
3. Berikan cairan oral
4. Lakukan pendinginan
eksternal (mis. Selimut
hipotermia atau
kompres dingin pada
dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antipiretik
2. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena bila perlu
2. Nyeri Akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
pencedera fisiologis keperawatan selama 2x24 Observasi
(inflamasi) ditandai jam, nyeri menurun 1. Identifikasi skala nyeri
dengan skala nyeri 4 dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi lokasi,
- Tak tampak meringis karakteristik, durasi,
- Keluhan nyeri tidak ada frekuensi, kualitas,
intesitas nyeri
3. Identifikasi reaksi nyeri
non verbal
Terapeutik
1. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
2. Fasilitasi istirahat dan
tidur

Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
3. Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
anoreksia ditandai keperawatan selama 2x24 Observasi
dengan nafsu makan jam, status nutrisi 1. Identifikasi alergi dan
menurun membaik dengan kriteria intoleransi makanan
hasil : 2. Identifikasi makanan
- Nafsu makan meningkat yang disukai
- Porsi makan meningkat 3. Monitor asupan
- Membran mukosa baik makanan
Terapeutik
1. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu sesuai
2. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk
jika perlu
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
E. Implementasi
No Diagnosa Tgl/Waktu Implementasi Respon
1. Hipertermia 22/07/2022 1. Memonitor suhu 1. Suhu : 38,2
Jam 17.00 tubuh setiap 6 jam 2. RR : 23x/m Nadi :
2. Memonitor 120x/m
frekuensi nafas, dan 3. Tampak wajah
nadi kemerahan kulit
3. Memonitor warna teraba hangat di
dan suhu kulit seluruh tubuh
4. Melonggarkan 4. Pasien
pakaian dan menggunakan baju
mengganti pakaian tipis, kaos kaki
dengan kain yang terlepas
tipis 5. Pasien mau minum
5. Memberikan cairan 2 gelas dengan
oral bantuan Ibu
6. Melakukan kompres 6. Pasien tampak
hangat di dahi dikompres
7. Menganjurkan tirah menggunakan kain
baring hangat
8. Mengedukasi 7. Tampak pasien
keluarga tentang berbaring saat
kompres hangat di demam naik
dahi, aksila, leher 8. Keluarga
9. Berkolaborasi memahami cara
dengan dokter kompres hangat
pemberian 9. Memberikan
antipiretik therapy
10. Berkolaborasi Paracetamol infus
pemberian cairan 150 mg sesuai advis
intravena dokter
10. Terpasang infus
dengan cairan
KaEn 1B 12
tpm/makro.
2. Nyeri Akut 23/07/2022 1. Mengidentifikasi 1. Skala nyeri 4
Jam 15.00 skala nyeri (menggunakan face
2. Mengidentifikasi scale)
lokasi nyeri 2. Nyeri dirasakan di
3. Mengidentifikasi bagian tengah perut
reaksi nyeri non 3. Pasien tampak
verbal sedikit meringis
4. Memberikan teknik 4. Pasien tampak
non farmakologis melihat video
untuk mengurangi kartun di hp
rasa nyeri (kompres 5. Keluarga
hangat/dingin, terapi melakukan kompres
bermain) hangat di area nyeri
5. Menganjurkan
keluarga
menggunakan teknik
non farmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri seperti
kompres hangat dan
terapi bermain
3. Defisit Nutrisi 23/07/2022 1. Mengidentifikasi 1. Pasien tidak
Jam 16.00 adanya alergi memiliki alergi
makanan makanan
2. Mengidentifikasi 2. Ibu mengatakan
makanan yang pasien suka makan
disukai daging ayam, sop,
3. Monitoring asupan kentang
makanan 3. Porsi makan pasien
4. Menganjurkan habis ¼ porsi
keluarga untuk 4. Keluarga mau
memberikan makan memberikan
dengan porsi sedikit makanan/camilan
dengan frekuensi pasien dengan
sering frekuensi 3-5x
5. Menganjurkan sehari
posisi duduk saat 5. Pasien duduk di bed
makan saat makan
6. Berkolaborasi 6. Pasien mau makan
dengan ahli gizi makanan yang
untuk menentukan disediakan oleh tim
jumlah kalori dan gizi
jenis nutrien yang
sesuai
F. Evaluasi/Catatan Perkembangan
Tanggal/Waktu Evaluasi Ttd
23/07/2022 S : Keluarga mengatakan demam anaknya mulai turun,
Jam 18.00 nyeri berkurang, pasien makan sedikit-sedikit.
O : K/u baik kes.CM. Nadi 112x/m, RR 23x/m, suhu
tubuh 36,8 ⁰C. Skala nyeri 2
A : - Hipertermi
- Nyeri Akut
- Defisit Nutrisi
P : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1x24 jam, masalah teratasi dengan kriteria hasil:
- Suhu tubuh stabil dalam rentang normal
- Nyeri hilang, skala nyeri 0-1
- Porsi makan meningkat (½ - 1 porsi)
I : - Monitoring suhu pasien setiap 6 jam
- Mengkaji nyeri
- Memonitor intake cairan
- Memonitor intake makanan
- Melibatkan keluarga pemberian nutrisi adekuat
- Memberikan therapy sesuai dengan advis dokter
E : Masalah teratasi sebagian
R : Lanjutkan intervensi
24/07/2022 S : Keluarga mengatakan anaknya sudah tidak demam,
Jam 11.00 tidak ada nyeri, porsi makan habis ½ - 1 porsi
O : K/u baik kes.CM. Nadi 108x/m, RR 21x/m, suhu
tubuh 37 ⁰C. Skala nyeri 0
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai